NovelToon NovelToon

Sold To The Mafia

Dibawa Paksa

"Lepaskan! Atau saya teriak?!" ancam Lisa kepada lelaki yang tidak dikenalinya itu, yang dengan berani datang ke rumahnya lalu memaksanya ingin membawanya.

"Maaf Nona, tapi Anda perlu tau yang sebenarnya," ucap lelaki yang berpakaian rapi itu.

Ucapan lelaki itu membuat Lisa mengurungkan niatnya untuk menutup pintu. Ia pun penasaran siapa orang ini dan ada hubungan apa dirinya dengan orang-orang sangar ini. Lisa menghembuskan napas panjangnya dan akhirnya membuka pintu untuk beberapa lelaki yang sudah berdiri didepan pintu rumahnya.

"Orang tua Anda, Bapak Tommy Anjani meminjam sejumlah uang kepada Tuan Erol Oxley dan sudah sebulan ini Bapak Tommy belum mengembalikanya!"

Lisa terkejut sekaligus bingung dengan penjelasan dari lelaki yang ada di hadapannya. Setahu Lisa selama ini ia dan keluarganya tidak pernah berhutang. Walaupun hidup dengan penuh kesederhanaan keluarganya tidak pernah memaksakan nafsunya untuk hal-hal diluar kemampuan ekonomi keluarganya.

"Hutang? Bapak jangan bercanda ya!" kata Lisa sambil tertawa kecil seakan tidak percaya dengan ucapan pria yang berada di hadapanya.

"Tidak Nona, kami tidak bercanda. Bahkan Bapak Tommy menyertakan jaminannya,"

"Apa jaminannya?" tanya Lisa yang hanya berpikir cetek.

"Anda. Nona Melissa," sahutnya singkat.

Jawaban dari lelaki itu berhasil membuat Lisa menjadi semakin takut. Jantung Lisa berdetak dua kali lebih cepat dari biasanya. Ia yakin bahwa orang tuanya tidak mungkin menjadikannya sebagai jaminan hutang. Lalu sekarang bagaimana? Orang tuanya telah wafat, apa yang harus dilakukannya?

"Mohon Anda bisa ikut kami dengan tenang karena Tuan Erol sedang menunggu Anda,"

Bukannya tenang, Lisa malah mengusir dan memberontak. Namun dengan segera lelaki itu mengisyaratkan kepada lelaki lainnya untuk membungkam mulut Lisa dan membopongnya masuk kedalam mobil sedan berwarna hitam. Lisa berusaha untuk melawan tapi tenaganya tidak sebanding dengan lawannya yang bertubuh kekar.

"Lepaskan!!" teriak Lisa melawan.

Karena Lisa terus memberontak, akhirnya sebuah suntik langsung ditancapkan ke lengannya dn dengan cepat membuat kesadarannya menghilang.

***

Disinilah Lisa sekarang, , di dalam sebuah kamar dengan penjagaan ketat yang berada di sekitarnya.

Tuan Erol memerintahkan asistennya untuk membawa Lisa kesebuah mansion yang sangat mewah dan sangat luas. Mansion ini milik Erol Oxley, seorang pengusaha sekaligus ketua mafia yang terkenal didalam dan luar negeri. Erol Oxley adalah pria keturunan Indonesia-Eropa. Wajahnya sangat tampan dan digandrungi banyak wanita, bahkan artis ibukota banyak yang mengantri agar bisa menjadi wanitanya.

"Permisi Tuan, saya sudah membawa nona Lisa, seperti yang Tuan inginkan. Tuan dapat bertemu dengannya, namun saat ini ia masih dalam pengaruh obat biusnya," ucap asisten yang bernama Dion itu saat sudah berada di hadapan Tuannya.

"Oke. Segera bawa dia dihadapanku setelah dia sadar!" perintah Erol.

"Baik Tuan," sahut Dion.

Dion adalah tangan kanan Erol, dia selalu menuruti perintah yang diberikan Erol kepadanya. Ia sudah bekerja dengan Erol selama tujuh belas tahun. Dion melangkah menuju kamar Lisa untuk memeriksa. Gadis itu masih terlelap karena obat bius yang disuntikkan.

