“Master Ji, apa kamu ada di dalam? Ketua Sekte memanggil Master!”
Serangkaian ketukan pintu terdengar dan ketukan pintu itu sangat keras serta berulang-ulang, sehingga Xuan Ji yang sedang menikmati tidur siangnya terpaksa bangun.
“Hentikan ketukanmu itu, Xiao Yue! Apa kau ingin menghancurkan pintu gubuk gurumu ini?” keluh Xuan Ji kesal dengan ulah murid satu-satunya itu.
Sepuluh tahun lalu setelah mengalahkan Kaisar Iblis, Xuan Ji meninggalkan wilayah utara dan pergi jauh ke wilayah selatan untuk menemukan tempat yang damai. Dia berencana untuk memulihkan kekuatannya, karena basis Kultivasinya hancur saat melawan Kaisar Iblis.
Saat ia melewati sebuah Kota kecil, ia berhenti melihat kerumunan orang yang berkumpul di depan kediaman keluarga Xiao.
Xuan Ji terkejut, semua orang dikediaman Klan Xiao telah dibantai dan pelakunya kata penduduk sekitar adalah Pemuda tampan yang balas dendam karena Xiao Yue membatalkan pertunangan mereka, serta mempermalukan orangtua Pemuda itu di depan khalayak ramai.
Saat itu Xuan Ji merasa Pemuda itu seperti para tokoh utama dalam cerita novel saja, mudah tersinggung dan akan memendam dendam mereka hingga tujuh keturunan, saat ia balas dendam; semut yang kebetulan tinggal di kediaman Klan Xiao pun ikut musnah.
Xuan Ji hendak melanjutkan perjalanannya menuju wilayah selatan, tetapi tiba-tiba seorang penduduk mengatakan seorang gadis remaja masih bernapas. Namun, tidak ada yang berani menyelamatkannya, mereka takut Pemuda itu membunuh mereka juga bila menolong Xiao Yue.
Karena merasa kasihan, Xuan Ji pun membawa gadis remaja itu bersamanya dan menjadikannya sebagai murid pertamanya.
“Hmm, kau sudah Dewasa, ya ... semakin cantik juga,” kata Xuan Ji setelah membukakan pintu. “Yue‘er, apakah Kamu sudah menemukan pujaan hatimu diantara para bajing*n tampan Sekte Pedang Abadi ini. Kamu sudah dewasa, sudah saatnya kamu menikah, jangan sia-siakan masa mudamu.”
Xiao Yue menggembungkan pipinya yang memerah mendengar godaan Pria tua yang memiliki perilaku kekanak-kanakan tersebut. “Masterrrrrrr! Jangan bercanda lagi, Ketua Sekte memanggilmu!” gerutunya.
Xuan Ji tersenyum lebar sembari mengelus-elus janggut putihnya. “Ya, ya ... Aku akan pergi ke tempat tua bangkaa itu!” sahutnya.
Xuan Ji mengeluarkan Pedang besar berwarna hitam dari cincin dimensinya dan hanya Pedang itu saja yang tersimpan di cincin yang memiliki ruang yang dapat menyimpan sebuah gunung besar tersebut.
Xuan Ji telah menghabiskan semua hartanya untuk memulihkan kekuatannya, tetapi basis Kultivasinya hanya naik Lima tingkat saja selama Sepuluh tahun ini. Kini ia sudah tidak punya uang lagi dan hanya mengandalkan gaji bulanan saja yang jumlahnya sangat sedikit, karena Sekte Pedang Abadi adalah Sekte kecil yang berada di wilayah pelosok selatan Benua Tianlong.
Xuan Ji melompat ke atas bilah Pedang yang bernama Pedang Iblis Surgawi, kemudian mengalirkan energi spiritualnya dan terbang menuju Paviliun Persik Abadi.
Nama Pedang Iblis Surgawi sendiri ia namakan karena Pedang itu milik Kaisar Iblis Surgawi yang ia kalahkan. Namun, sayang sekali cincin dimensi Kaisar Iblis Surgawi menjadi butiran debu karena tidak kuat menahan seni beladiri rahasia Klan Xuan.
“Selamat datang Penatua Ji!”
“Selamat datang Penatua Ji!”
Dua murid Sekte Pedang Abadi menyapa Xuan Ji yang baru saja mendarat di halaman Paviliun Persik Abadi.
Xuan Ji hanya mengangguk pelan dan berjalan menuju pintu masuk Paviliun Persik Abadi sembari mengelus-elus janggut putihnya.
