Hanya 'mencintai' menjadi satu hal pasti yang kita genggam erat-erat hingga membuat kita saling jahat bahkan membuat kita cacat; saling tak mampu mendapat yang di harap, saling merenggut karena takut.
*
Ku ceritakan kepadamu sebuah kisah keputusan yang paling indah. Bukan sebuah kata indah untuk menggambarkan kisah cerita mereka kembali. Jasmine kini masih terpaku pada sudut nya,waktu sudah menunjukkan pukul 11 malam. Dia masih berjibaku dengan pikirannya sendiri pada keputusan bulatnya, keputusan untuk melepas Dika.
Asmira sudah tubuh menjadi gadis kecil yang cantik dan manis, Ia sekarang sudah masuk ke taman kanak-kanak. Anak kecil itu sungguh mirip sekali dengan Dika versi perempuan,hanya saja dia selalu luluh seperti mommynya jika sudah berurusan dengan makanan. Sungguh konyol ibu dan anak itu akan berebut makanan yang mereka sukai. Asmira kini berusia 5 tahun dan itu artinya Jasmine berusia 32 tahun.
Sedangkan pria satu ini dia berusia 35 tahun.
Pesonanya tak pernah luntur, dalam petikan gitarnya dan suara yang ia nyanyikan akan membuat siapapun melayang-layang seakan rela jatuh di pelukan pria satu anak itu. Semakin dewasa semakin membuat para kaum hawa meleleh di depannya.
Siapa lagi kalau bukan Dika Andrea Bhagawanta
Pria satu anak yang pandai bermain musik dan bernyanyi, tipikal bad boy yang banyak di gandrungi para perempuan muda yang tidak seumuran dengannya. Sungguh nasib Jasmine yang malang, wanita itu selalu saja menggerutu kesal jika setelah dia bernyanyi di atas stage laki-lakinya akan di kerubungi seperti semut dan Dika adalah gulanya. Gula yang manis.
"Lihatlah baby." Jasmine menunjuk kerumunan gadis-gadis muda yang bersorak-sorai memanggil nama Dika.
"Haha, biarkan saja, Ayo kita pulang sayang. Asmira pasti menunggu kita." Dika mengandeng Jasmine dan berlalu meninggalkan kerumunan gadis-gadis kecil itu.
"Tapi kasian, mereka membawa hadiah untukmu."
"Lalu aku harus apa?" Tanya Dika pelan.
"Temui mereka sebentar saja, aku akan menunggumu disini." Jasmine menunjuk sofa di salah satu stand es krim di dalam mall tempat dimana Dika di panggil untuk menjadi guest star acara pameran sepatu-sepatu brand lokal.
Dika hanya menganguk dan berjalan ke arah kerumunan yang sedari tadi menyorakinya meski sudah turun panggung. Berbagai hadiah ia terima dengan senang hati dan mengiyakan keinginan mereka untuk berswafoto.
"Kau pasti lelah sayang? Mau aku pesankan satu cup es krim. Itu akan memperbaiki moodmu." Jasmine tersenyum saat melihat Dika kembali menghampiri nya dan menerima berbagai bingkisan dari para fans Dika. Jasmine akan menyimpan hadiah-hadiah itu di rak khusus atau jika berlebihan ia akan membawanya ke panti asuhan anak, karena tidak dipungkiri bahwa ada banyak boneka yg diberikan oleh fans suaminya.
"Boleh satu cup es krim stroberi." Jasmine berlalu menuju kasir dan memesannya. Setelah menunggu beberapa menit es krim itu sudah siap. "Makanlah." Jasmine menyodorkan satu cup es krim stroberi itu.
"Kita pernah ke sini berkali-kali bahkan saat kita masih pacaran? Kamu ingat?" Sebuah sunggingan senyum tersemat di bibir Jasmine. Dia masih ingat bagaimana saat Dika tidak pernah makan es krim sebelum nya dengan kekasihnya dulu.
"Tentu aku ingat." Dika membelai rambut Jasmine. Setelah selesai menikmati es krim mereka berlalu pulang menuju rumah Oma Ani (Ibu Jasmine) karena mereka menitipkan Asmira disana. Oma Ani akan senang sekali jika cucu pertama mereka di titipkan disana walau sebentar. Karena rumah mereka akan penuh dengan ocehan dan tawa Asmira.
Sedangkan Raka adik Jasmine, dia sudah mulai bekerja ikut dengan ayah Kamto menjadi kontraktor bangunan yang cukup banyak mereka berdua kerjakan.
Jasmine Adriana
Raka
Amanda Soedarjo, masih ingat kan dengan wanita ini. Wanita terindah yang pernah mengisi hati Dika sebelum kehadiran Jasmine di kehidupannya. Wanita yang akan lebih intens muncul di cerita ini.
