...Tidak ada seorang pun yang tau betapa keras dan kuatnya dirimu menjaga dan mengontrol pikiran serta kondisi mentalmu.Mereka hanya tau bahwa garis tawamu wujud bahagiamu dan diam mu benar-benar tenang, padahal senyum dan tawa itu terkadang palsu....
...Ada kalanya kau tidak bahagia tidak juga tenang, ada kalanya kau temukan rasa kecewa,takut,cemas, dan gelisah yang benar-benar menjatuhkan mentalmu....
...Teruslah melanjutkan hidup, lawan semua keterpurukan mu hingga kau tidak sadar bahwa dirimu telah berada di titik ikhlas paling dalam....
...Ditengah hiruk-pikuk kehidupan ini, mari kita belajar untuk melangkah dengan sabar....
...Setiap langkah,satu demi satu,kita tuntaskan dengan tenang....
...Karena kita tahu,segala sesuatu telah diatur oleh Sang Pencipta yang paling baik....
...Mari berdoa dan berusaha semaksimal mungkin, namun hasilnya kita serahkan sepenuhnya kepada Yang Maha Mengetahui tentang segala rahasia dunia dan seisinya....
...Percayalah,ketika kita berada dalam takdir-Nya, segala hal akan indah pada waktunya.....
*****
...Ajari aku bagaimana caranya menerima keadaan tanpa membenci kehidupan...
Shrek...Shrek... Terdengar suara orang sedang menyapu halaman, ternyata seorang anak kecil berusia 5tahun, dengan tangannya yang kecil dia mengayunkan sapi lidinya menyapu halaman rumah,yang dipenuhi oleh daun buah mangga yang sudah kering. Terlihat keringat sudah membasahi keningnya,sesekali dia mengelap keringatnya dengan punggung tangannya. Matahari hari ini memang sangat terik padahal ini baru jam 9 pagi.
"Hah.. masih banyak juga ,ini kapan selesainya, kenapa halaman ini luas sekali sih,aku kan jadi tidak bisa main" gerutu anak kecil itu.
"Nda,, sayang sudah dulu dilanjut nanti aja.Ayo makan budhe udah masakin ayam goreng kesukaan kamu!'.
"Iya budhe sebentar !
Tak lama anak kecil itu menghampiri budhenya itu,
"Cuci tangan dulu, terus nanti tolong panggilin kakak-kakak kamu biar makan bareng sekalian".
"Siap budhe laksanakan". ucapnya seraya menghormat pada budhenya itu.
Budhenya itu hanya tersenyum melihat tingkah anak kecil dihadapannya itu.
"Abaang. . bang Ren, Kak Rin.. ayo makan!!" teriak anak kecil itu.
Hanya suara abangnya yang terdengar olehnya
".. Iya duluan aja Nda ,nanti abang nyusul" teriaknya dari dalam kamar.
"Oke"..
"Mbak Rin.... " kembali anak kecil itu memanggil kaka perempuannya,tapi tetap tak ada jawaban,
dia coba membuka pintu kamar kakaknya lalu sedikit menyembulkan kepalanya dilihat kakaknya sedang asyik membaca buku komik sambil tengkurap diatas ranjangnya dengan kedua headset di telinganya.
" O.. pantesan, " kembali anak kecil itu menutup pintu dengan perlahan, .
" loh mana kakak-kakak kamu Nda, ?."
" Katanya nanti budhe , nyusul".
" Oh, ya udah sini kamu makan sama budhe aja".
Budhe Retno mengelus pucuk kepala anak itu dengan sayang,.
Saat sedang makan, Maya datang menghampiri dia sudah berpenampilan sangat rapih,sepertinya dia akan pergi. Maya adalah ibunya Miranda,Dia sangat sibuk dengan urusannya sendiri, jarang sekali memperhatikan anak-anaknya.
" Kalau sudah selesai makan, terus cuci piringnya jangan selalu merepotkan budhe kamu, dan ingat jangan main sebelum pekerjaan kamu selesai .ucapnya sambil berlalu pergi.