“Cih, tua bangka itu akhirnya keluar juga dari gubuknya, seharusnya Ketua Tang tidak menerimanya menjadi Penatua di Sekte Kita. Lihatlah, selama Sepuluh tahun terakhir, Puncak Qianyun yang ia tempati berubah menjadi hutan belantara,” keluh Penatua Zhao Chen dari Puncak Qianfeng.
Puncak Qianfengnya sendiri memiliki Ratusan murid dan murid-muridnya selalu menduduki peringkat tertinggi serta mewakili Sekte Pedang Abadi berkompetisi di Kompetisi Beladiri Benua Tianlong.
“Perkataan senior Chen memang benar, sebaiknya kita memberikan Puncak Qianyun pada Qin He. Sudah saatnya ia naik jabatan menjadi Penatua, basis Kultivasinya juga lebih tinggi dari senior Ji,” sahut Tang Ruo dari Puncak Qianyan, satu-satunya dari Enam Penatua yang hanya menerima murid wanita saja.
Biasanya Tang Ruo sangat pendiam dan tidak mau terlibat dengan perselisihan antar Penatua. Namun, kali ini ia ikut resah dengan kelakuan Pria tua yang entah datang darimana tersebut.
Sepuluh tahun lalu, tiba-tiba saja Ketua Sekte Pedang Abadi mengatakan dibentuknya Puncak keenam dan mengatakan Pria tua asing itu adalah penyelamat hidupnya, padahal Pria tua itu memiliki basis Kultivasi yang sama dengan murid senior dan tentu dari segi manapun tidak layak menjadi Penatua.
“Ketua Tang ... Junior Ruo saja merasa resah dengan Pak tua Ji, masa Anda masih membelanya terus?” sindir Penatua dari Puncak Qiande sembari melirik ke arah Xuan Ji yang duduk dengan tenang sembari memejamkan matanya dan tentunya tak lupa mengelus-elus janggut putihnya.
Setelah tubuhnya mendapatkan kutukan dari Kaisar Iblis Surgawi menjadi tua, ia membiasakan diri mengelus-elus janggut putihnya agar terlihat seperti sesepuh yang berpura-pura lemah dan tentunya itu akan mengintimidasi lawannya. Hal itu cukup ampuh, walaupun semua Penatua Sekte Pedang Abadi tidak menyukainya, tidak ada diantara mereka yang berani menantangnya berduel.
“Sudah hentikan keributan ini!” sela Ketua Sekte Pedang Abadi. “Aku memanggil kalian untuk mengatakan Sekte Kita akan merekrut murid baru lagi. Aku harap standar perekrutannya diperketat agar Kita mendapatkan murid unggul. Syukur-syukur ada satu atau dua yang memiliki bakat surgawi.”
Tang San mengeluarkan kertas bergambar peta lokasi terpencil di wilayah yang dikuasai oleh Sekte Pedang Abadi.
“Karena tidak ada Penatua yang melirik atau mengirim perwakilan perekrutan murid ke Kota Long Yuan dalam Dua Puluh tahun terakhir, maka Aku akan menunjuk Penatua Ji yang pergi ke sana. Tentunya Penatua Ji harus membawa murid minimal Sepuluh murid, kalau tidak maka dia tidak akan digaji oleh Sekte,” kata Tang San sembari melempar kertas berisi Peta menuju Kota Long Yuan itu pada Xuan Ji.
Semua Penatua tampak senang, karena Kota Long Yuan hanya memiliki penduduk ratusan jiwa saja. Bahkan Ketua Klan di Kota itu basis Kultivasinya hanya setara murid junior di Sekte Pedang Abadi, yang berarti tempat itu tidak layak mencari calon murid unggulan untuk Sekte Pedang Abadi.
“Cuma sepuluh saja, itu sih mudah sekali!” sahut Xuan Ji membuka matanya dan tersenyum lebar. “Namun, lokasinya sangat jauh sekali. Pinjam dulu satu Koin Emas, Penatua Ruo. Tenang saja, sepulang dari Kota Long Yuan, aku akan membayar Satu Koin Emas Sepuluh Koin Perak.”
Tang Ruo mengerutkan keningnya mendengar perkataan Xuan Ji yang duduk disebelahnya tersebut. Dia tidak menyangka Pria tua itu sok akrab dengannya, padahal selama ini mereka tidak pernah bertutur sapa walaupun Puncak Qianyun dan Qianyan bersebelahan.
