NovelToon NovelToon

Kehidupan Kedua Sebagai Istri Mafia

Bab 1

Aku terbangun di sebuah tempat yang tidak ku ketahui. Tempat yang sunyi dengan langit-langit yang gelap, ruangan yang seperti rumah sakit tetapi tidak seperti yang pernah kulihat sebelumnya.

Seluruh tubuhku penuh luka bahkan wajahku tertutup rapat dengan kain perban.

Badanku tidak bertenaga, suaraku bahkan tidak bisa keluar dari mulutku yang terasa kaku dan kering seperti tidak pernah ada air yang mengalir dalam tenggorokanku.

"Kreeek" Suara pintu ruangan itu terbuka

Beberapa orang masuk yang nampaknya adalah petugas medis.

Aku sangat ketakutan karena tidak ada siapapun di ruangan itu.

"Panggil wali pasien" Ucap dokter tersebut setelah memeriksa tubuhku

Pandanganku sangat terbatas dan tidak terlalu jelas tetapi di luar pintu terlihat beberapa orang berjejer rapi seolah menyambut kedatangan orang penting.

Tak.. Tuk.. Tak.. Tuk

Suara langkah kaki yang terdengar semakin dekat menghampiriku.

Seorang pria berbadan tinggi besar dengan berpakaian hitam berdiri di samping dokter itu.

"Jika bukan hal baik seharusnya tidak perlu membuat keributan, ada apa sampai memintaku kemari, bukannya dia masih terbaring seperti orang yang sudah mati" Ucap pria itu dengan sangat ketus

Deg..

Mendengar suara pria misterius itu membuatku tercengang.

"Apa maksudnya dan siapa dia?" Tetapi ucapan ku tidak keluar sama sekali

Dokter itu terlihat gemetar dan ketakutan seperti mendapatkan ancaman hanya dengan tatapan pria itu.

"Sa.. Saya hanya ingin menyampaikan kondisi pasien ini sudah sadar dan selanjutnya hanya perlu melakukan terapi agar semua sarafnya bisa berfungsi kembali dengan baik"

Seketika itu pandangan pria itu langsung berubah dan menatap tajam ke arahku.

"Baiklah, ku harap hasil yang bagus jika kamu masih ingin hidup. Sekarang antar dokter itu keluar"

Dokter yang ketakutan itu dibawa oleh 2 orang berbadan besar dengan berpakaian serba hitam dan meninggal pria yang memerintah mereka.

Yang terlintas di benakku mungkin dia bos mereka tetapi apa hubungannya dengan ku.

Bahkan aku tidak mengenalinya dan untuk apa dia berada di sampingku.

"Syukurlah kalau kamu sudah sadar, apa kamu tahu sudah hampir sebulan kamu tidak bangun?" Ucap pria itu sambil duduk menatap kearah ku

Aku tidak bisa menjawab apapun karena tidak ada suara yang keluar dari mulutku sehingga aku hanya bisa menggelengkan kepalaku dengan tubuh yang gemetar.

"Aku akan datang lagi besok dan pastikan kamu sudah bisa menjawab apa yang akan aku tanyakan"

Ucapan yang egois itu terdengar seperti sebuah perintah yang tidak bisa jika tidak ku lakukan.

Sedangkan aku sedang berusaha untuk bisa berbicara tetapi masih belum bisa.

"Apa-apaan orang ini?"

Tapi bagaimana bisa dia meminta ku untuk berbicara dengannya.

Aku merasa seperti akan terbunuh melihat sorot matanya yang tajam.

Setelah dengan kejamnya mengancam pasien sepertiku dia pergi begitu saja.

Tetapi setelah keluar dari ruangan ku dan berhenti sejenak di pintu tatapannya berubah menjadi sedih seperti dia telah kehilangan sesuatu yang berharga.

"Apa yang sebenarnya terjadi kepadaku, kenapa juga aku ada di tempat ini?"

