"Hai, aku Reno Askara." Ucap seorang pria didepanku ini. Entah kenapa juga ia mengenalkan dirinya padaku yang sedang duduk di pinggir lapangan menemani temanku Ella.
...~~~~...
Sebelumnya Ella memaksaku Raina Puteri Permatasari yang sering dipanggil Nana. Untuk mengikutinya melihat pertandingan basket di lapangan sekolah. Katanya ia ingin mendukung kekasihnya.
"Na, temani aku liat Angga main basket dong."
"Enggak ah! Buat apa juga aku ikut, nanti malah jadi obat nyamuk lagi." Ucapku menolak karena kupikir buat apa aku ada disana? Untuk jadi obat nyamuk mereka?
"Ayolah...." Ucap Ella padaku dengan wajahnya yang memelas.
"Eh, ta-tapi aku tidak tau apapun mengenai basket." Aku menolaknya lagi secara halus karena tak tega melihat muka memelas Ella sahabatku sejak kecil ini.
"Gak Masalah!" Kata Ella yakin
"Kamu hanya perlu temani aku ke lapangan aja, nanti aku temani kamu juga deh ke Konser sekaligus Fanmeetingnya BTS, akhir pekan ini, kan. Bagaimana?" Kata Ella yang hampir berhasil membujukku.
"Okelah, tapi janji ya... Jangan seperti yang lalu-lalu aku malah ditinggal lagi!" Kataku mengingatkannya kembali.
Pasalnya ia sering berjanji untuk menemaniku ke acara yang dilakukan idol K-Pop kegemaranku itu, tapi akhirnya selalu sama yaitu aku ditinggal sendiri!
"Iya janji! Nanti juga aku ajak Angga kok." Kata Ella kali ini yang berhasil membujukku.
Jika ia sudah mengatakan akan mengajak kekasihnya ia selalu menepati janjinya.
Ucapanya itu hanya kutanggapi dengan anggukan kepala.
"Oke, kalau begitu ayo ke lapangan sekarang!" Serunya sambil mengaitkan tangan kami.
...~~~~...
Beruntung, Saat kami tiba di lapangan belum banyak siswa yang datang. jadi, masih banyak kursi yang kosong. Segera saja Ella mengambil tempat paling depan untuk mendukung Angga kekasihnya itu.
Angga adalah teman kelas kami disekolah, dan salah satu anggota klub basket sekolah. Pertandingan basket kali ini, bertujuan untuk memilih anggota tim inti yang nantinya akan mewakili sekolah kami SMA Negeri Kota A.
Dalam pertandingan antar sekolah tingkat Provinsi yang akan diadakan, delapan bulan dari sekarang.
Waktu yang cukup lama memang, tapi jika untuk sebuah kompetisi se-Provinsi itu waktu yang cukup singkat.
Tak Lama aku dan Ella duduk di kursi penonton, seseorang dari kejauhan nampak berjalan kearah kami. Yah ... dia Angga Budiman teman kelas kami di kelas 3 IPA 1, sekaligus kekasih Ella saat ini.
"Hai, Na." Ucap Angga sekilas padaku, sambil berjalan kearah Ella dan duduk disamping kekasihnya itu.
Ella dan Angga saling berbincang seakan-akan dunia milik mereka berdua saja, melupakan aku yang ada di samping mereka, pikirku.
Beberapa saat kemudian, terdengar suara dari tengah lapangan.
"Ngga! Buruan! Pertandingan udah mau mulai!" Teriak salah satu peserta pertandingan.
"Iya! Tunggu sebentar!" Sahut Angga
Setelah menjawab, Angga memalingkan mukanya kembali dan menatap Ella dan pamit untuk mengikuti pertandingan basket.
"La, aku main dulu ya."
"Iya, semangat ya, sayang." Ucapan Ella yang membuatku merasa geli mendengar panggilannya pada kekasihnya itu.
"Do'a kan aku semoga terpilih, ya." Ucap Angga lagi.
Aku yang berada disamping mereka merasa muak mendengar perbincangan mereka yang seakan-akan mereka tidak akan bertemu lagi!
Sampai aku berpikir. "Ini kapan pisahnya mereka berdua! Pertandingan udah mau mulai tuh!" Aku menggerutu di dalam hati, dan mungkin saja Ella dan Angga melihat ekspresi wajahku yang kesal pada mereka berdua.