Anak kecil yang bernama Miranda itu hanya menganggukkan kepalanya , dia menundukkan kepalanya.Sepertinya dia sangat takut pada ibunya itu.
" Sudah .. ga papa ayo makan lagi!" ucap budhenya itu,
Miranda memang sangat dekat dengan budhenya ,karna hanya budhenya yang terlihat peduli dan menyayanginya.Bahkan sepertinya Miranda menganggap kalau ibunya adalah budhe Retno, Apapun dan kemanapun Miranda selalu bersama budhenya, semua hal yang terjadi selalu Miranda ceritakan .Bahkan tidurpun Miranda selalu dengan budenya.
SEhari saja dia tidak melihat budenya pasti dia sudah menangis dan mencarinya kemana mana.
Saat sedang makan terdengar teriakan dari luar rumah memanggil manggil Miranda.
“ Nda… Nda… !!”
“ Ayo main Nda…”
Miranda menatap budenya itu dengan puppy eyesnya.sungguh sangat menggemaskan anak kecil satu ini… bola matanya yang kecoklatan dan rambut panjang yang dikepang dua, membuat Miranda terlihat cantik dan imut.
“Boleh sana ,tapi ingat sebelum ibumu pulang kamu harus lebih dulu sudah ada dirumah ya Nda!!”.
“ Terimakasih budhe, bude memang yang terbaik,Nda sayang sama budhe”.. cUp Miranda mengecup pipi budenya itu, kemudian berlari keluar rumah menghampiri teman-temanya.
Terlihat bude Retno menghembuskan nafas berat, saat melihat Miranda.
“Bagaimana jadinya hidupmu Nda jika seandainya bude tidak ada disisi kamu”.
“Apa kamu akan bahagia!”.
****
MIranda pulang ke rumah ,suasana sangat sepi tak nampak ada siapapun di sana.
Miranda mencari ke semua sudut rumah tak ada seorangpun juga, kemana kakak-kakaknya pergi, dan dimana budenya kenapa juga tidak ada?.
Saat melewati kamar ayah dan ibunya , Miranda berhenti sejenak karena melihat bayangan seorang laki laki sedang bersama ibunya di dalam kamar.
Kaki Miranda melangkah mendekat ke arah jendela kamar ibunya, dia pikir itu adalah Ayahnya, tapi mana mungkin ,Ayahnya kan masih belum pulang bekerja. Lalu siapa yang sedang bersama ibunya?.
Sekarang Miranda bisa melihat dengan jelas , Orang itu memang bukan Ayahnya.
“ Siapa?. orang itu ada didalam kamar ibunya sedang apa?”. Miranda mematung dan perlahan mundur melangkah pergi dari sana.
Miranda tidak pernah mengatakan hal ini pada siapa pun termasuk pada budenya,.
seolah tidak pernah melihat apapun Miranda merahasiakannya sendiri.
********
Tring.. tring..tring…..
Terdengar suara Jam weker berbunyi nyaring,menunjukan pukul 04.00 pagi.
Miranda yang tertidur pulas terbangun, segera dia melihat jam weker itu dan mematikan alarmnya. Dia mengucek matanya melihat suami dan anaknya masih tertidur pulas. Miranda duduk ditepi ranjangnya, mengingat mimpi yang ia alami barusan.
Sesekali Miranda menghembuskan nafas berat.
“ Kenapa kejadian itu selalu saja hadir di mimpiku, kenapa juga aku selalu teringat akan hal itu.”.Rasanya muak sekali,kalau bisa aku ingin sekali membuang ingatan ini”.
“sungguh mengganggu sekali!”.
Dia bangkit menuju kamar mandi sejenak dia berhenti didepan cermin lemari bajunya, memperlihatkan wajahnya yang begitu pucat , mata panda yang semakin terlihat menghitam.Beralih dia menatap pada lengannya,banyak luka sayatan di sana.
