Karna rasa kecewa terhadap suaminya, Mala memutuskan untuk pergi jauh keluar negri, Membawa rasa kecewa yang begitu dalam terhadap Devan,
Aussie, menjadi tempat tujuan Mala saat ini, di bantu oleh Andra-dokter kejiwaan yang membantu menangani kakaknya.
"Selamat tinggal, jakarta." ucapnya sebelum akhirnya masuk ke dalam pesawat yang sebentar lagi akan segera take off,
Tak terasa sudah 6 jam 30 menit mala dalam penerbangan. di indonesia jam sudah menunjukkan pukul 00:30. Selama itu pula mala masih terus terjaga. matanya enggan untuk terpejam walaupun hanya sebentar, Selama itu juga perasaan dan pikiran mala melayang entah kemana.
Hingga tak lama kemudian. suara peringatan dari salah satu pramugari terdengar jelas di indra pendengarannya.
" PARA PENUMPANG YANG TERHORMAT, DI MOHON UNTUK SEGERA BERSIAP, KARNA SEBENTAR LAGI PESAWAT AKAN SEGERA LANDING. TERIMA KASIH"
Mendengar akan hal itu, mala membangunkan bibi flo yang masih lelap dalam tidurnya. Wanita paruh baya itu menggeliat sambil mengerjab untuk beberapa saat. Menyesuaikan pencahayaan yang masuk dalam indra penglihatannya.
10 menit kemudian pesawat sudah benar-benar mendarat sempurna di bandara negara sydney.
Setelah turun dari pesawat, mala melihat ke sekeliling bandara, Banyak orang berlalu lalang di depannya. Wanita itu memicingkan matanya, mencoba mencari orang yang menjemputnya, menurut informasi dari andra orang tersebut menggunakan setelan jas berwarna silver.
Setelah berkeliling cukup lama, ada seseorang yang memanggil mala dari arah kejauhan. pria itu melambaikan tangannya. memberi petunjuk jika dirinyalah yang di cari oleh mala. Melihat itu pun tak mengulur waktu mala langsung menghampiri pria yang berdiri di arah kejauhan.
" Pak bima?" Tanya mala lembut
" Mala adiknya andra kan?" tanya pria itu juga.
" Iya pak, saya Mala adiknya kak Andra," biarpun hanya sebatas dokter untuk kakaknya, Namun Andra dan Mala memang sudah begitu dekat seperti saudara.
" Jangan pak lah, Bima saja. toh umur kita palingan cuma selisih 3 atau 4 tahun" balas Bima seraya tersenyum.
" Baiklah. Bima, Oh iya bisa kita pulang sekarang. aku sudah capek karna terlalu lama dalam perjalanan. pengen cepat-cepat istirahat" pekik Mala dengan nada lesu
"Yasudah mari kita ke apartemen sekarang"
Mala dan bibi flo mengikuti Bima dan mengekor di belakang pria tampan berbadan tinggi tegap di depannya itu. sungguh Bima seorang pria yang begitu tampan. bahkan ketampanannya melebihi devan, matanya sipit,bulu mata panjang, hidung mancung, dan bibir yang benar-benar bagus, "sempurna" itulah kata yang pantas buat bima.
Setelah 1 jam perjalanan. akhirnya mereka telah tiba di sebuah apartemen mewah yang terletak dipusat kota. Interiornya begitu memanjakan mata. mala menatap takjub, matanya terbelalak saat mengetahui bagian dalam gedung ini,
"Ya ampun. ini gedung apartemen apa istana ya," lirihnya dalam batin.
Setelah masuk ke dalam apartemen, mata Mala semakin membelalak saat melihat interior dalam gedung itu. sungguh benar-benar bagus.
" Astaga, ini panthouse atau istana ya" lirihnya dalam batin.
Setelah menyusuri lorong apartemen, Bima membawa Mala dan juga bibi flo memasuki lift agar segera sampai pada apartemen yang akan di huni mala selama di negara ini.
Ting...
Pintu lift terbuka, mereka keluar dali dalam lift dan kembali menyusuri lorong yang desainnya lebih indah dari pada sebelumnya.