Setelah pembicaraan mereka yang menurutku tidak penting itu selesai, Angga bergegas ke lapangan. Dan pertandingan basket sekolah resmi dimulai.
...~~~~...
Setelah beberapa saat, pertandingan basket ini akhirnya selesai, yang hampir saja membuatku tertidur karena bosan, andai saja para penonton tidak berteriak histeris secara tiba-tiba, mungkin saja aku sudah tertidur pulas.
Pengumuman anggota tim basket baik inti maupun anggota cadangan, telah selesai diumumkan. Dan Ella berteriak paling keras saat mendengar nama kekasihnya itu terpilih menjadi anggota inti tim basket sekolah tadi, yang rasanya hampir saja memecahkan gendang telingaku!
Setelah berakhirnya pertandingan Ella masih saja menahanku di kursi penonton.
"Na, tunggu sebentar ... kata Angga dia akan kesini lagi."
"Yah ... sudah tunggu aja sendiri, aku mau balik ke kelas dulu ambil tas." Kataku Karena memang sudah waktunya pulang sekolah.
"Bentar aja, please."
Sekali lagi aku menyetujuinya, karena muka memelasnya itu!
Tak lama, kami menunggu Angga sudah terlihat berjalan kearah kami, kali ini Angga tidak datang sendiri melainkan dengan seorang yang tadi kulihat meneriaki Angga sebelum pertandingan dimulai tadi.
Angga dan temannya itu sudah berganti pakaian dengan seragam sekolah kami tentunya.
Seperti biasa, saat Angga dan Ella sudah bersama, dunia ini pasti seakan milik mereka berdua, yang lainnya ngontrak!
Tiba-tiba saja teman yang datang bersama Angga tadi bersuara.
"Hai, aku Reno Askara, Kelas 3 IPA 2, sekaligus Ketua Tim Basket sekolah, salam kenal." Katanya sambil mengulurkan tangannya padaku.
Aku hanya diam tak menanggapinya, soalnya aku malas berkenalan dengan seseorang lagi! Apalagi dia juga pemain basket! Bukan aku tak menyukai permainan bola keranjang itu, ataupun mengenai hal yang berkaitan dengannya. Tapi ... aku punya cerita lain yang akan aku ceritakan nanti saja.
"Wah... Benar-benar, Ratu Es rupanya." Kata Reno lagi.
Yah... julukanku disekolah ini adalah Ratu Es. Si murid pindahan dari Kota S. Aku tinggal dikota S sejak SMP dan baru pindah kembali ke Kota A satu tahun lalu.
Banyak pertanyaan yang Reno lontarkankan padaku, beberapa hanya kudengar tanpa menanggapinya, tapi ada perkataannya yang membuatku teringat akan hal yang ingin ku lupakan!
"Nonton pertandingan basket... pasti ada seseorang dari anggota klub basket yang di sukai, kan?" Katanya yang membuat aku berbalik melihatnya.
"Wah... ternyata benar,ya!"
"Penasaran deh, siapa sih laki-laki yang beruntung itu? Bisa disukai oleh Ratu Es kami." Ucap Reno berturut-turut.
Yang hampir saja membuatku naik pitam padanya. Dan lagi Ella dan Angga meninggalkanku berdua bersama Reno! Entah sejak kapan mereka berdua perginya, membuatku makin marah saja!
Akhirnya aku menanggapi ocehan Reno itu.
"Bisa diam tidak!" Kataku sedikit membentak
"Aku tidak punya gebetan! Aku nonton basket juga cuma nemenin teman aku Ella kekasih temanmu Angga itu! Jadi bisa tidak aku pergi sekarang!" Ucapku sambil menahan emosi.
Kulihat raut wajah Reno agak kaget dan sedikit menganggukkan kepalanya. Artinya aku bisa beranjak dari sana.
...~~~~...
Sesampainya aku dirumah, ponselku tiba-tiba saja berdering. Kulihat ternyata telpon dari Ella, aku mengabaikan telponnya, karena masih kesal soal yang tadi disekolah, ia dengan santainya meninggalkanku berdua dengan sih Reno itu!
Untuk mencari alasan aku bergegas menuju ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Karena ku tahu kalau aku tak menjawab panggilan Ella ia akan datang ke rumahku.