SEtelah lama memperhatikan dirinya Miranda bergegas menuju kamar mandi untuk berwudhu karna sudah terdengar suara adzan Subuh berkumandang.
Selesai melaksanakan kewajibannya Miranda memulai aktifitas paginya seperti biasa.
Seperti ibu rumah tangga pada umumnya, pagi pagi dia sudah disibukan dengan segudang
pekerjaan yang melelahkan, seperti hari ini Miranda sudah sibuk di dapur mencuci baju,piring kotor, menyapu dan mengepel lantai dia kerjakan sendiri,setelahnya dia lanjut menyiapkan sarapan untuk anak dan suaminya.
Hampir setiap hari Miranda mengerjakan pekerjaan rumahnya sendiri , tanpa dibantu oleh suaminya. Terkadang Miranda merasa lelah dan jenuh dengan hidupnya sendiri.
“Kenapa hidupku seperti ini, Kenapa aku yang harus mengalami semua ini. Aku benci hidupku”. gumam Miranda disela sela dia sedang menjemur pakaian.
"Mir.. Dimana baju kerjaku ?" teriak Jodi suami Miranda dari dalam kamarnya.
"Apa gak bisa cari sendiri,selalu saja setiap hari seperti ini".gerutu Miranda seraya berjalan menghampiri suaminya.
" Ini.. ada didalam lemari disini!,memangnya abang gak bisa ambil sendiri, Mira kan lagi jemur pakaian,semalam sudah Mira setrika".
"Ma..".
"Astaga kenapa semua orang di rumah ini berteriak memanggilku?".
"Gak bisa apa aku sehari tenang".
Meskipun begitu Miranda tetap menghampiri anak semata wayangnya.
"Iya ..ada apa?.."
"Kaos kaki aku hilang sebelah ma..tolong cariin "..
Miranda hanya bisa menghela nafas berat..
Tanpa banyak bicara dia mengambil kaos kaki dari dalam laci lemari anaknya.lalu memberikannya pada Malik anaknya.
"Tadi aku cari-cari beneran ga ada ma?.."
"Terus ini apa?... Nyari tuh pake mata bukan pake mulut".
" Nyari pake mulut yang kaya gimana ma?".
"MALIK.."
"Iya mama sayang"..
"Kenapa lagi kalian?, "tanya Jodi..
"Masih pagi jangan berisik,malu sama tetangga".
"Ini anak kamu,susah kalo dibilangin".
"Kenapa lagi kamu?"
"Enggak kenapa napa ko pa"..
"Malik berangkat dulu ma.. pa.. Assalamualaikum".. ucap Malik sambil mencium punggung tangan Mira dan Jodi bergantian.
"Waalaikum salam".
"Kalo begitu aku juga berangkat ya Mir.."
"Hmm... Hati hati"..jawab Mira mencium tangan Jodi.
Setelah suami dan anaknya pergi, tinggallah Mira di rumah seorang diri..
Dia benar-benar bosan dan kesepian.Disini dia tidak punya banyak teman.Tak jarang dia keluar rumah hanya sekedar untuk berbelanja kebutuhan rumahnya.
Orang mengira hidup Miranda begitu bahagia dan sempurna,tanpa mereka tau banyak rahasia yang disembunyikan oleh Miranda.
...
...
...Sederhana nya, aku rindu rumah yang di mana di sana ada aku.. ayah.. ibu.. dan kakak-kakak ku....
"Kenapa kamu selalu saja membuat ibu marah Nda... buat ibu sakit kepala.Lihat abang dan kakak kamu, mereka tidak pernah membuat ibu kesal, seharusnya kamu contoh mereka."
"Bisanya hanya main dan main saja, " Miranda hanya bisa diam dan tertunduk,tak berani dia menatap pada ibunya. hanya karna dia berantakin mainannya, ibunya sampai marah marah. biasanya dia juga suka membereskan mainannya sendiri tanpa disuruh.
" Kenapa lagi kamu May ?"
"ini keponakan kamu mbak, bisanya buat aku pusing aja".
