NovelToon NovelToon

Aku Dan Rahasiaku

Bab 1 - Permulaan

"Bos sudah menunggumu di ruangannya," ucap seorang wanita bertubuh mungil dengan gaun yang sangat minim. Berpakaian seperti itu sangatlah lumrah di sini. Bahkan yang lebih parah juga ada.

Zendaya tersenyum tipis dan mengangguk. Dia segera menuju ruangan di mana bosnya itu berada. Zendaya masuk setelah mengetuk pintu dan mendapatkan ijin untuk masuk. "Ada apa bos memanggil Saya," ujar Zendaya. Walaupun pada dasarnya dia sudah tau untuk apa dia di panggil.

"Ada yang memesanmu, tetapi dia ingin membawamu bermain di luar," ucap seseorang yang di panggil bos tadi. Seorang laki-laki bertubuh tambun dan berkepala klimis dengan tangan kanan yang penuh tato bergambar mawar dan juga naga.

Zendaya mengeryit heran. Baru kali ini ada seseorang yang memesan jasanya untuk bermain di luar. Biasanya pelanggannya akan membawanya ke salah satu kamar yang di sediakan di sini.

"Kenapa tidak di sini?" tanya Zendaya. Dia masih mempertahankan posisinya berdiri di depan meja sang bos yang dengan santainya menyilangkan kakinya di atas meja, sedangkan tangan kanannya memegang lintingan tembakau yang sudah terbakar setengah.

Setelah mengepulkan asap dari bibir tebalnya, sang bos menjawab. "Dia adalah orang penting di negara ini. Dia tidak ingin meninggalkan rumor jelek tentang dirinya."

Lalu mengapa dia tetap menyewa seseorang untuk memuaskannya jika takut ketahuan publik?, batin Zendaya.

"Lalu, di mana orang itu sekarang?" ucap Zendaya. Tugasnya di sini hanyalah melayani dan mendapatkan bayaran. Tidak ada urusannya jika yang dia layani adalah seorang kepala negara sekalipun.

Si bos berdiri dari duduknya dan menyerahkan selembar kertas kecil kepada Zendaya. "Pergilah ke alamat ini. Dia menunggumu di sana."

Zendaya mengambil sobekan kertas itu dan segera keluar dari ruangan bosnya itu. Selama perjalanan menuju mobilnya, Zendaya melihat kembali sobekan kertas yang berisi alamat pelanggannya itu. Tidak begitu jauh, pikirnya.

Zendaya sudah menyalakan navigasi di mobilnya. Dia segera menginjak gas dan pergi meninggalkan club malam tempatnya bekerja.

Zendaya sudah menggeluti pekerjaan ini selama 4 tahun, sedari dia masih kuliah. Rahasia ini dia simpan rapat-rapat. Tidak ada yang tau jika dirinya adalah seorang wanita penghibur di salah satu club elit di pusat kota Brooklyn, New York City.

Zendaya bukanlah wanita dari kalangan bawah. Orang tuanya memiliki perusahaan agensi yang cukup besar di kota ini. Tetapi ketika Zendaya kuliah semester 6, dirinya di usir oleh ayahnya dan harus memilih pekerjaan ini karena menurutnya hanya pekerjaan ini yang bisa dengan cepat menghasilkan uang.

Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 25 menit, Zendaya sampai di pelataran salah satu apartemen mewah yang ada di pusat kota. Alamatnya sesuai yang tertera di sobekan kertas yang dia pegang. Kali ini pelanggannya sepertinya memang bukan orang biasa, karena hanya orang tertentu yang mampu menyewa maupun membeli unit apartemen ini.

Zendaya turun dari mobil dan mengenakan jaket sekaligus masker. Itu adalah pesan sekaligus perintah dari bosnya sebelum dia keluar dari ruangannya tadi. Menaiki lift menuju lantai 4 dan mencari kamar dengan nomor 404.