“Ini ambil saja! Jangan ganggu senior Ruo lagi!” seru Qing He yang berdiri di belakang Penatua Zhao Chen.
Qing He adalah murid paling kuat di Sekte Pedang Abadi dan menjadi penerus Penatua Zhao Chen dikemudian hari. Semua orang di Sekte Pedang Abadi kecuali Xuan Ji mengetahui kalau Qin He sangat menyukai Tang Ruo.
“Terimakasih anak muda tampan. Kamu anak yang baik, sering-seringlah bersedekah pada Pria tua ini ha-ha-ha.” Xuan Ji malah tertawa terbahak-bahak setelah menangkap satu Koin Emas yang dilempar oleh Qing He.
Namun, Xuan Ji keheranan—kenapa para Penatua malah menatap sinis padanya. Padahal ia tidak melakukan sesuatu yang salah.
“Baiklah, karena urusanku di sini sudah selesai dan Aku harus melakukan perjalanan jauh ke Kota Long Yuan, maka aku undur diri Ketua Tang!” seru Xuan Ji sembari menangkupkan tinju untuk menunjukkan rasa hormat kepada Ketua Sekte.
Tang San menghela napas panjang menatap punggung Xuan Ji yang melangkah keluar dari Paviliun Persik Abadi. Ingatan pertemuan pertama mereka Sepuluh tahun lalu terlintas dibenaknya.
Saat itu Tang San disergap oleh musuh tak dikenal yang memiliki basis Kultivasi tinggi. Dia kewalahan menghadapi mereka, tetapi tiba-tiba seorang Pria tua yang menggendong gadis remaja yang penuh luka-luka menyelamatkannya hanya dengan satu serangan saja. Padahal basis Kultivasi Xuan Ji sangat rendah, tetapi energi spiritual yang terkandung dalam serangannya itu setara dengan musuh.
Sebagai ungkapan terimakasih, Tang San menawarkan hadiah apapun yang diminta oleh Xuan Ji. Namun, Xuan Ji hanya meminta dijadikan sebagai Penatua di Sekte Pedang Abadi atau dibiarkan tinggal dengan nyaman di sana.
Tang San tentu memilih pilihan Pertama sebagai Penatua. Dia yakin Kultivator sekuat Xuan Ji bila mengajar di Sektenya, maka akan menghasilkan murid-murid hebat.
Namun, harapannya tidak sesuai ekspektasi, Xuan Ji justru tidak pernah turun gunung merekrut murid. Para Penatua selalu mengeluh karena Xuan Ji selalu menghabiskan sumberdaya Sekte, sehingga murid-murid kekurangan sumberdaya meningkatkan energi spiritual mereka. Untung saja beberapa tahun terakhir Xuan Ji kehabisan uang.
“Ketua Tang—”
Qing He hendak mengungkapkan pendapatnya, tetapi Tang San melambaikan tangan.
“Kita tidak perlu membahas tentang Penatua Ji, mari kita membahas tentang penerimaan murid baru saja,” sela Tang San.
...***...
Setelah meninggalkan Paviliun Persik Abadi, Xuan Ji tidak kembali ke Puncak Qianyun. Dia justru menuju kediaman Penatua Luar (Kultivator yang membantu Penatua Enam Puncak melatih murid-murid Sekte Pedang Abadi), dan Penatua yang ia tuju bertanggungjawab atas pembangunan rumah, senjata, dan perlengkapan murid-murid Sekte.
Tang Han kebetulan hendak meninggalkan Paviliunnya, tetapi ia langsung menutup pintu karena melihat Pria tua paling menyebalkan di Sekte Pedang Abadi sedang melangkahkan kaki menuju Paviliunnya.
“Kenapa Master Ji kemari? Rumornya siapapun yang berurusan dengannya akan mengalami kesialan,” gumam Tang Han berkeringat dingin dan berdoa agar Xuan Ji hanya melewati pekarangannya.
“Penatua Han, aku ingin mendiskusikan bisnis dengan Anda,” kata Xuan Ji sembari mengetuk pintu. “Aku sudah melihatmu tadi, jangan berpura-pura tidak ada orang di dalam!” desaknya.
Pintu Paviliun tiba-tiba terbuka, Tang Han tersenyum masam sembari menangkupkan tinju untuk menunjukkan rasa hormat.
“Maaf Master Ji, tadi aku haus dan berlari ke dapur,” sahut Tang Han berkilah. “Silahkan masuk Master Ji ... oh, ya, apa yang bisa kubantu Master Ji.”