Dengan keadaan tubuhku yang sekarang aku tidak punya pilihan selain menjalani apa yang ada meskipun penuh dengan tanda tanya.

Setelah kepergian pria misterius itu, beberapa perawat wanita masuk dan memberiku perawatan yang sangat baik.

Mereka membersihkan badanku, mengganti pakaianku dan melakukan segala yang aku butuhkan meskipun tidak ku minta.

Bahkan hal seperti ini tidak pernah aku rasakan meski dalam kondisi sehat.

Aku merasa seperti menjadi bangsawan yang sedang mendapatkan pelayanan dari pelayan pribadiku.

Tetapi mereka sama sekali tidak menyentuh ataupun membuka perban yang menutupi wajahku.

"Sebenarnya ada apa dengan wajahku dan kenapa tertutup seperti ini? Apa aku terluka parah?"

Sambil menyentuh perban di wajah dengan sedikit tenaga yang tersisa

Jika tenagaku cukup pasti sudah ku buka sendiri karena sangat penasaran tetapi kondisi ku benar-benar tak bertenaga.

Setelah memastikan aku sudah merasa nyaman mereka membiarkanku beristirahat dan meninggalkan rungan itu.

Aku merasa sangat kesepian, tidak ada keluarga, tidak ada teman dan tidak ada mereka yang sudah membuatku seperti ini.

Untuk menemukan jawabannya aku ingin sekali cepat bisa berbicara dan bertenaga serta menanyai mereka yang tampak asing bagiku.

Kemudian karena badanku masih terasa lemas akhirnya aku tertidur di ranjang yang sepertinya sudah lama bersamaku.

"Tidakkk" Seketika itu aku terbangun dan suaraku kembali

"hosh.. Hos.." Nafasku terengah-engah dan hatiku terasa sangat sakit

Aku teringat kejadian sebelum aku mengalami kecelakaan.

Rupanya aku adalah korban kecelakaan yang di sengaja oleh orang yang tidak pernah terpikirkan akan mengkhianati ku hingga melakukan perbuatan yang kotor.

Sebelum kecelakaan.

Namaku Fiona Deluna umurku 28 tahun dan aku sudah menikah dengan seorang yang sangat menyayangiku.

Dia adalah Stefan lebih tua 3 tahun dariku.

Selama menikah dia sangat baik dan perhatian bahkan dia terlihat tidak bisa hidup tanpaku.

Tetapi semua itu berubah setelah 2 tahun pernikahan kami. Semua perilakunya ternyata palsu, dia berbuat baik kepadaku hanya untuk memanfaatkan hartaku.

Semua hasil jerih payahku diambil, tidak cukup dengan itu ternyata di balik sifatnya yang pendiam, dia bermain gila dengan atasan dikantornya sendiri.

Hari itu saat aku tidak sengaja meninggalkan flashdisk di rumah. Aku kembali ke rumah berniat untuk mengambilnya.

Tetapi saat aku sedang di kamar tiba-tiba pintu rumahku terbuka dan terdengar suara tawa yang tidak asing menuju ke kamarku.

Karena terdesak aku bersembunyi di dalam lemari yang terdapat rongga-rongga sehingga aku bisa melihat apa yang terjadi di luar.

Dia orang yang selama ini mengucapkan banyak kata cinta yang seolah tulus ternyata bermain gila di belakangku.

"Hah?!" terkejut sambil menutup mulutku dengan kedua tanganku dan hampir saja aku bersuara

Suamiku mencium wanita itu dengan sangat bergairah.

Aku semakin di buat tercengang karena perempuan itu adalah atasannya yang pernah kutemui sebelumnya.

"Bukankah perempuan itu sudah bersuami?"

"Bisa-bisanya berbuat hal yang tidak sepatutnya" itulah yang terpikir di benakku

Mereka semakin bersemangat dan melakukan hal layaknya suami istri.

Hatiku hancur berkeping-keping seperti gelas yang pecah dan hancur lebur.

