NovelToon NovelToon

Record of Esterios War

Chapter 1

Seorang veteran dan mantan jendral perang berumur 50 tahun yang sudah melewati banyak medan perang dan selalu selamat walau di kepung oleh pasukan musuh, karena musuh yang berhadapan dengannya tidak ada yang selamat, wajahnya terlihat sudah lelah dan tidak punya hasrat untuk meneruskan hidup, dia berdiri di sebuah padang rumput yang luas sambil memegang pistol di tangannya, di depannya ada seorang pemuda dengan wajah geram dan pistol di tangan nya,

“Ayo...kita mulai....” Ujar veteran itu.

“Waaaaaaaa.......” Teriak pemuda itu sambil mengacungkan pistolnya.

“Bang...bang...bang.” Pemuda itu menembaki veteran yang tidak bergerak dari tempatnya berdiri, tidak ada satupun peluru yang mengenai nya, dia mengangkat tangannya dan “Bang.” Pemuda itu terpental jatuh dengan peluru bersarang di dadanya. Sang veteran mendekati pemuda itu dan jongkok di sebelahnya, “Ohok.” Darah segar keluar dari mulut pemuda yang terlentang sambil memegang dadanya,

“Da..dasar....pembunuh....kembalikan nyawa....ayah, ibu dan adik ku....” Ujar pemuda itu.

Sang veteran terpejam dan dengan tangannya dia memegang kepala pemuda yang meregang nyawa di depannya. Pemuda yang merasa kepalanya di pegang menangis sambil menggigit bibirnya, tangannya yang memegang pistol terangkat perlahan, sang veteran membantu mengarahkan pistolnya langsung ke keningnya, tapi sang pemuda malah menangis, kemudian wajahnya menjadi kaku dan dia meninggal dengan mata terbuka, sang veteran menurunkan tangannya,

“Maafkan aku, sekarang kamu bisa berkumpul dengan orang tua dan saudaramu....terima kasih kamu sudah menantang ku berduel...” Ujar veteran itu sambil melipat tangan pemuda itu di perutnya dan menutup matanya.

Sang veteran berdiri, dia menunduk dan mengatupkan tangan mendoakan pemuda itu. Setelah itu dia berbalik, pemuda yang baru saja meninggal itu adalah salah satu korban perang yang ingin menuntut balas terhadap pembunuh keluarganya di saat perang. Sang veteran mengambil kain yang menutupi sumur, dia menariknya kemudian dengan kain itu dia membungkus jenazah pemuda itu dan mendiamkannya. Setelah selesai, dia pergi meninggalkan jenazah dan kembali berjalan menuju kota, tidak ada senyum dan ekpresi lain di wajahnya, pikirannya melayang ke masa masa perang.

“Aku masih hidup....” Ujar nya sambil melihat tangannya.

Tapi ketika dia sampai di jalan raya, pasukan tentara bayaran yang menjadi musuhnya, mendadak mengepungnya, sang veteran sadar kalau dia memiliki banyak musuh yang dendam padanya, dia tidak mengangkat tangannya dan berdiri diam menantang. Tentara musuh mengangkat senjata mereka dan mengarahkan nya pada veteran itu,

“Ah....akhirnya.”

Sang veteran mencabut pistolnya, “Tratat...tratat...tratat.” Seluruh tentara yang mengepungnya langsung menghujani diri sang veteran dengan peluru panas yang membuatnya tubuhnya seperti menari di tengah hujan peluru, sang veteran melihat ke langit dan tersenyum, air matanya menetes,

“Aku pulang.... terima kasih dan selamat tinggal..”

Sang veteran memejamkan matanya, “Blugh.” Tubuhnya yang penuh dengan lubang tembakan terjatuh terlentang di tanah dengan wajah yang tersenyum, mata terpejam yang meneteskan air mata dan tidak bergerak lagi. Semua mendadak jadi gelap, tapi dia masih bisa merasakan dirinya sendiri.

Sang veteran membuka mata, dia melayang di udara melihat tubuhnya sendiri yang tergeletak di tanah dan di kepung oleh pasukan musuh, banyak tentara yang mencaci maki dirinya, bahkan masih ada yang menembaknya dengan air mata berlinang. Sang veteran hanya tersenyum melihatnya, dia menunduk dan merasa semua itu pantas dia terima. Tiba tiba pundaknya di pegang oleh seseorang, sang veteran pun menoleh, dia melihat seorang pria mengenakan jubah putih dan seluruh tubuhnya di selimuti sinar terang, berdiri di sebelahnya.