Ternyata sebelum mereka datang kesini, Dion dengan cepat sudah membawa beberapa keperluan Lisa. Ia pun juga mengambil beberapa buku mata kuliahnya dan juga ponsel Lisa yang dari tadi bergetar karena ada panggilan masuk.

***

Lisa mencoba membuka matanya yang masih berat, mencoba melihat sekelilingnya. Ia berada disebuah kamar yang besar dan mewah. Lisa berusaha mengingat bagaimana ia bisa sampai disini.

Lisa berusaha melangkah menuju pintu dan mencoba membukanya, tapi tidak berhasil terbuka karena pintu itu terkunci.

"Buka pintunya!! Buka!!" jerit Lisa, ia berharap ada seseorang membukakan pintunya.

"Nona Lisa sudah bangun, segera laporkan pada Tuan Erol!" ucap salah satu penjaga yang berada di depan kamar Lisa berada.

Tak lama setelahnya, Lisa seketika mundur beberapa langkah setelah mendengar seseorang dari luar mencoba pintu kamarnya. Ternyata asisten Tuan Erol yang membuka pintunya dan ada beberapa pria di belakangnya. Lisa berusaha menjaga keseimbangannya karena obat biusnya belum sepenuhnya hilang.

"Nona Lisa minumlah ini agar Anda sadar, Tuan kami sudah menunggu Anda" ucap asisten Tuan Erol sembari memberikan sebuah gelas yang berisikan air hangat.

"Siapa kalian semua?!!" teriak Lisa sambil membuang gelas yang diberikan oleh Dion.

"Tenang Nona, saya akan antarkan pada kepada Tuan Erol sekarang. Mari ikuti saya," ucap asisten Tuan Erol.

Lisa melangkah berjalan dibelakang Dion menuju kelantai satu, dibelakang Lisa juga ada beberapa pria mengikutinya. Ia sampai pada satu ruangan yang katanya adalah ruang kerja Tuan Erol. Lisa melihat asisten itu mengetuk pintu besar yang tinggnya mencapai tiga meter.

"Silahkan Nona," ucap Dion mempersilahkan Lisa untuk berjalan memasuki ruangan tersebut.

Lisa melihat ada seorang pria yang menurut pandangannya pria itu masuk kedalam kriteria pria idaman baginya. Wajah yang tampan, tinggi yang melebihinya, badan yang tegap dan berotot. Pria tinggi menjulang itu mengamati Lisa dari dekat. Lengannya yang kekar secara tiba-tiba mencengkeram dagu Lisa agar gadis itu tidak mengalihkan pandangannya.

Setelah beberapa saat, Erol tersenyum tipis. "Kamu berbeda dengan foto yang kuterima,"

Sontak Lisa menepis tangan Erol yang mencengkram dagunya. "Kenapa kamu bawa aku kesini?" tanyanya dengan tatapan penuh emosi.

Erol menegakkan punggungnya. Sepasang mata tajamnya menatap lurus ke arah Lisa sebelum akhirnya ia melemparkan selembar kertas pada gadis itu.

"Aku turut berduka atas meninggalnya kedua orang tuamu. Tapi, hutang adalah hutang dan kamu harus membayarnya," ucap Erol datar.

Lisa berusaha membaca dan mencerna setiap tulisan yang ada diatas kertas yang dilempar tepat diwajahnya. Nafasnya tercekat dan dadanya terasa sesak saat ia membaca bahwa jaminan jika ayahnya tidak bisa mengembalikkan hutangnya diaitu tertulis Melissa Anjani, dirinya. Kedua matanya yang dari tadi sudah berkaca-kaca akhirnya tumpah jg. Air matanya membasahi kedua pipinya, Lisa harus menelan kenyataan pahit jika ayahnya menjual dirinya kepada seseorang.

"So, you're mine baby," ucap Erol sambil tersenyum licik.

Lisa menatap wajah Erol lalu membaca berapa nominal yang ayahnya pinjam dari pria tidak bermoral itu. Matanya melebar saat tahu jika ayahnya meminjam sebesar sepuluh milyar rupiah. Ia bahkan tidak tahu dimana ayahnya menghabiskan uang tersebut karena tidak ada perubahan dalam perekonomian keluarganya.

"Aku akan lunasi semua hutang ayahku, jadi please let me go," ucap Lisa memelas.

