NovelToon NovelToon

The Anti-Hero

Chapter 1 : Keadilan

Di sebuah vila di kota New York.

Seorang remaja muncul dengan pakaian serba hitam dan kain yang menutupi wajahnya, sehingga hanya memperlihatkan matanya yang berwarna biru.

Meskipun wajahnya tertutup oleh kain, dapat dilihat bahwa remaja tersebut adalah seorang remaja yang tampan.

Remaja tersebut kemudian berjalan memasuki vila.

*BOOM

Sebuah suara tembakan terdengar dari dalam vila tepat beberapa detik setelah remaja tadi memasuki vila tersebut.

Suara tembakan yang keras langsung membangunkan para penjaga vila.

Para penjaga Villa yang terbangun langsung berlari memasuki vila.

*BOOM

*BOOM

*BOOM

Suara tembakan beruntun terdengar setelah para penjaga memasuki vila.

Para penjaga yang baru saja melangkahkan kaki di vila langsung terjatuh ke tanah dengan sebuah lubang peluru di dada mereka.

Adapun pelaku yang menembakkan pistol tak lain remaja tersebut.

Remaja tersebut saat ini sedang memandang seorang pria paruh baya gendut yang menjerit kesakitan sambil memegangi paha kanannya yang terluka.

Lubang peluru nampak jelas di paha kanan pria paruh baya gendut tersebut dengan darah merah segar yang terus mengalir tanpa henti.

"Bajingan brengsek yang melakukan korupsi sepertimu tidak cocok untuk tinggal di dunia ini lebih lama." ucap remaja tersebut sambil meletakkan moncong pistol di dahi pria paruh baya tersebut.

"Ada kata-kata terakhir?" tanya remaja tersebut.

"A-ampuni a-"

*BOOM

Peluru menembus kepala pria tersebut yang ketakutan akan kematian.

Pria paruh baya itu akhirnya terjatuh ke tanah dan matanya kehilangan vitalitas hidupnya.

Remaja tersebut kemudian berjalan keluar dari vila dan langsung berlari sambil menghindari CCTV.

Aksi remaja tersebut menunjukan bahwa kemampuan anti-pengintaiannya yang sangat hebat.

Setelah berlari sekian lama, remaja tersebut akhirnya tiba di sebuah apartment sederhana.

Remaja tersebut kemudian membuka pakaiannya yang berlumuran darah.

Sebuah tubuh 8-pack dengan garis-garis otot yang sangat sempurna bagaikan diukir oleh Tuhan.

Remaja tersebut juga membuka kain yang menutupi wajahnya dan menunjukkan wajah yang sangat tampan.

Dengan wajah tampan, rambut putih, mata biru, serta ekspresi dingin membuat remaja tersebut memiliki pesona tersendiri.

...----------------...

Keesokan harinya.

Remaja tersebut terbangun dari tidurnya dan langsung mengenakan seragam sekolah yang dia ambil dari lemari.

Dia berjalan menuruni apartment dan menelusuri trotoar menuju sekolah.

Remaja tersebut akhirnya tiba di sekolah yang nampak biasa saja tanpa adanya suatu keistimewaan seperti sekolah-sekolah internasional lainnya.

Saat tiba di kelas, kelas masih kosong tanpankejadi di seorang siswa. Jelas bahwa remaja tersebut merupakan siswa pertama yang datang.

Remaja itu seolah terbiasa dengan keadaan ini dan langsung duduk di meja tempat protagonis, sudut belakang dekat jendela.

Remaja itu kemudian menutup matanya dan berpikir dalam mengenai masa lalunya.

Orang tuanya meninggal saat dia masih kecil. Bahkan, dia sudah tak dapat mengingat wajah orang tuanya.

Dilahirkan tanpa orang tua dan terlahir di kawasan kumuh dengan kejahatan yang merajalela membuatnya selalu mengembangkan fisik dan mentalnya sejak kecil.

Menghadapi bahaya dan kematian setiap hari sejak kecil membuatnya tidak terlihat seperti remaja pada umumnya.

Entah sudah berapa banyak darah dan nyawa yang ada di tangannya sejak dia harus hidup di lingkungan yang keras.

Karena lingkungan yang keras, remaja tersebut memiliki cara pandangnya sendiri terhadap dunia.

Merasakan kejahatan setiap hari saat kecil terkadang membuatnya mempertanyakan apa itu keadilan yang sebenarnya.

Selang beberapa menit melamun, sebuah tangan tiba-tiba menepuk pundaknya.

Remaja tersebut sontak memegang telapak tangan yang menepuk pundaknya dengan erat. Lalu, tangan lainnya memegang lengan pihak lain.