“Kamu puas dengan akhir seperti ini ?” Tanya nya.

Sang veteran terdiam, dia melihat sekali lagi wajah wajah para tentara musuh yang terlihat dendam padanya. Dia kembali tersenyum dan melihat ke arah pria di sebelahnya,

“Aku puas, tapi seandainya aku di beri kesempatan, aku ingin memilih jalan hidupku sendiri...tidak seperti sebelumnya, aku tidak bisa memilih....” Jawab nya.

“Baiklah, mari kita pergi....sudah saat nya...” Balas pria itu.

“Aku mengerti, mari kita pergi...tapi kita mau kemana ?” Balas sang veteran.

“Kita pergi ke tempat baru...mari, ikut aku...” Jawab pria itu.

“Sebelumnya bisa beri penjelasan dulu ?” Tanya sang veteran.

“Begini, kamu sudah menunaikan tugasmu dan kamu sudah berkorban menebus segalanya, sekarang kita berpindah dunia, hiduplah sesuai dengan kehendak mu sendiri....tentukan mana yang terbaik bagimu...” Jawab pria itu.

Tanpa bertanya lagi, sang veteran mengangguk, kemudian mereka terbang ke langit dan menghilang. Sang veteran kembali terpejam, dia hanya merasakan dirinya berjalan begitu cepat dan mempercayakan semuanya kepada pria yang memegang tangannya.

*****

Esterios, dunia yang baru terbebas dari kegelapan setelah raja iblis di kalahkan, namun walau begitu, kegelapan masih mengintai terpencar di seluruh dunia, di bagian utara ada pegunungan iblis yang tidak bisa di masuki manusia dan di selatan ada benua neraka tempat berdiamnya suku barbar dan suku iblis setelah perang penentuan. Manusia yang memenangkan pertempuran dengan iblis mendiami benua tengah, benua paling luas di dunia.

Benua tengah terbagi menjadi empat wilayah. Pertama Northern wall yaitu dinding yang terbentang menutupi benua tengah untuk mencegah masuknya makhluk sejenis undead dari pegunungan iblis di bagian utara yang di kelola oleh lord dari house Warnar. Kedua adalah South pass sebuah benteng yang menjaga dan mengawasi benua neraka dari sebrang lautan sekaligus kota pelabuhan, semua kegiatan di sana di percayakan kepada lord dari house Clark.

Ketiga adalah Knightdom di sebelah barat benua yang di pimpin oleh lord dari house Quintrel. Terakhir, Monastery of the six gods di timur yang merupakan pusat keagamaan benua tengah yang mengawasi center yang merupakan pusat pemerintahan di tengah benua. Di center ada sebuah kota bernama Castletown yang merupakan kota terbesar di benua tengah dan memiliki sebuah istana besar di dalamnya.

Istana itu adalah istana kerajaan Liberta, kerajaan dalam legenda yang di katakan menguasai seluruh benua tengah. Sejak dunia di kuasai kegelapan 500 tahun yang lalu dan berperang dengan bangsa iblis, tahta kerajaan kosong dan kerajaan di pimpin oleh senat yang di bentuk oleh tiga house besar kemudian di pantau oleh sekte the six gods, lama kelamaan nama Liberta di lupakan banyak orang dan nama kerajaan berganti menjadi kingdom of Lords.

Karena perselisihan para bangsawan yang tergabung ke dalam tiga house besar semakin terang terangan dan mengancam perdamaian, seorang peramal dari sekte the six god mengatakan, kingdom of Liberta akan bangkit kembali dan di pimpin oleh seorang raja yang menyatukan semua benua, raja yang akan bertahta memiliki ciri berambut hitam, bermata hitam dan memiliki tanda lahir berupa tato sepasang sayap malaikat di punggungnya. Dan 100 tahun pun berlalu sejak ramalan di cetuskan.

*****

(Selanjutnya pikiran sang veteran akan menggunakan tanda [] di setiap percakapannya.)

“Byur...shaa...byur...shaa...byur.” Tedengar suara kapal laut sedang mengarungi lautan dan beberapa orang bicara,

“Semoga tidak ada pengejar dari benua tengah....” Ujar seorang gadis.

“Semoga Eluisa-sama....” Balas seorang wanita.

[“Hmm ? dimana ini ? aku tidak bisa membuka mata ? apa yang terjadi ?” Tanya sang veteran di pikirannya.]