Dan benar saja saat dikamar mandi kudengar Ibuku memanggilku katanya Ella datang.
Tapi aku tak menjawab karena aku langsung menyalakan shower di kamar mandi.
...~~~...
Aku keluar dari kamar mandi setelah selesai, dan aku terkejut melihat Ella yang telah duduk manis di atas tempat tidurku. Tapi aku tetap saja mengabaikannya dan segera mengambil pakaianku.
Hingga terdengar Ella meminta maaf.
"Na, maaf ya ...." Kata Ella dengan suara yang kecil seperti akan menangis saja.
"Bukan niat aku ninggalin kamu." Lanjut Ella.
"Angga tadi bilang, katanya Reno itu suka sama kamu. Makanya aku kasih kalian waktu berdua supaya saling kenal." Kata Ella yang membuatku berbalik melihatnya.
Apa, Reno itu menyukaiku? Tapi... aku tidak pernah berkenalan dengannya. Darimana Reno mengenalku? Pikirku bertanya-tanya.
Dan seakan-akan bisa membaca pikiranku Ella berbicara kembali.
"Kata Angga, Reno itu Cinta pandangan pertama padamu saat di ruang guru. Katanya kalian pertama kali bertemu disitu, saat kamu melapor ke sekolah untuk bertanya kapan hari pertamamu masuk ke sekolah kami."
Hmm.. ucapan Ella itu mengingatkanku, saat ayah memberitahuku bahwa ia mendapat telpon dari sekolah yang mengatakan agar aku melapor terlebih dahulu ke sekolah secepatnya, katanya agar bisa diberikan baju seragam.
Ku ingat hari itu adalah hari Senin. Saat aku pergi melapor ke sekolah. Aku tiba disekolah tepat setelah upacara bendera telah di laksanakan. Aku bertanya pada penjaga sekolah dimana ruang kepala sekolah, dan ia pun mengantarku ke sana.
Setelah dari ruang kepala sekolah, aku disuruh melapor ke ruang guru, sekaligus mencari Bu Hanin yang akan menjadi wali kelasku nanti.
Waktu itu memang banyak Siswa laki-laki yang berdiri di depan pintu guru, tapi aku yang merasa mereka tidak ada sangkut pautnya dengan urusanku sekarang hanya mengabaikan mereka.
Tapi... sebelum masuk ku dengar mereka berbisik-bisik
"Wah... kayaknya itu deh siswa pindahan yang di bicarakan di grup sekolah."
"Sepertinya memang begitu."
"Ternyata sebelum pindah, aku sudah jadi bahan pembicaraan siswa lain!" Pikirku dalam hati sambil terus melangkah ke ruang guru.
"Cantik, ya."
Hmm... Jika di bilang cantik sih aku memang agak percaya diri, tapi aku juga tidak cantik sekali, kok. Standar muka orang aja. Punya dua mata, satu hidung, punya mulut, dan Alhamdulillah masih bernafas!
"Kira-kira kelas mana yang beruntung, ya?"
"Tapi... Keliatannya dia agak dingin, kan?"
Aku sifatnya gak dingin, kok. Cuma malas ngomong aja sama orang yang tidak dikenal, serta yang tidak punya kepentingan!
"Yah... Kalau gitu panggil Ratu Es saja."
Nah, dari sini juga julukan Ratu Es di berikan padaku, yang bahkan saat itu belum resmi jadi siswa disana.
Selanjutnya, aku tak tahu apalagi yang mereka bicarakan karena aku sudah masuk ke ruang guru. Didalam sana ku dapati seorang siswa laki-laki yang sedang dimarahi oleh seorang guru.
Dan sekarang aku baru tahu bahwa siswa saat itu adalah Reno yang mengenalkan dirinya tadi sore di sekolah.
Aku tersadar dari lamunanku, mendengar Ella berkata.
"Tadi juga Angga yang minta aku buat ajak kamu nonton pertandingan basket tadi, dia bilang ada temannya yang mau berkenalan denganmu. Makanya aku maksa kamu banget, maaf ya." Jelas Ella yang sekarang kulihat matanya sudah berkaca-kaca hampir menangis.
"Iya, aku maafin."
"Tapi ... Ingat loh akhir pekan ini temani aku ke konser sekaligus Fanmeetingnya BTS, loh." Ucapku mengingatkan Ella kembali.