Remaja tersebut kemudian berdiri dan membanting orang yang menepuk pundaknya

"Aw aw apakah kau ingin membunuhku? Van! Sadarlah! Ini aku! Apa kau harus menggunakan seni bela diri seperti judo untuk temanmu sendiri?" ucap remaja lainnya dengan ekspresi kesakitan di wajahnya ketika dibanting oleh remaja tersebut.

"Aku tak peduli." ucap remaja bernama Van itu dengan ekspresi dingin dan duduk duduk kembali.

"Tch dasar remaja dingin." balas anak muda tersebut.

Kelas pun dimulai setelah setengah jam Van menunggu.

Van yang sedang berada dalam proses pembelajaran tiba-tiba merasakan sesuatu yang aneh.

Jantungnya tiba-tiba terasa sakit bagaikan ditusuk oleh pisau berkali-kali dan kepalanya terasa sangat berat seolah-olah sebuah gunung diletakkan di atas kepalanya.

Matanya terasa berat dan dia bahkan kehilangan kemampuannya untuk bergerak.

"Van, apa kau baik-baik saja?" suara terdengar di telinga Van, tetapi dia tak dapat melihat siapa yang bertanya.

Van akhirnya menyadari apa yang terjadi padanya.

Kematian mendatanginya perlahan-lahan.

Van menghela nafas dalam hati dan bisa merasakan sensasi indranya perlahan menghilang, serta rasa dingin esktrem di sekujur tubuhnya.

'Ini waktunya kah?' pikir Van lalu menutup matanya.

Van Black - seorang remaja sempurna yang memperjuangkan kehidupan... mati di tangan penyakit.

...----------------...

Suara senyap di telinga Van mulai tergantikan dengan suara ribut dari segala arah.

Van membuka matanya dan melihat dirinya berada di dalam sebuah bus yang dipenuhi remaja.

Berbalik ke jendela, Van mendapatinya dirinya berada di dalam tubuh seorang remaja yang penampilannya mirip dengan dirinya di kehidupan sebelumnya.

Kemudian, kepala Van tiba-tiba enjadi sangat pusing dan lintasan memori melintas di benaknya.

Lintasan memori ini menggambarkan bahwa tubuh ini bernama Van Black, nama yang sama dengannya di kehidupan sebelumnya.

Namun, tubuh ini memiliki orang tua dimana Ayahnya adalah pahlawan nomor satu, sedangkan Ibunya adalah orang terkaya di dunia.

Pemilik tubuh ini tampan dan memiliki kepribadian yang mirip dengannya, yaitu ekspresi dingin, sehingga dirinya tidak memiliki teman sekalipun sejauh ini.

Saat ini, mereka sedang menuju [Aula Kebangkitan] untuk membangkitkan [Skill].

[Skill] di dunia ini adalah sebuah kemampuan super.

Dunia ini sangat berbeda dari Bumi, meskipun namanya Bumi, tetapi dunia ini ratusan kali lebih luas dari Bumi.

Selain itu, tidak ada negara di dunia ini. Hanya ada 100.000 kota dimana satu kota memiliki luas seperti benua Australia.

Jarak antara satu kota dengan kota lainnya dipisahkan oleh hutan.

Hutan ini sangatlah berbahaya karena dihuni monster yang tak terhitung jumlahnya maupun ras-ras lainnya, seperti Elf, Dwarf dan yang lainnya.

1000 tahun yang lalu, dunia mengalami perubahan.

Muncul monster dan ras-ras lain entah dari mana.

Manusia juga membangkitkan [Skill] untuk bertahan hidup dari serangan monster dan ras-ras lainnya.

Oleh karena itu, terdapat sistem pahlawan yang bertugas untuk melawan para monster, melindungi warga, menangkap para penjahat dan urusan lainnya.

Orang-orang di dunia ini membangkitkan [Skill] saat mereka berumur 15 tahun dan pemilik tubuh ini juga saat ini telah berumur 15 tahun, sehingga sekolah mengadakan kebangkitan [Skill].

Jika Anda membangkitkan [Skill] ataupun tidak, maka selanjutnya anda akan pergi ke akademi selama 7 tahun dan lulus pada usia 21 tahun.

Di akademi, siswa akan dilatih untuk bertahan hidup agar bisa bertahan hidup di dunia yang kejam ini.

Namun, terdapat suatu perbedaan.

Seseorang yang tidak dapat membangkitkan [Skill] akan dianggap kasta terendah dan selalu didiskriminasi.

...----------------...

"Hei hei, kira-kira [Skill] seperti apa yang akan aku bangkit nantinya?"

"Entahlah, aku berharap agar dapat membangkitkan [Skill] peringkat C, setidaknya aku bisa bertahan hidup dengan itu."

"Aku berharap bisa membangkitkan [Skill] peringkat SSS."

"Lupakan tentang itu, [Skill] peringkat SSS hanya dimiliki oleh 10 orang di dunia ini."

