NovelToon NovelToon

Penghuni Kamar Tengah

cobaan bertubi-tubi

"ayo semangat ciw!" aku berseru sambil memberinya sekarung pekerjaan.

namanya sri, dia anaknya pak lurah dikampung halaman ku. dulu dia koar koar kalau pekerjaannya di kota menjadi pegawai kantoran. mungkin karena aku menemukan nya dipabrik, dia membatasi diri dariku.

Akan ku jelaskan lebih dulu, pabrik ini memproduksi sepatu . aku bekerja di bagian produksi jahit. sistem kerjaanya pecahan.

setiap orang hanya mengerjakan satu proses hingga dua proses variasi jahit. begitu seterusnya sampai ke tahap akhir, kemudian hasil akhir ini akan di periksa lagi atau di qc di bagian finishing sebelum dikirim ke departemen assembling. setelah itu barang akan dikirim lagi ke tahap packing. Hasil inilah yang kemudian akan di distribusikan.

Pagi menuju siang ini sri terus menggerutu. Aku pun nyengir liatin pipinya yang kembung. kurasa dia terlihat seperti ikan buntal.

Brukkk

Tranggg.....

sri melempar gunting ke lantai menimbulkan suara gaduh, bahkan membuatku nyaris terperanjat . Tak hanya aku, beberapa orang dari line sebelah pun dibuat menoleh.

bukan sekali dua kali sri bersikap seperti ini. setiap kali ada masalah diluar dia pasti membawanya ke pabrik.

" Kambuh"Kata lilis. dia duduk di line sebelahku. akupun berusaha menahan tawa sampai cekikikan.

ketika sri ke toilet, lilis memperagakan adegan Sri barusan. Membuat yang lainnya ikut mengolok ngolok.

aku duduk dibelakang meja Sri. sama seperti yang lainnya, aku juga terbawa cekikikan, memperagakan pipinya yang kembung.

aku tidak tahu kalau sri sudah berdiri dibelakang ku. dia mengerucut kan bibir. Sorot matanya terlihat licik di sudut manapun. Aku pun memalingkan wajah, untuk menghindari nya sekaligus merasa bersalah.

"Kerja kerja kerja" teriak leader dari depan finishing.

kami pun kembali pokus . Sedangkan sri mulai kembali duduk di depanku sambil memainkan handphone.

"Addey, kau di panggil ke ruang supervisor." pemimpin line tiba tiba menghampiri ku .

Seingatku tak ada masalah apapun. aku berusaha mengingat semuanya. awalnya Perasaan ku masih tenang sampai tanganku meraih knop pintu. aku melihat supervisor tampan sekaligus masih muda sedang menatapku jijik dari meja kerjanya. Barulah aku punya firasat bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi . Sebisa mungkin aku mengabaikan nya dan mengambil inisiatif untuk mengambil tempat duduk terlebih dulu. Namun, belum juga bokong ku menyentuh kursi laki laki itu lebih dulu bilang bahwa aku di pecat. Bokong ku menggantung di udara dan seketika mataku terbuka lebar.

"Kenapa pak?" Tanyaku lemah.

Sudut bibirnya melengkung " kamu tidak masuk kualifikasi karyawan disini. Kami membutuhkan karyawan yang berkualitas dan berbakat. lihatlah dirimu, bukannya pokus bekerja kamu malah banyak ngobrol . sia sia perusahaan menggajimu. memangnya ini perusahaan kakek mu" tukasnya.

hahh apa itu logis. Aku kehilangan kata kata dan hatiku terisak.

Aku ingin berteriak dan protes, tapi aku malah membisu. "oh" hanya itu saja yang ku katakan.

Aku segera pergi dari ruangan terkutuk itu, membanting pintu, mengepalkan tangan dan wajah yang sudah memerah. Beginikah nasib memiliki wajah pas pasan? sedangkan mereka si paling cantik, selalu mendapatkan yang terbaik. aku melirik sri dengan perasaan iri.

anak anak dari line sebelah terlihat berbisik bisik menonton kepergianku. Sekarang aku merasa seperti badut dan lebih konyol dari apapun. Lebih buruk dari sri.

Bibirku tersenyum hambar menahan diri agar tidak menangis . begitu sulit mendapat kerja. sudah dapat kemudian hilang lagi.