"Memangnya kenapa Miranda? yo kamu jangan terlalu galak sama anak kamu sendiri May,dia itu anak kandung kamu, bukan anak tiri!".
" Sudahlah mbak, jangan mulai mengajak aku berdebat lagi"..
" Lebih baik kamu ajak pergi kemana ke, keponakan kesayangan kamu itu."
"Aku mau istirahat, dan kamu Nda jangan berantakin rumah lagi, beresin semua sekarang mainan kamu itu,kalau nggak ibu buang sekalian ".
Miranda hanya diam menunduk, dia tidak menangis hanya ada sorot kebencian dimatanya. Sedang Retno, dia hanya menatap sendu Miranda.
"Sudah ayo , bude bantu beresin mainannya.gak apa-apa,setelah ini ikut bude ke warung nek Romlah ya, bude mau beli sayur, kamu boleh jajan nanti di sana."
"Benar bude?".. seketika raut wajah Miranda yang tadinya murung berubah ceria.
"Iya, kamu boleh jajan apa saja bebas".
"Asyiik... bude memang baik, terimakasih bude". ucap Miranda memeluk budenya sayang.
Keesokan harinya,,
Miranda sedang duduk di teras rumahnya , melihat orang orang yang berlalu lalang di jalan, hari ini hari Minggu jadi jalanan cukup ramai, Tiba -tiba saja Miranda melihat ibunya keluar dari dalam rumah dengan membawa satu tas besar entah apa isinya Miranda tidak tau.
Maya hanya menatap Miranda sejenak menatapnya dengan tatapan yang sulit untuk diartikan, tanpa berkata apapun Maya melangkah pergi . Sama halnya, Miranda juga tidak berani mengatakan apapun pada ibunya.Sekedar untuk bertanya ibu mau kemana?,Miranda tidak melakukannya.Dia hanya menatap kepergian ibu nya saja.Dia terus menatap pada ibunya yang melangkah pergi menjauh dari rumah,sampai Miranda tidak lagi melihat ibunya itu.
Seolah tak peduli, Miranda sama sekali tidak pernah menanyakan ibunya kemana, baik kepada ayahnya budenya ataupun kakak-kakaknya.
TIga bulan berlalu.
Seakan tidak ada yang terjadi Miranda menjalani hari-harinya seperti biasa. Dia sama sekali tidak merasa kehilangan atas kepergian ibunya dari rumah, bahkan Miranda sama sekali tak pernah menanyakan kemana ibunya pergi dan belum juga kembali . Sedang Abang dan kakaknya sudah cukup dewasa untuk mengetahui keadaan yang terjadi dengan orangtuanya. Bude Retno sampai heran kenapa Miranda sama sekali tak pernah menanyakan ibunya.
" Nda sayang ... Bude boleh bicara sebentar". ucap bude Retno menghampiri Miranda yang sedang duduk di meja belajarnya.
"Iya boleh bude, ada apa?".
" Apa kamu tidak merindukan ibumu sayang?, kamu juga tidak pernah menanyakan ibumu ada dimana,apa kamu tidak ingin tau?".
"Tidak".. jawab Miranda tegas, tanpa menatap pada budenya yang kini sudah duduk disampingnya.
"Kenapa?".
"Karna sudah ada bude, aku tidak membutuhkan siapapun selain bude, cukup bude selalu ada disisiku itu sudah membuatku senang. Lagipula ibu tidak menyayangiku. " ucap Miranda.
Ya memang selama ini Retno lah yang mengurus ke-3 anak Maya.
Bude Retno sampai tertegun mendengar jawaban dari Miranda, anak kecil berusia 5 tahun bisa mengatakan itu.
" Kenapa kamu bicara seperti itu Nda, kamu tidak boleh berbicara seperti itu, mana mungkin ibumu tidak menyayangimu. ".
Miranda hanya menatap wajah budenya dengan tatapan yang tidak biasa.
Aku tidak lupa, bagaimana ibu menatapku saat itu bude, saat ibu pergi dari rumah... Aku tidak akan pernah lupa.