" ya ampun. ini benar-benar seperti istana" batin mala lagi.
5 menit kemudian. akhirnya mala sudah sampai di depan apartemen dengan nomor 207. Bima memasukkan kode sandi apartemennya dan mempersilahkan mala juga bibi flo untuk masuk ke dalam.
" Mala, bibi flo, mulai saat ini kalian tinggal di apartemen ini. kalau perlu sesuatu tinggal panggil aku di apartemen nomor 210, atau bisa hubungi aku langsung ya mala," Bima menyodorkan sebuah kartu nama dengan tertulis nama Albima sunder. Direktur utama Sunder corp.
"Baiklah Bima, terimakasih. oia kalau boleh tau berapa perbulan biaya sewa apartemen ini, pasti mahal sekali ya. mana aku belum kerja lagi" ucap mala sambil membuang nafasnya kasar.
"Kamu tidak perlu pikirkan soal biaya sewa, kebetulan gedung apartemen ini milik keluargaku, kamu bisa tinggal di sini semau kamu."
Mendengar penuturan bima, mata mala kembali membelalak,
"Kamu yakin aku tinggal disini gak usah bayar sewa, Tapi..."
"Gak usah tapi-tapian. Kalau kamu adiknya Andra. itu artinya kamu juga keluargaku. sudahlah, sekarang kamu istirahat, Nanti aku akan menyuruh seseorang untuk mengantarkan makanan kesini, kamu sama bibi flo pasti lapar kan?" Pekiknya bima
"Tidak usah repot-repot bim" Sambung mala
"Tidak apa-apa Mala. semoga kamu betah tinggal disini, oh iya untuk masalah kuliah. kamu gak usah khawatir, aku sendiri yang akan mengantar dan menjemput kamu. kalau begitu aku permisi dulu ya" ucapnya dan langsung melangkah keluar. namun langkahnya terhenti saat mala memanggil namanya.
Mendengar itu, Bima pun menghentikan langkahnya. dan kembali menoleh ke arah mala.
"Iya mala, ada apa? Apa kamu memerlukan sesuatu?" Tanya bima lembut
" Tidak. tidak. Aku cuma mau bilang terimakasih atas semua bantuannya ya, aku gak tau harus membalasnya bagaimana"
"Tidak perlu berterimakasih, aku ikhlas kok, kalau gitu aku pergi ya. Assalamualaikum"
Setelah mengucapkan hal itu. Bima benar-benar berlalu dari hadapan mala. Setelah punggung Bima menghilang di balik pintu besi apartemen, Mala memasuki ruangan yang akan menjadi kamarnya mulai hari ini.
Wanita cantik itu mengambil nafas panjang dan terdiam untuk beberapa saat, kemudian merebahkan tubuhnya pada ranjang yang ukurannya sangat besar, wanita itu menatap sekeliling sudut kamarnya, ruangan ini berdominasi dengan cat berwarna putih. Semua barang yang ada sini warnanya putih, lemari putih, seprei putih, gorden putih dan tak lupa juga cat pintunya juga berwarna putih. benar-benar bagus, dua kali lipat lebih bagus dari apartemen devan.
Setelah puas menikmati nuansa putih di dalam kamar, mala pun akhirnya mengambil baju ganti dan meninggalkan kasur yang super nyaman itu, Mala kembali di buat kaget dengan interior kamar mandinya,
Lain dengan cat dalam kamar, Untuk di kamar mandi ini berdominasi dengan cat campuran. antara warna coklat muda dan putih. Ada cermin ukuran besar dan juga lengkap dengan peralatan mandi lainnya, Bahkan di sana juga sudah tersedia beberapa macam sabun mandi dengan wangi yang berbeda.
" Ya ampun, ini apartemen benar-benar mewah. kamar mandinya saja seperti ini," ucapnya sambil geleng-geleng kepal
30 menit kemudian. Mala sudah selesai dengan ritual mandinya. wanita ini keluar dari dalam kamar mandi dan mengambil ponselnya di dalam tas. Namun wanita itu melupakan satu hal. dia lupa jika nomor ponselnya tentu saja tidak bisa di gunakan di negara ini, Mala menepuk jidatnya sendiri.