"Berbicara tentang [Skill] peringkat SSS.... nampaknya Van bisa membangkitkannya kan? Ayahnya adalah pahlawan peringkat satu dengan [Skill] peringkat SSS."

"Sepertinya begitu."

"Baiklah anak-anak... bersiaplah, kita telah tiba di [Aula Kebangkitan]." ucap Ibu Guru.

...[DING!]...

...[SKILL SYSTEM SEDANG MENGIKAT]...

...[SKILL SYSTEM BERHASIL TERIKAT]...

Mendengar suara di benaknya, Van terkejut.

Kemudian, sebuah informasi masuk di pikirannya.

System ini dapat merekrut bawahan dengan cara membuat seseorang menerima darahnya.

Setelah menerima darah Van, bawahannya akan mendapatkan sebuah [Skill].

[Skill] yang dimiliki bawahan tersebut juga akan dimiliki oleh Van.

Chapter 2 : Kebangkitan

Van bersama yang siswa lainnya turun dari bus.

Saat menapakkan kaki untuk pertama kalinya di dunia baru, Van bisa merasakan sensasi aneh di dalam perasaannya.

Sensasi penuh semangat, kegembiraan, penasaran, dan perasaan lainnya.

Van kemudian menatap tembok setinggi 50 meter di sisi terluar kota.

Tembok setinggi 50 meter itu berfungsi untuk melindungi kota dari serangan monster di luar kota.

Selain itu, kota ini juga dilindungi oleh perisai tak terlihat untuk melindungi kota dari serangan udara.

Van kemudian berbalik ke [Aula Kebangkitan].

[Aula Kebangkitan] dimiliki oleh setiap kota agar semua orang bisa membangkang [Skill].

[Aula Kebangkitan] sangatlah megah dengan luas 10 kilometer dan sebuah layar sebesar ratusan meter yang berada di tengah aula.

Dengan desain yang begitu megah dan luas, [Aula Kebangkitan] cukup untuk menampung banyak orang.

Van dan siswa sekolahnya akhirnya memasuki [Aula Kebangkitan] dan melihat siswa dari sekolah lain.

Namun, hal ini terasa wajar bagi mereka.

Kebangkitan [Skill] adalah suatu peristiwa yang dilakukan setahun sekali.

Oleh karena itu, seluruh orang berusia 15 tahun pergi ke [Aula Kebangkitan] untuk membangkitkan [Skill].

Kedatangan Van dan teman-temannya langsung menjadi pusat perhatian.

Hal ini disebabkan karena sekolah Van adalah sekolah yang terkenal di kota tersebut.

Lagi pula kedatangan Van cukup menarik perhatian.

Seorang anak dari pahlawan nomor 1.

Anak dari orang terkaya nomor 1.

Dan yang terakhir adalah ketampanan yang sangat teramat tampan.

Ketampanan dan pesona Van telah menyebar di dalam kota maupun di kota-kota lain.

Kota yang saat ini Van tempati adalah kota #1 yang merupakan kota terbaik nomor satu di dunia.

Van yang baru tiba di [Aula Kebangkitan] langsung berjalan ke pojok aula dan bersandar di dinding.

Sambil menutup matanya, Van mulai berpikir untuk rencananya kedepannya.

...----------------...

1 jam kemudian.

[Aula Kebangkitan] yang awalnya hanya terisi setengah mulai menjadi sesak karena kerumunan.

Kerumunan yang awalnya ribut mulai menjadi diam saat beberapa sosok pahlawan yang menempati kota #1 muncul.

Van juga dapat melihat Ayahnya berada di antara kerumunan pahlawan tersebut.

"Hei lihat, bukankah itu pahlawan #1 (peringkat 1) - [Elemental Master]?!!"

"Ya kau benar, aku adalah penggemarnya, aku ingin menjadi seperti Ia di masa depan."

"Hei itu pahlawan #7 (peringkat 7) - [Exploder]!"

...----------------...

Ayah Van sekaligus pahlawan #1 (peringkat 1) maju dan memulai pidatonya.

Ayah Van juga menatap Van yang berada di pojokan dan tersenyum padanya.

Namun, Van hanya membalas dengan anggukan datar

"Selamat siang wahai para pahlawan masa depan

.....

....

...."

Pidato dari Ayahnya membuat Van menjadi bosan dan langsung menutup matanya.

Selama 30 menit, pidato terus berlangsung dan semua orang mendengarkan dengan seksama

Kecuali Van yang menyusun rencananya untuk masa depan

"Baiklah, sekian pidato dariku... dengan ini... Upacara Kebangkitan resmi dimulai!" ucap Ayah Van.

Ayah Van kemudian mundur dari panggung dan seorang penilai muncul.

"Baiklah, nama yang aku panggil silakan maju." ucap penilai.