Zendaya menekan bel yang ada di atas pintu. Tak menunggu waktu lama pintu terbuka dari dalam, tetapi tidak ada seorang pun yang keluar. Zendaya membuka pintu lebih lebar dan masuk.

Seperti yang dia bayangkan, isi apartemen ini sangat mewah. 3 kali lipat dari apartemen yang sekarang ia tempati. Di depannya sekarang berdiri seorang pria dewasa dengan setelan rumahan yang melekat pas di tubuh atletisnya.

"Kau sudah tau kenapa aku memanggilmu ke sini, kan?" ucap pria itu.

"Yes, Sir!" jawab Zendaya. Awalnya ia kira pelanggannya ini adalah pria bertubuh tambun seperti bosnya dan juga pendek. Tetapi yang berdiri di depannya ini lebih mirip seperti seorang malaikat yang turun ke bumi. Wajah tampan dengan rahang tegas, hidung besar dan mancung, serta urat di kedua lengannya yang menonjol menggoda.

"Sebelum itu, aku ingin membuat kesepakatan terlebih dahulu," ujar pria itu. "Duduk," perintahnya dan menunjuk sofa empuk yang menganggur sedari tadi.

Pria itu pergi entah kemana, Zendaya duduk dengan tenang dan melihat lebih detail isi apartemen ini. Zendaya tidak se-kampungan itu untuk tidak mengetahui berapa harga perabotan serta pajangan yang aja di sini.

"Baca dulu, lalu tanda tangani," ujar pria itu yang sudah berada di hadapan Zendaya. Zendaya mengambil kertas itu dan mengeryit, sebuah kontrak?

"Untuk apa Tuan membuat kontrak? Bukankah Tuan hanya butuh partner one night stand?" tanya Zendaya bingung.

"Aku ingin menyewamu selama satu bulan penuh. Semua sudah tertulis di sana, silahkan baca," ucapnya datar.

Zendaya membaca setiap rangkaian kata yang tertulis di kertas itu. Zendaya merasa tidak ada yang salah, hanya satu poin yang mengganggunya. "Apa aku bisa mengubah satu peraturan?"

"Tentu. Yang mana?"

"Aku ingin Tuan memakai pengaman selama kita bermain," ujar Zendaya. Di kontrak itu tertulis jika pihak A tidak ingin menggunakan pengaman.

"Aku benci benda menjijikkan itu."

Sial! Ketika melayani pelanggan dia selalu menyuruh pelanggannya itu memakai pengaman, dan tidak ada yang menolak. Tapi kali ini? Zendaya juga tidak bisa menolak kontrak ini karena bayaran yang tertulis di kertas tersebut untuk sekali bermain saja bahkan 3 kali lipat lebih besar dari bayarannya satu malam. Dan dia harus melayani pria di depannya ini selama satu bulan. Bukankah jika menolak, Zendaya adalah wanita yang bodoh?

Menghela nafas panjang, Zendaya mengangguk. "Baiklah. Aku setuju. Kapan kita akan memulainya?" tanya Zendaya. Setelah itu dia menandatangi kontrak tersebut.

"Malam ini."

Pria itu berdiri dan menyuruh Zendaya untuk mengikutinya. "Lepas pakaianmu," ucap pria itu saat sudah sampai di dalam kamar.

Dengan sensual, Zendaya membuka pakaiannya di depan pria itu seperti yang biasa dia lakukan kepada pelanggannya. "Buat aku berdiri," ujar pria itu yang sekarang sudah duduk di tepi ranjang dengan kaki yang sudah di lebarkan.

Zendaya menggunakan semua pengetahuan dan pengalamannya selama ini untuk membuat pria di depannya ini puas. Dia sudah di bayar mahal, jangan sampai pria ini kecewa dengan servisnya.

...****************...

Pagi harinya Ayana dengan buru-buru memakai sepatunya dan keluar dari apartemen miliknya. Dia sudah hampir terlambat, sedangkan waktu yang dia perlukan untuk sampai di sekolah sekitar 20 menit, dan sekarang sudah jam 8 kurang 10 menit.