Mau tidak mau, wanita itu harus pergi ke apartemen bima yang ada di nomor 210. akhirnya mala keluar dari dalam kamarnya, wanita itu menggunakan baju oblong berwarna putih, dan celana hot pant.
Di luar ternyata sudah ada bibi flo yang lagi menyiapkan makanan yang di antar oleh orang suruhan bima.
" Nona, nona sudah selesai mandi, sebentar ya bibi siapkan makanan ink dulu" ucap bibi flo lembut.
Bibi Flo adalah orang yang di perintah oleh Andra untuk menemani Mala dan menjaga Mala di tempat ini..
" Iya bi, Oh iya bi, Mala ke apartemen Bima dulu ya, mala baru ingat jika kartu indonesia tidak bisa di gunakan di negara ini"
Bibi flo hanya mengangguk sopan. setelah itu mala keluar dari dalam apartemennya. Wanita cantik itu berjalan gontai menuju apartemen bima yang hanya berjarak 2 apartemen saja. Setelah tiba di depan apartemen mala mala berniat untuk mengetuk pintu, Namun pintunya telah terbuka terlebih dahulu.
Melihat mala berdiri di depan apartemen miliknya membuat bima mengerutkan keningnya.
"Mala, ngapain kamu kesini, kamu butuh sesuatu?" Tanya bima lembut
Wanita cantik itu cengengesan tak jelas, sambil menggaruk kepalanya yang sama sekali tidak gatal.
" Hehe, iya bima, aku lupa jika belum beli nomor baru, bisakah kamu mengantarku untuk membelinya, soalnya aku mau hubungi kak andra, mau bilang bahwa aku sudah sampai" jawab mala sambil tersenyum
"Oh baiklah. Kita beli saja besok siang sekalian kamu pergi kuliah, Kalo masalah andra, kamu tenang saja ya. aku sudah kasih tau dia lewat pesan. soalnya aku telpon tidak ada jawaban, mungkin andra sedang istirahat. soalnya di indonesia kayaknya sudah pukul 01:00."
"Oh ya sudah terimakasih ya bima. kalau disini jam berapa ya?"
"Jam 05:00 pagi, Kamu balik lagi ke apartemen, istirahat dulu. Nanti jam 13:00 kamu ada kuliah pertama" Jawab bima santai
"Baiklah. terimakasih ya bima. oh iya kalau boleh tau kamu mau kemana sepagi ini?"
"Eum, aku mau ke rumah orang tuaku, Aku baru dapat kabar jika ayahku sakit,"
" Baiklah, aku balik dulu."
Mala membalikkan tubuhnya dan segera melangkahkan kakinya untuk kembali ke apartemen miliknya. namun langkahnya terhenti saat tiba-tiba bima memanggil namanya.
" Ya ada apa bima?"
" 130820" pekiknya
Ucapan bima tentu membuat mala mengerutkan keningnya. apa maksud dari angka yang di sebutkan bima?
Bima yang melihat wajah bingung mala pun langsung memperjelas apa yang di maksud angka yang di ucapkan bima tersebut.
"Sandi apartemennya" jelas bima pada mala
Wanita itu pun tak menjawab, hanya mengangguk paham, setelahnya mala kembali melangkahkan kakinya ke apartemen yang dia tempati,
Saat ini mala sudah berada di dalam kamarnya. tadi sudah sempat makan bersama bibi flo, Wanita itu merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur yang akan menjadi bagian penting selama dia tinggal di negara ini. Setengah jam kemudian. akhirnya mala sudah terlelap dalam tidurnya. dengkuran halus sudah mulai terdengar. hingga tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 11:30 siang.
1 bulan sudah berlalu. Selama itu juga yasmine tak pernah lepas dari pencarian mala. Bagi yasmine mala bukan hanya sebagai menantu, Tapi sudah seperti anak perempuannya sendiri, Wanita paruh baya itu tidak ingin kehilangan mala, seperti halnya dia kehilangan adiknya devan 15 tahun yang lalu.