Badanku terasa kotor dan jijik melihat mereka.

Meskipun tanganku gemetar tapi aku masih berfikir logis dan merekam perbuatan mereka sebagai bukti saat mereka menyangkal hubungan mereka.

"Oh Tuhan, apa dosaku selama ini terlalu banyak hingga kau tunjukan perbuatan mereka dengan mata kepalaku sendiri"

Aku tidak sanggup melihat mereka tetapi rekaman video mereka tetap berjalan meskipun aku tidak menginginkannya.

"Stefan, antara aku dan istrimu siapa yang lebih baik di ranjang?" ucap perempuan itu sambil tersenyum

Aku sampai tidak percaya dia merendahkan dirinya demi mendapatkan kepuasan semata hingga membandingkan diriku.

"Haha, tentu saja kamu dong"

Deg..

Mendengar jawaban suamiku membuatku tidak bisa berfikir jernih.

"Haa..ha" nafasku bahkan terasa sesak di dalam lemari yang terasa semakin sempit

Dia yang selama ini bicara seolah hanya aku yang terbaik hingga dia tidak bisa melirik wanita lain, dengan mudahnya memuji wanita lain dengan bangganya dan yang paling ku benci adalah senyumannya.

"Kalau aku dan suamimu, mana yang terbaik"

"Kamu dong, kamu jauh lebih memuaskan, haha" sambil tertawa dan berpelukan

Perkataan yang saling menggoda itu terlontar kan dari mulut mereka seakan dunia ini milik mereka tanpa memikirkan perasaan pasangan masing-masing.

Setelah mereka selesai melakukan hubungan kotor yang berlangsung tidak lama, mereka pergi ke kantor mereka seolah tidak ada hubungan apa-apa di antara mereka.

Mereka benar-benar pintar menyembunyikan hubungan terlarang dan membalutnya dengan hubungan sebatas atasan dan bawahannya saja.

Aku menunggu sangat lama di dalam lemari hingga mereka benar-benar sudah pergi.

Hari itu aku ijin terlambat dan membereskan semua barang yang penting untuk langsung pergi dari sana karena aku merasa tidak sanggup jika tidur di kasur bekas mereka bercumbu.

Aku langsung pergi ke hotel untuk sementara waktu dan kembali ke kantor karena ada hal yang mendesak yang mengharuskan kehadiranku di sana.

Bahkan air mataku harus tertahan lebih lama karena ini proyek yang sangat penting dan aku tidak bisa menyia-nyiakannya hanya karena perbuatan mereka yang membuatku gentar.

Sesampainya di kantor semua orang yang berkepentingan dalam proyek ini sudah menunggu.

Aku melakukan presentasi sesuai dengan materi yang sudah ku persiapkan dengan matang dan nampaknya investor tertarik dengan proposal yang ku buat.

"Bagus Manager Fiona, pertahankan kinerja kamu" ucap atasanku

"Baik Pak"

Setelah semua terselesaikan dengan baik, aku langsung menuju ruangan ku dan melepaskan sepatu berhak tinggi yang terasa sudah tidak mampu menopang tubuhku yang hampir tumbang.

Aku terduduk di bawah dan membuka kancing kemejaku karena terasa sangat sesak.

"Tolong siapapun, aku tidak bisa berfikir logis lagi" bergumam sambil menangis

Aku ingin membasahi seluruh tubuhku yang sudah pernah dia sentuh karena aku merasa kotor.

Keadaan ku sangat kacau, benar-benar kacau.

Tok..Tok..Tok.. suara ketukan pintu ruangan ku

Aku sudah tidak bisa bergerak rasanya badanku sangat lemas tak bertenaga dan gemetar.

"Bu, ini saya Devan" ucap seseorang di balik pintu ruangan

Aku tidak menjawab apapun bahkan aku tidak tahu apa yang dia ucapkan ataupun siapa dia.

