NovelToon NovelToon

Kepribadian ganda

Apa hukum itu adil?

"maaf tapi laporannya tidak cukup untuk mengeluarkan surat penangkapan" ujar polisi

"tapi bukankah semua luka yang ada tubuhku ini cukup sebagai bukti kekerasan?" ujar amora ibu alena

"itu saja tidak cukup untuk membuat perintah, kembali lah!" ujar polisi lalu masuk kembali ke dalam ruangannya

Alena kecil menangis dalam pelukan ibunya, sementara ayah tirinya tertawa bahagia lalu pergi dari kota itu. Kini Alena sudah tumbuh dewasa menjadi gadis yang cantik dan berprestasi di sebuah perguruan tinggi.

(12 tahun kemudian)

"Suasananya tidak berubah" ujar alex setelah turun dari bus

Dari kejauhan di dalam kegelapan dia melihat seseorang dengan berpakaian serba hitam sedang berdiri menatap dirinya, namun dia tidak menghiraukan nya dan terus berjalan menuju rumahnya.

Di dalam lorong sempit dengan pencahayaan yang minim, Alena terus mengikuti ayah tirinya dari belakang, hingga akhirnya Alena menghentikan langkah kakinya setelah melihat ayah tirinya berbalik dan menatap nya.

"Hei, siapa kamu? Apa kamu mengikuti ku? " ujar alex ayah tiri Alena

"Jawab aku!" ujar alex sedikit berteriak karena kesal

"Alex vergen, pelaku kejahatan tapi tidak pernah di penjara, bagaimana kamu bisa berkeliaran bebas seperti ini setelah melarikan diri karena hampir membunuh seseorang?" ujar Alena

"Bagaimana? Aku bisa bebas karena itulah yang di putuskan oleh polisi berdasarkan hukum!" ujar alex lalu berlari ke arah Alena

Bruk

Alex terjatuh setelah mendapat pukulan dari Alena, alex menjerit kesakitan karena bibir nya pecah dan mengeluarkan darah, dengan satu tendangan keras alex terpental keras ke atas tumpukan kayu.

"Kamu tidak boleh hidup seperti ini, keluarga ku hancur karena kamu" ujar Alena sambil menjambak rambut alex dengan kuat

" Hukum macam apa ini?"ujar Alena dengan nada marah

"Arghh" pekik Alena karena mendapat serangan dari alex

Alex pun berusaha bangun lalu mengeluarkan sebuah pisau dari saku jaketnya dan mencoba menyerang Alena, namun Alena dengan cepat langsung menendang kepala alex dengan keras hingga dia terjatuh.

Alena pun menarik jaket alex, menatap wajahnya dengan lekat lalu tersenyum yang membuat alex terkejut dan takut.Satu pukulan mendarat di wajah alex, namun Alena tidak berhenti ia terus memukuli wajah alex dengan brutal, setelah itu alena meninggalkan alex yang pingsan dan tidak sadarkan diri.

"Terima kasih karena kamu tetap jahat" ujar Alena lalu meninggalkan alex yang sudah terkapar tidak berdaya

Alena pun pulang kembali ke apartemen nya, ia kini tinggal sendiri karena sedang menempuh pendidikan di sebuah perguruan tinggi, sementara ibunya tinggal bersama pamannya.

Alena duduk di sofa sambil menatap fotonya bersama sang ibu,ia tersenyum lalu melepas hoodie hitam yang di kenakannya.

Tidak lama Alena mendengar suara mobil polisi yang melewati apartemen nya, ia berjalan menuju jendela lalu melihat mobil polisi menuju lorong di mana dia memukul alex dengan brutal.

[ Ada kekosongan dalam hukum, hukum sering terlalu ringan kepada penjahat yang tak pantas mendapatkan nya, sekarang aku akan mengisi kekosongan itu. Ini adalah keadilan. ] *Alena

Kini Alena kembali menjadi mahasiswa seni di kampusnya, ia sedang menikmati waktu istrahat bersama kedua temannya di taman kampus.

"Alena kamu harus ikut kami ke mall sebelum kita ujian semester" ujar luna

"Tidak bisa, kamu tahu aku sibuk di akhir pekan"ujar Alena sambil memainkan ponsel nya

"Kamu tidak mungkin sesibuk itu" ujar laras

Alena pun kembali ke apartemen nya setelah menyelesaikan jam belajar di kampus, kini jam menunjukkan pukul 10.30 malam alena sedang berbaring di atas kasurnya sambil menatap layar ponsel nya.