Tang Han mengelus-elus janggut putihnya dan duduk di kursi rotan.
“Aku ingin Penatua Han membangun Paviliun, lapangan latihan, asrama yang terpisah untuk murid laki-laki dan perempuan di Puncak Qianyun,” kata Xuan Ji tanpa berbasa-basi.
Sudut bibir Tang Han memancarkan senyuman cerah. Dia langsung mengambil sempoa dan menghitung berapa biaya pembangunan itu.
“Total dana pembangunan itu adalah 1000 dan 500 Koin Perak. Namun, 500 Peraknya anggap saja sebagai diskon khusus,” kata Tang Han masih dengan senyum cerah dan menunggu Xuan Ji menyerahkan dana pembangunan tersebut.
Namun, setelah berlalu beberapa tarikan napas, Xuan Ji masih saja duduk dengan tenang dan hanya mengelus-elus janggut putihnya, sehingga Tang Han mulai menduga-duga mungkinkah Xuan Ji tidak memiliki uang.
Tiba-tiba Pedang besar berwarna hitam muncul di atas meja. Sesaat kemudian meja tersebut ambruk karena tidak dapat menahan berat Pedang berwarna hitam tersebut.
”Apa Master Ji hendak menggunakan besi berkarat ini sebagai bayarannya?” gerutu Tang Han, “Pedang ini hanya seharga beberapa Koin Perak saja! Apa Master Ji ingin Paviliun kami bangkrut?”
“Jangan marah-marah dulu, nanti kamu semakin tua, Penatua Han!” sela Xuan Ji dengan santai. “Pedang ini adalah milik Kaisar Iblis, sudah pasti harganya sangat mahal. Namun, itu bukanlah poin utamanya.”
Tang Han menggertakkan gigi dan mengepal erat tangannya. Ingin sekali ia meninju wajah tua menyebalkan di hadapannya itu.
“Aku akan turun gunung untuk merekrut murid ke Kota Long Yuan dan kabarnya tidak ada Penatua yang melirik daerah tersebut. Nanti Aku akan meninggalkan beberapa Plakat namaku di sana dan Aku akan membayarmu 1500 Koin Emas dalam Satu tahun,” kata Xuan Ji.
Plakat yang ia maksud tentunya ia akan menjadi tamu kehormatan di sebuah Klan dan Klan tersebut akan membayar biaya keamanan padanya. Hal itu sesuatu yang lumrah di Dunia Persilatan.
Apalagi tidak ada negara atau Kerajaan di Benua Tianlong, yang mengatur sebuah Kota adalah Klan beladiri.
Klan beladiri akan membayar upeti kepada Sekte yang menguasai wilayah mereka, sementara diatas Sekte ada Aliansi Beladiri yang mengatur seluruh Sekte-Sekte di Benua Tianlong.
Aliansi Beladiri tidak akan ikut campur bila terjadi konflik antar Sekte maupun Klan asalkan rakyat sipil tidak dilibatkan. Namun, bila Ketua Aliansi Beladiri memberikan titah, maka semua Sekte maupun Klan wajib mematuhinya—termasuk untuk berhenti bertikai.
“Pedang Iblis Surgawi itu akan menjadi jaminannya dan tolong rawat dengan baik, karena itu sangat berharga. Kalau Aliansi Beladiri mengetahui itu milik Kaisar Iblis, maka mereka pasti rela merogoh kocek Jutaan Koin Emas membelinya,” kata Xuan Ji meyakinkan Tang Han untuk menerima tawarannya.
“Cih, tidak ada yang percaya kalau besi hitam ini adalah Pedang milik Kaisar Iblis,” cibir Tang Han sembari menulis kuitansi hutang Xuan Ji. “Bila dalam setahun Master Ji tidak dapat melunasinya, maka Aku akan membuang besi hitam ini dan meminta Ketua Sekte mengusirmu dari Sekte Pedang Abadi,” gerutunya.
“Ha-ha-ha ... Senang berbisnis dengan Anda Penatua Han.” Xuan Ji tertawa terbahak-bahak sembari menyimpan kuitansi hutangnya. “Kalau bisa tambahkan juga kolam renang untukku dan ada air terjunnya—”
“Ah, aku lupa ada janji dengan pelanggan! Tolong keluar dari Paviliunku Master Ji,” sela Tang Han sebelum Xuan Ji selesai berbicara.