"Beneran, udah dimaafin?"
"Iya!" Setelah mendengar perkataanku itu Ella langsung melompat ke arah dan memelukku erat.
Aku dan Ella sejak kecil memang tak pernah saling marah dalam waktu yang lama. Mungkin karena kami sudah menganggap kami ini satu keluarga dan bukan lagi sekedar tetangga.
Ku ingat saat mau pindah ke Kota S, Ella marah padaku sampai-sampai dia tidak berbicara dengan selama tiga hari. Kurasa, waktu itu adalah dimana satu-satunya saat Aku dan Ella tidak berbicara paling lama.
Tapi pada akhirnya Ella tetap ikut dengan keluarga nya mengantar kami sekeluarga. Dan bahkan saat tinggal di kota S pun aku tak memiliki banyak teman hanya Ella saja yang tiap hari meneleponku atau mengirimkan beberapa pesan padaku.
Cukup lama Ella memelukku, sampai rasanya aku akan mati tercekik olehnya. Untung saja Ibuku mengetuk pintu kamarku yang membuat Ella segera melepas pelukannya.
Dari balik pintu kamarku, nampak sesosok wanita yang tak muda lagi, ia adalah wanita tercantik bagiku, terbaik untukku. Siapa lagi jika bukan Ibuku tersayang.
"Gimana, Kalian udah baikan?" Kata pertama yang diucapkan Ibuku.
Dari ucapannya aku tahu bahwa Ella menceritakan semuanya pada ibuku lagi!
Segera saja aku menatap Ella dengan wajah yang sedikit kesal.
Lagi-lagi dia memberi tahu orang-orang kalau kami bertengkar.
Ella hanya memperlihatkan susunan rapi giginya padaku sambil tersenyum canggung.
dan dia menjawab pertanyaan ibuku
"Iya Ma, udah baikan." Jawabnya.
Ella memang memanggil Ibuku dengan sebutan Mama, atau biasanya dia panggil Mama Iren.
Dan Aku juga memanggil Mamanya Ella dengan sebutan Bunda atau Bunda Dinda.
"Kalau gitu, ayo turun makan dulu." Kata ibuku menyuruh kami untuk turun makan bersama.
Kami berdua hanya menganggukkan kepala kami.
Setelah melihat tanggapan kami ibuku menutup pintu kamarku kembali.
...~~~...
Malam ini, Ella akan menginap di rumahku. Katanya ia masih belum puas melepas kerinduan pada sahabatnya yaitu aku. Yang hampir empat tahun berpisah.
Ella juga mengatakan banyak hal yang tidak bisa ia sampaikan padaku lewat pesan ataupun telepon saat aku di Kota S, jadi sekarang ia ingin mengeluarkan semuanya padaku.
Setelah makan bersama tadi. Ella meminta izin pada keluargaku dia bilang ingin menginap semalam di rumah kami.
Tentu saja Ayah dan Ibuku menyetujuinya, karena bukan satu, dua, kali Ella bermalam dirumah kami. Apalagi besok hari Sabtu sekolah libur. Jadi, Ella pasti akan membuatku terjaga semalaman mendengarkan ceritanya.
...~~~...
Di dalam kamar, Aku sedang menunggu Ella yang berganti pakaian di kamar mandi sambil mengerjakan tugas sekolahku.
Untuk semalam aku meminjamkan pakaianku pada Ella, sebab dia memutuskan untuk menginap dirumahku tanpa persiapan.
Aku juga sudah terbiasa dengan sikap Ella yang selalu spontan tanpa rencana itu. Untung saja ukuran badan kami tidak jauh berbeda hanya saja Ella lebih tinggi sedikit dariku.
Beberapa saat kemudian. Ella keluar dari kamar mandi setelah berganti pakaian.
"Na, jadi gimana tanggapan kamu soal yang tadi?" Tanya Ella segera dan duduk di pinggiran tempat tidurku, hal itu dapat kulihat dari pantulan cermin yang ada di meja belajarku.
"Soal apa? La." Jawabku kurang fokus karena sedang mengerjakan tugas sekolah yang aku lewatkan.
"Itu loh ... soal Reno, gimana tanggapan kamu?"
"Hmm... aku gak tau, La. Untuk sekarang mungkin di bilang aku tidak tertarik? Karena aku mau fokus sekolah dulu, La!" Jelasku pada Ella.