"Siapkan sepuluh milyar malam ini. Apa kau sanggup?" ejek Erol meremehkan gadis yang berada dihadapannya saat ini.

Lisa menahan mengusap kedua pipinya yang sudah basah karena air matanya. Otaknya berpikir bagaimana ia bisa menyiapkan uang sebegitu banyaknya. Ia menghembuskan nafasnya dengan kasar.

"Apa mau mu?" ucap Lisa yang tidak tahu harus bagaimana.

Pria bertubuh kekar ini mulai melangkah mendekatinya lagi, "Mmm.. bagaimana kalau kamu, bekerja dirumah bordilku? Atau... menjadi wanitaku? Aku tahu kamu masih perawan," ucap Erol sambil tersenyum puas.

"Gila kamu!" teriak Lisa.

"Kalau tidak, siapkan sepuluh milyar malam ini," sahut Erol dengan tersenyum miring.

Lisa berpikir keras ia tidak ingin menjadi pelacur. Ia juga tidak ingin melakukan zinah. Air matanya kembali mengalir.

"Oke, I'm yours. Tapi ada satu syarat yang harus kau penuhi!" ucap Lisa tegas.

"Apa itu sayang?" tanya Erol dengan menatap dalam-dalam mata Lisa.

"Nikahi aku secara sah!" ucap Lisa sembari mengusap kedua pipinya.

Bibir Lisa bergetar saat menantang Erol untuk menikahinya. Dia harus menelan pahitnya kenyataan, baru saja dua hari yang lalu kedua orang tuanya meninggalkan dia untuk selamanya karena kecelakaan tunggal dan sekarang ia mengetahui fakta tentang surat perjanjian antara ayahnya sendiri dengan seorang pria yang ia tidak kenal sama sekali. Tatapannya masih terus menatap lelaki yang melangkah mendekatinya dengan senyuman licik.

Pernikahan Sederhana

Lisa tidak tahu harus bagaimana lagi. Kata-kata itu keluar dari mulutnya sendiri. Erol menyilangkan kedua tangannya di dada dan menatap Lisa dari atas sampai bawah , sebelah keningnya terangkat lalu setelahnya tersenyum miring.

"Kau dengar itu Dion? Segera siapkan penghulu agar aku bisa menikahi gadis ini," ucap Erol sembari mengusap pipi Lisa namun dengan cepat gadis itu menghempasnya.

"Baik Tuan Erol," jawab Dion lalu ia menelepon sesorang untuk menyiapkan segala urusan tentang pernikahan.

Tepat pukul delapan malam semua sudah dipersiapkan. Entah bagaimana cara anak buah Erol bisa mengedit poto Lisa dengan latar belakang warna biru. Lisa sudah merias wajahnya dengan bantuan seorang profesional dan memakai gaun putih yang sederhana. Pernikahan ini dilaksanakan dengan konsep sesederhana mungkin.

Kaki Lisa melangkah dengan berat menghampiri penghulu yang sudah siap menikahkannya dengan lelaki brengsek yang ia kenal beberapa jam lalu. Pernikahan ini bukanlah pernikahan yang ia bayangkan sejak kecil. Mata Lisa bertemu dengan tatapan Erol yang datar. Matanya seakan memerintah untuk segera menyelesaikan semua ini.

"SAH! Selamat Tuan Erol dan Nyonya Lisa. Kalian sudah sah secara negara dan agama," ucap penghulu memberikan selamat pada Erol dan Lisa.

"Selamat Tuan Erol dan Nyonya Lisa," ucap Dion juga dan beberapa pengawal yang lain.

Pada akhirnya, Lisa telah sah menjadi istri dari Erol Oxley, dia terdiam beberapa lama.

Dengan sedikit rasa canggung, Lisa mencium punggung tangan Erol sebagai tanda menghormati suaminya itu. Setelah itu ia melihat wajah suaminya itu tersenyum dengan puas. Tidak ada yang spesial dipernikahan itu baginya, setelah sah menjadi pasangan suami istri, Erol malah meninggalkan Lisa pergi entah kemana.

Malam semakin larut, Lisa menuju kamar utama dimana Erol sudah menunggunya dikamar dengan di antar oleh Dion. Dadanya berdetak dengan kencang, dia, sangat gugup dan sedikit takut. Kemudian saat ia telah sampai, di hadapannya, terlihat kamar yang lebih luas dari kamar Lisa sebelumnya. Lampu gantung dikamar ini sangatlah besar dan terlihat mewah. Lisa sangat kagum melihatnya.