Kini ia akhirnya mengerti kenapa Xuan Ji dikatakan Pria tua yang paling menyebalkan di Sekte Pedang Abadi. Kalau ia berlama-lama duduk dengan Xuan Ji, mungkin ia akan gila.
“Baiklah, sampai jumpa lagi Penatua Han,” sahut Xuan Ji berjalan dengan santai keluar dari Paviliun Tang Han.
Xiao Yue baru saja selesai membersihkan pekarangan gubuk masternya dan Xuan Ji muncul berjalan kaki menaiki tangga seribu, yang merupakan jumlah tangga yang harus dilangkahi untuk mencapai Puncak Qianyun.
“Pertemuannya sudah selesai, Master?” sapa Xiao Yue tersenyum manis dan menangkupkan tinju untuk menunjukkan rasa hormat.
Xuan Ji mengangguk pelan dan berkata, “Sudah saatnya Aku menilai kemampuan Pedang terbangmu. Tes pertama adalah Kita akan terbang menuju Kota Long Yuan!”
“Tes dengan Pedang terbang?” Xiao Yue merasa tesnya aneh sekali, kenapa tidak tes beladiri saja. Karena semua Kultivator pasti dapat menggunakan Pedang terbang yang hanya perlu mengalirkan energi spiritual ke bilah Pedang dan tehnik meringankan tubuh.
Walaupun merasa ada yang aneh dengan tesnya, Xiao Yue tetap mengeluarkan Pedang pusaka milik Klan Xiao-nya.
Pedang itu bernama Pedang Auman Naga Surgawi. Ukurannya standar saja, tetapi gagangnya memiliki ukiran Naga. Bila Kultivator yang memiliki darah Klan Xiao mengalir di tubuhnya, maka Pedang itu dapat mengeluarkan auman Naga berupa Tornado. Namun, bila bukan garis keturunan Klan Xiao yang menggunakannya, maka Pedang itu sama saja seperti seonggok besi saja.
Itulah mengapa Pemuda yang menghancurkan Klan Xiao tidak mengambil Pedang itu, karena keturunan Klan Xiao sudah tidak ada lagi, maka Pedang itu tidak berguna lagi.
“Bagus, ayo kita pergi!” seru Xuan Ji melompat ke atas bilah Pedang Auman Naga Surgawi yang mengeluarkan energi spiritual Angin tersebut. Dia duduk bersila sembari memejamkan matanya.
Xiao Yue menggertakkan gigi, kesal masternya itu tidak menggunakan tehnik meringankan tubuh sehingga ia harus menggunakan energi spiritual yang sangat besar agar Pedang Auman Naga Surgawi tidak jatuh, karena menahan beban yang berat.
Jarak dari Sekte Pedang Abadi ke Kota Long Yuan adalah Dua hari bila melakukan perjalanan menggunakan Kuda. Namun, karena mereka menggunakan Pedang terbang, hanya dalam satu jam saja mereka sudah sampai ke Kota Long Yuan.
Kabar kedatangan utusan Sekte Pedang Abadi ke Kota Long Yuan telah beredar luas, sehingga saat Xuan Ji dan Xiao Yue sampai di sana. Puluhan orang telah menyambut kedatangan mereka di halaman Kediaman Klan Yan, Klan terbesar di Kota Long Yuan.
“Anakku, kerahkan seluruh seni beladiri rahasia yang ayah ajarkan padamu agar Kamu menjadi Manusia Abadi seperti mereka!” seru seorang Ayah yang menemani anaknya ikut seleksi menjadi murid Sekte Pedang Abadi.
Remaja Lima belas tahun yang sedang menengadah menatap Xiao Yue terbang di langit itu langsung mengepal tinju. “Baik, Ayah! Aku akan menjadi Manusia Abadi dan menaikkan menjaga Klan Wan hingga Seribu tahun kemudian!”
Para penduduk biasa sering menyebut Kultivator sebagai Manusia Abadi, karena usia Kultivator itu dapat mencapai Seribu tahun bila Kultivasi mereka mencapai puncaknya atau Ratusan tahun untuk Kultivator Ranah rendah.
“Mimpimu terlalu tinggi Wan Yunsheng, hanya tuan muda kami saja yang akan menjadi murid Sekte Pedang Abadi!” cibir remaja gendut yang berjalan mengikuti tuan muda Klan Yan. “Kuberitahu pada kalian, orang biasa tidak akan bisa menjadi Manusia Abadi. Bahkan sudah lama tidak ada Kultivator yang diterima di Sekte Pedang Abadi dari Kota Long Yuan. Aku yakin hanya tuan muda kami yang jenius saja yang akan diterima nantinya,” katanya dengan bangga.