Deg,,,
Seketika Miranda terbangun dari tidurnya keringat membasahi keningnya.
"Kenapa ?..Kenapa aku selalu bermimpi tentang itu..?". Bayang -bayang Miranda ketika menatap kepergian ibunya selalu hadir dimimpinya. Miranda menutup wajahnya dengan kedua tangannya, dia terisak menangis setiap kali dia mengingat hari itu. Dadanya terasa nyeri dan sesak. Dia tidak pernah lupa bagaimana cara ibunya menatap padanya waktu itu.
" Mir .. kamu kenapa ?.. tanya Jodi dia terbangun karena mendengar suara isak kan tangis. Dan itu adalah Miranda.
Jodi memandang pada wajah Miranda , " Apa Kamu mimpi buruk lagi?" Miranda hanya diam , dia seperti tidak mampu untuk berbicara.
Jodi hanya menghela nafas, setelah itu dia memeluk Miranda,.
" Masih malam , sebaiknya kamu tidur lagi,"
Miranda hanya mengangguk kan kepalanya.tak lama dia sudah kembali terlelap dengan Jodi yang memeluknya.
******
Suara ponsel Miranda berdering, ada nama suaminya tertera di layar ponselnya. Segera Miranda mengangkat sambungan telponnya.
" Ya ASsalamualaikum Bang."
" Waalaikum salam. Mir Abang cuma mau bilang abang hari ini pulang malam, abang lembur banyak kerjaan". Terdengar suara Jodi dari sebrang sana.
" Iya bang ga papa, "
"Ya udah kamu sama Malik hati -hati di rumah,jangan lupa kunci pintu.
"Iya bang"..
"Abang matikan telponnya ya? Assalamualaikum..."
" Iya,, waalaikum salam...
tuuuut... Terdengar sura telpon dimatikan,dan panggilan pun berakhir.
Miranda hanya bisa menghela nafas, sudah sering Jodi pulang malam.
" Ma..."
"Apa"..
'Tadi itu papa yang telpon?".
" Iya , memangnya siapa lagi"..
" Papa pulang malam lagi ma?".
" Hem".. Miranda hanya mengangguk kan kepalanya saja..
" Ma.. "
"Apa Malik?".
" BEsok Jadwal Malik renang ma disekolah"..
" Iya , nanti mama bilang sama papa kamu,sudah sana masuk kamu, bentar lagi mau maghrib".
'Iya,,
Saat ini Miranda dan Malik sedang duduk di sofa ruang keluarga, Malik asyik sendiri menonton televisi yang sedang menayangkan film favoritnya. Sedang Miranda hanya diam sambil memainkan ponselnya,dia membuka aplikasi WA nya tak ada satu pun pesan yang masuk. Dia bergulir melihat story dari nomor yang ada di kontak nya.
Miranda melihat ada yang memposting makanan, ada yang menampilkan wajah seseorang , ada yang sedang jalan jalan.. ada yang membuat status galau, ada yang statusnya berjualan dari mulai skincare baju alat rumah tangga semua ada. Ada satu yang menarik dari perhatian Miranda salah satu nya postingan sebuah keluarga yang sedang makan di meja makan, mereka terlihat bahagia.
Sejenak Miranda teringat saat dirinya masih kecil. Dia juga pernah merasakan seperti itu, makan bersama dengan seluruh anggota keluarganya, menikmati berbagai macam hidangan,sungguh Miranda bahagia saat itu.
Tanpa terasa air matanya jatuh membasahi pipinya , Miranda merindukan masa itu.
"Sederhananya, malam ini aku rindu rumah di mana di sana ada aku, ayah, ibu, dan kakak-kakak ku."
"Bude.. aku juga merindukanmu ".. lirih Miranda pelan.
" Ma, mama kenapa?Tanya malik...
"Ah ,enggak mama cuma kelilipan,sudah malam kamu tidur,mama juga mau tidur".
"Papa jam berapa pulang Ma?"