Sekitar jam 3 pagi dia baru pulang setelah selesai melayani pria yang telah mengontrak dirinya itu. Jadi sekarang dia terlambat untuk pergi mengajar.

Ah! Kalian pasti bingung kan kenapa ada 2 nama di sini? Kalian tidak perlu bingung, intinya 1 orang dengan 2 nama.

Ayana adalah nama yang dia gunakan di kehidupanya sehari-hari. Sedangkan Zendaya nama yang dia gunakan di dunia malam. Ayana adalah seorang guru taman kanak-kanak, sedangkan Zendaya adalah wanita penghibur. Paham kan?

Tidak ada yang mengetahui rahasia ini. Jika kalian penasaran kenapa Ayana melakukan 2 pekerjaan yang bertolak belakang ini jawabannya sangat mudah.

Cukup ikuti alur cerita ini. Mari kita lihat ada berapa banyak lagi rahasia yang di sembunyikan oleh Ayana. Ataukah kita panggil Zendaya?

Bersambung

Bab 2 - Pingsan

Akibat keterlambatannya hari ini Ayana mendapatkan teguran dari kepala sekolah. Ini bukan pertama kalinya dia terlambat. Jika nantinya dia terlambat kembali, maka akan otomatis di pecat.

Dia baru saja bekerja di sini selama 6 bulan dan sudah mendapatkan peringatan seperti itu. Dari hati yang paling dalam, Ayana ingin mengakhiri pekerjaannya menjadi wanita malam.

Mungkin setelah kontrak dari pria itu selesai dia akan berbicara kepada bosnya. Dia ingin fokus menjalani karir sebagai seorang guru.

Hari sudah sore, Ayana berjalan menuju di mana mobilnya terparkir. Saat melewati tempat untuk para murid menunggu jemputan, dia melihat ada anak muridnya yang belum di jemput. Ayana menghampiri anak tersebut, kelas sudah berakhir dari satu jam yang lalu.

"Sky? Apa kau belum di jemput?" tanya Ayana kepada anak laki-laki yang sedang duduk dan mengayunkan kakinya dengan bosan.

Anak itu mendongak dan menekuk wajahnya. "Iya. Daddy belum menjemput Sky," jawab anak bernama Sky tersebut.

Dia lupa menjemput anaknya lagi? batin Ayana. "Bagaimana kalau Miss antar Sky pulang?" tawar Ayana. Sky sudah terlihat kelelahan.

Tetapi anak itu menggeleng lemah. "Sky tunggu Daddy saja," tolak anak itu dan kembali mengayunkan kedua kakinya.

Sky adalah anak terpintar di kelas yang di ajar oleh Ayana. Kebetulan Ayana juga wali kelas di kelasnya Sky. Jadi Ayana tau dengan baik bagaimana peningkatan kemampuan anak itu setiap harinya.

"Baiklah. Kalau begitu Miss temani Sky, ya?" ucap Ayana. Ini sudah pukul 3 sore lebih dan di sekolah ini hanya tinggal beberapa guru yang belum pulang termasuk dirinya. Ayana juga tidak tega meninggalkan anak ini sendirian di sini.

Sky mengangguk sebagai jawaban. "Apakah Daddy Sky selalu sibuk?" tanya Ayana untuk mencairkan suasana.

"Iya. Daddy selalu sibuk setiap hari," jawab Sky dengan tatapan sedih. Ayana merasakan hatinya tercubit.

"Lalu di rumah Sky bermain dengan siapa?"

Aura di sekitar anak itu menggelap. Kesedihan seolah menghampirinya. "Sendiri," jawabnya pelan, hampir tidak terdengar.

Mata Ayana memanas, hampir saja dia akan menjatuhkan air mata jika saja dia tidak cepat menghapusnya. Ayana sangat menyukai anak kecil, jadi tidak mengherankan jika dia tiba-tiba merasa sedih hanya karena mendengar hal ini. Dia juga mempunyai satu adik laki-laki yang sudah bertahun-tahun tidak pernah di temuinya. Maaf.