'semuanya akan baik baik aja, semuanya akan baik baik saja . rezeki ku ada dimana mana' air mataku mengalir, Aku berusaha merangkai kata kata untuk menguatkan diriku sendiri agar tidak terlalu menyedihkan.

Sesampainya di kosan sempit, empat kali lima meter persegi, aku duduk selonjoran sambil membuka bungkusan seblak yang aku beli di jalan, warungnya teh bohay. Pedas sekali. Aku bahkan berkali kali meneguk air.

Lima menit setelah makan aku langsung mulas. sepertinya cabe yang ku makan berhasil menikam dinding lambung ku.

Entah berapa lama aku berjongkok diatas kloset, kakiku sampai kesemutan saat berdiri. jadi aku berjalan pelan saat keluar. jeng jeng. orang-orang sedang mengantri. Ya, kossan ini ada enam kamar tapi hanya menyediakan dua toilet. Satu persatu dari mereka menatapku dengan sinis. Diantrian terakhir ekspresinya lebih buruk dari yang lain. Matanya menonjol hampir keluar. Untung saja aku bisa melewatinya dengan ekspresi acuh.

Keesokan harinya, aku kembali keluar dari kosan sempit ku dengan membawa beberapa dokumen yang dibungkus dalam amplop coklat.

Aku tidak boleh menyerah pada hidup ini walaupun berat dan memaksa . Itulah motto hidupku .

Sekarang aku menaiki sebuah angkot berwarna hijau, kemudian turun ke sebuah kompleks pabrik yang ada di daerah Katapang.

Aku terus berjalan dari pabrik kepabrik berada diantara karyawan karyawan pabrik yang bersiap siap untuk bekerja.

tak terasa matahari sudah menjulang tinggi dan semua karyawan sudah beraktivitas, tinggal aku yang masih berkeliaran tidak jelas. peluhku sudah bergumul di dahi, hidung, punggung juga di ketiak. Sepertinya usahaku masih nihil, lebih parahnya beberapa satpam malah berinisiatif mengusirku karena menghalangi gerbang.

Sebelum moodku benar-benar hancur Aku segera kembali pulang dengan satu cup seblak lagi tapi tidak sepedas kemarin. warna kuah nya pun terlihat pucat.

Belum juga sampai ke pintu, seeorang dengan rambut panjang menarik tangan ku. " Kamu kemana aja sih , katanya kamu di pecat tapi Kenapa kamu tidak memberi tahuku."

dia memiliki suara yang berat seperti anak laki laki. Aku mengernyit. Dia pikir dia siapa, aku juga tidak ingin lagi berteman dengannya sejak dia mengatakan cinta padaku Minggu lalu. setiap kali mengingat nya, aku langsung mual, Aku masih normal. Eh, namanya gena. Tinggal di sebelah kamarku.

" Bukan urusanmu" tukasku dengan sarkas. " Tapi aku lapar" rengeknya. "Itu bukan urusanku." Tukas ku lagi dengan kejam. Kemudian dia diam sambil melototi ku dan membalas dengan cara yang tak kalah kejam, gena merebut seblak milikku, kemudian kabur. Aku rasa dia lebih cocok menjadi preman di banding gadis penyandang saraf.

sudah tengah hari dan aku mulai kelaparan. Sisa uangku sudah tipis dan hanya recehan. Aku tidak boleh boros. Aku pusing dan ingin menangisi keadaan ini tapi tidak ada gunanya. disaat seperti ini, aku menyandar ke dinding. lagi lagi aku meneguk air lebih banyak agar mengganjal perut ku yang keroncongan.

Malam harinya, seseorang mengetuk pintu dengan tidak sabaran. " Iya, sebentar." Teriakku sambil bangkit dari kasur. Setelah knop pintu di buka aku melihat perempuan bertubuh gemuk berdiri tegap disana. Dia memakai duster bermotif berwarna merah jambu, ketiaknya robek dan rambutnya di Cepol.

" Maaf mengganggu neng , saya cuma mau bilang kalau tanggal satu nanti harga kosan saya naikkan lima puluh ribu ya, untuk mengganti biaya berlebih bulan karena kenaikan listrik, diberi tahu sekarang, ya biar nanti gak kaget."

" oh I iya bu" jawabku tergagap.