"Aaron dari Sekolah East Mid!"

Seorang pria yang terlihat seperti wibu kemudian naik ke panggung dan meletakkan tangannya ke sebuah bola kaca.

Bola kaca yang disentuh oleh Aaron kemudian bercahaya dan disusul oleh tubuh Aaron yang juga ikut bercahaya.

Serangkaian teks muncul di layar di tengah aula.

[Aaron - Fire (F)]

Aaron yang melihat layar terkejut, terjatuh dan bergumam putus asa, "Ke-kenapa?"

"Semangat Aaron, walau peringkat F namun kau masih memiliki peluang untuk menjadi pahlawan." ucap Ayah Van menyemangati Aaron.

"Ya, terima kasih Tuan [Elemental Master]!!! Aku akan berusaha agar menjadi pahlawan!" jawab Aaron.

Van yang mendengar kalimat penyemangat dari Ayahnya langsung menghina dari dalam hatinya.

Seseorang dengan [Skill] peringkat F mustahil untuk menjadi pahlawan.

Kalaupun berhasil, dalam waktu 1 bulan nasibnya hanya akan berujung pada kematian atau cedera berat.

"Selanjutnya, Arin dari sekolah Haghway!" ucap penilai.

Seorang wanita dari kerumunan kemudian naik ke atas panggung dan meletakkan tangannya di atas bola kaca.

Namun, bola kaca sama sekali tidak bersinar.

"Arin terdeteksi tidak memiliki [Skill]!" ucap penilai.

Arin yang mendengarnya berdiri mematung seolah tak percaya dengan hasilnya.

"Pa-pak.... pasti ada yang salah dengan alatnya." ucap Arin dengan terbata-bata.

"Maaf nak, tetapi itulah kenyataannya." balas penilai dengan singkat.

Arin kemudian berjalan menuruni panggung dengan tangis di wajahnya.

Entah sudah berapa banyak siswa yang telah naik ke atas panggung.

Ada yang membangkitkan [Skill] yang bagus, tetapi ada juga yang membangkitkan [Skill] yang jelek.

Bahkan ada beberapa yang tidak membangkitkan [Skill].

Saat ini adalah giliran Van.

Van kemudian bersiap untuk menaiki panggung.

"Van Black dari sekolah First Middle!" ucap penilai.

Van kemudian berjalan menuju panggung dan setiap orang memberikan jalan bagi Van.

Lagi pula, identitas anak pahlawan nomor satu bukan cuma sekedar omong kosong.

Van yang telah tiba di atas panggung dapat merasakan tatapan dari banyak pahlawan.

Terutama Ayahnya yang menatapnya dengan penuh harap.

Adapun pahlawan lain menatapnya dengan rasa ingin tahu.

Van kemudian meletakkan tangannya di atas bola kaca.

Bola kaca langsung bersinar terang dan rangkaian teks muncul di layar [Aula Kebangkitan].

[Van Black - Immortality (SSS) - Decay (SSS)]

Kebangkitan Van yang berhasil membangkitkan 2 [Skill] sekaligus membuat seluruh aula terguncang.

Bahkan Ayahnya menatap Van dengan tak percaya.

Tahukah anda? Kebangkitan 2 skill ataupun skill yang kedua merupakan hal langkah dengan persentase 0,000000001%.

Dapat dibayangkan betapa langkanya kejadian seperti ini dapat terjadi.

Van kemudian bergumam, "Status!" dan sebuah layar hologram muncul sebagai fungsi dari [Skill System].

[STATUS]

[Nama : Van Black]

[Ras : Manusia]

[Bawahan : -]

[Skill :

- Immortality (SSS)

- Decay (SSS)]

[Immortality (SSS) : Memberikan pengguna keabadian tanpa dipengaruhi umur, penyakit, dan regenerasi tak terbatas]

[Decay (SSS) : Memberikan pengguna kemampuan untuk mengubah apapun yang disentuhnya menjadi debu]

Van yang melihat skill-skill miliknya cukup terkagum.

Apalagi setelah mendapat bawahan, Ia juga akan mendapat [Skill] baru yang dimiliki bawahannya.

Akhirnya, upacara Kebangkitan selesai dan semua orang pulang dari [Aula Kebangkitan].

Ada yang pulang dengan wajah bahagia.

Ada yang pulang dengan wajah normal seperti biasa.

Ada yang pulang dengan wajah sedih.

Ada yang pulang dengan harapan yang baru.

Ada yang pulang dengan tujuan yang baru.

Ada yang pulang dengan harapan yang hancur.

Van juga berniat untuk pergi dari [Aula Kebangkitan].

Saat berjalan keluar, Van bertemu dengan ayahnya dan pahlawan-pahlawan lain.