"Mama gak tau Malik. sudah gak usah nunggu papa pulang, kamu tidur jangan begadang,mama gak mau ya kalau besok kamu susah dibangunin nya".
" Iya,,iya Malik tidur.Selamat malam ma".. ucap Malik mengecup pipi Miranda.kemudian masuk kedalam kamarnya.
" Hem, jangan lupa berdoa".
Tak lama Miranda pun beranjak dari duduknya masuk kedalam kamarnya.Disana dia termenung seorang diri,.
"Kalau tidak ada Malik , mungkin aku akan sangat kesepian".gumamnya pelan..
Waktu menunjukan pukul 01.00 dini hari, terdengar deru sepeda motor berhenti didepan rumah.
langsung Miranda beranjak dari atas ranjangnya, dia memang belum tidur, sudah berkali kali Miranda memejamkan matanya tapi tetap tida tertidur juga, jadilah dia menunggu Jodi suaminya pulang.
“Abang”.
Bergegas Mira keluar dari dalam kamar dan segera membuka pintu.
“ Mir, kamu belum tidur? sudah malam lo ini?”. tanya Jodi sembari memasukan motornya kedalam .
“ Mira ga bisa tidur bang!”.
“ Kenapa, nungguin abang ya?” ucap Jodi mencolek dagu Mira.
“ hii,, geer!!”..
“ Yah kirain nungguin abang”.
“ Abang mandi gi sana , Mira siapin air angetnya, abang bau asem!!”.
“ Mana ada abang bau, wangi gini!”.
Jodi sudah selesai mandi, kini dia sudah bersiap untuk tidur.sedang Mira ternyata sudah tertidur .
“ Katanya tadi ga bisa tidur, sekarang malah sudah ngorok gitu!”.
Jodi pun menghampiri Mira , memeluknya dan tak lama dia ikut terlalap bersama Mira.
Pagi harinya…
“ Bang!”
“ Apa?”.
“ Kata Malik dia sekarang ada jadwal renang di sekolahnya bang!!”.
“Terus”.
“ Uang saku nya bang, dia minta ditambahin.
“ Oh ia nanti abang kasih”.
“ Apalagi”..
“ Aku gak dikasih uang saku bang!!”.
“ Memangnya kamu juga mau renang Mir?”.
“ Bukan mau renang , tapi mau jalan sama si Lila, tadi dia WA aku bang mau ngajakin makan bakso, boleh ya bang?”.
“ Emangnya uang yang waktu itu abang kasih sudah habis?’.
“ Udah ga ada bang, uang segitu mana ada sisa.aku juga kan pengen kaya yang lain bang”.
“Kaya yang lain apa”.
“Susah ya ngomong sama abang, ga ngertiin banget Mira.”
‘Iya abang tau,, tapi kan kamu tau sendiri Mir,gaji abang ga seberapa, cuma cukup buat kebutuhan rumah aja”.Nanti deh kalau abang dapat rejeki lebih kita jalan jalan.Sekarang abang pergi dulu udah telat”.
“ Ih, tunggu dulu , uang saku buat Malik belum!”..
jodi menghembuskan nafas berat kemudian mengeluarkan satu lembar seratus ribuan pada Mira dari dompetnya.
“Nih… sisanya buat beli bakso”. ucap Jodi.
“Cukupkan?”.
“Iya cukup”.. ucap Mira yang masih cemberut.
“Abang berangkat dulu,” ucap Jodi sambil mengulurkan tangannya pada Mira, Mira pun mencium punggung tangan Jodi.
‘Assalamualaikum”
“Waalaikum salam… hati hati bang!.
Miranda menghela nafas berat, selalu saja seperti ini.
kenapa hidupku sangat menyedihkan . Semua yang kulakukan seperti sia sia. Andai waktu itu tak pernah terjadi.
Selalu Miranda selalu saja merutuki hidupnya, bukan dia tak bersyukur tapi rasanya sangat sulit untuk bisa berdamai dengan masa lalunya.Bahkan dia membenci dirinya sendiri.