Dia mencoba berbicara, tapi suara yang keluar “Oweee...oeeee....oeee..” Seseorang langsung menggoyangkan tubuhnya.

[“Eh...aku bayi ? aku lahir kembali ? ini dunia baru ? seseorang, tolong jelaskan padaku.”]

“Oeee...oeee...oeee....” Bayi itu terus menangis.

“Anna, mungkin dia lapar....” Ujar gadis yang di panggil Eluisa sebelumnya.

“Sssh..sssh...diam ya...aku buatkan susu ya...” Anna berusaha menenangkan dirinya.

[“Susu ? aku benar benar jadi bayi....sepertinya aku harus diam....” Pikirnya.]

Anna memberikan botol susunya dan sang veteran yang sudah kembali menjadi bayi meminumnya, dia merasakan kepalanya di pegang dan di elus seseorang,

“Adik ku...Rex-kun, jangan takut ya, oneesan (kakak) bersama mu....” Ujar Eluisa.

[“Hmm...namaku Rex...aku mengerti sekarang...tapi aku harus bisa melihat...aku coba buka mataku...”]

Rex mencoba membuka matanya dan ternyata bisa, dia melihat seorang wanita muda sekitar 20 tahunan yang cantik dengan rambut merah berkepang dua dan mengenakan seragam pelayan sedang menggendongnya sambil memberikan susu kepadanya. Di depannya ada seorang gadis kecil yang berumur sekitar 8 tahunan yang cantik, berambut pirang panjang dan lurus, sedang memandangnya dengan mata nya yang biru tapi matanya terlihat sembab seperti habis menangis.

“Eh dia membuka mata Anna....dia melihatku...” Ujar Eluisa senang.

“Wah iya Eluisa-sama, halo Rex-sama, namaku Anna....” Ujar Anna sambil melihat wajah Rex.

“Ajaib, ini ajaib Anna....dia baru berumur seminggu sudah bisa membuka matanya...” Ujar Eluisa sambil mengelus kepala Rex.

“Iya Eluisa-sama, ini keajaiban....” Ujar Anna.

“Kalau saja, mama dan papa melihat nya...hik...hik...hik...” Ujar Eluisa sambil menitikkan air mata.

“Eluisa-sama....” Anna bergeser dan merangkul Eluisa yang menangis dengan tangannya.

[“Hmm...oneesan menangis...memang papa dan mama kenapa ? sebenarnya ada apa ? tadi aku sempat mendengar soal pengejar dari benua tengah, apa kita sedang melarikan diri ?” Pikirnya.]

Kapal terus berjalan menyebrangi lautan untuk menuju ke benua yang berada di selatan atau yang lebih di kenal sebagai benua neraka.

Chapter 2

18 tahun kemudian di sebuah perkampungan suku barbar di tengah benua neraka, “Trak...trek...trak.” Dua orang pria sedang berlatih tanding menggunakan pedang kayu di atas sebuah bukit yang berada belakang sebuah rumah. “Kraaak....blugh.” Seorang pemuda tampan bertubuh kekar setengah telanjang dan berambut hitam terpental jauh.

“Huff..huff...” Ujarnya sambil berusaha bangun.

“Ayo Rex, masa hanya segitu....” Ujar seorang pria bertubuh besar dan kekar, rambutnya coklat dan panjang di kepang satu di belakang. Wajahnya terlihat jantan dengan janggut yang panjang di kepang.

“Huff...huff...Lot Har-niisan tidak menahan diri ya....” Ujar Rex.

“Hahaha...kamu sendiri yang bilang tadi minta serius...tentu saja aku tidak mehanan diri...ayo bangun, satu ronde lagi...Eluisa sudah menunggu.” Balas Lot Har sambil menjulurkan lengannya pada Rex.

“Hah...neesan lebih perkasa dari niisan sih ya hahaha....” Ujar Rex sambil menyambut tangan Rex.

“Hahaha...aku paling malas melihat dia marah...ayo mulai, ambil pedang baru.” Balas Lot Har.

Rex berjalan ke sebuah tong yang berisi senjata dari kayu, dia mengambil sebilah pedang panjang lagi dan mulai bersiap siap memasang kuda kuda nya kemudian mengangkat tangan nya ke atas. Keduanya kembali maju dan kembali berlatih tanding. Setelah itu, keduanya duduk bersebelahan,

“Rex, jurus jurus pedang mu unik, aku baru pernah melihatnya....” Ujar Lot Har.