"Hei nak, lama tak bertemu, sudah seminggu kan? Aku tak menyangka bahwa kau bisa membangkitkan 2 Skill SSS." ucap Ayah Van sambil menepuk pundak Van dan tertawa bahagia.

Namun, Van hanya menatap Ayahnya dengan datar.

"Baiklah bocah dingin, cepatlah pulang dan nikmati liburanmu selama 1 minggu. Akademi akan dimulai minggu depan." ucap Ayah Van dengan canggung.

Van kemudian mengangguk dan pergi keluar dari [Aula Kebangkitan].

"Wow Vander! Anakmu sungguh dingin." ucap pahlawan lain.

"Yah begitulah." ucap Ayah Van, Vander, menatap Van dengan senyum di wajahnya.

"Sikapnya tak beda jauh dengan Ibunya." gumam Vander.

...----------------...

Van akhirnya tiba di rumahnya.

Van menatap rumahnya atau lebih tepatnya disebut mansion.

Sebuah bangunan yang sangat mewah dengan fasilitas lengkap.

Yang paling menyenangkan adalah hanya dia, Ayahnya, dan Ibunya yang tinggal di dalam mansion.

Untuk Ayahnya, Ia akan sibuk karena dia adalah pemimpin kota #1, sedangkan Ibunya sibuk mengurus bisnis.

Agar keberadaan sebuah kota tetap terjaga, pemimpin kota haruslah seorang pahlawan.

Dan Ayahnya adalah pahlawan nomor satu sekaligus pemimpin kota #1.

Jadi, dapat dibayangkan betapa sibuk Ayahnya setiap hari.

Van saat ini sedang berbaring di kasur sambil memikirkan apa yang harus dia lakukan di dunia ini.

Van menutup matanya dan berpikir keras.

Setelah beberapa menit, Van membuka matanya dan sebuah senyum tipis muncul di wajahnya yang dingin.

Van kemudian mengenakan sebuah pakaian lengan panjang hitam, celana training hitam, blazer hitam panjang hingga lutut dengan penutup kepala, dan kain hitam yang menutup bagian bawah mata hingga leher.

Catatan : dengan baju kaos lengan panjang hitam serta penutup kepala, dan kain hitam yang menutup wajah mulai dibawah mata hingga leher.

Van kemudian keluar dari mansion dan berjalan-jalan di sekitar kota dengan cara melompat dari atap ke atap.

Untungnya, kekuatan fisik manusia di dunia ini sangatlah berbeda.

Seorang remaja bahkan dapat mengalahkan seorang atlet MMA di dunia sebelumnya hanya dengan mengandalkan kekuatan kasarnya.

Kekuatan ini berasal dari evolusi manusia untuk bertahan hidup.

Adapun Van, kekuatan fisiknya saat ini bahkan dapat dianggap mengerikan karena pemilik tubuh ini telah berlatih fisik sejak kecil.

Saat Van sedang menjelajahi kota, dia mendengar suara teriakan dari gang.

"AHHHH!" teriakan yang terdengar seperti teriakan perempuan.

Van kemudian melompat dari atap dan berlari ke arah gang.

Saat tiba, Van melihat seorang pahlawan mencoba untuk melecehkan seorang wanita.

Van mengenal pahlawan tersebut.

Pahlawan itu adalah salah satu pahlawan yang dia lihat saat berada di [Aula Kebangkitan].

Namun, sepertinya dia bukan pahlawan yang terkenal.

Van kemudian berjalan menuju pahlawan tersebut dengan wajah datar.

"Memang tak ada keadilan sepenuhnya di dunia ini.

Manusia yang kotor hanya membuat dunia yang awalnya kotor semakin kotor.

Sampah seperti kalian lebih baik tak pernah ada di dunia ini.

Jika tak ada keadilan yang benar di dunia, maka aku yang akan menjadi keadilan yang mengadili kalian manusia kotor." ucap Van dengan dingin sambil mendekati pahlawan tersebut.

Meskipun kecil, suara Van bergema di gang tersebut.

Suara yang dalam membuat pahlawan tersebut dan wanita itu berbalik.

"Siapa kau?" tanya pahlawan tersebut sambil mendekati Van.

"Seseorang yang akan mati sepertimu tidak perlu bertanya lebih jauh." ucap Van dan terus berjalan mendekat perlahan-lahan.

Pahlawan yang mendengar jawaban Van langsung menjadi kesal dan sebuah cakar tumbuh dari tangannya.

Pahlawan tersebut berlari ke arah Van dengan cakar di tangannya yang berkilat tajam.

Namun, Van tak menghindar seolah ingin menerima serangan tersebut.

Cakar pahlawan akhirnya mendarat di dada Van dan tertanam jauh di dalam.

Aksi Van membuat keduanya terkejut dan bertanya-tanya.

"Kena kau!" ucap Van dengan dingin.