Sampai kemudian sebuah suara mengejutkannya.

"Sudah siap sayang?" senyum tipis nampak jelas di sana.

Tatapan Lisa teralih menatap seorang di hadapannya, langkah Erol mendekat dengan rambut basahnya.

"A-apa maksudmu?" ucap Lisa terbata-bata.

"Ayolah, You know what i mean," jawab Erol sambil menggoda Lisa dengan menggigit bibir bawahnya.

"Ijinkan saya kekamar mandi sebentar," ucap Lisa mencari alasan. Dia begitu gugup.

Lisa melangkah menuju kamar mandi melewati Erol, namun Erol menarik tangannya hingga ia jatuh kedalam pelukan Erol. Lisa mencoba untuk melepaskan pelukan Erol tapi tenaganya kalah dengan tenaga lelaki bertubuh kekar ini. Dengan cepat Erol membopong Lisa menuju tempat tidur, lalu dengan cepat pria ini menciumi Lisa dengan sangat brutal.

Lisa hampir tidak bisa bernafas karena Erol tidak melepaskan ciumannya. Kedua tangan Erol memegang tangan Lisa sehingga gadis ini tidak sanggup lagi untuk melawan. Pada akhirnya Lisa membiarkan pria ini untuk menyentuh tubuhnya.

Karena sudah tidak ada lagi perlawanan dari Lisa, Erol pun memulai aksinya

"Ternyata tubuhmu sangat indah, aku suka!"

Lisa tidak berkutik saat Erol mendekatkan wajahnya lalu menciumi bibirnya. Lisa hanya mematung, untuk beberapa saat ia tidak bisa menggerakan tubuhnya sendiri.

Erol terus memimpin permainan panasnya dengan istri barunya dan gadis itu hanya mengikuti alur yang sudah suaminya mulai. Lelaki bertubuh kekar itu mencoba mengatur nafasnya dan menundukkan kepalanya menyatukan keningnya dengan kening istrinya itu.

"Thank you Melissa," ucap Erol sambil mengecup kening Lisa.

Erol bangkit berdiri melangkah menuju kamar mandi untuk membersihkan diri karena keringat mereka bercucuran padahal pendingin kamar tersebut sudah menyala dan berada dalah suhu enam belas derajat. Lisa masih mematung diatas tempat tidur, ia menarik selimut untuk menutupi tubuhnya. Ia mengusap air matanya saat Erol keluar dari kamar mandi.

"Bersihkanlah tubuhmu, malam ini aku akan pergi. Tidurlah tidak usah menungguku pulang," ucapnya datar sembari melangkah keluar kamar.

Lisa yang masih menangis bangkit berdiri dengan tubuhnya yang ia tutupi dengan selimut, ia melangkah menuju kamar mandi.

***

Kaki Erol melangkah keluar menuju lantai satu, sudah ada asisten dan beberapa pengawal juga mengikutinya. Ia ingin pergi mengunjugi club miliknya untuk bertemu seseorang. Ini memang sudah menjadi kebiasaan Erol melepaskan kepenatan dengan alkohol.

Dreame adalah salah satu high class club dikota ini, banyak artis ibu kota datang untuk bermabuk-mabukan atau sekedar berkumpul dengan temannya dan menikmati musik. Erol duduk di depan meja bartender, seorang pelayan bar menghampiri Erol.

"Mixed drinks, please!" kata Erol memesan minuman alkohol.

"Me too!" kata seorang wanita yang datang menghampiri Erol dan duduk disebelahnya.

Erol menoleh ke arah sumber suara lalu tersenyum melihat wanita yang ada di sebelahnya sekarang. Gadis itu tidak sengaja melihat jari Erol yang memakai cincin.

"Cincin apa yang kau pakai itu?" tanya wanita itu penasaran karena tidak pernah melihatnya memakai cincin di jari manis.

Erol melihat ke arah jarinya dan berkaya, "Cincin nikah sayang,"

"Apa maksudmu?" tanya wanita itu bingung sekaligus kaget dengan jawaban yang ia dapat.