*
Hallo reader sayang, akhirnya bisa up lagi kelanjutan kisah picisan Dika dan Jasmine. Mohon tidak bosen ya. Mohon dukungannya kembali 😊
Seri pertama mereka di chat story,cerita bagaimana awal pertemuan mereka kembali dan cerita awal rumah tangga Jasmine dan Dika.
Beberapa komentar setelah 52 episode.
Sempet kedatangan Nona Lancaster di judul pertama Just Mine. Aku tidak menyangka bakal dikomentari sama The Best Author dan aku sangat-sangat berterimakasih pada nona 💛💛💛
Yang suka diksi bisa baca,ada beberapa diksi yg aku tulis.
Asam manis kehidupan rumah tangga juga ada, pengkhianatan, perceraian, air mata, pengorbanan, dll.
*
Terimakasih atas dukungannya, yang sudah baca, like, komentar dan vote. Semoga kalian sehat sllu 💛
Gerimis pagi mengawali hari-hari pertama Jasmine di rumah barunya. Ya, setelah resmi bercerai dengan Dika satu hari yang lalu, Jasmine memilih pindah di rumah baru. Mendung menutup langit seperti ia sedang turut muram atas hancurnya rumah tangga Jasmine yang sudah ia bina selama hampir 6 tahun.
"Mom...., Mommy,mana susu coklat ku?" Teriak gadis kecil yang sudah siap berangkat ke sekolah.
"Astaga, mommy lupa sayang. Mommy keasikan memandang hujan pagi ini." Jasmine tersenyum dan segera membuatkan segelas susu coklat dan sandwich selai kacang. Sarapan favorit Asmira.
"Mommy sih, apa asiknya melihat hujan?" Tanya gadis kecil itu sambil mengunyah sandwich miliknya.
"Karena hujan memberi beribu banyak kehidupan sayang." Jasmine mengusap rambut ikat putrinya, nampak sedikit pirang seperti rambut milik ibunya.
"Benaran mom?"
"Tentu sayang, nanti kamu akan mengerti. Ayo mommy antar ke sekolah." Jam sudah menunjukkan waktu 7 pagi, setengah jam lagi jam masuk sekolah Asmira akan berbunyi.
Dua puluh menit berjibaku dijalanan, mobil putih Jasmine sampai di depan gerbang berwarna hijau tosca. Ia mengambil payung di bagasi dan menggendong Asmira masuk ke depan kelasnya. Sesaat meraka berdua saling berpelukan, Jasmine mengecup pipi tembam putrinya dan berpamitan pulang.
***
"Dika bagaimana ini?" Tanya seorang gadis berambut pirang panjang dan berwajah tirus. Siapa lagi kalau bukan Amanda Soedarjo.
Nampak guratan diwajah Dika, wajah penyesalan. Dia sama sekali tidak tahu harus bagaimana.
"Aku hamil dik, kamu harus tanggung jawab. Anak ini butuh seorang ayah." Wajah Amanda tampak sendu, matanya membengkak mungkin semalaman dia menangis.
"Baiklah Manda, aku bicarakan dengan keluarga ku dulu. Tenang lah, aku akan bertanggung jawab." Dika mengusap kasar wajahnya. Hanya itu jalan satu-satunya untuk bertanggung jawab jika ia tak mau di cap sebagai pengecut.
"Kau harus berjanji." Suara Amanda tampak menajam penuh harap.
Kenyataan pahit bahwa Dika berkhianat kembali dengan Amanda membuat Jasmine harus rela melepas suami sekaligus ayah untuk putrinya. Tanpa di ketahui Dika, Jasmine kini pun juga mengandung benih buah cinta mereka yang sudah tubuh hampir 5 Minggu.
Seminggu sebelum ketukan palu persidangan mengesahkan mereka resmi bercerai. Jasmine yang sedang berjalan-jalan di mall bersama Raka dan Adelle ( kekasih Raka ) melihat seorang yang mirip dengan Dika. Tanpa aba-aba Raka yang tahu arah mata kakaknya pun langsung berjalan dan menggebrak meja di depan kedua orang yang sedang asik bercengkerama.
"Sudah ku duga!" Raka kembali memberi bogem mentah setelah 5 tahun yang lalu hal ini pernah terjadi.
"Adelle, bawa Asmira pergi ke taman hiburan." Titah Jasmine dan di angguki pacar adiknya.
"Stop." Jasmine berteriak ketika pukulan-pukulan itu mulai tak terkendali.
"Kakak lihat sendiri kan. Suami kakak tak pernah berubah!" Raka berbicara dengan bersungut-sungut. "Sudah cukup kak, aku akan bawa Dika ke markas." Raka yang kini sudah tumbuh dewasa dan memiliki tubuh yang besar dan sixpack pun kembali menghantam tengkuk Dika yang sekilas membuatnya pingsan.