Ya. yasmine kehilangan anak perempuannya saat usianya masih 5 tahun. Menurut desas desus yang beredar, anak itu di culik oleh salah satu musuh besar kakeknya devan, Oleh sebab itu hubungan papa devan dengan sang ayah tidak pernah akur, Karna wijaya selalu menyalahkan ayahnya sendiri atas menghilangnya anak perempuan mereka satu-satunya. Dan sejak saat itu wijaya memilih pergi dari kediaman kedua orang tuanya, wijaya memilih untuk merintis semuanya sendiri.
Hingga bertahun-tahun berlalu pencarian itu masih terus berlanjut, Namun hasilnya tetap sama, Nihil. Sejak saat itu wijaya memutuskan untuk menghentikan pencariannya. Pria itu hanya berharap jika suatu saat nanti bisa di pertemukan kembali dengan anak perempuannya.
Saat devan sudah memasuki perkuliahan. Yasmine selalu meminta devan untuk segera menikah setelah lulus kuliah, hingga suatu hari devan bertemu dengan adelia, wanita pertama yang devan bawa kehadapan kedua orang tuanya.
" Bagaimana pa. Apa ada perkembangan soal menantu kita?" Tanya yasmine pada wijaya
" Belum ma. Orang suruhan papa yang mengintai kediaman orang tua mala juga mengatakan, jika selama 1 bulan ini tidak ada tanda-tanda keberadaan mala di sana"
" Terus gimana pa, hiks...hiks..."
Di saat yasmine dan wijaya tengah mengobrol di ruang tengah, Tiba-tiba suara bel berbunyi, yasmine pun membuka pintu itu. dan ternyata yang datang adalah seorang kurir.
" Iya mas, cari siapa?" Tanya yasmine lembut
" Ini bu, saya cuma mau mengantarkan surat dari pengadilan, mohon tanda tangan disini" Kurir itu menyodorkan sebuah amplop berwarna coklat. Dan setelah yasmine selesai tandatangan, kurir itu segera pergi dari kediaman yasmine.
Deg!!!
Lutut yasmine melemas, Kakinya seakan berat untuk melangkah, Dadanya terasa semakin sesak. Bulir benih itu pun sudah menumpuk di bagian pelupuk matanya. Setelah membaca surat itu, matanya semakin memanas,
" Siapa tamunya ma?" Tanya wijaya yang menghampiri yasmine karna tak kunjung masuk. pria paruh baya itu menemukan sang istri sudah setengah terisak.
Dan di saat itu juga, ternyata devan juga sudah pulang dari kantor, sebab hari ini pekerjaan tidak terlalu banyak, jadi devan bisa cepat menyelesaikannya. hingga jam 14:00 devan sudah tiba di rumah orang tuanya.
Melihat sang mama menangis, tentu membuat devan segera keluar dari dalam mobilnya. berjalan dengan sedikit berlari,
" Mama kenapa pa?" tanya devan pada wijaya
" Papa juga gak tau van, tadi ada tamu. eh pas papa keluar mama sudah seperti ini" balas wijaya dengan raut wajah khawatir
Wijaya dan devan membawa yasmine untuk masuk terlebih dahulu, apalagi saat melihat yasmine semakin terisak. setelah sampai di ruang keluarga, yasmine tetap tak dapat bicara, lidahnya terasa kelu untuk sekedar berbicara. Wanita paruh baya itu memberikan amplop yang dia terima pada sang anak. Devan mengambil dan langsung membacanya.
Kening devan mengerut saat melihat amplop coklat dengan tertulis PENGADILAN AGAMA, Dengan cepat devan membuka dan membaca isi dari amplop itu, dan ternyata di sana sudah tertera nama Mala sebagai penggugat, Astagfirullah, Ternyata ucapan mala tempo hari tidak main-main, Wanita itu benar-benar gugat cerai devan!