“ Ma…Papa sudah berangkat?”.
“ Kenapa ?”
“Yah… ko gak nungguin aku si ma.”
“memangnya kamu ada bilang sama papa mau berangkat bareng”.
“ Nggak sih.. tapi mama gak lupa kan bilang sama papa hari ini aku ada renang ma?”.
“ iYa … tadi mama udah bilang ko”.
“ Terus mana?.. ucap Malik seraya menengadahkan kedua tangannya ke depan MIra.
“ Apa?”.
“ Uang jajan nya ma, “.
“Hem,, ini tapi ingat ditabung sisanya”.
“ Oke.. dadah mama. “ ucap Malik.
Melihat Malik , Mira jadi teringat akan dirinya saat dia seusia Malik.
Hari dimana dia sangat membenci hari itu.
Flashback On…
“ Bude nanti pulang sekolah Bude jemput Nda ya!!”.
“ Tumben kenapa pengen dijemput biasanya kan pulang sendiri”.
“ Teman teman aku pulangnya pada dijemput sama ayah juga ibunya , masa aku nggak Bude!, aku kan juga mau kaya teman teman dijemput pulangnya”.
Sebenarnya Miranda iri dengan teman teman nya yang jika sekolah mereka di antar jemput oleh orangtuanya. bahkan setiap liburan teman temannya selalu pergi berlibur bersama keluarganya.
Ayahnya terlalu sibuk dengan pekerjaannya ,terkadang ayahnya juga sampai tak pulang,dalam seminggu mungkin Miranda akan bertemu dengan ayahnya hanya 2 kali. itupun hanya sebentar. Sedang abang dan kakaknya mereka terlalu sibuk dengan dunianya sendiri.
Dan Miranda hari harinya dia habiskan bersama budenya ,beruntungnya Miranda yang mempunyai bude sebaik Retno.
“ Iya itu karna teman kamu rumahnya jauh dari sekolah, kalau kamu kan deket.”
“ Tapi Nda mau dijemput bude”.. Miranda merengek pada budenya.Nanti bude tunggu aja di warungnya nek Romlah ya “..
“ Iya nanti bude tunggu di sana, sekarang berangkat gi, tuh abang kamu udah nungguin dari tadi”..
“ Nda pamit ya bude’...
“ Bang Ren tumben naik sepeda”.. Kenapa ga naik bis atau angkot bang kan cepat sampainya, ‘.
“Terserah abang Nda,, cepetan naik. “.
“ Nda kan cuma nanya bang!!”.
Sepanjang jalan Miranda terus saja mengoceh .”Bang kata bude abang bentar lagi lulus sekolah nya ya?”..
“Iya.”
“ Terus kata bude juga abang mau sekolah lagi di luar kota, iya bang?”.
“ cerewet banget sih kamu Nda?”.
“ jawab bang.. kalau nanti abang pergi siapa dong yang ngerjain PR aku bang?”.
“Abang’.. ko diem aja… “
“ Bang Ren ih”.
“ Udah sampe Nda, cepat turun”.
“ Abang mah… “
Miranda turun dari boncengan sepeda abangnya, lalu meraih tangan abangnya dan mencium bolak balik.
“Assalamualaikum bang”
“Waalaikum salam, belajar yang pinter”. Ucap Rendi abangnya Miranda seraya mengelus kepala Mira.
Miranda memang cukup dekat dengan abangnya ketimbang degan kakaknya Rindi, yang ada Miranda dan Rindi sering sekali bertengkar. padahal umur mereka berjarak 6 tahun,sedang dengan Rendi abangnya Miranda berjarak 9 tahun.
Sekarang Miranda sudah kelas 3 SD, sudah 3 tahun pula Miranda tidak pernah bertemu dengan ibunya.