Sedangkan Jasmine tidak bisa berkata-kata lagi, dia cukup tercengang melihat suaminya kini berkhianat lagi dengan wanita yang berkali-kali menjadi sumber kesialan nya.
Di markas rahasia keluarga Kamto.
"Ku mohon ayah, jangan sakiti Dika." Tangis Jasmine memecah ruangan gelap temaram saat ayah Jasmine-ayah Kamto mengeluarkan sebuah pistol revolver berisi peluru penuh.
"Ku mohon ayah, Hiks......, Jangan bunuh ayah anakku, ku mohon ayah." Tubuh Jasmine lemas dan hanya mampu terduduk bersimpuh di bawah kaki ayahnya.
"Sudah dua kali dia mengkhianati mu dan keluarga kita, Kau pikir ayah tidak tahu." Kamto bicara geram.
"Bukankah kamu tahu Jasmine siapa ayah." Jasmine mengangguk.
Ayah Jasmine adalah salah satu mata mata bayaran tertinggi di kotanya bahkan negerinya. Menjadi kontraktor bangunan adalah kedok untuk menutupi pekerjaan aslinya. Bahkan dia tidak segan akan membunuh siapapun yang mengkhianati keluarganya atau musuh relasi yang membutuhkan pekerjaan. Walaupun bukan dari tangannya sendiri ia menghabisi pengkhianat!
"Ayah akan melepas Dika, jika kamu mau melepasnya juga." Tawaran ayah Kamto yang membuat kening Jasmine mengkerut.
"Maksud ayah, bercerai dengan dika?" Tanya Jasmine meyakinkan.
"Ya. Ayah akan mengurus nya, Anak ayah berhak bahagia. Bukankah Dika pernah berjanji untuk menjagamu dan Asmira dengan baik."
"Ia sudah melanggar janjinya. Ayah akan mengambilmu kembali."
Sesaat mata Jasmine tertuju ke mata Dika yang sedari tadi hanya menunduk takut. Sekali saja pelatuk pistol itu lepas. Bisa jadi nyawanya akan hilang seketika.
"Aku tidak mau ayah menjadi pembunuh,aku tidak mau ada darah yang mengalir disini. Ku mohon ayah. Lepaskan Dika." Jasmine masih menangis dan membujuk ayahnya lagi, namun tak ada respon dari laki-laki tua paru baya yang bagi sebagian orang tahu laki-laki ini slalu punya bahan lelucon.
Hening......., Hingga akhirnya Jasmine mengambil keputusan yang seakan berat untuk ia ucapkan. Ini semua ia lakukan hanya untuk putri kesayangannya dan calon anak keduanya nanti.
"Baiklah, aku akan bercerai dengan Dika. Ayah bisa mengurus surat-surat nya nanti. Jadi Jasmine mohon lepaskan Dika." Jasmine tertunduk.
Semua mata di ruangan itu nampak tertuju pada Jasmine tak terkecuali mata Dika.
"Raka, berikan kuncinya pada kakakmu." Titah ayah Kamto.
Krincing....., Bunyi kunci-kunci itu terjatuh saat Raka hanya melempar ke arah Jasmine.
Dengan buru-buru Jasmine mendekati Dika dan membuka kunci borgol itu. Sesaat Meraka saling berpelukan, mengusap air mata satu sama lain. Hingga akhirnya Jasmine berkata "Pergilah, sebelum ayah berubah pikiran."
"Lalu bagaimana denganmu? Ini patut aku terima Jasmine, semua salah ada padaku."
"Aku bersama keluarga ku, jangan khawatir. Pergilah." Jasmine membujuk Dika supaya ia berlalu pergi. Namun saat ia hendak berdiri, sebuah hantaman membentur tengkuknya lagi.
"Raka....., Kau!!!!" Jasmine berteriak saat tak sedikit darah keluar dari hidung dan mulut Dika.
"Jangan ceroboh kak. Apa kakak mau Dika tahu tempat ini." Penjelasan Raka yang membuat Jasmine hanya bisa mengangguk.
Jasmine dan Raka tampak memapah tubuh Dika yang lunglai. "Bawa anak itu ke rumah sakit dan kau Jasmine pulanglah ke rumah ayah." Ayah Kamto berucap dan menutup pintu gerbang markas mereka. Dua mobil SUV hitam terparkir di pinggir jalanan yang cukup sepi.
"Tidak yah, aku akan pulang ke rumah Dika." Jasmine yang sudah masuk ke dalam mobil pun menaruh kepala Dika di pangkuannya. Dia hanya bisa mengelus lembut rambut suami nya. Membersihkan darah segar yang masih kadang merembas membasahi hidungnya.