“Oh begitu...aku ciptakan aliran ku sendiri haha (padahal itu jurus jurus dari kehidupan ku yang dulu di dunia lama...).” Ujar Rex.

“Tapi terus terang kamu hebat, kamu bisa mengimbangi ku yang di juluki petarung terhebat di suku kita sampai di angkat menjadi kepala suku.” Ujar Lot Har.

“Ah niisan juga mengajari ku kan....jadi wajar saja...” Balas Rex merendah.

Tiba tiba seseorang berada di belakang keduanya, “Ehem.” Rex dan Lot Har langsung menoleh ke belakang, ternyata yang ada di belakang mereka adalah Eluisa yang memakai gaun berwarna putih sederhana, sudah terlihat sangat dewasa dan sedang berperut besar.

“Loh kenapa kamu kesini ? kamu jangan naik naik kesini dulu. Ada apa sayang ?” Tanya Lot Har yang langsung berdiri kemudian merangkul Eluisa dan memegang perutnya yang besar.

“Tidak apa apa, aku hanya mau melihat latihan kalian...tidak apa apa sayang, aku kuat kok jalan sendiri.” Jawab Eluisa sambil tersenyum dan memegang tangan Lot Har yang ada di perutnya.

“Kita sudah selesai, sekarang sudah mau pulang, benar kan Rex...ayo sayang kita turun...” Ujar Lot Har.

“Iya benar neesan...kita baru mau pulang.” Tambah Rex yang berdiri.

“Oh begitu...ya sudah deh, ayo kita pulang....Anna sudah masak untuk makan siang kita nanti...” Ujar Eluisa.

Lohtar menuntuk Eluisa turun dari bukit secara perlahan, kemudian merangkulnya masuk ke dalam rumah. Rex yang melihatnya tersenyum, dia melihat kedua kakak nya yang berbahagia. Dia menuju ke arah sumur yang berada di samping rumah untuk menimba air yang akan dia gunakan untuk membasuh tubuhnya. Setelah selesai menimba air, Rex membuka kausnya, tubuhnya yang sangat kekar terlihat jelas, di punggungnya ada sepasang tanda lahir berbentuk sayap malaikat yang hampir memenuhi seluruh bagian kanan dan kiri punggungnya yang lebar. Dia mulai berjongkok dan membilas dirinya dengan air,

“Wah wah....makin kekar saja kamu Rex....” Sapa seorang gadis.

Rex menoleh, dia melihat seorang gadis cantik dengan rambut panjang bergelombang, berkulit sawo matang, memakai pakaian dari kulit dengan sebelah pundak terbuka sehingga terlihat sangat seksi sambil membawa keranjang di punggungnya, sedang bertengger di pagar kayu pembatas rumah dan melihat dirinya.

“Ah Lulu...jangan membuatku kaget....mau mandi ?” Tanya Rex.

“Aku sudah, kamu bisa bantu aku ? aku harus ke hutan mencari tanaman, obasan (tante) membutuhkan beberapa tanaman untuk meracik obat pasien nya.” Jawab Lulu.

“Hmm sekarang ?” Tanya Rex.

“Iya...bantu aku ya...aku takut kalau sendirian, kalau ada monster bagaimana.” Jawab Lulu.

“Baiklah, aku ke dalam dulu sebentar untuk bicara sama niisan dan neesan...” Balas Rex.

“Aku ikut ya....” Balas Lulu.

Kemudian Lulu melompati pagar dan bersama Rex berjalan masuk ke dalam. Lulu berumur 17 tahun dan merupakan teman masa kecil Rex dan sepupu dari Lot Har, mereka besar bersama di desa, tante yang mengasuh Lulu adalah tabib sekaligus ahli tanaman obat tradisional yang suka menolong penduduk dengan diagnosa dan obat obat racikan nya. Setelah di dalam, mereka meminta ijin untuk pergi ke hutan untuk mengambil tanaman obat,

“Baiklah, tapi ingat ya Rex, Lulu, jangan melewati batas menuju ke hutan hitam....” Ujar Lot Har.

“Iya niisan..aku mengerti...” Jawab Rex.

“Tenang saja niisan, tanaman yang mau ku ambil tidak sampai kesana kok...” Tambah Lulu.

“Ya sudah, kembali saat makan siang ya....” Balas Lot Har.

“Baik niisan...” Jawab keduanya.