Wanita seksi itu bernama Sofia yang kini berstatus sebagai pacar dari Erol. Pria itu tersenyum dan mencium pipi Sofia. Erol mengajak pacarnya untuk turun ke lantai dan menari. Mereka menari diatas lantai club, menikmati minuman hingga mabuk. Dion yang melihat bosnya tidak bisa menjaga keseimbangan meraih tangan Erol dan menuntunnya ke mobil karena jam sudah menunjukkan pukul satu pagi.

Tampak Erol berjalan dengan sempoyongan karena pengaruh alkohol.

"Bawa Sofia bersamaku Dion. Aku tidak ingin berpisah dengannya," pinta Erol.

"Tapi Tuan," belum selesai Dion berbicara, jari telunjuk Erol sudah berada di bibir Dion menyuruhnya agar tidak banyak bicara.

"Baik Tuan," kata Dion mengangguk menuruti perintah Erol seperti biasa.

Asistennya memberikan kode kedapa pengawalnya untuk membawa pacar Tuannya itu. Dua orang pengawal berjalan ke arah Sofia yang masih duduk lalu pengawal itu menuntun Sofia masuk kedalam mobil bersama dengan Erol.

***

Di kamarnya, Lisa terbangun dari tidurnya, tenggorokannya terasa kering. Ia bangkit dari tempat tidurnya dan mencari air putih dikamar itu tetapi tidak berhasil menemukannya. "Dikamar luas ini tidak ada satupun yang bisa aku minum," guman Lisa pada dirinya sendiri.

Lisa berjalan keluar kamar. Rumah ini terasa sunyi, saat Lisa menuruni beberapa anak tangga ia mendengar sesuatu. Ia menghentikan langkahnya dan berusaha menebak suara apa yang ia dengar itu.

"Apa itu?" bisik Lisa sendiri dengan rasa penasaran ia melangkah pelan menuju sumber suara.

Suara itu berasal dari ruang kerja suaminya, didalam hatinya berkata ia harus membuka pintu yang berada didepannya sekarang. Tangan Lisa mengambang di udara, dia sangat ragu apakah harus membuka pintu itu atau tidak. Tapi, didalam sana seperti ada benda-benda terjatuh. Mungkinkah itu seorang pencuri? Tanpa keraguan gadis itu langsung membuka knop pintu itu.

Klek!

Lisa membuka pintu itu dan mendorong pintu itu, matanya melebar seakan tidak percaya dengan apa yang ia lihat dengan mata kepalanya sendiri.

Hari Pertama Sebagai Mrs Oxley

Mata Lisa melebar tidak percaya dengan perbuatan lelaki yang beberapa jam yang lalu sah menjadi suaminya. Saat Lisa hendak masuk, seseorang menarik lengannya dengan cepat.

"Maaf nyonya, sebaiknya anda kembali ke kamar," ucap Dion sopan. Dengan cepat Lisa menampik tangan Dion dan menatapnya dengan tatapan tajam.

Lisa tidak berkata apa pun, ia hanya menatap Dion dengan tatapan penuh amarah. Lisa mulai melangkah menuju dapur dan ia membuka lemari es, mengambil air mineral dan langsung meneguknya tidak tersisa.

"Aaarrrggghhhh!!" teriak Lisa karena marah.

Lisa melempar botol minumannya kearah dinding lalu bersandar pada meja island di dapur. Bagaimana ia tidak marah jika melihat suaminya bercumbu dengan wanita lain. Lisa mendengar suara langkah kaki mendekatinya.

"Ada apa, Nyonya?" tanya wanita paruh baya itu. Dia adalah kepala asisten rumah tangga dirumah ini, semua orang disini memanggilnya dengan sebutan Madam Lyli.

"Tidak Madam, aku hanya ingin pulang ke rumah," ucap Lisa.

"Pergilah ke kamar, biarkan saya membereskan ini," ucap Madam.

Lisa mengangguk menuruti perintah madam, ia kembali ke kemar yang berada di lantai dua. Sesampainya dikamar Lisa tidak bisa kembali tidur. Isi kepalanya terasa penuh, bunga dikuburan orang tuanya belum mengering tapi ia terpaksa menikah dengan orang gila yang tidak bermoral. Gadis itu sekarang berpikir bagaimana caranya agar ia bisa keluar dari rumah ini.