Memang pantas sih jika mala menggugat devan, Wanita mana yang tidak sakit hati saat mengetahui jika suaminya menghamili wanita lain,
" Ya allah, kamu benar-benar gugat cerai aku sayang" Lirihnya pilu
" Kenapa van?' Tanya wijaya yang memang belum mengetahui
" Mala pa, Dia benar-benar gugat cerai devan" Jawab devan semakin pilu
" Itu sudah konsekuensi yang harus kamu terima devan, Seharusnya sebelum bertemu adelia, Kamu pikir dulu, Jika sudah seperti ini bagaimana,? Istri kamu minta pisah, adelia hamil, Papa saja bingung van" Pungkas wijaya
Disaat keluarga wijaya tengah bingung akan masalah yang datang menimpa keluarga itu, Lain dengan adelia, Wanita ular itu saat ini sedang berjalan gontai sambil senyum-senyum licik memasuki lorong rumah sakit, Namun langkahnya terhenti saat ada suara berat lelaki paruh baya yang memanggilnya, Karna merasa namanya di panggil, Adelia membalikkan tubuhnya, ternyata yang memanggilnya adalah grahama, Mantan ayah mertuanya.
Ya, Rendi sudah mentalak adelia 1 minggu yang lalu, tepat saat rendi tak sengaja bertemu dengan adelia di coffeshop pujaan hati,
" Adelia, Mulai hari ini kamu gak usah repot-repot datang kerumah sakit ini lagi" ucap grahama santai
Adelia memicingkan kedua matanya saat mendengar perkataan grahama,
" Maksud bapak?" pekik adelia yang pura-pura tidak mengerti
" Bahasa kasarnya, Kamu di pecat mantan istriku, Karna sudah ada dokter sifa yang akan menggantikan posisi kamu di rumah sakit ini," ucap rendi sambil melirik ke arah dokter cantik di sampingnya.
Posisi mala di rumah sakit ini adalah dokter umum sekaligus sekertaris di rumah sakit ini. semenjak menjadi istri dari rendi grahama, mala sudah di percaya untuk mengisi bagian sekertaris rumah sakit,
" Perkenalkan, Ini dokter sifa, sekertaris baru di rumah sakit ini"
Mala tak menjawab, Wanita itu memilih langsung pergi dengan mengepal kedua tangannya, Dengan perasaan dangkal yang menggebu dalam hatinya, Apalagi di pecat secara tidak hormat di tempat umum seperti itu. Sangat sangat memalukan,
" Awas aja kamu rendi, kamu pikir aku gak bisa dapat pekerjaan di rumah sakit lain" ucapnya kesal.
Wanita itu ternyata belum sadar, jika melamar pekerjaan tentu membutuhkan ijazah dan juga sertifikat yang lain, Adelia belum sadar jika semua barang-barang itu masih di rumahnya rendi, Karna terlalu terobsesi akan devan, adelia sampai melupakan semua hal, Sudah hidup enak malah memilih susah, bodoh bukan!
Di aussie
Ueeek....ueeekk...uekkk
Mala merasa perutnya bergejolak saat mencium bau makanan yang di pesankan oleh bima, Mala berlari ke arah toilet untuk memuntahkan makanan yang baru sesuap dia makan.
Bima yang melihat itu menjadi panik, Ada apa dengan mala? Apa dia sakit,! Bima mengikuti mala dan menunggu wanita itu di luar toilet, pria itu mondar-mandir saat mala tak kunjung keluar, 10 menit kemudian mala baru saja keluar.
" Mala, apa kamu baik-baik saja?" tanya bima khawatir
" Entahlah bim, aku merasa perutku begitu mual saat mencium bau makanan tadi, apalagi setelah aku memakannya, Rasanya aku ingin langsung memuntahkan semua isi dalam perutku" jelas mala
" Kita harus kedokter, Aku rasa sepertinya kamu masuk angin, Tidak terima penolakan" pekik bima tak memberi mala waktu untuk menjawab
Pria tampan itu membayar makanan yang sudah dia pesan, dan membawa mala keluar dari dalam restoran itu, Di tengah perjalanan tak ada perbincangan di antara keduanya, Bima fokus mengemudi sedangkan mala menatap keluar arah jendela,
30 menit perjalanan, akhirnya mobil bima sudah tiba di basement rumah sakit terdekat, Bima keluar dari dalam mobilnya dan membukakan pintu untuk mala, selama 1 bulan di negara ini bima lah yang selalu menjaga mala, layaknya keluarga sendiri, Seperti halnya mala yang demam 2 minggu yang lalu, bima yang paling menghawatirkan keadaan mala.