Rex membawa sebilah pedang khas suku barbar yang berbentuk seperti golok berwarna hitam karena di tempa dari besi meteor dan panjang, dia menyilangkannya di punggung. Lulu juga meminjam busur dan anak panah nya kepada Lot Har dan membawanya di punggung bersama dengan keranjang yang sudah dia bawa sebelumnya. Kemudian keduanya membuka pintu,

“Aku pergi niisan, neesan...” Ujar Rex.

“Iya, hati hati ya....” Balas Eluisa.

“Ingat, jangan lewat makan siang...” Tambah Lot Har.

“Iya iya...” Balas Lulu.

Keduanya keluar rumah dan berjalan melintasi desa untuk keluar dari pintu gerbang belakang desa yang berbatasan dengan hutan. Selagi berjalan, Lulu tidak henti hentinya melirik Rex di sebelahnya,

“Kenapa ?” Tanya Rex.

“Ah tidak hehe...” Jawab Lulu sambil menggandeng tangan Rex.

“Kamu tahu kan tempat mengambil nya...” Ujar Rex.

“Tentu saja...kamu tidak usah khawatir soal itu...” Jawab Lulu yakin.

Setelah melewati gerbang, keduanya berjalan masuk ke dalam hutan, Lulu yang sudah mengetahui tempatnya memimpin jalan di depan dan Rex mengikutinya di belakang, sambil berjalan, mereka memetik beberapa tanaman tanaman obat dan buah buahan yang mereka lewati kemudian menaruhnya di keranjang yang di panggul Lulu. Mereka terus masuk ke dalam hutan, sampai akhirnya mereka sampai di sebuah bukit yang cukup tinggi. Di bukit itu ada ladang bunga yang beraneka ragam dan terlihat indah, Lulu langsung mencari tanaman yang tumbuh di antara bunga bunga itu. Rex mencabut sebuah bunga berwarna kuning dan mendekat Lulu dari belakang, dia menyelipkan bunga nya di telinga Lulu,

“Eh....” Ujar Lulu memegang telinganya.

“Hmm...cocok juga....” Ujar Rex.

“Hehehe...dasar kamu...makasih ya....” Balas Lulu sambil tersenyum dan wajah merona merah.

“Sama sama....” Balas Rex.

Rex menoleh melihat sisi lain dari bukit, dia berjalan ke tepi bukit dan melihat hamparan hutan berwarna hitam terbentang di bawah nya, di selimuti awan gelap di atasnya.

“Kyaaaaa....” Terdengar Lulu berteriak.

Rex menoleh dan berlari menghampiri Lulu yang sedang terduduk, di depannya ada seekor babi hutan besar sedang melihat ke arah Lulu. Rex langsung berdiri di depan Lulu menghadang babi hutan itu.

“Lulu...kamu diam di sini...” Ujar Rex.

“Iya...hati hati Rex...” Balas Lulu.

“Hrrr...hrrr...hrrr....” Babi hutan besar berwarna coklat itu melihat Rex dengan garang dan sudah siap maju menyerang, Rex memegang gagang pedang di punggungnya dan memasang kuda kudanya. Babi hutan itu berlari menyeruduk Rex dengan tanduk nya berniat menabrak Rex dari depan, “Sriiing.” Rex maju melewatinya, “Klik.” Rex menekan pedang di punggungnya, tiba tiba babi itu berhenti dan roboh dengan tubuh terbelah dua. Bunga bunga yang berwarna putih menjadi merah karena terciprat darah babi hutan yang terbelah dua. Rex dan Lulu mencabut pisau di pinggang mereka, kemudian meeka mulai menguliti babi hutan yang terbelah dua untuk mengambil daging dan kulitnya.

“Malam ini kita makan enak ya Rex....” Ujar Lulu.

“Iya, Anna pasti senang kalau kita bawakan ini....” Balas Rex.

Selain mereka mengambil kulit dan dagingnya, Rex juga mengambil sebuah batu kristal seperti kelereng dari dalam tubuh babi hutan itu yang merupakan batu sihir dan bisa di jual kepada pedagang. Setelah selesai dan selesai memetik tanaman obat, Rex memanggul keranjang Lulu yang sudah penuh di punggungnya. Keduanya berjalan menuruni bukit sambil bergandengan tangan. Ketika baru turun,

“Kyaaaaaaaa.....” Terdengar suara teriakan kelas dari arah hutan hitam.

Rex dan Lulu saling menoleh dan melihat satu sama lain, “Toloooong....” Terdengar suara teriakan lagi.

“Ada yang membutuhkan bantuan....” Ujar Rex.