"Kamu kan tau sendiri, aku itu siswa pindahan di sekolah kita. Awal semester satu di kelas tiga. Baru juga sekolah beberapa pekan, belum cukup sebulan. Jadi harus fokus dulu mengejar pelajaran yang dilewatkan, kan?" Lanjutku pada Ella yang dengan santainya telah berbaring di tempat tidurku.
"Iya juga sih Na, tapi kan kasian anak orang kalau dicuekin terus. Bisa sakit hati nantinya!"
"Yah... itu urusan dia." Ucapku.
"Katanya tadi mau cerita tentang empat tahun belakangan ini. Kenapa jadinya bahas Reno itu sih, La?"
Ella tidak menanggapi perkataanku. Yang terlihat sekarang dari pantulan cermin di meja belajar adalah Ella sedang sibuk dengan ponselnya.
Tidak perlu di tebak lagi dengan yakin aku bisa bilang dia sedang membalas pesan dari Angga kekasih tersayang itu!
Karena melihat Ella sibuk sendiri dengan ponselnya. Aku pun melanjutkan mengerjakan tugas yang diberikan oleh Bu Hanin Wali kelasku. Yang kata Bu Hanin tugas ini dari masing-masing guru pelajaran yang aku lewatkan, sebelum masuk sekolah.
Setelah keheningan beberapa saat di dalam kamar, terdengar Ella memanggilku.
"Na! Nana! Raina!" Panggil Ella berulang padaku sambil meninggikan suaranya.
"Iya La, kenapa?"
"Jangan kerjaan tugas sekolah lagi! Nanti aku pinjamkan buku catatanku. Sekarang kamu temani aku tidur di sini." Kata Ella yang menyuruhku berhenti mengerjakan tugas.
Sebenarnya aku memang sudah ingin berhenti karena waktu juga sudah semakin larut. Kulihat sudah pukul sembilan malam lewat dua puluh lima menit.
Tapi... karena yang ku kerjakan sekarang adalah tugas pelajaran Matematika yang aku sukai, rasanya aku tidak bisa berhenti, jika tidak menyelesaikannya!
"Bentar lagi, La!."
"Memangnya tugas dari pelajaran mana lagi yang belum selesai?" Tanya Ella
"Matematika." Jawabku santai
"Hmm... Kalau gitu kamu selesaikan dulu deh. Kalau pelajaran Kramat itu, aku tidak bisa bantu. Hehehe." Ucap Ella sambil tertawa canggung.
Ella memang Lemah di pelajaran Matematika tapi dia berbakat dalam pelajaran Bahasa inggris.
Tanpa terasa waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam lewat sepuluh menit.
Hampir Empat jam lamanya waktu yang ku perlukan untuk mengerjakan semua tugas yang diberikan oleh Bu Hanin untukku.
Ella telah tertidur. Untung saja tebakanku di awal yang mengatakan Ella akan membuatku terjaga semalaman tidak terjadi.
Akan tetapi sebaliknya aku terjaga sendiri karena tugas dari sekolah. Segera saja aku membereskan meja belajarku. Dan ikut merebahkan tubuhku di samping Ella yang jiwanya telah ada di dunia mimpi itu.
...~~~...
Hari ini sekolah libur. Seharusnya tidak ada yang akan melarangku untuk bangun lebih siang. Akan tetapi aku merasa ada yang menggangguku dari mimpi indah ku.
"Na! Nana! Raina! Bangun sudah pagi, kamu tidak mau pergi menukar tiket Konser sekaligus Fanmeetingnya BTS. Katanya hari ini terakhir, kan? besok acaranya sudah selesai." Kudengar perkataan seseorang itu. Yang langsung saja membuat membuka mata.
Benar juga besok adalah Konser sekaligus Fanmeeting hari terakhir BTS, dan hari ini adalah kesempatan terakhir bagiku menukarkan tiket.
Seharusnya aku bisa menukarnya besok di hari-H nya. Akan tetapi itu akan terlalu merepotkan bagiku. Mengapa bukan kemarin? Aku masih sekolah dan jarak ke lokasi penukaran tiket termasuk cukup jauh dari sekolah. perlu sekitar dua jam perjalanan dengan menggunakan taksi online, itu sudah termasuk jika jalan macet.