" maf ya sudah mengganggu. Selamat malam." siti pun segera kembali.

penantian yang kosong

Kata-kata siti seperti pukulan keras, membuat isi Kepala ku yang sehat menjadi migrain. jadi ku urut pelipis sebelah kananku, memantik korek dan menyalakan rokok .  ku hisap perlahan sampai terasa, kemudian membiarkannya mengepul di sepanjang lorong gelap, menghangatkan udara malam yang terasa dingin dan menyakiti kulitku.

ditemani pikiran yang kosong, aku berjalan tanpa tujuan, begitu juga bayi kribo yang mengikutiku entah sejak kapan.  wajahnya mengerikan dan kepala berdarah darah.

Dia berjalan sejajar disampingku . Saat aku berhenti dia juga berhenti. "Mama" panggilnya, suaranya terdengar seperti dalam naungan air dan jauh. Perlahan aku menoleh dan melihat mata hitamnya menatap kosong padaku, kemudian Wajahnya yang pucat itu mulai retak. "Aku bukan mamamu." Jawabku acuh sambil memalingkan wajah dan memantik korek untuk menghidupkan sebatang rokok lagi .

Bayi itu tertawa. Namun nadanya penuh kebencian. Entah karena  kesal kepadaku atau pada nasibnya. Dia melayang di depanku. persis seperti angin. Semakin lama suara tawanya terdengar menggema, namun jika di rasakan lebih dalam lagi suara tawa itu malah terdengar seperti kepedihan yang tiada akhir.

Esok paginya aku kembali berpakaian rapih, hitam putih dan membawa beberapa amplop coklat. Kali ini aku mendatangi beberapa pabrik yang lebih jauh dari kosan. Beruntung, kali ini aku tidak diusir.

sikap mereka membuat ku merasa di manusia kan. " Zaman sekarang susah ya neng nyari kerja. Walaupun gitu jangan menyerah ya! bagaimanapun, rezeki gak bakal datang kalau enggak di cari. " seorang satpam bernama rohman mengajakku bicara.

" iya " jawabku sambil tersenyum. Akhirnya Aku menemukan sedikit harapan diantara setumpuk keputus asaan.

" surat lamarannya titip aja disini, nanti begitu ada loker, nomor neng yang ada di amplop bakal segera di hubungi. Pokoknya, neng harus stay di depan handphone aja. " ujar rohman

akupun mengangguk dan segera meletakkan amplop coklat ku dimeja satpam. " aduuh udah lama gak nemu rokok" . rohman memelas, memberi isyarat. jadi aku terpaksa mengepalkan uang dua puluh ribu di tangannya.

rohman pun tersenyum dengan sumringah. " ahh gak usah.. heu heu..."

kukira dia menolak, jadi aku senang. ternyata uangnya dia masukkan ke dalam saku.

"kalau begitu neng pulang aja dulu, sudah siang neng , panas. kasian bapak mah" katanya lagi. dia ada benar nya juga, jadi aku berbalik. tiba tiba sudut mataku tertuju pada tumpukan amplop coklat  di dalam sebuah drum. tumpukan ijazah dan identitas itu seperti sampah dan siap di bakar . seolah pabrik ini tidak pernah membuka lowongan bagi siapapun. mataku pun menatap tajam kearah rohman, berharap uang duapuluh ribuku dikembalikan.

Walaupun terasa mustahil,  aku  masih saja menatap ponsel sepanjang waktu. Berharap ada telepon atau pesan masuk untuk panggilan kerja. Namun hasilnya sama saja seperti detik pertama detik kedua ataupun detik ketiga. Sekalinya ada pesan, ternyata operator .

Di tengah penantian ini tiba tiba seseorang menerobos masuk dan mengganggu kesunyian yang aku nikmati.

"Gena, ngapain kamu kesini" . Suaraku terdengar serak dan dingin. Aku menyesal telah mengenalnya, dia begitu tidak tahu sopan santun. Terlebih lagi aku menyesal karena tidak mengunci pintu dan mematikan lampu dari tadi.