Ayana mendengar kabar burung jika ibunya Sky meninggal saat berjuang untuk melahirkannya. Sepertinya dia hanya tinggal berdua dengan ayahnya.

Tak terasa mereka bedua mengobrol cukup lama. Walaupun hanya Ayana yang mendominasi pembicaraan, dia sangat senang.

Sebuah mobil mewah berhenti tak jauh dari sepasang guru dan murid itu. Seorang pria yang masih terlihat muda dan berwibawa keluar dari dalam mobil. "Sky!" panggilnya.

Mendengar namanya di panggil, Sky menyunggingkan senyumnya. "Daddy!" serunya seraya berlari kecil menghampiri ayahnya yang berdiri di depan mobil.

Ayana mengulas senyum lembut saat melihat anak itu sudah di jemput oleh orang tuanya. Dia segera berbalik untuk menuju mobilnya.

"Miss!"

Ayana menoleh ke arah sumber suara. Dari kejauhan dia melihat Sky sudah siap untuk masuk ke dalam mobil. "See you!" teriak Sky lalu melambaikan jemari kecilnya ke arah gurunya.

Hati Ayana menghangat dan membalas lambaian tangan anak muridnya itu. "See you. Jangan lupa makan dan istirahat!" balas Ayana sedikit mengeraskan suaranya. Yang di beri petuah seperti itu memberikan jempol dan masuk ke dalam mobil.

Sebelum pulang Ayana mampir dahulu ke salah satu apotek di dekat apartemennya. Kalian pasti sudah tau apa yang akan dia beli. Ini adalah resiko yang harus dia tanggung karena pekerjaan malamnya. Apalagi sekarang dia sudah di kontrak oleh orang yang tidak mau menggunakan pengaman. Berarti dia yang harus lebih extra berjaga-jaga bukan?

Sampai Apartemen, Ayana segera menuju kamar untuk mengistirahatkan tubuhnya. Semalam dia hanya tidur kurang dari 4 jam. Tidak bisa di katakan malam karena sudah hampir jam 4 pagi.

Ponsel di atas nakas terus berdering sedari tadi. Mengusik tidur wanita yang sedang mengarungi alam mimpi. Mengerang pelan, Ayana membawa tubuhnya untuk menyandar pada headboard dan mengambil ponselnya.

"Hello, Sir."

Mata Ayana melotot lucu, dia dengan cepat melihat jam digital di atas nakas. 22.20 PM. Dia tertidur cukup lama, hingga tidak menyadari bahwa "Tuannya" membutuhkannya sedari tadi.

"Sorry, Sir. Saya akan segera ke sana."

Dengan cepat Ayana melompat dari atas kasur dan menuju kamar mandi. Dia sudah di bayar mahal, jangan sampai "Tuannya" itu kecewa dengan kinerjanya. Dia harus selalu siap kapanpun ketika dirinya dibutuhkan.

...****************...

"Maafkan saya sekali lagi, Tuan. Saya tidak akan mengulanginya," ucap Zendaya dengan penuh rasa penyesalan di depan "Tuannya" yang sedang menyilangkan kakinya di ruang tamu. Tangan kanannya menggoyang-goyangkan gelas yang berisi cairan berwarna coklat keemasan.

"Duduk," perintahnya.

Zendaya segera duduk dan menunduk. Aura di sekitar pria yang duduk di depannya ini sedang tidak bagus. "Temani aku minum," ujar pria itu dan menyerahkan gelas kosong yang ada di atas meja. Zendaya menerima gelas itu. Dia sudah terbiasa menemani pelanggannya untuk minum sebelum di pakai. Jadi ini bukan hal besar untuknya.

"Kenapa kau memilih bekerja di club?"