“Tapi Rex...teriakan itu dari dalam hutan hitam....” Balas Lulu.

“Iya...aku tahu...tapi tidak mungkin kita diamkan saja kan...Lulu, kamu kembali ke desa dan beritahu Lot Har-niisan....aku akan masuk ke dalam...” Ujar Rex sambil menurunkan keranjang dari punggungnya.

“Tidak...aku tidak mau...aku mau bersama mu....” Ujar Lulu yang memegang tangan Rex dengan kedua tangannya.

“Tapi...di dalam berbahaya....” Ujar Rex.

“Aku tahu....aku tidak mau kembali sendirian, kita pergi berdua, kembali juga harus berdua...” Ujar Lulu.

“Haaah...baiklah, kita berdua masuk ke dalam....ayo Lulu...” Ujar Rex sambil menggengam tangan Lulu dan memanggul lagi kerajangnya.

“Iyaaa....” Balas Lulu.

Keduanya berlari masuk ke dalam hutan hitam, “Toloooong...siapa saja...tolooong...” Teriak seorang wanita. Rex dan Lulu berlari mengikuti arah teriakan berasal, kemudian mereka tiba di tepi sebuah sungai besar dan melihat seorang ksatria wanita yang sedang terluka dan tidak sadarkan diri, tergeletak di pangkuan seorang gadis yang memakai pakaian serba putih dan membawa tongkat. Mereka di kepung oleh makhluk kecil bertelinga panjang, botak dan berwarna hijau,

“Goblin....ayo Lulu....” Rex menaruh keranjangnya dan mencabut pedangnya.

“Iya...hati hati Rex....” Lulu juga mencabut busur dan anak panahnya.

“Kieeek...kieeek...kieee..”

Seekor goblin memberitahu goblin yang mengepung kedua orang itu kalau Rex dan Lulu datang, tapi belum selesai dia berteriak, sebuah panah menancap di keningnya dan dia langsung mati, Rex melompat ke tengah tengah goblin yang bergerombol dan langsung memutar pedangnya, “Krieeek....” Goblin goblin yang kaget langsung terpotong oleh ayunan memutar pedang Rex. Setelah itu Lulu juga menyusul melompat mengikuti Rex dan di tangkap oleh Rex, kemudian Rex berdiri menghadang para goblin membelakangi gadis berjubah putih seperti biarawati dan ksatria wanita yang pingsan di pangkuannya yang sedang di tolong oleh Lulu.

Chapter 3

“Krieeeeek.....” Para goblin berteriak, mereka langsung menyerang serempak menggunakan senjata yang di pegang oleh mereka masing masing. Melihat banyak goblin yang maju ke arahnya, Rex mengangkat pedangnya ke depan wajahnya, pedangnya mulai mengeluarkan sinar berwarna biru,

“First draw : Crescent slash.”

Dia menyabetkan pedangnya secara diagonal dari kanan ke kiri, sebuah sinar bulan sabit berwarna biru yang besar keluar menerjang pasukan goblin yang sedang berlari ke arahnya. “Kik...Krieeek...” Para goblin berteriak karena di depan mereka ada sinar besar yang tajam mengarah kepada mereka. Tapi reaksi mereka terlambat, hampir seluruh goblin yang maju menyerang terbelah dua di lewati sinar bulan sabit berwarna biru yang besar dan tidak berhenti sampai menghantam batu di belakangnya kemudian membelahnya. Goblin yang selamat dan melihat teman temannya berguguran dengan tubuh terpotong, berbalik dan melarikan diri. Rex langsung berjongkok di sebelah Lulu yang sedang memeriksa ksatria wanita itu.

“Gimana Lulu ?” Tanya Rex.

“Kondisi nya parah, kita harus bawa dia ke desa untuk pengobatan lebih lanjut, aku sudah membalut luka lukanya menggunakan tanaman obat yang kita petik, tapi itu belum cukup.” Jawab Lulu.

“Um...terima kasih....” Ujar gadis berpakaian biara yang memangku ksatria wanita yang sedang pingsan itu.

“Siapa kamu, kenapa kamu berada di dalam hutan ini ?” Tanya Rex.

“Namaku Helena Gauticah.....aku seorang misionaris dari sekte the six gods di benua tengah...aku datang kesini mencari seseorang.” Jawab Helena.

[“Hmm ? sekte ke agamaan yang sering di ceritakan neesan dan Anna.” Ujar Rex berpikir.]