Setelah sampai di ruangan dokter, Mala disuruh berbaring dan di periksa oleh seorang dokter perempuan paruh baya, Selepas melakukan pemeriksaan dokter itu tersenyum ke arah bima. Kemudian menjabat tangan bima dan memberikan selamat.
" Selamat ya pak, istri anda positif hamil" ucapnya sambil tersenyum
Mendengar itu tentu saja membuat bima mengerutkan keningnya, namun beberapa saat setelahnya bima mengucapkan terimakasih pada dokter itu. Dan membalas senyumannya.
" T....tapi dok" ucap mala terbata dengan suara parau
Mendengar suara parau mala bima menggenggam tangan mala, serta sedikit mengangguk seakan memberi kekuatan pada wanita di sampingnya.
Setelah di berikan serep obat yang harus di tebus diapotik rumah sakit ini, Bima dan mala keluar dari ruangan dokter lalu melangkah ke arah apotik yang harus mengantri terlebih dahulu, bima memberikan sebuah kertas resep obat pada petugas farmasi. lalu mengajak mala untuk duduk di kursi tunggu.
Bima terlihat menyimpan banyak pertanyaan yang dia bendung dalam memorinya, mau bertanya namun takut salah, pasalnya bima tidak pernah tau jika mala sudah menikah, Yang bima tau hanyalah mala adik dari andra.
Mala hamil? anak siapa? bukankah selama ini wanita itu tidak pernah keluar apartemen selain bersamanya, pertanyaan semacam itu selalu terbesit dalam benaknya, Namun bima takut salah bicara.
"Obat atas nama nona mala" Panggil salah satu petugas
Mendengar itu bima segera melangkahkan kakinya untuk mengambil obat untuk mala, setelah itu bima membawa mala yang masih terdiam keluar dari rumah sakit,
di dalam mobil mala masih tetap diam tanpa bersuara, hingga saat bima berniat untuk menyalakan mesin mobilnya tiba-tiba terdengar suara isak tangis mala yang begitu pilu.
"Kenapa aku harus hamil di saat seperti ini" lirihnya disertai isak tangis
Melihat mala seperti itu, reflek bima membawa mala dalam dekapannya, pria tampan itu mencoba menenangkan mala dan membelai rambut lurusnya.
"Ya allah, kenapa aku harus hamil di saat yang tidak tepat, bukannya hamba tidak bersyukur atas amanah yang engkau titipkan, tapi kenapa harus dari laki- laki yang hanya mempermainkan perasaanku , Hiks...hiks..." Tangis mala semakin deras dalam dekapan bima, hingga jas yang bima gunakan penuh dengan air mata
"Menangis lah jika itu bisa membuat hatimu merasa lebih tenang, Kamu tidak sendiri. ada aku yang akan selalu siap menjadi tempat bersandar mu" ucap bima lembut
Setelah puas menangis dalam dekapan bima, akhirnya mala mengangkat wajahnya dari atas dada bidang bima, ini kali pertama bima mendekap mala dan membelai rambutnya seperti itu. " kenapa saat mendekap mala seperti itu jantungku seakan lebih cepat berdetak"lirih bima dalam batin.
"Aku mau pulang bima," pekik mala dengan suara serak
Mendengar itu bima langsung menyalakan mesin mobilnya dan meninggalkan gedung rumah sakit, di tengah perjalanan tidak ada pembicaraan di antara keduanya, mereka melewati hanya dengan keheningan, Hingga tanpa sadar mala memejamkan matanya yang terasa berat sehabis menangis.
Sesekali bima melirik ke arah mala yang sudah lelap dalam tidurnya, Banyak hal yang ingin pria itu ketahui, bima mengangkat bibirnya membentuk senyum tipis, entah kenapa hatinya terasa nyaman berada di samping mala seperti ini, apa mungkin bima sudah mulai ada rasa pada mala?
Pria itu meletakkan tangannya di atas dadanya sebelah kiri, jantungnya masih berdegup kencang biarpun tidak seperti tadi saat mendekap erat mala.