Van kemudian menyentuh tangan pahlawan tersebut.

Dengan tangan yang pertama, tubuh pahlawan tersebut mulai hancur menjadi debu.

Adapun luka di dada Van langsung sembuh dalam sekejap mata.

'Sungguh menyenangkan memiliki [Immortality] dan [Decay]!' pikir Van.

Van kemudian menatap wanita tersebut dan membuat wanita tersebut sontak ketakutan.

Suara teriakan wanita tersebut tak hanya terdengar oleh Van, tetapi didengar oleh pahlawan lainnya.

Para pahlawan akhirnya tiba di waktu yang tidak tepat.

Mereka melihat Van yang diselimuti kubah hitam beserta seorang wanita dengan pakaian yang tersobek-sobek.

Para pahlawan langsung mengira bahwa Van melecehkan wanita tersebut dan berniat menangkap Van.

"Hei berhenti, jangan bergerak!"

"Kalian pahlawan, ingat namaku [Darkness]... Pemimpin organisasi [Dark Shadow]!" ucap Van sebelum melompat ke atap dan menghilang.

"Hei, apa kau melihat seperti apa rupanya?"

"Tidak, seluruh tubuhnya tertutup hanya menyisakan bagian matanya yang berwarna biru."

"Lupakan tentang itu, segera bantu wanita itu dulu."

"Hei nona, apa kau tak apa?"

Chapter 3 : Akademi

Di pusat kota #1, yaitu gedung Pemimpin Kota.

Saat ini Ayah Van, Vander, sedang menatap beberapa pahlawan di depannya dengan wajah serius.

"Jadi, kalian kemarin bertemu dengan seseorang yang memperkenalkan dirinya [Darkness]??" tanya Ayah Van.

"Ya Tuan Vander. Kami menemukannya bersama seorang wanita.... Wanita itu mengatakan bahwa [Darkness] itu baru saja membunuh pahlawan #7.000.000 dengan kode nama [Silver Claw]."

Meskipun mengatakan kenyataan mengenai kematian [Silver Claw], pahlawan tersebut sengaja menyembunyikan bahwa pahlawan [Silver Claw] yang dibunuh Van berusaha melecehkan seorang wanita.

Lagi pula ketegasan Pahlawan nomor 1 terkenal di kalangan pahlawan di Kota #1.

"Begitu yah, nampaknya sekarang akan ada masalah baru lagi, seseorang pembunuh pahlawan.....

Pasangkan di berita mengenai [Darkness] untuk memberitahu warga sipil, serta peringatkan para pahlawan di kota #1 agar lebih waspada terhadap [Darkness]." ucap Ayah Van, Vander.

Setelah itu, pahlawan-pahlawan tersebut kemudian keluar dari ruangan Vander.

Melihat kepergian para pahlawan, Vander duduk di kursi dan memijat kepalanya sambil memikirkan masalah ini.

Meskipun jumlah Pahlawan di dunia saat ini terbilang cukup banyak, yaitu sekitar 100.000.000 (seratus juta), tetapi jumlah populasi dunia juga tidak kalah banyak, yaitu 100.000.000.000 (100 miliar).

Namun, bisa dikatakan bahwa populasi pahlawan sangatlah kurang karena perbedaan jumlah, terutama banyak pahlawan yang mati saat melawan penjahat dalam kota maupun monster-monster di luar kota.

Apalagi di dunia ini ada 100.000 kota dengan kualitas pahlawan setiap kota yang berbeda-beda.

"Sial*n, Aku ingin sekali berlibur dan melihat Van masuk Akademi." gumam Vander.

Saat Vander sedang sibuk berpikir, suara ketukan menyadarkannya.

*TUK

*TUK

"Masuk." ucap Vander.

Pintu terbuka dan memperlihatkan seorang sekretaris mendatangi Vander

"Tuan Vander, ada permintaan dari kota #63.000 untuk mengirimkan bantuan pahlawan karena monster [Plague Rat] berhasil masuk ke kota lewat saluran bawah tanah" lapor sekretaris itu

[Plague Rat] : Tikus sebesar kepala manusia biasa, tidak memiliki serangan yang kuat namun gigitannya menyebabkan penyakit yang mematikan. Bahkan di suatu kota, pernah terjadi suatu wabah karena [Plague Rat]

Kota #1 sebagai kota terkuat tentunya merupakan pusat pemerintahan dan perlu memenuhi permintaan kota-kota lain.

"Baiklah, kirimkan pahlawan #100 (peringkat 100) - [Fire Dragon] dan pahlawan #10.000 (peringkat 10.000) - [Healer]." ucap Vander.

"Baik, Pak!"

...----------------...

Adapun anak Vander saat ini, Van, sedang berjalan-jalan di pasar untuk mencari bahan makanan.