Belum sempat Rex berbicara, “Krosak.” Terdengar suara dari dalam semak semak. Rex mencabut pedangnya dan berdiri, “Krosak..krosak..krak.” Terdengar sesuatu mendekat dari dalam semak semak. “Hrrr....” Sebuah tangan besar memegang pohon dan “Krak.” Tangan itu meremasnya seraya menarik tubuh besar nya keluar. Seekor troll bertubuh besar gemuk dan berbulu hitam berdiri di depan Rex.

“Gawat....troll.....” Ujar Rex sambil melirik ke belakang.

“Rex...” Ujar Lulu.

“Lulu, bawa mereka menyebrangi sungai....aku menyusul...troll takut air...cepat...” Teriak Rex.

“Ba..baik....hati hati Rex....” Ujar Lulu.

Lulu langsung memanggul ksatria wanita yang pingsan dan menarik tangan Helena untuk menyebrangi sungai melalui jembatan gantung di sana. Rex mundur dengan perlahan menuju ke arah jembatan. Dia terus melihat Lulu yang sedang menyebrangi sungai bersama dengan Helena dan menggendong ksatria wanita yang pingsan itu. Rex tetap berhati hati, dia terus memandang troll tanpa berkedip dan tidak bergerak secara tiba tiba, dia mundur perlahan mendekati jembatan.

“Grah....” Troll mulai melihat Rex yang terus mundur dan melangkah maju mendekat.

“Lulu...cepat....” Teriak Rex.

Rex menoleh, Lulu sudah sampai di ujung jembatan, dia langsung berbalik dan berlari ke jembatan, “Graaaaaah...” Troll itu langsung mengejarnya, Rex terus berlari sambil menoleh ke belakang, dia melompat ke jembatan dan berlari meniti jembatan gantung,

“Cepat Rex....” Teriak Lulu.

Rex menoleh, dia melihat troll sudah berdiri di atas jembatan dan mengejarnya, dia tahu dirinya tidak akan sempat ke sebrang dan kalau pun sempat malah membahayakan Lulu dan yang lainnya,

“Lulu....bawa mereka ke desa lewat jalan pintas....cepat....” Teriak Rex.

“Eh...kamu gimana ?” Teriak Lulu.

“Sudah cepat, aku menyusul....” Teriak Rex.

“Ba..baiklah...janji ya...” Teriak Lulu.

“Ya...aku janji aku akan kembali...cepat pergi, dia semakin dekat.” Teriak Rex.

Lulu menarik tangan Helena dan berlari ke arah jalan pintas untuk keluar hutan hitam dari sebrang sungai. “Graaaah.” Troll yang hilang keseimbangan karena jembatan yang bergoyang jatuh, tapi tangannya menyambar kaki Rex yang berlari di depannya.

“Ah sial.....”

Dengan cepat, Rex memutuskan tali jembatan dan membuat jembatan terputus di tengah, langsung saja Rex dan troll itu terbawa arus sungai yang deras.

“Reeeex.....” Teriak Lulu yang menoleh karena mendengar suara jembatan menghantam air.

Sementara itu, Rex yang terbawa arus, dengan tenang mengimbangi arus sehingga dia tidak tenggelam berkat pengalaman di kehidupan sebelumnya. Dia menoleh dan tidak melihat troll di belakangnya, dia melihat dua buah batu bersebelahan yang menonjol di sungai jauh di depannya, akhirnya dia mengambil batang kayu yang hanyut dan menahan dirinya di antara dua batu yang bersebelahan,

“Huff...huff...untung aku punya pengalaman....kalau tidak gawat...” Ujarnya dalam hati sambil memegang kayu itu.

“Graaaaaaah....”

Mendengar raungan troll itu, Rex menoleh ke belakang ternyata troll itu ada di belakangnya sedang hanyut dan tangan besarnya berusaha meraihnya, Rex menyelam menghindari tangan besar troll yang mengarah padanya, tapi tangan besar itu malah tersangkut di salah satu batu tempat kayu yang sedang di gunakannya tertambat, Rex keluar dan dengan pedangnya dia menebas sekuat tenaga tangan troll itu, tapi tangan itu malah menghancurkan batu dan troll hanyut mengikuti arus.

“Oh tidak......guaaaah....”

Kayu yang tidak terhambat lagi mengapung mengikuti arus bersama dengan Rex yang berpegangan kepadanya. Akhirnya Rex ikut terbawa arus, di depannya ada sebuah air terjun,

“Gawat.....” Pikir Rex dalam hati.