"Bu.." mengetuk kembali pintu

"Kenapa tidak di jawab ya, bukannya bu Fiona baru masuk ke ruangannya" merasa khawatir

"Bu Fiona?!" terkejut sambil berlari kearahku

Kemudian dia masuk ke ruanganku dan terkejut melihat diriku yang kacau terbaring di lantai dengan kemeja yang terbuka dan tatapan yang kosong serta ruangan yang sangat berantakan.

Aku tidak tahu apa yang terjadi selanjutnya tetapi seingat ku dia menutup bagian tubuhku yang terbuka dengan kemeja yang ia kenakan sehingga dia hanya mengenakan kaos polos di balik kemejanya dan terlihat sangat mengkhawatirkan keadaanku.

"Bertahanlah bu, kita akan pergi ke rumah sakit"

Meskipun aku melihatnya menggendong tubuhku sambil berlari dan meneteskan air mata melihat kondisi ku tapi anehnya aku tidak bisa bersuara dan hanya tersenyum melihatnya karena ternyata ada orang yang sangat peduli terhadapku.

Setelah itu aku sudah tidak sadarkan diri.

Aku tidak pernah menunjukkan sisi diriku yang lemah karena aku selalu berusaha terlihat mendominasi dimanapun itu sehingga aku di hormati bawahan ku serta di sukai atasanku karena pekerjaanku selalu bagus dengan kepribadian yang kuat.

Aku sudah tidak memikirkan pandangan orang lain terlepas bagaimana diriku sebelumnya.

Kupikir semua akan baik-baik saja ternyata aku tidak bisa lebih lama menahan guncangan yang terjadi dalam hidupku dan menghancurkan kebahagiaanku.

Bab 2

Aku tersadar dengan akal sehat ku yang kembali setelah terguncang cukup hebat.

"Bu Fiona sudah sadar?" ucap Devan yang menunggu di sampingku

"Sebentar saya panggil dokter dulu"

"Tunggu!"

Aku memintanya untuk tidak memanggil dokter dan aku memintanya untuk tetap tenang karena ekspresi wajahnya yang tidak baik serta air mata yang tertahan setelah menangisi diriku sebelumnya.

"Devan, tolong dengarkan saya" sambil memintanya untuk mendekatiku karena suara ku sangat pelan

"Baik bu"

Dia sangat penurut seperti anak anjing yang lucu tidak seperti badannya yang besar.

Aku memintanya untuk tidak menghubungi keluarga ku bahwa aku di rawat di rumah sakit.

"Ingat, jika ada yang mencari ke kantor bilang saja saya dinas keluar kota, sekarang tolong kamu antarkan saya ke alamat ini" sambil memberikan kartu hotel tempatku menginap

"Tapi bu, kondisi anda seperti ini" menatap penuh khawatir

"Sudah kamu lakukan saja apa yang saya minta"

Akhirnya Devan menuruti perintahku dan membawaku ke hotel yang di maksud.

Karena kondisiku masih lemas Devan menggendongku dengan hati-hati.

Dia tidak menanyakan apapun dan hanya diam mengantarku dengan ekspresi yang sedih.

Bahkan dia tidak malu menggendongku masuk ke hotel meskipun dia masih lajang tapi tidak memikirkan pandangan orang lain.

Dalam benakku bertanya apa pacarnya tidak marah jika tahu dia menggendong tubuh atasannya.

Dia menurunkan ku di kasur dengan lembut dan menyelimuti ku.

"Apa ada hal lain yang anda butuhkan?"

"Untuk sekarang tidak ada tapi Devan, apa kamu tidak masalah membantu saya seperti ini?"

"Saya justru senang bisa membantu bu Fiona"

"Baiklah, kamu memang assisten yang kompeten, aku bangga, terimakasih"

Devan melihat barang-barang milikku yang berantakan seolah dia tahu bahwa aku meninggalkan rumahku tanpa persiapan yang cukup.

Tetapi dia hanya merapikannya tanpa bertanya.