"Kenapa kau tak bisa memegang janjimu saat kau sedang jengah dengan ku, tidak pantaskah aku berada disampingmu Dika." Jasmine terus mengusap-usap kepala Dika. Air matanya masih menetes tanpa henti. Pengkhianatan lagi-lagi ia rasakan. Semesta seperti tak berpihak padanya.
"Kenapa?" Tanya ayah Kamto sambil mengemudikan laju kendaraan nya.
"Biarkan aku dan Dika menemani Asmira sebelum kita resmi bercerai." Tak mampu lagi menahan derai air matanya, tangis Jasmine semakin terisak.
"Ayah tahu ini berat untukmu Jasmine, tapi akan lebih berat lagi untukmu menjalaninya . Ayah tahu wanita itu hamil, apa kau mau berbagi gula dengannya?"
Sontak kata 'hamil' terngiang-ngiang di kepala Jasmine. Amanda hamil, dia hamil seperti Jasmine.
"Apa salahku ayah, kenapa nasib baik tak berpihak padaku. Apa ini karma dari apa yang kita lakukan?"
"Jaga ucapan mu Jasmine! Ayah merawat baik makam-makam orang-orang yang mengkhianati kita. Bahkan ayah memberi keluarga mereka santunan. Itu udah lebih cukup untuk pengkhianatan mereka."
Hingga tak terasa mereka sudah sampai di depan rumah sakit. Jasmine berdalih bahwa suami nya habis di keroyok seseorang yang tidak ia kenal. Akhirnya perawatan itu membawa Dika ke IGD dan memeriksa nya.
Selang satu jam Dika dipindahkan ke ruang rawat inap. Tidak ada luka berat hanya beberapa memar di tengkuk dan sedikit pendarahan saja.
Jasmine kembali ke rumah,nampak kini ia bersama Raka karena kekasihnya sedang bersama Asmira di kediaman Dika.
"Kak?" Raka tampak ragu untuk bertanya pada kakaknya yang terlihat berantakan.
"Ada apa Raka?" Jawab Jasmine.
"Kakak yakin akan bercerai dengan Dika?"
"Tidak perlu dibahas, kau sudah tahu ayah akan melakukan apapun untuk itu."
Tiba di kediaman Dika, terlihat Adelle sedang bermain di ruang tamu dengan Asmira. Mata Adelle membulat melihat baju Jasmine yang banyak darah dan matanya memerah.
"Mommy....., Mommy sudah pulang?" Tanya gadis kecil itu tapi tatapannya juga mengarah pada baju Jasmine.
"Darah siapa dibaju mommy?" Tanya Asmira.
"Bu-kan darah siapa-siapa sayang. Tadi mommy hanya membantu kucing yang di tabrak orang." Jasmine tak mungkin jujur, jika darah itu adalah darah ayah Asmira. Jika tidak, anak itu akan merengek minta di antar ke rumah sakit.
"Delle, terimakasih sudah menjaga Asmira dengan baik. Pulanglah, besok kamu harus kuliah." Titah Jasmine pada Adelle.
"Tapi kakak tidak apa-apa,apa yang terjadi?" Tanya Adelle penasaran. Namun seketika mata Raka mengkode agar Adelle tidak bertanya lebih lanjut. Kakaknya pasti masih syok dan Raka tak mau kakaknya kembali menangis di depan keponakannya.
"Sudah beib, ayo kita pulang. Nanti orangtua mu mencarimu dan memarahiku karena telat mengantarmu pulang." Raka tersenyum,dia benar-benar takut jika harus berurusan dengan papa Adelle yang notabene juga ikut regu tembak mata-mata seperti ayahnya.
"Tapi kak Jasmine bagaimana beib, dia seperti sedang muram. Lalu dimana kak Dika?" Lagi-lagi Adelle penasaran.
"Sudah beib, ayo pulang. Kak kita pulang dulu ya. Besok Raka kesini lagi." Raka menarik tangan Adelle dan berpamitan pada Jasmine dan hanya di angguki oleh wanita malang itu.
"Mommy baik-baik aja? Kenapa mata mommy merah?" Pertanyaan yang sama terlontar dari bibir kecil Asmira. Nampaknya ia juga penasaran.
"Mommy tidak apa-apa sayang, ayo ke kamar. Apa aunty Adelle tadi sudah membuatkan mu susu coklat?" Jasmine berusaha mencari alasan lain.
"Sudah mommy, tadi aku dan aunty Adelle bermain masak-masak an."
"Kau senang?"
"Iya mommy,andai aku punya adik. Pasti seru mommy bisa bermain bersama."
"Nanti kau akan punya adik. Sudah ayo ke kamar, mommy ingin mandi dan menceritakan dongeng untukmu."
"Beneran, mira akan punya adik. Yeyyyy....," Sorak Asmira dan mengikuti ibunya pergi ke dalam kamar.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!