Dan kemarin kami pulang sekolah cukup sore, karena pertandingan basket itu. Takutnya kalau pergi kemarin sampai disana tempat penukarannya sudah tutup.
Jadi, hari ini adalah kesempatan terakhir bagiku untuk menukar tiket online menjadi tiket fisik yang telah dibelikan kakak untukku. Kakak membeli tiket untuk hari terakhir acara BTS karena itu bertepatan dengan hari libur sekolahku.
Segera saja aku langsung ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelah melihat orang yang membangunkan ku tadi adalah Ella.
Setelah selesai. Aku melihat jam dinding di dalam kamarku. Pukul enam pagi lewat sepuluh menit. Masih ada waktu pikirku, jika dari sekolah memerlukan tiga jam kesana.
Tapi jika dari rumahku hanya perlu sekitar dua jam menggunakan taksi online.
"Na, tadi malam kamu tidur jam berapa?" Tanya Ella. Karena dia memang tidur lebih awal dariku.
"Hmm... Sekitar jam sebelas malam lewat?" Jawabku yang melupakan jam berapa sebenarnya aku tertidur yang kuingat hanya pukul sebelas malam aku selesai mengerjakan tugas.
"Ha! Ternyata aku bangunin kamu terlalu cepat, ya?" Ucap Ella kaget karena aku tidur belum cukup lama.
"Maaf." Lanjut Ella sambil meminta maaf padaku.
"Tidak masalah. Justru aku mau bilang terimakasih . Kalau bukan kamu yang bangunin bisa telat aku, buat menukar tiket. Nantinya aku tidak bisa ikut lagi." Kataku pada Ella yang membuat raut wajah jadi lebih baik.
"Jadi, terimakasih ya! Sahabatku Ella." Ucapku sambil merapikan pakaian yang ku kenakan.
...~~~...
Rencananya tadi setelah pamit pada ayah dan ibuku. Aku dan Ella akan berangkat bersama ke tempat penukaran tiket.
Akan tetapi Ella menerima telepon dari ibunya. Yang kudengar dari percakapan Ella dan Bunda Dinda akan ada orang yang datang bertamu di rumah Ella.
Jadi, sekarang aku sendirian berangkat ke sana.
Setelah perjalanan yang cukup lama. Akhirnya aku tiba di tempat penukaran tiket.
Disana telah ramai oleh orang-orang yang sepertinya juga ingin menukarkan tiket mereka. Sebagian kulihat adalah ARMY yang semuran denganku, baik itu laki-laki maupun perempuan, tapi banyak juga yang terlihat lebih tua dariku itu terlihat dengan banyaknya anak kecil disana.
Aku segera saja berbaris di konter penukaran sesuai dengan jalur tiket yang di belikan kakak ku. Jalur VIP, tidak terlalu banyak orang yang mengantri di jalurku, tidak seperti untuk jalur lainnya.
Mungkin saja sebagaian ARMY yang lain sudah menukarnya kemarin. Setelah selesai menukar tiket, aku tidak langsung pulang ke rumah akan tetapi aku sedikit berjalan-jalan di sekitar lokasi, yang sudah banyak kios-kios yang di dirikan oleh orang-orang. Banyak yang menjual barang-barang BTS yang membuatku tertarik.
Ada juga berbagai tempat Foto yang bertemakan BTS ARMY. Karena tertarik aku melihat-lihat dan membeli cukup banyak aksesoris-aksesoris yang bersangkutan dengan BTS. Dan tak lupa juga aku berfoto di tempat-tempat yang telah disediakan ada disana.
Pukul dua siang, aku mulai mencari makanan karena perutku sudah berbunyi sejak tadi. Setelah memesan makanan di salah satu kios disana. Aku duduk dengan tenang di kursi sambil menunggu makanan yang pesananku selesai di buat. Tak lama kemudian pesanan ku telah selesai. Aku berdiri untuk mengambil makananku.
Dari belakang aku merasa ada seseorang yang memanggilku.
"Hei! Ratu es!" Panggil orang itu.
Yah... Aku tidak langsung berbalik soalnya aku itu punya nama Raina Puteri Permatasari! Bukan Ratu es!.
Setelah berbalik, bukan untuk melihat dari mana suara orang itu. Akan tetapi aku berbalik untuk kembali ke meja makanku.