Dia seolah menghargai perasaan ku dan kondisiku bahkan di saat dia melihat sisi lemah dariku tapi dia tidak menghilangkan rasa hormatnya terhadapku.

"Oh, ya Devan tolong kamu ambil handphone ku dan hubungi Belinda untuk datang kesini"

"Baik bu" sambil mencari handphone

Setelah Devan menghubungi sahabatku, aku takut tidak bisa mengontrol diriku untuk meluapkan kesedihan yang sedang ku alami.

"Devan, kalau kamu mau pulang, silahkan saja lagian sebentar lagi temanku datang"

Aku tidak ingin semakin membebani Devan dan membuatnya tidak nyaman.

"Saya akan di sini sampai bu Fiona tidur, lebih baik jika saya masih di sini jika terjadi sesuatu dengan anda maka saya tidak bisa tenang"

"Begitu ya, baiklah"

Selagi menunggu Belinda datang, Devan membelikan ku bubur dan obat-obatan dan beberapa makanan untuknya dan Belinda.

Sungguh beruntung orang yang akan hidup bersama Devan.

Sedangkan di rumahku terjadi kekacauan.

"Kenapa kamarku berantakan?"

"Dan kenapa kopernya tidak ada?"

Suamiku mengetahui bahwa kamarnya berantakan dan beberapa barang ku tidak ada, apalagi aku belum pulang di jam yang sudah malam.

Dia menghubungiku terus menerus tetapi aku mengabaikannya.

Apakah dia masih berlagak layaknya seorang suami yang baik atau karena dia takut sumber dananya pergi.

"Sial, kemana wanita itu pergi"

"Tidak biasanya dia mengabaikan ku seperti ini"

"Dasar jal*ng"

Suamiku sangat cemas hingga menghubungi Belinda sahabatku untuk menanyakan tentang diriku.

Untungnya aku sudah memberitahu Belinda untuk berbohong bahwa aku pergi dinas dan handphone ku rusak sehingga dia percaya.

Ku pikir setelah mendengar kabarku pergi dia merasa kosong tanpaku tetapi justru dia sangat senang dan menghubungi pacarnya untuk menginap dirumahku.

Dia bahkan tidak tahu bahwa kondisi istrinya sedang tidak baik-baik saja karena perbuatannya.

Tetapi yang dia pikiran hanyalah kesenangan semata.

"Sayang, kamu cepat juga ya" ucap suamiku terhadap selingkuhannya itu sambil mengecup keningnya

"Iya kan aku kangen, memangnya kemana istrimu?"

"Katanya dia pergi dinas keluar kota selama seminggu, jadi kita punya kesempatan bersama selama dia pergi" sambil memeluk perempuan itu

"Haha.. baguslah"

Mereka sangat senang dengan merasa bebas tanpa diriku seolah rumahku adalah milik mereka dan melakukan berbagai macam hal di sana bahkan semua sudut rumah itu sudah tersebar aroma perempuan itu.

Mereka sangat bersemangat dan tidak berhenti melakukan kegiatan yang panas seperti pengantin baru yang sedang melewati malam pertamanya.

Perempuan itu bahkan membohongi suaminya dengan dalih lembur padahal dia menghabiskan waktu bersama laki-laki lain yang sudah beristri.

"Kita lakukan sekali lagi ya sayang" ucap suamiku kepada Carla yang terkulai lemas di atas ranjang ku

"Baiklah, tapi setelah ini aku harus pulang karena takut suamiku curiga"

Mereka melanjutkannya dan menyelesaikannya dengan cepat karena sudah terlalu malam.

Aku tidak tahu reaksi suaminya Carla nanti di saat hubungan mereka terekspos apalagi aku sudah memiliki bukti tentang perselingkuhan mereka.

Sudah hampir 1 jam aku menunggu Belinda dan akhirnya dia datang.

"Fiona"

Begitu masuk dia langsung memelukku dengan erat tanpa menanyakan permasalahan ku dan aku terhanyut dalam kesedihan.