Alena membaca sebuah artikel yang menjelaskan sebuah kasus pembunuhan yang di lakukan oleh seorang pria kepada keluarga pemilik toko makanan. Bahkan pria itu membunuh dua anak kecil.

Alena pun bangun dan bersiap untuk memulai aksinya, ia memakai celana panjang berwarna hitam dan hoodie besar yang berwarna hitam, Alena keluar dari apartemen nya menuju sebuah tempat.

Alena berdiri cukup jauh untuk mengamati suasana, setelah membongkar rumah si pembunuh dan mengambil uang serta buku transaksi ilegal karena menjual narkoba, Alena terus memantau rumah itu.

Dari kejauhan ia melihat sebuah mobil putih datang, setelah pemiliknya keluar dan melihat keadaan rumah yang sudah terbuka, dia langsung berlari menuju rumah untuk mengecek nya.

"Argh....sial, dimana uang dan buku itu?" ujarnya

"Aland vincent" ujar Alena sambil melambaikan tangan dari kejauhan

"siapa kamu?" ujar aland karena tidak bisa melihat wajah Alena

"Hei itu milikku, jangan sentuh!" ujar aland saat Alena menjatuhkan semua uang dan buku ke tanah

"Aku khawatir polisi akan menangkap mu" ujar Alena sambil menuangkan bensin ke atas tumpukan uang dan buku

"Jangan" pekik aland

"Surga juga menginginkan ini" ujar alena

"Hei jangan! Hentikan" ujar aland frustasi lalu berlari ke arah alena

Bruk

Aland terpental setelah mendapat tendangan dari Alena, aland yang kesakitan berusaha untuk bangun dengan susah payah.

"Apa yang kamu inginkan?" ujar aland

"Bertobat lah, minta maaf kepada keluarga yang kamu bunuh" ujar Alena sambil menatap aland dengan tatapan dingin

"Apa? Bertobat?" ujar aland sambil terkekeh

Alena langsung menyalakan korek api dan melemparkan nya ke atas tumpukan uang dan buku hingga pada detik berikutnya api pun langsung menyala.Aland yang panik langsung menginjak-injak uang itu untuk mematikan apinya, tapi nihil api tidak padam.

"Kamu tahu apa yang telah kamu lakukan?" ujar aland dengan nada marah

Bruk

saat aland hendak menyerang Alena, dengan sigap Alena menghindar dan balik menyerang aland dengan meninju wajahnya tanpa henti hingga aland terjatuh.

"Siapa kamu?" ujar aland mencoba bangun tapi langsung di tendang oleh Alena

Aland terjatuh dan Alena melihat ke arah samping di mana terdapat rantai besar, Alena mengambil rantai itu dan melilitkan nya di leher aland.

Aland yang merasa leher nya tercekik mencoba untuk memberontak, namun nihil karena terlalu kesakitan dia tidak bisa mengimbangi keganasan Alena.

Dengan brutal Alena menarik rantai itu yang secara otomatis membuat aland ikut tertarik, Alena mengikat rantai itu di sebuah tiang besi panjang.Alena terus menarik rantai itu yang membuat aland semakin tercekik.

"Tolong ampuni aku" ujar aland dengan wajah yang sudah babak belur

"Kamu tidak mengampuni mereka" ujar Alena

"Mereka memohon kepadamu tetapi kamu tetap membunuh mereka" ujar alena sambil meninju wajah aland dengan tangan kanannya sementara tangan kirinya memegang rantai

"Tolong jangan bunuh aku, ku mohon ampuni aku" ujar Aland

Alena hanya tersenyum lalu meraih saku jaket aland dan mengambil ponsel nya, setelah mengotak-atik beberapa detik tiba-tiba Alena menunjukkan sebuah foto keluarga kepada aland.

"Ingat mereka? Minta maaf!" ujar Alena sambil menarik rantai lebih keras

"Katakan bahwa kamu pantas mati" ujar Alena

"Ya, aku minta maaf" ujar aland

Kini Alena kembali ke apartemen nya dengan pakaian yang cukup berantakan, ia berjalan menuju sofa lalu membuka hoodie yang ia kenakan.Alena langsung merebahkan tubuhnya di atas sofa lalu memejamkan matanya.