Lisa terlelap saat memikirkan cara agar ia bisa keluar dari rumah ini. Saat Lisa membuka matanya dan melirik jam dinding yang berada didalam kamarnya, jam sudah menunjukan pukul sembilan pagi. Lisa melihat sekeliling kamarnya, suaminya tidak berada disampingnya.

"Baguslah, aku juga tidak sudi tidur dengannya!" gerutu Lisa sembari bangkit dari tempat tidur dan melangkah menuju kamar mandi.

Lisa memutuskan untuk berendam di bath up yang berada didalam kamar mandi, ia ingin menenangkan pikirannya. Air hangat memang membuat pikirannya tenang. Setelah satu jam Lisa memutuskan untuk mandi karena memang perutnya sudah kelaparan.

Saat hendak menuju dapur, Lisa tidak sengaja bertemu dengan asisten suaminya.

"Dion! E-eh maksud saya Pak Dion," ucap Lisa saat melihat Dion.

"Dion saja, tidak usah sungkan. Ada yang bisa saya bantu Nyonya?" tanya Dion sopan.

"Lisa saja. Apakah aku boleh pulang ke rumah sebentar?" tanya Lisa.

"Saya harus memanggil Anda dengan sebutan Nyonya. Untuk itu, Anda juga harus ijin terlebih dahulu kepada Tuan Erol," ucap Dion menjelaskan.

"Kamu bisa berbicara santai denganku. Terdengar aneh jika kamu berbicara formal seperti itu denganku," Lisa mendengus kesal.

Lisa melanjutkan langkahnya menuju dapur, semua pelayan menyambutnya. Hal ini membuatnya menjadi canggung. Seorang pelayan juga menarikkan kursi untuk Lisa dan langsung menyiapkan makanan.

"Maaf Nyonya, kami tidak tau makanan kesukaan Nyonya. Kami harap Nyonya suka dengan hidangan ini," kata pelayan itu.

"Terima kasih, aku tidak pernah pilih-pilih makanan," sahut Lisa.

Lisa melihat makanan yang dihidangkan di hadapannya, makanan dengan menu barat. Ini pertama kalinya ia memakan makanan seperti ini sebagai sarapan. Lisa memasukkan sesuap daging yang rasanya luar biasa enaknya.

"Selamat pagi Nyonya Lisa," sapa madam Lyli. Lisa membalas sapaan madam Lyli.

"Madam, berapa lama madam kerja disini?" tanya Lisa penasaran.

"Mmm.. sudah dua puluh lima tahun sepertinya. Ada apa Nyonya?" tanya madam Lyli.

"Apa Tuan Erol memang seperti itu? Maksud saya, apa memang dia biasa bersikap seenaknya sendiri? " tanya Lisa.

"Tidak Nyonya, dia sangat baik dan beretika. Tapi semua berubah setelah kejadian itu," ucap madam Lyli.

Belum sempat Lisa bertanya tentang kejadian apa yang dimaksud madam Lyli, seorang wanita dengan menggunakan baju tidur yang sangat seksi datang dan meminta segelas air putih. Lisa menatap wanita itu, seketika kembali mengingat hal gila yang sudah wanita itu lakukan bersama suaminya. Rasanya dia sangat marah. Wanita itu kemudian mendekat menatap Lisa dari atas sampai bawah dengan tatapan penasaran.

"Ada pembantu baru ya Madam?" tanya Sofia kepada Madam Lyli.

"E-eh.. ini minumnya Nona," kata Madam Lyli menyerahkan segelas air putih kepada Sofia.

Lisa bangkit berdiri tanpa permisi berlalu didepan wanita itu dan kembali kedalam kamarnya. Dia tidak tahu hendak bersikap seperti apa menghadapi wanita itu.

***

"Permisi Tuan Erol, Nyonya Lisa meminta izin untuk kembali kerumahnya. Apa Tuan mengijinkannya?" tanya Dion kepada Erol yang sudah bersiap akan ke kantor.

"Suruh pengawal untuk mengikutinya, dan ini kembalikan ponsel ini kepadanya," kata Erol menyerahkan ponsel Lisa kepada Dion.

"Baik Tuan," ucap Dion permisi untuk menemui sang pemilik dari ponsel keluaran lama ini.