Aku menangis sangat kencang tanpa memperdulikan Devan yang sedang bersama kami.

Bahkan dia menatapku dengan tatapan yang sedih meskipun aku tidak tahu apa yang dia pikirkan tentangku.

Aku menceritakan semuanya kepada Belinda dan mungkin hal ini juga terdengar oleh Devan.

Raut wajah mereka berubah seketika setelah mendengarkan perkataanku. Mereka seperti memendam kebencian yang amat dalam.

"Sekarang kamu hanya perlu istirahat, nggak usah mikirin orang brengs*k itu" ucap Belinda yang terlihat sangat kesal

"Benar apa kata Belinda, kalau ada yang mengganggu biar saya yang bantu membereskannya"

"Haha baiklah, terimakasih ya"

Aku tersenyum meskipun hatiku masih terasa sakit.

Entah kenapa perasaan ku tidak tenang dan aku mengirimkan bukti perselingkuhan mereka ke Belinda sebagai cadangan jika terjadi hal yang tidak ku inginkan.

Melihat orang yang akan di hadapi ku tidak semudah yang di pikirkan.

Devan akhirnya pulang setelah memastikan diriku tertidur pulas dan Belinda menemaniku tidur di sana karena takut aku membutuhkan sesuatu, melihat kondisiku yang masih lemas.

Kuharap semua ini hanya mimpi hingga saat aku terbangun semua itu ternyata kenyataan yang pahit.

Begitu terbangun badanku menjadi lebih baik berkat Devan dan Belinda yang menjagaku.

Aku bertekad untuk bercerai dari suamiku yang sudah kelewat batas.

"Belinda, tolong temani aku mengurus perceraian"

"Baiklah tapi apa harus sekarang? kondisimu kan.. "

"Lebih cepat lebih baik, aku sudah tidak mau berurusan dengannya lagi"

Untuk apa mempertahankan orang yang tidak bisa menjaga tubuhnya hanya untuk pasangannya dan mengobral cintanya dengan murah.

Aku langsung mempersiapkan segala dokumen yang di butuhkan untuk mengurus perceraian meskipun kondisi ku masih belum stabil.

"Fiona, apa kamu baik-baik saja?"

Aku sedikit terhuyung dan hampir jatuh untungnya Belinda menangkap tubuhku.

"Ah, iya"

"Kita istirahat dulu sebentar ya" ucap Belinda yang mengkhawatirkan kondisi tubuhku

Aku sudah selesai mendaftarkan perceraian ku dan tubuhku tidak bisa berbohong karena luka yang terjadi meskipun mulutku menyangkalnya.

Ini adalah hal yang berat bagi hidupku dan tidak semudah seperti yang ku ucapkan.

Dengannya aku pernah merasakan kebahagiaan meskipun mungkin itu semua hanya kepalsuan tetapi aku pernah mencintainya dan hal itu tidak mudah di lupakan dalam sehari.

"Belinda, maaf ya kamu cuti gara-gara menemani ku kesini"

"Nggak perlu minta maaf lagian kita kan berteman sudah lama, aku nggak mau kamu sendirian di saat seperti sekarang"

"Makasih ya sahabat ku yang paling baik dan cantik"

Aku tersenyum senang dengan kehadiran sahabatku yang selalu ada di saat aku senang maupun sedih.

"Bisa-bisanya masih bercanda"

Setelah ini semuanya baru akan di mulai dan aku harus kuat sebelum bertemu dengan suamiku dan mengatakan semua keputusan ku ini.

Bab 3

Setelah seminggu berlalu aku tidak pulang ke rumahku dan suamiku menghubungi ku tanpa henti.

"Padahal sudah lebih dari seminggu tapi kenapa belum pulang juga"

Dia juga menghubungi Belinda untuk menanyakan keberadaan ku. Tetapi Belinda mengatakan bahwa dia tidak tahu menahu.