" nginep ." gena menjawab dengan singkat. kemudian dia berbaring di tempat tidurku. Bersamaan dengan itu, aku mulai mencium aroma alcohol pekat yang menggantung di udara.  Aku ingin memukulnya. Tapi tanganku menggantung , Entah apa yang membuat orang ini korslet. Padahal dia masih muda juga memiliki fitur wajah sempurna. Mungkin aku tidak menyukainya karena ada rasa iri yang menyelinap di mataku. dia cantik. Akhirnya aku menggaruk kepalaku agar tidak menyianyiakan tanganku yang sudah menggantung di Udara." kali ini aku membiarkanmu karena males ddebat, males ribut. " tukasku

malam semakin larut, aku semakin gelisah , sesekali aku melihatn lagi ke layar ponsel. lagi dan lagi. Namun, Hasilnya masih sama. Bahkan mungkin seekor cicak sedang menertawakan kemalangan ini di langit langit kamar. Aku mencoba tidur dan memejamkan mata, tapi kali ini dua bocah botak terus mondar mandir di sekitar kamar. aku kembali membuka mata. mereka berjalan menembus dinding dan mengeluarkan bunyi tidak jelas. Kadang mereka terdengar seperti lonceng, kadang terdengar cekikikan aneh sesaat kemudian terdengar seperti benda yang jatuh. Semakin lama membiarkannya, aku malah semakin emosi.

Sudahlah. Tidurku benar benar terganggu. mataku sedikit bengkak. Aku kembali bangun dan  mulai marah marah" Heh tuyul, pergi sana cari duit. enggak ada kerjaan banget sih ganggu orang yang mau tidur . Heran. tuh di pinggir jalan ada bangunan rumah yang megah banget, banyak duit noh disana. Maling kok di rumah orang miskin"  Tukasku. telunjukku mengarah ke sembarang arah. Maksudnya untuk menunjukkan dimana rumahnya pak rusdi, orang yang kupikir paling kaya di sini karena rumahnya yang besar.

Mereka tau aku bukan emaknya. Karena itu malah meledekku  dengan suara cekikikan yang kekanakan . dia juga melotot ke arahku dengan mata yang hitam sambil menjulurkan lidahnya yang berdarah, kemudian dia melempari kepalaku dengan uang receh seribu rupiah sebanyak empat biji. " Dasar bocil. Apa kau mencari masalah" Teriakku kesal. aku balas melotot.

tiba tiba gena terbangun dengan mata merah . dia menatap ku kemudian mencengkram kedua bahuku "Apa?." tanya gena linglung.

" Diam kau! Menjijikkan" hardikku dengan kejam sambil melepaskan cengkramannya. Gena kembali meringkuk dan memejamkan mata. Suara nafasnya terdengar menderu. dia langsung  pulas lagi. Aku baru mengenalnya sebulan yang lalu, dan sekarang dia sudah berpikir dekat denganku sehingga berani beraninya menginap. ku pikir dia gadis normal. Kalau tau begini, aku pastinya akan bersikap galak sejak awal. Aku tidak akan menghampirinya walaupun dia nangis nangis darah karena ketakutan.  Kedua tuyul itu kembali cekikikan sehingga mendapatkan perhatian ku lagi. Kali ini aku hanya bisa melototinya dengan pasrah.  "Awas ya. Sini kalian " Teriakku dan berusaha mengejar mereka.

***

Semakin hari uangku semakin menipis. Sudah akhir bulan, namun aku tak kunjung mendapat panggilan kerja. Hidupku semakin kacau dengan kehadiran gena. Dia selalu menggangguku. Pura pura membantu ku menghabiskan makanan yang ingin aku makan sendiri.

Tuk tuk tuk.

Baru jam enam pagi. seseorang sudah mengetuk pintu dari luar dan membangunkan tidurku. Akupun bergegas membukanya . Perempuan itu lagi. Namanya Siti. pemilik kos-kosan disini.  Tidak ada belas kasihan di setiap sisi wajahnya yang berminyak. Dia datang kemari untuk menagih sewa kossan. Kutahu itu. Mulanya dia tersenyum karena berpikir akan menerima uang dariku .

Aku tidak berani bilang bahwa aku tidak mempunyai cukup uang untuk membayar sewa bulan ini. Aku juga tidak mungkin memohon ."Aku akan berkemas. " Jawabku singkat. Ada perasaan menyesal setelahnya.' Kenapa sih aku tidak jujur aja, siapa tahu boleh nunggak' pikirku.

Siti mengerutkan dahi. "Kenapa? Apa addey keberatan kalau harga sewa di naikkan? Begini Dey, untuk bulan sekarang saya harus membayar harga listrik yang melambung tinggi. Jadi saya banyak nombok. Nah, kalau nanti harga listrik sudah kembali normal, saya pasti akan mengembalikan harga awal." Ujarnya menjelaskan.