Saat berjalan, Van melihat banyak sekali pengemis di pinggiran pasar.

Melihat ini, Van mau tak mau berpikir sesuatu di dalam hatinya.

Keberadaan [Skill] sangat penting di dunia ini.

Semua pengemis ini adalah orang-orang tanpa [Skill].

Mereka dapat memasuki akademi meskipun tanpa [Skill], tetapi mereka tidak akan menjadi apa-apa setelah lulus.

Beruntung jika mereka dapat bekerja setelah lulus dari akademi.

Beruntung jika mereka memiliki keluarga yang mau menerima mereka dan dapat mencukupi kebutuhannya.

Namun, banyak orang tua yang membuang anaknya jika anak mereka tidak memiliki [Skill].

Hal tersebut yang menunjukkan betapa kejamnya dunia ini.

Meskipun orang-orang miskin seperti pengemis ini diberi tunjangan oleh pemerintah, tetapi uang-uang yang ada di perbendaharaan tidak selalu cukup untuk semua pengemis di dunia.

Van kemudian berjalan memasuki pasar lebih dalam dan mengabaikan para pengemis.

Van dapat menjadikan mereka bawahan mereka dengan [Sistem Bawahan], tetapi mereka telah lama kehilangan harapan hidup mereka.

Seseorang yang kehilangan semangat hidup mereka hanya bisa dikatakan sebagai mesin tua yang dipaksa untuk bekerja hanya karena mereka tetap diberi pasokan listrik.

...----------------...

Seminggu telah berlalu sejak Van berada di pasar.

Saat ini dia berada di pintu gerbang Akademi.

Akademi di setiap kota hanya ada 1, sehingga pastinya akan sangat ramai.

Namun saat Van berjalan, orang-orang langsung memberi Van ruang kosong untuk berjalan.

Lagi pula identitas anak pahlawan #1 bukanlah sebuah candaan belaka.

Van mendekati sebuah pohon setinggi 5 meter.

Bahkan pohon yang berada di dunia ini bisa berevolusi, pohon biasa bahkan dapat mencapai ketinggian 5-10 meter.

Van kemudian melompat dan mendarat di dahan pohon, lalu bersandar sambil menunggu acara pembukaan Akademi.

Keberadaan Van tentunya menarik perhatian semua orang, baik dari laki-laki maupun gadis.

Gadis memandang ketampanan Van.

Laki-laki memandang kekuatan Van yang membangkitkan 2 [Skill] peringkat SSS.

"Lihatlah, itu Van, sungguh tampan!"

"Ya, sangat tampan dan dingin."

"Itu Van? Aura nya bahkan terasa sangat kuat."

"Sungguh hebat membangkitkan 2 [Skill] peringkat SSS."

Setelah 30 menit, kerumunan yang awalnya sangat ramai menjadi lebih ramai lagi, dan Van dapat memperkirakan peserta tahun ini sekitar 2 ribu.

Saat itu, Kepala Akademi [Akademi] yang terlihat seperti pria berusia 50an akhirnya tiba di panggung.

Kedatangan Kepala Akademi menarik perhatian dan membuat kerumunan yang awalnya ribut menjadi diam.

"Selamat datang, wahai calon masa depan dunia, Aku Pahlawan #3 (peringkat 3) - [Disaster] sekaligus Kepala Akademi menyambut kalian di [Akademi] ini.

Kalian akan belajar di [Akademi] ini selama 7 tahun jadi biar kujelaskan sedikit mengenai [Akademi] ini, [Akademi] terbagi menjadi kelas F - S....

Selama di akademi, kalian akan tinggal di asrama jadi hubungan kalian dengan dunia luar akan sangat berkurang.

Kelas di Akademi akan dimulai jam 9 pagi sampai jam 3 sore.

Namun tenang saja, fasilitas di [Akademi] sebanding dengan gedung Pemimpin Kota...

Kalian dapat menikmati fasilitas ini selama poin kalian cukup.

Baiklah, acara selanjutnya adalah menentukan peringkat kelas kalian dengan bertarung melawan semua orang disini sampai hanya tersisa satu orang.

Apakah kalian mendapat kelas F? A? S? Semua ditentukan dari pertarungan ini.

Peraturannya sangat sederhana, yaitu jangan menyerang dengan serangan yang dapat menyebabkan luka berat ataupun kematian." jelas Kepala Akademi sambil menatap Van di kalimat terakhir.

"Berusahalah yang terbaik karena pendistribusian poin awal ditentukan oleh pertarungan ini." Kepala Akademi menambahkan.

"Baiklah, pertarungan dimulai!" ucap Kepala Akademi sambil tersenyum tipis.

Akhirnya terjadi keributan di mana semua orang saling berkelahi satu sama lain.

Bahkan Van juga menjadi target.