Aku sengaja tidak pulang karena aku sudah tidak ingin masuk ke rumahku lagi.

Sementara itu aku berangkat bekerja dan mempersiapkan diriku jika suamiku akan menemuiku.

"Bu Fiona bagaimana kondisi anda sekarang?" ucap Devan yang masih mengkhawatirkan ku

"Sekarang sudah baik-baik saja itu juga berkat kamu Devan" sambil memeriksa beberapa berkas di meja

Setelah aku kembali bekerja tidak ada yang menanyakan ku tentang kejadian sebelumnya karena Devan mengatakan kepada yang lain bahwa aku sakit karena kelelahan sehingga membuatku pingsan.

Aku sangat bersyukur karena mempunyai bawahan seperti Devan yang memahami diriku tanpa ku minta.

"Oh, ya.. hari ini kita ada meeting dengan pihak investor" ucap Devan dengan ragu

"Baiklah, kamu tidak perlu ragu mengatakan apapun karena saya baik-baik saja, oke"

Devan menatapku dengan tatapan penuh kekhawatiran, entah apa yang ada di pikirannya sekarang sepertinya dia memikirkan banyak hal di kepalanya itu.

"Jam berapa kita mulai meeting nya?"

"Sekitar 2 jam lagi bu Fiona" sambil menyerahkan dokumen untuk meeting kali ini

Devan meninggalkan ruanganku dan aku juga menyiapkan segala keperluan untuk meeting kali ini dan membaca materinya karena aku tidak tahu apa yang akan di bahas.

Untungnya Devan menggantikan ku dengan benar selama aku tidak masuk bekerja.

Mungkin jika aku sudah tidak bekerja disini pasti dia sudah mampu menduduki posisiku ini.

Aku juga sudah membuat surat perjanjian untuk di berikan kepada suamiku agar kedepannya dia tidak akan menggangu hidupku lagi.

"Bu, apa bisa kita makan siang bersama?"

Sudah waktu nya untuk makan siang dan aku sebenarnya belum bisa makan dengan benar tetapi Devan mengajakku untuk makan dengannya.

Dari raut wajahnya tergambar jelas tujuannya hanya untuk memastikan aku makan dengan benar.

"Hemm.. baiklah"

Akhirnya aku memutuskan untuk makan bersama dengannya.

Sementara itu di depan kantor ternyata ada suamiku yang menunggu untuk berbicara dengan ku.

"Oh, jadi begini kelakuanmu bukannya pulang tapi malah berduaan dengan bawahanmu ya" ucap suamiku dengan nada yang tinggi

"Cepat sini" sambil menarik tanganku

Devan berusaha menahan ku tetapi aku melarangnya dan menyuruhnya pergi karena memang sudah seharusnya aku menghadapinya.

Aku tidak ingin menarik perhatian banyak orang sehingga aku mengajaknya pergi ke restoran yang privasi nya terjaga.

"Baiklah, sekarang kamu jelaskan dan katakan dimana kamu tidur semalam" ucap suamiku sambil berpura-pura peduli

"Hah, aku baru pulang dan langsung ke kantor, mana sempat aku pulang ke rumah"

"Apa benar seperti itu? bukannya bersama bawahan mu yang menempel terus denganmu?" sambil menyantap makanan

"Kenapa? apa aku terlihat seperti istri yang akan memakan bawahannya yang masih muda itu?haha"

Aku tertawa karena ini benar-benar lucu bukannya dia yang main gila, tetapi dia justru mencurigai ku dengan Devan.

"Sepertinya kamu senang ya? terus kenapa sama sekali nggak menghubungi ku?"

"Ponselku sempat rusak dan pekerjaanku benar-benar banyak bahkan nggak ada waktu untuk istirahat"

Kebohongan ku tidak ada apa-apa nya di bandingkan penghianatan orang di depanku.

Bahkan aku merasa mual dan tidak bisa menelan makananku sama sekali.