Langkah Dion terhenti saat melihat Lisa keluar dari area dapur yang di ikuti oleh Sofia. Dion mengejar Lisa yang hendak naik ke lantai dua. "Nyonya Lisa!" panggil Dion. Tetapi yang dipanggil tidak menoleh, sepertinya tidak mendengar panggilan Dion.

"Nyonya Lisa," ucap Dion mengetuk pintu kamarnya.

Lisa membuka pintu kamarnya, "Ada apa?" tanya Lisa tanpa basa-basi.

"Ini ponsel Anda, dan Anda bisa kembali ke rumah lama Anda sebentar dengan beberapa pengawal," ucap Dion.

Lisa menyambar ponselnya dari tangan Dion lalu berlalu meninggalkan asisten suaminya dengan langkah cepat. Dion yang bingung dengan perilaku istri Tuannya itu mencoba untuk mengejarnya. Dion bisa menebak sepertinya Lisa akan pergi ke ruang kerja suaminya dan dia juga yakin, Sofia sudah berada di sana saat ini juga.

Saat Lisa mendobrak pintu itu, di hadapannya terlihat Erol sedang bersama Sofia. Terlihat wanita itu bersikap sangat manja dan menggoda. Namun Lisa tidak peduli. Semua mata langsung tertuju pada Lisa. Dion datang dibelakang Lisa dengan nafas ngos-ngosan.

"Dengar, kau nggak berhak ngatur hidupku! Aku mau pulang tanpa pengawal!" teriak Lisa.

"Kau siapa?" tanya Sofia bingung dengan keberadaan Lisa. Wajahnya terlihat tak suka dengan keberadaan Lisa yang secara langsung mengganggunya bersama Erol.

"Saya berhak mengaturmu karena kau adalah istriku! Jangan keras kepala!"

"Apa?! Sayang ada apa ini? Kau sudah menikah?!" tanya Sofia tetapi tidak ada yang menjawab pertanyaannya. Sofia menjadi frustasi.

Erol menyuruh Dion agar mengantarkan Sofia pulang, awalnya Sofia menolak untuk pulang tetapi Erol berjanji akan menemuinya sepulang kerja dan menjelaskan semuanya. Sofia keluar dengan raut wajah marah dan menatap Lisa dengan tatapan tajam.

"Urus aja pacarmu itu, dasar brengsek!" ucap Lisa hendak keluar dari ruangan.

"Apakah kau cemburu?" Erol menggoda Lisa dengan menarik lengan kanan Lisa menahannya agar tidak pergi.

"Aku? Cemburu? Tuan Erol yang terhormat! Kita baru aja nikah kemarin dan pagi ini kau bawa pacar sialanmu itu dirumah dimana istrimu tinggal!" ucap Lisa marah.

"Aku sadar pernikahan kita hanya pernikahan terpaksa, tapi seenggaknya hargai perasaanku!" sambung Lisa menepis tangan Erol lalu meninggalkan suaminya seorang diri.

Erol tidak menahan istrinya lagi, ia membiarkan wanitanya itu pergi. Dion melaporkan pada Erol bahwa Sofia sudah pulang dengan taxi online. Erol menghembuskan nafasnya dengan kasar. Perkataan Lisa terngiang-ngiang di telinganya. Dia merasakan de javu seperti pernah mengatakan perkataan yang istrinya katakan tadi.

"Tuan, ada baik-baik saja?" tanya Dion khawatir karena bosnya itu terdiam.

"Bolehkah saya bertanya Tuan?" tanya Dion lagi setelah Erol mengangguk dengan pertanyaan pertamanya tadi.

"Apakah Anda tidak mencintai nyonya Lisa? Maaf Tuan jika pertanyaan saya lancang," ucap Dion hati-hati.

Mendengar pertanyaan dari asistennya, bibir Erol menyunggingkan senyumnya.

"Aku bahkan sudah jatuh cinta padanya sebelum bertemu dengannya," jawab Erol sambil menundukkan wajahnya.

Asisten Erol mengerutkan keningnya tidak mengerti dengan dengan arti ucapan majikannya itu. Kenapa Tuan Erol menikahi Nyonya Lisa? Dan tidak ingin mengakhiri hubungannya dengan Nona Sofia?

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!