Ke esok kan paginya di kediaman aland sudah banyak mobil polisi dan banyak petugas forensik dan beberapa detektif sedang menyelidiki tempat itu.

"Tampaknya seseorang mengambil kartu memori kamera dasbornya" ujar detektif

"Bagaimana kamu menemukan tempat ini?" ujar kepala polisi kepada asisten detektif

"Ponsel aland di nyalakan dan terlacak ke tempat ini" ujar nya

"Ini layar terakhir nya" ujar sang asisten sambil menujukan layar ponsel aland

"Dia melihat itu sebelum dia tewas?" ujar detektif kaget saat melihat foto keluarga yang di bunuh aland adalah layar terakhir yang di lihat aland

Detektif dan beberapa polisi melihat tubuh aland yang sudah tidak bernyawa dengan rantai yang masih terlilit di lehernya, seorang petugas forensik mengambil potret tubuh aland yang sudah berlumuran darah itu.

"Apakah kamu mengerjakan semua tugas kemarin?" ujar laras

"Hey jangan di tanya, dia anak teladan di kampus" ujar luna yang membuat Alena dan laras tersenyum

Di saat mereka bertiga sedang duduk di dalam kelas setelah jam kelas usai, tiba-tiba laras menjerit yang membuat Alena dan luna kaget.

"Hei jangan berteriak, kita bisa di panggil hanya karena suara keras mu itu" Protes luna

"Kalian tahu aland? Bos besar sebuah perusahaan pengedar narkoba, dia di temukan tewas pagi ini di rumahnya" ujar laras

"Benarkah? Wahh ini benar-benar gila" ujar luna sambil menonton berita yang menayangkan kasus kematian aland Vincent

Menegakkan keadilan

Kini jam menunjukkan pukul 01.23 siang, luna dan laras pergi ke kantin kampus untuk makan siang, sementara Alena duduk sendirian di dalam kelas sambil mendengar lagu lewat earpod nya.

"Kamu tidak makan siang?" ujar seseorang sambil berdiri di depan pintu kelas

Alena yang terkejut karena suara itu langsung menoleh ke arah pintu dan mendapati seorang laki-laki dengan kulit putih dan tinggi dengan wajah yang cukup tampan namun sedikit terkesan dingin, Alena tidak menjawab namun hanya menggelengkan kepalanya.

"Kamu sangat pintar di kelas tapi kenapa kamu sangat pendiam?" ujar nya sambil duduk di bangku samping Alena

"Itu bukan tempat duduk mu" ujar Alena

"Aku akan duduk di sini hari ini" ujarnya

"Kenapa?" ujar Alena bingung

"Kamu akan tahu nanti" ujarnya dingin tanpa menatap Alena

Alena yang kesal karena ulah natan hanya bisa diam, sementara natan hanya memainkan ponsel nya sambil menunggu jam masuk untuk kelas berikutnya.

"Sekarang sudah tahu bukan?" ujar natan sambil tersenyum yang membuat Alena terkejut

"umm, tapi jangan tersenyum, itu aneh" ujar Alena

"Baiklah, jadi tugas kelompok akan di kerjakan di rumah siapa?" ujar natan sambil merapikan bukunya

"Di rumah kamu" ujar Alena

"Baiklah, setelah ini kita langsung ke rumahku" ujar natan

"Sekarang?" ujar Alena kaget

"Lalu kapan? Tahun depan?" ujar natan dingin lalu pergi meninggalkan Alena

"Wahh dasar manusia es, tunggu...jika aku ke rumahnya sekarang berarti aku tidak bisa melakukannya, hmmm baiklah akan ku tunda" ujar alena lalu keluar dari dalam kelas

"Alena beri tahu kami bagaimana sikapnya di rumah" ujar laras sambil tersenyum

"Benar, di kampus dia sangat dingin, aku penasaran bagaimana dia di rumah" ujar luna

"Baiklah, aku pergi" ujar Alena sambil melambaikan tangannya lalu meninggalkan laras dan luna di depan gerbang kampus

"Ayo masuk" ujar natan sambil menghentikan mobilnya

"Ayo kamu tahu cara membuka pintu mobil kan?" ujar natan dingin

Alena yang kesal pun hanya menurut, pasalnya itu pertama kalinya dia menaiki mobil orang, namun karena tugas kelompok yang harus mereka berdua kerjakan, Alena terpaksa ikut.