"Huek" sambil menutup mulutku

"Sayang kenapa?" sambil menatapku dengan rasa khawatir

"Cih" aku bergumam

"Ah, sepertinya karena kurang istirahat jadi aku masuk angin"

"Nanti pulang aku jemput ya"

Dia berlaku seperti suami yang sangat peduli terhadap istrinya jika aku tidak melihat apa yang dia lakukan di belakang ku pasti aku akan luluh dengan perhatiannya.

"Bagaimana caranya menolak?aku sangat tidak ingin pulang" ucap dalam hati

Aku sudah tidak tahu harus menjawab apa, lebih baik aku berbohong dari pada harus pulang ke sana.

"Sayang, untuk sementara aku nggak bisa pulang karena aku dapat kabar adikku sakit dan aku harus kesana menjaganya"

"Oh Baiklah, aku antar gimana?"

"Nggak usah, kamu pasti cape kan?"

"Yasudah"

Akhirnya aku berhasil menghindarinya dan bisa tidur dengan tenang di hotel yang sudah ku tempati selama ini.

"Huh..Aku tidak bisa makan apapun dan tubuhku terasa lemas. Padahal setelah ini harus meeting"

Suamiku sudah kembali ke kantornya dan aku pun langsung kembali dengan tidak berdaya.

"Devan, tolong bantu saya" sambil terhuyung

Aku hampir terjatuh meskipun berhasil kembali ke kantor tetapi sebelum sampai di ruangan aku tidak bertenaga lagi.

Devan memapah ku kedalam ruangan dan beberapa orang yang lain mengikuti kami dan mengkhawatirkan kondisi ku.

"Pak Devan, kenapa bu Fiona seperti ini?" ucap Anya salah satu bawahanku

"Sepertinya kelelahan, tolong ambilkan air minum" jawab Devan sambil merebahkan ku di sofa yang panjang

Dia juga meminta izin kepada Direktur agar dia yang mengambil alih meeting ini karena keadaan ku yang belum stabil.

Selama ini aku tidak pernah absen dalam meeting penting sehingga Direktur mengizinkannya kali ini.

"Apa perlu ke rumah sakit lagi bu?" sambil menatapku dengan sedih

Devan terlihat seperti akan menangis lagi melihat kondisiku.

"Jangan bawa aku kesana, tolong tetap di sini saja"

Jika aku bukan seorang istri seseorang pasti aku akan menyentuh wajahnya yang hampir menangis karena ku untuk menghiburnya.

Tetapi aku tidak punya hak untuk itu dan apa pentingnya aku baginya.

"Bu minum dulu" sambil di bantu duduk

"Makasih ya, kalian boleh kembali bekerja"

Aku berfikir jika aku berusaha menghindari suamiku dan terus menerus bertemu dengan cara seperti ini yang ada aku semakin lemah.

Aku akan memanfaatkan waktu untuk memperbaiki kondisi fisik dan psikis ku.

Aku tertidur di sofa setelah meminum obat yang ku dapat dari dokter sebelumnya.

Kemudian Devan yang memimpin meeting dengan pihak investor itu.

Kuharap semua berjalan dengan lancar.

Aku terlelap di ruanganku yang sepi dan sendiri tetapi ini tidak seperti diriku sendiri.

Ini bukan diriku yang sebelumnya dan kuharap setelah bangun aku akan menjadi diriku yang sebelumnya dan menjadi lebih kuat.

Demi diriku dan demi orang-orang yang peduli dengan ku.

Aku mempunyai tanggungjawab yang besar atas diriku dan perusahaan tempatku bekerja serta para bawahanku yang menantikan arahan dariku yang tegas dan penuh percaya diri.

Aku tahu manusia ada kalanya dia akan lemah tetapi jangan biarkan kelemahan itu memakan jati dirimu yang sebenarnya.

Aku harus bangkit.

Aku harus kuat.

Aku tidak boleh lemah hanya karena mereka yang jahat kepadaku.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!