"Sekarang aku tidak punya cukup uang Bu dan belum lama ini aku di pecat dari pabrik." Akhirnya setelah bersusah payah menahan diri, aku bisa juga mengatakan masalah ini.

Siti terbelalak. senyumnya berubah masam. "Yasudah kalau begitu, segera kemasi barangmu!"

Kupikir dia akan mentolerir keadaanku. Menahanku. Ternyata tidak. Pada akhirnya dia masih tetap kejam. Membuatku semakin putus asa. Tidak ada tempat dan tidak ada bakat mengemis dalam diriku.

Aku berjalan menyusuri trotoar, mengikuti langkah tak bertujuan sambil menggendong keril dan menyered sebuah koper yang berisi barang barang.

Sudah tengah hari dan aku kelaparan. Aku duduk di meja sebuah warung memesan gorengan dan lemper sambil mendengarkan beberapa percakapan antara ibu warung dengan pelanggan yang sudah seperti temannya. Aku tidak terlalu menyimak, karena otakku terasa kusut saat ini. Sedikit yang ku cerna bahwa di sekitaran sini ada sebuah kossan yang menurunkan harga menjadi seratus ribu karena kossan itu pernah digunakan seseorang untuk bunuh diri. Disana berhantu.

Mendengar soal  harga, perhatian ku langsung teralihkan. tidak masalah lagi soal hantu daripada tidur di jalanan terus di Jahatin manusia. Terlebih uangku hanya tersisa tiga ratus ribu dan setelah keluar dari warung ini sudah pasti akan berkurang sepuluh ribu.

Mataku berkeliling untuk melihat sekitar, kemudian berhenti tepat di tempat steam mobil. Disana ada seseorang yang ku kenal. Ya, dia sri bersama sang supervisor. Mereka seperti pasangan pada umumnya, pantas saja waktu itu aku langsung di pecat. Ternyata oh ternyata. sepertinya sri mengatakan hal hal buruk tentang ku pada pacarnya. awas saja, akan kubilang ke orang orang dikampung kalau dia sebenarnya tidak kerja di kantor tapi bekerja di pabrik. dia sangat menyebalkan pikirku.

akhirnya sri melihat ku, dia pun bersemangat menghampiri" mau pulang kampung ya. hati hati dijalan ya. kehidupan kota emang mengerikan, tak jarang para pelancong yang memaksa tinggal disini malah hidup menggembel. ups" dia menutup mulutnya dan tersenyum mengejekku . kemudian di pergi menghampiri pacarnya mengalungkan tangan di leher supervisor itu dan pamer kemesraan diatas penderitaan ku.

"  ya sudahlah dey baday pasti berlalu. Terima saja dulu kenyataan ini"  aku bergumam sendiri sambil mengelus dada.

tempat baru

Sesuai petunjuk ibu warung, aku kembali berjalan sambil menyeret koper menuju kos kosan yang di ceritakan tadi. Sepanjang perjalanan aku masih sering bertanya pada orang sekitar, tentang alamat keu keu. Orang yang ku ketahui sebagai pemilik kosan yang menurunkan harga sampai seratus ribu.

Setelah lama berjalan, akhirnya sampai juga di tempat tujuan. Kini di depan ku berdiri sebuah bangunan besar dan bertingkat. Setelah di perhatikan, bangunan ini masih baru namun katanya tidak ada yang tinggal disini untuk waktu yang sudah lama. Di lantai dua ada seseorang tengah mengintip di balik gorden, namun dia bukan penyewa . sepasang mata kami bertemu, Sepertinya dialah penyebab kossan ini tidak laku. Aku segera menurunkan pandangan. Tiba tiba angin dingin menerpa sebagian rambutku. aku hendak menoleh mencari asalnya namun seseorang menepuk bahu dari sisi lain. Membuat ku terlonjak kaget sambil menoleh.

" Sedang mencari siapa de?" Tanya perempuan paruh baya itu . tubuhnya kurus dan tidak terawat. ada lipatan lipatan keriput di sekitar wajahnya yang kering dan banyak flak hitam. Tampak mewaspadai ku.

" Maaf bu, aku sedang mencari kossan ibu keu keu." Jawabku tergagap. kini lututku juga terasa lemas karena terkejut  dengan kedatangan nya yang tiba tiba.