Dalam perjalanan menuju rumah natan, Alena melihat ke arah jendela di mana terdapat sekumpulan preman yang sedang mengganggu anak-anak pemulung, beberapa dari mereka bahkan menggunakan kekerasan.

"Wahh mereka tidak tahu malu" ujar natan lalu menghentikan mobilnya

"Kamu tetap di sini" ujar natan lalu keluar dari mobil

"Dia bisa berkelahi?" guman Alena dalam hati

"Hentikan! kenapa kalian mengambil hak mereka? aku akan melaporkan kalian ke polisi" ujar natan

"Polisi? coba saja, kamu hanya akan kesal" ujar salah seorang preman sambil tertawa

"Benar, polisi selalu memihak kepada pelaku kejahatan bukan korban" ujar alena kesal lalu keluar dari mobil

"Kamu tidak takut? kamu bersama pacarmu yang cantik ini sedang berhadapan dengan preman" ujar preman dengan kumis tebal

"Kenapa kamu keluar? Aku menyuruhmu untuk tetap di dalam!" ujar natan kesal

"Pacar kamu cantik juga, aku akan melepaskan anak-anak ini tapi sebagai gantinya aku akan mengambil pacarmu" ujar sang preman sambil mendorong anak-anak itu

"Jangan melewati batas!" ujar natan lalu menarik tangan Alena

"Tidak! Aku tidak bisa membantu natan saat ini, jika aku membantu nya dia bisa mengetahui semua tentangku" guman Alena dalam hati

"Hei jika kamu takut jangan ikut campur" ujar preman itu sambil tertawa

"Beri dia pelajaran" ujar preman berkumis

Natan langsung mendorong Alena ke belakang sementara natan akan melawan para preman, Alena terjatuh namun tidak terluka, natan berhasil mengalahkan satu preman dengan satu kali pukulan di hidungnya.

"Argh.. Sial tulang hidungku patah" ujarnya sambil menjerit kesakitan

Bruk

Satu tendangan mengenai natan, dia terjatuh tepat di depan mobil, sang preman pun langsung menarik rambut natan namun dengan sigap natan membalikkan keadaan, dia membuat sang preman berteriak kesakitan saat tangannya di putar ke belakang.

Di saat natan sibuk melawan preman, Tiba-tiba satu preman yang tersisa berdiri di belakang Alena lalu memukul kepala Alena dengan kayu, Alena pun jatuh tersungkur, saat alena terjatuh natan langsung melihat ke arahnya, sementara preman yang memukul Alena langsung melarikan diri.

"Alena, bangun...arghh sial" ujar natan frustasi karena tidak bisa melindungi alena

"Untung saja lukanya tidak besar jadi pendarahan hanya sedikit" ujar natan sambil menatap kepala Alena

"Bertahanlah, aku akan mengobati mu di rumah" ujar natan lalu menghidupkan mesin mobilnya

Natan menyetir dengan kecepatan yang cukup tinggi, sesekali dia melirik ke arah alena. Mobil natan kini memasuki garasi rumahnya.

Natan langsung turun lalu membuka pintu rumah nya, setelah itu dia kembali ke mobil dan menggendong Alena yang sedang pingsan. Setelah merebahkan tubuh Alena di atas kasur, natan mengambil alkohol dari kotak P3K.

"Tahanlah ini akan sedikit sakit" ujar natan sambil mulai membersihkan lumuran darah di kepala Alena

Setelah lukanya bersih natan langsung melilitkan kain kasa,baru saja akan mengikat talinya tiba-tiba Alena membuka matanya.

"Tunggu sebentar, aku akan mengikatnya terlebih dahulu" ujar natan lalu mengikat kain kasa

Alena tidak menjawab, ia terus menatap natan tanpa berkedip, bukan karena Alena menyukai nya tapi posisi mereka yang terlalu dekat bahkan Alena bisa merasakan deru nafas Natan.

"Selesai, bagaimana apakah masih sakit? " ujar Natan lalu menatap Alena dengan lekat

"Apa ini? Aku bahkan tidak bisa membuka mulut karena gugup" guman alena dalam hati

"Aku sudah memberi obat setelah membersihkan nya jadi kamu tidak perlu khawatir" ujarnya sambil tersenyum

"ummm" ujar Alena lalu mendorong dada Natan karena jarak mereka yang sangat dekat

Natan yang terkejut langsung menatap Alena bingung namun pada detik berikut nya dia tersenyum lagi lalu menatap Alena dalam.