Tapi... tanpa sengaja aku melihat sosok yang cukup ku kenali. Dia... ternyata orang itu! Orang yang kemarin mengenalkan dirinya sebagai Reno.
Yah... dia Reno, aku cukup terkejut melihatnya ada disini. Apa dia juga ARMY? Pikirku.
Aku tetap saja berjalan menuju meja makanku tadi. Tanpa memedulikan Reno yang mengikutiku dari belakang.
Aku duduk dengan makananku di meja. Reno juga mengikutiku dengan duduk di hadapanku tanpa meminta ijin terlebih dahulu dariku! Yang membuat kesal padanya.
Kenapa juga dia duduk di depanku, sedangkan banyak kursi kosong disana.
Saat sedang menyantap makananku. Reno bertanya padaku.
"Hei, kamu ARMY?"
"Aku punya nama!" Jawabku dengan nada dingin.
"Maaf, soalnya bingung mau manggil apa. Ratu Es? Anak IPA 1? Kan kemarin belum kenalan." kata Reno dengan mimik wajah menyebalkan.
"Huft... Aku Raina Puteri Permatasari. Panggil Raina aja." Ucapku sambil menghela nafas.
"Boleh, tidak ... panggil Nana supaya terdengar akrab gitu." Ucap Reno lagi.
"Gak!" Kataku tegas.
"Yaudah, Raina, kamu ARMY?"
"Iya, kenapa? Ada masalah?
"Gak ada masalah, sih. Cuma mau tanya lagi kamu bakal nonton hari ini atau besok?"
"Besok." Jawabku singkat.
"Hmm... gitu ya."
"Gimana kalau nonton sekarang, aku punya dua tiket untuk hari ini, kita bisa nonton bareng, bagaimana?" Lanjut nya sambil mengajak ku nonton bersama.
Cukup lama aku berpikir soalnya jika aku nonton sekarang... aku belum minta ijin sama keluargaku.
Tapi aku juga pengennya nonton secepatnya sih. Setelah memikirkan cukup lama aku menyetujui Reno untuk nonton sekarang.
Tiket yang ku punya hanya untuk besok. Tapi jika ada yang menawarkan untuk hari ini kenapa tidak? Pikirku. Jadinya kan bisa nonton dua kali dan ikut Fanmeetingnya sekaligus, tidak rugi kan? Malahan untung!
"Baik. Tapi aku nelpon dulu mau ijin." Ucapku pada Reno.
Reno hanya menganggukkan kepalanya.
Setelah menyelesaikan makananku, awalnya aku akan pulang. Tapi Reno memberikan salah satu tikenya padaku agar bisa nonton hari ini juga. Jadi, aku akan pulang setelah nonton konser hari ini.
Aku langsung menelepon Ibuku dan memberitahunya soal aku akan pulang setelah nonton konser hari ini.
"Hallo, kenapa?" Terdengar suara Ibuku di seberang sana.
"Ma, aku mau nonton hari ini, ya?" Ucapku langsung.
"Loh, bukannya tiket yang beli Kak Reza, untuk kamu itu buat besok?" Kata ibuku bingung.
"Iya, tapi ada teman yang punya tiket hari ini. Dan dia ajak aku, Ma. Jadi, boleh ya?" Jelas ku
"Lalu, pulangnya?"
"Biar aku yang antar pulang." Reno memberikan tanda disamping ku.
"Katanya teman aku yang akan antar pulang Ma."
"Baiklah, hati-hati ya. Kalau selesai langsung pulang Jangan kemana-mana lagi." Ucap Ibuku memberitahuku agar jika selesai aku tidak keluyuran.
"Siap! Mama Irenku tersayang, mwah." Kataku sambil mencium layar ponselku dihadapan Reno tanpa sadar.
Segera saja aku mematikan teleponku, karena aku sudah malu. Telah memperlihatkan sisi yang tidak pernah ku perlihatkan pada orang lain, selain orang-orang terdekaku.
Reno tiba-tiba saja mengejek ku.
"Ternyata Ratu Es sekolah kami, selain dingin punya sisi lain juga, ya."
Aku tak menanggapinya karena wajahku sekarang sudah seperti kepiting rebus saja saking malunya aku.
"Ayo, buruan jalan!" Ucapku pada Reno yang tersenyum tidak jelas di belakang.
...~~~...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!