Zendaya tersenyum tipis. Baru kali ini ada yang bertanya seperti itu kepadanya. "Untuk uang tentu saja. Memangnya apalagi," jawabnya dengan di iringi tawa kecil.

Pria yang tadi bertanya menatapnya dengan tatapan yang sulit di artikan. "Lalu, jika boleh tau, kenapa Tuan menyewa seorang kupu-kupu malam seperti saya?" tanya Zendaya. Dia bertanya seperti itu agar hubungan satu bulan mereka ini tidak begitu canggung.

"Tentu saja kepuasaan," jawab pria itu dengan enteng dan meneguk cairan yang akan terasa membakar tenggorokannya itu.

Zendaya mengangguk kecil. "Baiklah. Berarti kita mempunyai tujuan masing-masing di sini."

"Sean."

Zendaya menatap dalam pria di depannya itu. "Namaku Sean. Kau bisa mendesahkan namaku nanti." ucap pria yang sekarang sudah tersenyum miring.

Entah siapa yang memulai terlebih dahulu, sepasang adam dan hawa itu sudah tidak mengenakan sehelai benangpun di tubuh mereka. Hanya suara erangan dan geraman yang keluar dari mulut keduanya.

Jam di atas nakas sudah menunjukkan pukul 4 pagi. Mereka sudah bermain dari jam 11 malam. Entah datang dari mana stamina "Tuannya" ini, yang pasti dirinya sudah tidak kuat untuk menanggungnya.

...****************...

Cahaya silau menyinari wajah cantik seorang wanita yang masih terlelap dalam tidurnya. Sedikit terusik, dia menutup seluruh tubuhnya menggunakan selimut untuk menghalau sinar matahari itu.

Tetapi tak lama kemudian dia dengan cepat membuka kedua matanya dan menurunkan selimutnya. Zendaya melihat sekeliling kamar, ini bukan kamar miliknya. Dia memegang kepalanya yang sedikit pusing dan kembali mengingat kejadian tadi malam.

Jika tidak salah ingat semalam dia pingsan karena perlakuan Sean. Sekarang dia berada di kamar pria itu dan sudah mengenakan kemeja kebesaran yang sudah dipastikan miliknya. Dia turun dari atas kasur untuk mencari keberadaan pria itu. Dia sedikit kesusahan untuk berjalan.

Baru saja dia akan membuka pintu kamar, pintu itu sudah terlebih dahulu terbuka dari luar. Pria yang semalam terlihat begitu berantakan akibat permainan mereka sekarang sudah tampak rapi dengan baju rumahannya.

"Sarapanmu ada di dapur. Aku harus pergi. Kau boleh di sini terlebih dahulu," ucap pria itu.

Zendaya mengerutkan keningnya. "Bukankah ini weekend? Ke mana Tuan akan pergi?"

"Menemui anakku," jawab Sean dan segera berbalik untuk pergi. Sekarang Zendaya menyadari sesuatu. Pria yang mengontraknya itu sudah mempunyai istri serta anak. Tidak mungkin pria tampan dan mapan seperti itu belum memiliki pendamping.

BERSAMBUNG

Bab 3 - Pesan singkat

Sudah tiga hari berlalu sejak kepergian Sean pagi itu. Tiga hari itu juga Ayana belum mendapatkan panggilan dari pria itu. Ingat! Ayana adalah pihak kedua di sini. Dia hanya akan datang ketika di panggil. Hal itu juga sudah tertera di atas surat kontrak.

Apa mungkin Sean kecewa terhadapnya karena pingsan di saat pria itu hampir mencapai puncaknya? Nanti jika mereka bertemu, Ayana akan meminta maaf untuk hal itu.

Percayalah, hampir 5 tahun dia menggeluti pekerjaan kotornya. Baru kali ini dia merasakan permainan yang begitu kasar dan hebat. Ayana tidak memungkiri bahwa dia juga menikmatinya.