"Apa aku terlalu dekat?" ujar Natan

Alena yang kaget mendengar pertanyaan frontal Natan hanya terdiam sambil memalingkan wajahnya karena malu.

"Sangat imut" ujar Natan sambil terkekeh lalu keluar dari kamarnya

"Ada apa dengannya? Kenapa dia sangat berbeda saat di rumah?" guman Alena dalam hati

Langit terlihat gelap, tapi hari masih sore pertanda akan turun hujan, Alena tengah berdiri di balkon rumah Natan, sementara pemilik rumah sedang sibuk menyiapkan makanan untuk di makan.

"Rumahnya sangat besar, tapi dia hanya tinggal sendiri" guman Alena dalam hati

"Alena ayo makan" ujar Natan

"Umm" ujar alena singkat lalu mengikuti Natan dari belakang

"Kenapa kamu tinggal sendiri?" ujar Alena membuka obrolan

"Sudah ku duga kamu akan bertanya,...kedua orang tua ku sudah meninggal sejak aku berusia 5 tahun karena sebuah kecelakaan" ujar Natan

"Maaf aku tidak bermaksud" ujar Alena

"Hmm sejak itu aku tinggal bersama pengasuh ku, tapi setelah aku lulus SMA dia berhenti bekerja di sini karena anaknya sedang sakit di kampung jadi dia kembali ke sana" ujar Natan

"Itu pasti sangat berat" guman Alena dalam hati

"Tapi sampai sekarang kasus kecelakaan kedua orang tuaku tidak pernah di selidiki oleh pihak berwenang, mereka hanya mengatakan itu sebuah kecelakaan padahal dengan jelas kecelakaan itu seperti di rencakan oleh seseorang" ujar natan

"Di rencanakan?" ujar Alena kaget

"Mobil ayahku masih sangat baru dan pasti semua mesin nya beroperasi dengan baik tapi remnya tidak berfungsi pada saat mereka pergi ke luar kota" ujarnya

"Lalu ada yang kamu curigai sekarang?" ujar Alena mencoba memancing

"Paman, pamanku sangat iri dengan kesuksesan ayahku bahkan sudah beberapa kali dia ingin mencelakai ayahku" ujar natan

"Lalu di mana pamanmu?" ujar Alena

"Kamu pasti mengenalnya, dia adalah donatur utama kampus kita, jangan salah dia menjadi donatur bukan karena sukarela tapi itu di jadikan sebagai batu loncatan" ujar natan

"Jika saja hukum itu adil, dia pasti sudah menerima hukuman nya" ujar natan lalu melanjutkan makannya

"Benar, tapi sekarang pelaku yang memiliki koneksi dan kekuasaan sangat sulit untuk di tangani, mereka seperti membuat hukum itu di ciptakan untuk melindungi pelaku bukan korban" ujar Alena

"Kamu benar, aku harap ada seseorang yang bisa menegakkan keadilan itu" ujar natan spontan yang membuat Alena berhenti mengunyah makanannya

Kini jam menunjukkan pukul 07.30 malam, natan baru saja kembali setelah mengantar Alena pulang, di dalam kamarnya Alena menatap langit-langit kamar sambil berpikir.

"Seseorang yang menegakkan keadilan"....

" Tunggu, bukankah itu seperti main hukum sendiri?" ujar alena lalu bangun

"Baiklah, misi baru muncul" ujar alena sambil tersenyum lalu berjalan menuju meja belajarnya

Alena membuka laptop nya lalu mencari identitas dari paman natan, tersangka pertama dalam kasus kecelakaan kedua orang tua natan.

"Wahh dia cukup kaya dan memiliki jabatan yang tinggi" ujar alena saat membaca isi artikel

Setelah membaca semua artikel itu Alena mengambil ponsel nya lalu memotret wajah paman natan, Orion Karl.

"Orion Karl, usia 45 tahun walikota dan CEO teladan, bersiap lah menuju neraka" ujar Alena sambil menunjukkan senyum iblisnya

Setelah mengambil gambar Orion, Alena pun bersiap untuk menjalankan aksinya, ia memakai hoodie berwarna hitam, celana panjang hitam dan kasu tangan, Alena tidak pernah menutup wajahnya saat beraksi, ia sengaja untuk mengecoh targetnya.