"Akan ku kalahkan anak pahlawan #1 untuk ke kelas S!" ucap seorang siswa sambil mendekati Van dengan sebuah pedang di tangannya.

Apa kau cacat otak?

Van memandang siswa yang menuju ke arahnya dengan aneh.

Jelas-jelas Aku berada di atas pohon dan kau mendekatiku dengan pedang.

Jika kau tipe serangan jarak jauh, kau mungkin bisa melakukannya, tapi petarung jarang dekat?

Saat jarak tersisa beberapa meter antara siswa tersebut dan Van, siswa tersebut melempar pedangnya.

'Bodoh. Pendekar pedang yang kehilangan pedangnya sama saja seperti kehilangan nyawanya.' pikir Van.

Van meraih pedang tersebut dengan tangannya dan mengaktifkan [Decay].

Pedang di tangan Van langsung hancur menjadi debu.

Van kemudian melompat dari pohon dan menendang kepala siswa yang melempar pedang tadi.

Saat ditendang Van, siswa itu merasakan kepalanya akan pecah dan telinganya berdengung.

'Si*l! Sakit sekali!'

Saat mendarat di tanah, Van tanpa ragu menyentuh tanah di bawahnya dan mengaktifkan [Decay].

Van menghancurkan tanah menjadi debu sambil mengendalikannya agar tidak mengubah orang-orang menjadi debu.

Untungnya, kendali Van atas kekuatannya sangat sempurna setelah seminggu berlatih.

Akibat serangan Van, tanah bergetar dan hancur menjadi tak beraturan, sehingga menyebabkan siswa Akademi kehilangan pijakan.

Daerah di sekitar Van terasa seperti terkena bencana alam yang dapat menghancurkan dunia.

"Sungguh merepotkan untuk menggunakan [Decay] tanpa membunuh, sepertinya perlu untuk menemukan bawahan secepatnya." gumam Van.

Van kemudian berlari menuju kerumunan di kejauhan.

Kedatangan Van membuat siswa Akademi ketakutan, tetapi ada juga beberapa siswa yang bersemangat dan mulai menyerangnya.

Van yang melihat serangan datang tentunya tak berniat untuk menghindarinya dan menerima semua serangan tersebut.

Melihat serangan-serangan mereka akan mengenai Van, mereka tiba-tiba menjadi pucat karena takut membuat Van terluka parah atau bahkan mati.

Namun dari balik asap, Van muncul dengan pakaian yang telah hangus terbakar dan nampak luka bakar di sekujur tubuhnya.

Namun, luka-luka itu beregenerasi kembali berkat bantuan [Immortality].

Setelah beregenerasi, terlihat tubuh Van yang mengagumkan dengan otot sempurna dan 8-pack

"Aww Van sangat tampan!"

Gadis-gadis seketika jatuh pingsan ketika melihat badan Van dan hampir seluruh siswi Akademi tereliminasi.

"Hei bisa seperti itu?" gumam Kepala Akademi yang terkejut ketika melihat Van mengalahkan siswi Akademi bermodalkan tubuh dan wajahnya.

Adapun Van, saat ini dia sedang menyeka keringatnya dan terus berlari mendekati siswa Akademi yang masih bertarung.

Setiap detik, seorang siswa jatuh akibat serangan Van yang mengenai tengkuk mereka.

Setelah satu jam menyerang tanpa henti, Van akhirnya berhasil mengalahkan semua siswa Akademi.

Van menyeka keringat di dahinya sambil terengah-engah.

"Belum cukup, stamina dan kekuatanku belum cukup untuk saat ini, terlalu mudah lelah." gumam Van.

*PLAK

*PLAK

Suara tepuk tangan membuat Van berbalik dan melihat Kepala Akademi berjalan mendekatinya.

"Hei hei wajah tampan, kekuatan hebat, dan bakat menakutkan. Sungguh monster, sepertinya dunia memiliki calon pahlawan yang hebat.... Vander si*lan itu memiliki putra yang mengagumkan." ucap Kepala Akademi dengan senyum.

"Terima kasih atas pujianmu." balas Van dengan wajah datar dan dingin.

"Hei sepertinya rumor itu benar, ekspresi dingin seperti itu mengingatkanku saat bertemu ibumu pertama kali di Akademi" ucap Kepala Akademi.

"Kau mengenal Ibuku?" tanya Van dengan wajah datar, tetapi nada heran tak dapat disembunyikan dalam suaranya.

Lagi pula dalam ingatannya, Ibunya yang dingin sepertinya hanya mengenal beberapa orang saja.

"Tentu saja, Aku guru Ibumu dahulu saat dia masih berada di Akademi." balas Kepala Akademi.

"Begitu." ucap Van dengan datar, lalu berjalan pergi.

"......" Kepala Akademi terdiam setelah melihat kepergian Van.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!