Perempuan itu mengerutkan kening dan berkata. "Saya keu keu"tangannya terulur di depan ku. Aku kembali  terkejut, sehingga pandanganku teralih padanya dalam beberapa detik sebelum aku menerima uluran tangannya.

" Addey. namaku addey" ujarku masih tergagap sambil menunjukkan senyuman yang paling ramah.

"Sebenarnya saya datang kesini untuk mencari kontrakan murah Bu." Lanjutku seadanya.

Ekspresi wajah keukeu tampak berubah. Kemudian dia mengangguk seolah sudah mengerti semua permasalahan ku" Bagaimana kau bisa sampai kesini? Kosan ini sudah kosong selama satu tahun. bahkan Ada rumor tidak enak tentang kosan ini. Apa kau tidak takut? " Tanya keukeu pelan. Suaranya agak misterius.  Aku hanya  menggeleng pasrah. Membuat ekspresi keukeu tanpak lebih baik . Keukeu tidak lagi bertanya, bahkan tentang asal usulku. mungkin dia tidak ingin aku berubah pikiran begitu saja. Sudah lama sekali bangunan miliknya tidak berpenghuni. Pasti dia tidak ingin kehilangan penyewa baru nya dan menghilangkan rumor tidak enak tentang kosan ini.

"Aku cuma pegang dua ratus ribu dan aku belum bekerja." Jawabku jujur namun aku tidak bisa merengek atau menunjukkan ekspresi sedih asecara berlebihan.

" Sebenarnya, kosan ini biasa aku tawarkan lima ratus ribu. Sudah ada perabotan di dalam sana. Jadi kau tidak perlu khawatir lagi. Tapi Karena kau penghuni baru, selama tiga bulan kedepan aku akan memberi harga seratus ribu kepadamu. "

Aku tidak mau banyak mikir dan banyak kata, setidaknya aku bisa hidup layak paling tida selama satu bulan. selanjutnya aku akan memikirkan lagi "Ia Bu, aku mau. terimakasih" ujarku

Keukeu mengeluarkan sebuah kunci gerbang dan membawaku kelantai dua. Tepatnya menuju ke kamar tengah, tempat dimana aku melihat seseorang tadi.

Ini pasti kamar yang di ceritakan ibu warung. Di dalam kamar ini, seseorang pernah bunuh diri. jantungku terasa berdegup kencang. Tapi aku hanya bisa memaksakan tersenyum, aku tidak mungkin meminta kamar lain dengan harga seratus ribu. ini saja sudah lebih dari untung. Setelah keukeu menyerahkan kunci, dia segera pergi meninggalkan ku dengan ekspresi yang sulit di gambarkan.

Begitu aku membuka pintu, hawa dingin langsung menyergap. Kulitku nyaris seperti landak karena berduri. Entah siapa yang menghuni kamar ini, tapi rasanya dia mempunyai tempramen buruk. Aku mengucapkan salam dan berbasa basi pada angin,berharap dia tidak mengganggu ku. namun sewaktu-waktu dia datang menunjukkan dirinya dalam bentuk bayangan yang menyatu dengan dinding berwarna pink.

Aku segera menyingkap tirai sehingga banyak cahaya yang masuk ke dalam ruangan dan bayangan itu hilang bersama suara jeritan yang menyakitkan.

Ruangan ini sangat luas dengan perabotan yang komplit, bahkan harga lima ratus ribu saja rasanya terlalu murah. Hari ini adalah keberuntungan bagiku. akan ku tandai tanggal ini. Disisi lain, aku tidak akan di ganggu lagi dengan orang yang menyebalkan seperti gena. aku benar benar puas sekarang.

perlahan lahan aku berjalan ke depan cermin yang berada di meja rias kemudian melihat bayanganku disana. aku menangkup pipiku yang tirus ini. umurku sudah dua lima, namun wajahku seperti belasan. walaupun aku tidak putih, aku terlihat manis, kenapa belum  juga ada orang yang memperhatikan sisi ini. laki laki di dunia ini benar benar buta. sebenarnya aku sering bertanya tanya. apakah cinta sejati itu benar benar ada. benar aku bisa melihat hantu dimana orang lain hanya tau nama dan ceritanya tapi tidak dengan keberadaan nya, mereka tidak tahu rupanya. dalam hal takdir akupun seperti mereka.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!