"arghh... kenapa harus hujan sekarang" gerutu Alena

"aku harus menunda lagi karena hujan" ujar alena lemas

Alena pun kembali merebahkan tubuhnya di atas kasur tanpa mengganti pakaian nya, alena meraih ponsel lalu melihat pesan dari kedua sahabat nya.

"mereka hanya menanyakan hal yang tidak penting" ujar Alena lalu mematikan ponsel nya dan bersiap tidur

Misi baru

Langit terlihat gelap, tapi hari masih sore pertanda akan turun hujan, Alena tengah berdiri di balkon rumah Natan, sementara pemilik rumah sedang sibuk menyiapkan makanan untuk di makan.

"Rumahnya sangat besar, tapi dia hanya tinggal sendiri" guman Alena dalam hati

"Alena ayo makan" ujar Natan

"Umm" ujar alena singkat lalu mengikuti Natan dari belakang

"Kenapa kamu tinggal sendiri?" ujar Alena membuka obrolan

"Sudah ku duga kamu akan bertanya,...kedua orang tua ku sudah meninggal sejak aku berusia 5 tahun karena sebuah kecelakaan" ujar Natan

"Maaf aku tidak bermaksud" ujar Alena

"Hmm sejak itu aku tinggal bersama pengasuh ku, tapi setelah aku lulus SMA dia berhenti bekerja di sini karena anaknya sedang sakit di kampung jadi dia kembali ke sana" ujar Natan

"Itu pasti sangat berat" guman Alena dalam hati

"Tapi sampai sekarang kasus kecelakaan kedua orang tuaku tidak pernah di selidiki oleh pihak berwenang, mereka hanya mengatakan itu sebuah kecelakaan padahal dengan jelas kecelakaan itu seperti di rencakan oleh seseorang" ujar natan

"Di rencanakan?" ujar Alena kaget

"Mobil ayahku masih sangat baru dan pasti semua mesin nya beroperasi dengan baik tapi remnya tidak berfungsi pada saat mereka pergi ke luar kota" ujarnya

"Lalu ada yang kamu curigai sekarang?" ujar Alena mencoba memancing

"Paman, pamanku sangat iri dengan kesuksesan ayahku bahkan sudah beberapa kali dia ingin mencelakai ayahku" ujar natan

"Lalu di mana pamanmu?" ujar Alena

"Kamu pasti mengenalnya, dia adalah donatur utama kampus kita, jangan salah dia menjadi donatur bukan karena sukarela tapi itu di jadikan sebagai batu loncatan" ujar natan

"Jika saja hukum itu adil, dia pasti sudah menerima hukuman nya" ujar natan lalu melanjutkan makannya

"Benar, tapi sekarang pelaku yang memiliki koneksi dan kekuasaan sangat sulit untuk di tangani, mereka seperti membuat hukum itu di ciptakan untuk melindungi pelaku bukan korban" ujar Alena

"Kamu benar, aku harap ada seseorang yang bisa menegakkan keadilan itu" ujar natan spontan yang membuat Alena berhenti mengunyah makanannya

Kini jam menunjukkan pukul 07.30 malam, natan baru saja kembali setelah mengantar Alena pulang, di dalam kamarnya Alena menatap langit-langit kamar sambil berpikir.

"Seseorang yang menegakkan keadilan"....

" Tunggu, bukankah itu seperti main hukum sendiri?" ujar alena lalu bangun

"Baiklah, misi baru muncul" ujar alena sambil tersenyum lalu berjalan menuju meja belajarnya

Alena membuka laptop nya lalu mencari identitas dari paman natan, tersangka pertama dalam kasus kecelakaan kedua orang tua natan.

"Wahh dia cukup kaya dan memiliki jabatan yang tinggi" ujar alena saat membaca isi artikel

Setelah membaca semua artikel itu Alena mengambil ponsel nya lalu memotret wajah paman natan, Orion Karl.

"Orion Karl, usia 45 tahun walikota dan CEO teladan, bersiap lah menuju neraka" ujar Alena sambil menunjukkan senyum iblisnya

Setelah mengambil gambar Orion, Alena pun bersiap untuk menjalankan aksinya, ia memakai hoodie berwarna hitam, celana panjang hitam dan kasu tangan, Alena tidak pernah menutup wajahnya saat beraksi, ia sengaja untuk mengecoh targetnya.