Tapi selama tiga hari ini juga Ayana bisa mengistirahatkan tubuhnya dengan baik. Ini bisa menjadi nilai plus untuk dirinya sendiri. Selama Ayana masih mengikat kontrak, dia juga tidak diperbolehkan pergi ke club maupun berhubungan dengan pria lain.

Hari ini Sky juga tidak masuk sekolah. Dari ijin yang masuk, itu mengatakan bahwa anak itu sedang ada acara keluarga. Hal ini membuat Ayana sedikit tidak bersemangat ketika mengajar. Ayana sangat menyukai anak muridnya itu. Jika bisa, dia ingin selalu berada di sisi anak itu.

Di tempat lain, seorang anak kecil terus menerus merengek kepada ayahnya agar di ijinkan untuk ikut. "Daddy! Pokoknya Sky mau ikut!"

Sang ayah memijat pelipisnya yang sedikit sakit karena mendengar suara rengekan anaknya itu. "Tidak bisa, Sky. Besok kau harus sekolah." jawabnya

Sky mencebikkan bibirnya. " Ayolah, Dad. Sky bisa berangkat sekolah dari sana. Lagipula, sudah lama Sky tidak tidur di apartemen!"

Padahal ayahnya itu sedang ingin sendiri. Jika anaknya ikut, dia tidak akan bisa tenang. Anaknya itu pasti akan mengajaknya untuk menemaninya bermain.

"Ajak saja. Jika tidak, dia akan merajuk sampai besok," ucap wanita berumur yang merupakan nenek dari Sky.

Mendengar dukungan dari neneknya, anak itu melompat girang. "Dengar kan, Dad?" ucapnya gembira.

Sang ayah dengan pasrah mengangguk dan membawa anaknya itu ke dalam gendongannya. "Aku pergi dulu, Mom!" pamitnya kepada ibunya dan melangkah menuju mobil untuk pergi ke apartemennya.

Sampai apartemen, anaknya itu bener-bener tidak mau diam. "Harusnya tadi aku membawa Jackie dan juga Charlie," ujar Sky.

"Tak perlu membawa mereka. Kita hanya menginap semalam di sini," jawab sang ayah dengan malas.

"Daddy tidak seru!" jawab Sky dengan bibir yang mengerucut seperti bebek. Jackie dan Charlie adalah mobil pemadam dan juga ekskavator milik Sky. Mainannya itu lumayan besar, tidak mungkin harus selalu di bawa kemanapun dia pergi.

"Ada yang harus Daddy kerjakan di ruang kerja. Kau bermain ini dulu ya," ujar sang ayah sembari menyerahkan iPad kepada anaknya. Melihat benda yang di pegang oleh ayahnya, Sky mengembangkan senyumnya. Biasanya dia hanya boleh bermain iPad saat weekend. Sekarang sudah hari senin, tentu saja dia gembira.

"Thank you, Dad!" ucapnya semangat dan segera mengambil benda itu dengan cepat. Ayahnya menggelengkan kepalanya pelan dan melangkah menuju ruang kerjanya berada.

Jam di dinding menunjukkan pukul 7 lewat 20 menit. Masih ada waktu, pikir Sean. Hari ini dia tidak pergi ke kantor karena ada urusan. Jadi dia akan mengecek perkejaan yang dikirimkan oleh sekretarisnya lewat email.

...****************...

Ayana tengah berguling-guling bosan di atas kasur. Tidak ada yang bisa dia lakukan. Sedari tadi dia terus mengecek ponselnya. Takut jika Sean tiba-tiba membutuhkannya.

Ting!

Sebuah pesan masuk. Ayana segera membukanya, tetapi wajahnya menunjukkan raut kecewa. Itu bukan dari orang yang dia tunggu. Dia melempar ponselnya begitu saja di atas kasur dan pergi ke kamar mandi.

Tanpa Ayana sadari, ponselnya kembali berbunyi. Panggilan masuk dari orang yang dia tunggu selama tiga hari ini. Sedangkan si pemilik ponsel sedang mencuci muka dan menggerutu.