1 jam kemudian, bima sudah sampai di gedung apartemen miliknya, pria itu memperhatikan mala, lalu menyibak rambut mala yang sedikit menutupi sebagian wajahnya,
" Sangat cantik" ucapnya tanpa sadar,
Melihat mala yang tertidur begitu pulas membuat bima tidak tega untuk membangunkan wanita itu, Setelah diam beberapa saat, akhirnya bima memutuskan untuk menggendong mala ke dalam gedung apartemen.
Bima membuka pintu mobil dan menggendong tubuh rambing mala ala bridal style. Buat bima tubuh mala sangat pas dalam gendongannya, tidak terlalu berat, sangat pas buat ukuran perempuan.
Setelah tiba di apartemen yang di tempati mala, bima memasukkan sandi apartemen lalu meletakkan tubuh mala di atas ranjang kamarnya.
" Terimakasih tuan sudah menggendong nona mala" pekik bibi flo lembut
" sama-sama bi, bima langsung permisi ya" ucapnya dan langsung berlalu dari hadapan bibi flo
Alundra yang menyadari mala sudah lama tidak menghubunginya langsung mencoba menelfon mala hingga beberapa kali, namun hasilnya tetep sama. nomor mala tetap tidak bisa di hubungi. alundra mulai panik, wanita paruh baya itu meminta nara untuk menghubungi adiknya.
Mendengar namanya di panggil, Nara pun turun dari kamarnya serta membawa dania yang kini sudah semakin aktif,
"Ada apa bunda, kenapa bunda terlihat panik seperti itu?" Tanya nara penasaran
"Coba kamu hubungi mala, sudah 1 bulan dia gak ada hubungin bunda, bahkan bunda terakhir bertemu hanya saat mala menginap di sini waktu itu"
Nara langsung mengambil ponselnya dari dalam saku, bukan suara mala yang dia dengar, melainkan sura otomatis operator,
"Nomor mala gak bisa di hubungi bunda,"
Alundra semakin panik, rasa khawatir semakin mendominasi dalam hatinya, takut suatu hal terjadi pada anak bungsunya.
"Bunda harus ke rumah yasmine," ucapnya dan berlalu dari hadapan nara. Namun sebelum alundra berangkat ke rumah yasmine, andra baru saja pulang dari rumah sakit
"Assalamualaikum" pekik andra lalu mencium punggung tangan alundra dan mencium kening nara seperti biasa
"Waalaikum salam mas" Balas nara lembut
"Oh iya, bunda mau kemana sudah rapi?" tanya andra
"Bunda mau kerumahnya yasmine dra, Bunda gak bisa hubungi mala, bunda khawatir," jelas alundra dengan nada sendu
Melihat raut wajah sendu alundra membuat andra iba, Andra mendekat ke arah ibu mertuanya, dengan terpaksa pria itu memberitahu tentang mala pada alundra. biar bagaimapun alundra berhak tau tentang masalah yang sedang di hadapi putrinya,
Andra mengambil nafas panjang sebelum menceritakan semuanya, kemudian pria itu menceritakan semuanya tanpa ad yang di tutupi lagi, Mendengar penuturan andra, seketika dadanya terasa sesak, jantungnya seakan berhenti berdetak untuk beberapa saat,
"Maafkan andra bunda, andra terpaksa tidak memberitahu sebelumnya, Soalnya ini permintaan mala,"
"Iya gak papa nak, terimakasih sudah mau memberitahu bunda, Bunda minta alamat tempat tinggal yang di aussie" pungkas yasmine pelan
"Baiklah bunda, nanti andra kirim lokasi apartemen mala"
Tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 19:00, Winarto baru saja pulang dari kantor, setelah selesai makan malam, mereka berkumpul di ruang keluarga. Alundra menceritakan tentang mala pada winarto, namun ternyata pria paruh baya itu sudah tau terlebih dahulu dari wijaya beberapa waktu yang lalu.
TERIMAKASIH YANG SELALU SETIA SUPPORT. JANGAN LUPA KOMEN DAN VOTE BIAR AUTHOR MAKIN RAJIN UPNYA.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!