Jika ditanya dia merindukan ibunya, pasti dia selalu menjawab nya dengan singkat jelas dan padat.bahwa dia sama sekali tidak merindukan ibunya itu.
padahal siapa yang tau hati Miranda, seperti apa. sejak berusia 5tahun dia sudah banyak memendam perasaannya.Perasaan sakit hati , kecewa pada orangtuanya sendiri.dia merasa seperti tidak diinginkan, selalu merasa dicampakkan di abaikan oleh ibunya,.
Bahkan sekarang di sekolah pun Miranda harus selalu mengalah pada teman-temannya. Dan perasaan itu ia pendam sendiri ,
Tanpa Miranda tau,bahwa memendam perasaan seperti itu akan menjadi bom waktu yang seiring waktu bisa meledak kapan saja dan melukai dirinya sendiri.
Bibir Miranda tersenyum tatkala melihat budenya datang untuk menjemputnya.
“ Bude…” Teriak Miranda .
Bude Retno hanya tersenyum melihat Miranda yang kini tengah melambai lambaikan tangannya.
“ Ayo”..
Miranda menggenggam tangan budenya dengan erat,.
Setibanya dirumah Miranda dibuat terpaku. Dia terdiam mematung pandangannya kini tertuju pada sosok wanita yang kini tengah berdiri tak jauh darinya.
MIranda memegang erat tangan Budenya seolah tak ingin melepaskan genggamannya.
Wanita itu tak lain adalah Maya,ibunya setelah 3 tahun Miranda bisa melihatnya lagi.
Matanya kini tertuju pada perut ibunya yang terlihat membesar.
“Apa ibu hamil?. Itulah yang ada dipikiran Miranda.
Tidak ada raut senang ataupun sedih pada wajah Miranda, dia menatap ibunya dengan ekspresi datar.
“Nda…” ucap Maya seraya menghampiri Miranda hendak memeluknya, namun siapa sangka Miranda malah mundur satu langkah dan bergeser berdiri dibelakang punggung budenya.
Maya tidak menyangka kalau Miranda akan menolak untuk dia peluk.
“ Nda … sayang kamu tidak boleh begitu sayang, ayo salim sama ibumu”.
Miranda tertunduk, tanpa melihat pada ibunya dia meraih tangan Maya, untuk menciumnya.
Setelah itu Miranda berlari masuk kedalam rumah,selama ada Maya, Miranda mengurung diri didalam kamarnya, walau dibujuk oleh budenya Miranda tetap tidak mau keluar.
Bulir bening dari kedua matanya kini terjatuh juga di pipinya , anak kecil itu terisak .
Sungguh dia bukan menangis karena sedih,kemarahan dan kekecewaan lah yang membuat air matanya keluar.
Dia marah dia kecewa pada ibunya kemana dia selama 3 tahun ini,tak pernahkah dia merindukannya atau sekedar menanyakan kabarnya,bagaimanapun juga Miranda hanyalah anak kecil yang masih membutuhkan kasih sayang dari kedua orangtuanya.
Flashback off..
“Mir…Mira!!”.
“ Abang?, kapan pulang, ko aku ga denger suara motor abang?”
“ dari tadi, abang panggil kamu, kamu ga denger?”.
“ Emang iya”.. jawab Mira tersenyum malu,dia terkekeh dalam hati.
Jodi hanya menggelengkan kepalanya,heran melihat Mira .
“ Abang pulang cepat hari ini, “.
“ Kamu kenapa Mir”.. Karena dari tadi Mira hanya diam..
‘Mir… !!”..
“Iya kenapa bang, ?”
“AStaga dari tadi abang ngomong kamu ga dengar?”.
“Sudahlah abang cape hari ini, abang mau istirahat, rasanya badan abang sangat lelah.kamu jangan ganggu abang dulu..Ucap Jodi sambil berlalu pergi masuk kedalam kamar.
Miranda hanya menghela nafas berat.
“Ganggu katanya”..
Selalu saja begitu,padahal diri ini berantakan,aku juga lelah bang,tapi tetap aku yang harus selalu memahami kamu.
Lalu.. siapa yang bertanya padaku, apa hari ini kamu baik baik saja? Apa senyumku sungguhan?...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!