"Hah. Apakah aku harus menghubunginya terlebih dahulu?" monolognya.

"Tapi bagaimana jika dia risih? Tetapi itu memang sudah menjadi tugasku untuk menggodanya, bukan?" Sebenarnya dia sudah memiliki niat itu sedari tadi. Tetapi dia tidak ingin "Tuannya" itu risih dengannya.

Setelah menyelesaikan semua urusannya di kamar mandi, Ayana keluar dengan wajah yang lebih fresh. Dia akan menggunakan rangkaian skincare malamnya. Dia mendengar ponselnya berbunyi, tetapi dia mengabaikannya. Takut jika tidak sesuai ekspektasi.

Ayana kembai naik ke atas kasur untuk tidur. Hatinya masih merasa gusar, jadi dia mengambil ponselnya yang tergeletak sedari tadi. Layar menyala. Matanya melotot dan dia tidak bisa menahan senyumnya.

"Kyaaaaaaaaaa!" teriaknya penuh semangat. Ayana terlihat seperti remaja yang sedang jatuh cinta hanya karena sebuah pesan.

"Datanglah pukul 11 malam."

Pesan singkat, namun mampu menumbuhkan bunga-bunga di hatinya. Dia segera menjawab pesan itu dan mengatakan jika dirinya akan datang.

Baru pukul 9 malam, tetapi Ayana sudah heboh memilih baju yang akan dia kenakan untuk menemui "Tuannya." Bolehkah Ayana menaruh hati kepada pria itu? Sepertinya tidak.

Meskipun dia seorang wanita penghibur, tetapi dia sama sekali tidak ingin merebut pria yang sudah mempunyai istri. Dia menyadari posisinya. Biarkan dia merasakan perasaan berbunga-bunga ini untuk satu bulan ke depan.

...****************...

"Aku ingin kau yang mendominasi," ujar Sean.

Zendaya menampilkan senyum miringnya. Dia segera melepaskan pakaiannya dan duduk di atas pangkuan Sean. Dia mendekatkan wajahnya ke arah bibir Tuannya, tetapi sebelum kedua belah ranum itu bersentuhan, Sean sudah terlebih dahulu menghentikan aksinya. "Aku tidak suka berciuman," ujar Sean.

Zendaya menggangguk mengerti dan melakukan tugasnya yang lain. Setelah satu ronde, Sean menyudahi permainannya. "Aku tidak ingin kelepasan seperti beberapa hari yang lalu," ujar Sean lalu beranjak menuju kamar mandi.

Zendaya menarik nafas berulang kali. Dia baru menyadari jika ini bukan kamar Sean. Dia mengedarkan pandangannya dan melihat jam di atas nakas yang sudah menunjukkan pukul 2 malam. Dia harus segera pulang dan beristirahat, agar besok ia tidak terlambat.

Zendaya sudah keluar dari kamar mandi dengan pakaian baru. Dia memang membawa ganti dari rumah. Kamar dalam keadaan kosong.

Di ruang tamu, Sean sedang menggendong anaknya yang terbangun dan menangis mencari dirinya. "Daddy sudah ada di sini. Sekarang tidurlah," ujarnya lembut dan menepuk punggung anaknya pelan.

Zendaya melihat pemandangan itu dari kejauhan, senyum teduh menghiasi wajahnya. Setelah melihat anak "Tuannya" itu tertidur kembali, dia mendekat. "Apakah dia anakmu, Tuan?" tanyanya.

"Hmm."

Zendaya mengulas senyum tipis. "Kalau begitu saya pulang dulu," pamitnya kepada Sean. Sean mengangguk singkat dan Zendaya langsung pergi. Jadi inilah alasan dia mengajakku bermain di kamar tamu? batin Zendaya. Tak dapat di pungkiri dia merasa bahagia karena bisa melihat anak dari pria itu.

BERSAMBUNG

Jangan lupa ya, kalau malam dia jadi Zendaya ☺️

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!