Dengan sekuat tenaga dia menarik tubuhnya dan berusaha menaiki kayu tempat dia berpegang, akhirnya Rex berhasil naik, tapi terlambat, dia sudah di ujung air terjun, Rex jatuh ke bawah menaiki batang kayu, “Bruak.” Batang kayu yang dia naiki tersangkut di sebuah tebing yang keluar dari dinding dan hancur persis setelah turun, Rex jatuh di tebing yang keluar  persis di bawah air terjun itu. Dia merangkak ke pinggir dan melihat ke bawah, ternyata air terjun itu sangat tinggi dan kalau dia jatuh dia pasti mati.

“Aku...selamat...huff...huff...untung...aku beruntung...hufff.....” Ujar Rex lega.

Rex langsung berbalik terlentang melepas lelah, nafasnya masih terengah engah. Dia memandang air terjun yang jatuh persis dari atasnya. Tiba tiba dia merasakan angin berhembus, dia langsung duduk dan melihat mulut gua berada di depannya,

“Ada gua ? gua di balik air terjun ?” Tanya Rex.

Tangannya ke belakang mencoba meraih pedangnya tapi ternyata pedangnya sudah hilang. Akhirnya Rex berdiri dan dengan perlahan dia berjalan masuk ke dalam gua. “Tes...tes...tes..” Terdengar tetes air menggema dari dalam gua, dengan langkah hati hati karena licin dan gelap, Rex masuk ke dalam sambil memegang dinding gua.

“Gua apa ini ? gelap sekali....” Ujar nya dalam hati.

Dia merogoh kantung celana nya, dia mengambil belati nya dan memegangnya, dia terus berjalan semakin ke dalam di tengah kegelapan. Setelah berjalan cukup lama, dia melihat cahaya matahari masuk menerangi ujung lorong, dia langsung menuju ke cahaya itu dengan tetap berpegangan pada dinding, “Klotak.” Tangan Rex menyentuh sesuatu dan membuatnya jatuh, dia meraba apa yang di pegangnya, dengan memicingkan mata yang sudah terbiasa di dalam kegelapan, samar samar dia melihat kerangka manusia tanpa kepala yang memakai armor,

“Astaga....tengkorak...” Ujar Rex kaget.

Dia meneruskan langkahnya dengan hati hati sambil terus menghunus belatinya, akhirnya dia sampai di ujung dan sumber cahaya ada di pintu gua di sebelah kanan. Ketika dia berbelok, dia melihat sebuah lorong yang memliki jendela.

“Hmm ? ada jendela....ini...buatan manusia ?” Tanya nya dalam hati.

Dia terus melangkah masuk, di sebelah kanan kirinya dia melihat banyak tengkorak, bukan hanya tengkorak manusia melainkan juga tengkorak bertanduk atau lonjong yang mendandakan tengkorak demon. Tengkorak tengkorak itu memakai baju pelindung layaknya tentara yang sudah berkarat dan menyatu dengan tengkorak itu sendiri.

“Sepertinya dulu ada pertempuran sengit di sini....” Ujarnya dalam hati karena melihat posisi posisi tengkorak di sekitarnya.

Tiba tiba ada perasaan ganjil di hatinya, perasaan yang sering dia rasakan dulu ketika bertugas sebagai tentara di kehidupan lalunya, yaitu perasaan akan kehadiran seseorang seperti sebuah intuisi. Dia mengambil sebuah pedang yang sudah berkarat dan memegangnya, dengan hati hati dia kembali menelusuri lorong, tak lama kemudian perasaannya menjadi semakin kuat, dia melihat sebuah gerbang yang hanya memiliki sebelah daun pintu, dia melangkah masuk dan kaget, di dalam ternyata dia melihat cahaya masuk dari langit langit gua yang hancur, di bawahnya ada sebuah tahta singgasana terbuah dari batu basalt hitam yang di sinari oleh matahari.

“Hmmm....jangan jangan...aku berada di dalam istana....” Ujar Rex.

Dugaan Rex tidak salah, dia memang berada di sebuah istana yang terkubur di dalam tanah, tanpa sengaja dia masuk melalui gua yang merupakan dinding istana yang sudah menjadi batu dan menyatu dengan alam. Dia berjalan maju mendekati tahta singgasana yang terbuat dari batu hitam itu, di tahta itu tertancap sebuah pedang dengan sebelah sarung tangan besi berwarna hitam dan memiliki perisai bundar kecil yang menempel padanya sedang memegang gagang pedangnya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!