"arghh... kenapa harus hujan sekarang" gerutu Alena

"aku harus menunda lagi karena hujan" ujar alena lemas

Alena pun kembali merebahkan tubuhnya di atas kasur tanpa mengganti pakaian nya, alena meraih ponsel lalu melihat pesan dari kedua sahabat nya.

"mereka hanya menanyakan hal yang tidak penting" ujar Alena lalu mematikan ponsel nya dan bersiap tidur

"Bagaimana kerja kelompok kalian? Apa terjadi sesuatu yang menarik?" ujar laras

"Benar, ayo beritahu kami" timpal luna antusias

"Tidak ada, sikapnya sama saja dengan di kampus" ujar Alena bertepatan dengan lewat nya Natan di depan mereka

"Wahh kamu benar, dia sangat dingin bahkan menyapa saja tidak" bisik laras saat Natan masuk kelas dan duduk di kursi nya

"Mereka selalu bergosip tentangku" guman Natan dalam hati sambil terkekeh

Jam istrahat pun tiba, seperti biasa Alena hanya akan berdiam diri di dalam kelas seperti seorang pendiam, di saat dia sedang membaca tiba-tiba dari luar kampus terdengar suara riuh dari banyak orang.

Alena yang penasaran pun langsung melihat ke arah luar, alena menangkap sosok yang tidak asing baginya, ia pun langsung mengambil ponsel nya lalu melihat nya dengan seksama.

Seorang pria baru saja turun dari mobil mewah mengenakan setelan jas hitam mahal dengan karisma yang rupawan, Alena tersenyum saat melihat pria itu persis dengan seseorang yang ada di dalam foto dalam ponsel nya.

"Masuk lah ke dalam permainan ku" ujar Alena sambil tersenyum

"Hari ini kita pulang lebih awal karena donatur kampus kita mengadakan rapat dadakan bersama para dosen, cukup aneh tapi bagus aku lelah dan ingin tidur" ujar laras

"Kamu bisa tidur dengan nyenyak" ujar luna

"Baiklah, hati-hati di jalan" ujar Alena sambil melambaikan tangannya di depan pintu gerbang

Setelah berpisah dengan kedua sahabat nya, Alena pun berjalan menuju apartemen nya, kini Alena sedang menyiapkan sesuatu, ia kini lebih menyusun rencana secara maksimal karena menghadapi Orion bukanlah hal yang mudah melihat bagaimana dia di kelilingi oleh banyak bodyguard.

"Ide yang bagus" ujar Alena saat mendapat ide

"Bahkan hari juga sedang mendukung ku" ujar Alena lalu tersenyum

"Besok adalah akhir pekan, aku tahu ini akan berhasil, tunggulah Orion!" ujar Alena lalu merebahkan tubuhnya di atas kasur

Alena pun membersihkan dirinya, lalu menyiapkan makan malam, setelah mengirim pesan kepada ibunya, Alena pun makan, ke esok kan pagi nya Alena mengunjungi sebuah cafe bar di kota itu.

Setelah di pekerjakan walaupun Alena berbohong ia tetap berhasil dan di terima bekerja seharian di sana sebagai pengantar pesanan.

Alena di tugas kan untuk mengantar makanan di meja nomor 2 , Alena yang melihat nama dari si pemesan langsung tersenyum lalu memulai aksinya.

Satu jam berlalu, Alena pun sedang mengamati perilaku dari Orion, pada detik berikutnya Orion pun jatuh pingsan dan tidak sadarkan diri, dari dalam mulutnya keluar busa berwarna putih.

Orion pun di larikan ke rumah sakit, setelah di tangani Oleh dokter, Orion di nyatakan lumpuh bagian tubuh bawah, Alena yang mendengar berita itu senang dan tersenyum namun berbeda dengan orang-orang di cafe bar, sang pemilik hampir frustasi karena mendapat kecaman dari berbagai media.

"Apakah ada seseorang yang mencoba menjatuhkan ku?" guman Orion dalam hati

"Argh, aku tidak akan berpikir lama, kepalaku sakit" ujar Orion

kini jam menunjukkan pukul 09.23 hujan pun sedang turun Alena yang ingin keluar dari apartemen nya pun terpaksa mengurungkan niatnya karena hujan.

"Kenapa akhir-akhir ini selalu hujan" guman Alena kesal

"Ini sudah cukup, sebaiknya besok saja" ujar Alena lalu mengunci jendela dan pintu apartemen nya

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!