Wan Yunsheng menundukkan wajahnya dan merasa apa yang dikatakan remaja gemuk itu memang benar. Dalam sejarah keluarga Wan, tidak ada Kultivator hebat dan Klan Wan berdiri kokoh di Kota Long Yuan karena hanya memiliki lahan pertanian diluar Kota atau Klan-nya lebih cocok menjadi Klan Petani saja.
“Jangan meremehkan mereka Yan Chung,” sela tuan muda Yan yang sebenarnya bangga bawahannya itu mempopulerkan dirinya kepada kerumunan orang-orang yang juga hendak ikut seleksi murid Sekte Pedang Abadi tersebut. “Kadang-kadang Pahlawan itu terlahir dari mereka yang bukan siapa-siapa.” Dia berkata seolah-olah dirinya adalah tuan muda yang bijaksana dengan sudut bibir memancarkan senyuman tipis.
“Kyeaaaaa! Tuan muda Yan baik sekali, dia juga sangat tampan!”
“Andai saja aku berasal dari keluarga terpandang, maka aku akan menyuruh keluargaku menjodohkan diriku dengannya.”
“Tolong jadikan aku selirmu tuan muda Yan!”
Para gadis remaja memuji-muji tuan muda Yan layaknya idola, sehingga senyuman tuan muda Yan semakin lebar.
“Jangan patah semangat Yunsheng! Bukankah kamu sudah bisa mengeluarkan energi spiritual? Kamu pasti akan diterima,” bisik Ayah Wan Yunsheng.
“Baik, ayah,” sahut Wan Yunsheng. Namun, ia ragu akan diterima di Sekte Pedang Abadi, karena energi spiritual yang ia keluarkan hanya kobaran api sebesar kepalan tangan saja.
Tiba-tiba seorang Pria Dewasa mengenakan penutup wajah melintas di sebelahnya. Dia terkejut melihat pakaian Pria itu dipenuhi noda darah yang telah mengering. Disebelah Pria itu berjalan gadis berusia Sepuluh tahun dengan ekspresi wajah murung.
“Paman Zi, apakah aku tidak bisa ikut denganmu saja? Semua keluargaku telah dimusnahkan, hanya Paman seorang saja yang kumiliki sekarang,” bisik gadis kecil itu yang membuat Wan Yunsheng semakin terkejut dan menyadari menjadi lemah adalah sebuah kesalahan, karena tidak menutup kemungkinan ia dan keluarganya akan dihabisi oleh sosok kuat suatu hari nanti.
“Tempat yang aman untuk nona muda adalah disebuah Sekte Beladiri,” sahut Pria itu. “Setelah nona muda mencapai Ranah Kaisar Surgawi. Tolong balas dendam Klan Zi kita dan hancurkan Klan Duan!”
Ayah Wan Yunsheng terkejut mendengarnya, karena Klan Duan adalah salah satu Klan besar di bagian tengah Benua Tianlong. Di sanalah juga pusat Aliansi Beladiri berada dan juga Sekte-Sekte besar.
Dia juga merasa Pria asing itu memancarkan Kekuatan yang sangat besar, jauh lebih besar dari Ketua Klan Yan—yang merupakan Kultivator terkuat di Kota Long Yuan.
Dia yakin mereka sedang dikejar-kejar oleh Klan Duan dan mungkin pengejar itu akan sampai ke Kota Long Yuan. Kalau itu sampai terjadi, maka Kota Long Yuan mungkin akan hancur bila mereka bertarung di sini.
“Semoga saja apa yang kupikirkan tidak terjadi,” gumamnya gelisah dan khawatir dengan keselamatan istri serta anak-anaknya yang ia tinggalkan di kediamannya yang berada di pinggiran kota Long Yuan tersebut.
“Cih, kelihatannya Guru dari Sekte Pedang Abadi itu sangat lemah sekali, tetapi Aku tidak punya pilihan lain. Lima saudaraku yang menghadang para pengejar dari Klan Duan mungkin telah terbunuh,” pikir Pria yang dipanggil oleh gadis kecil sebagai Paman Zi tersebut.
Keselamatan nona mudanya adalah prioritas utamanya walaupun ia harus meregang nyawa.
...***...
“Selamat datang di Kota Long Yuan, Master Ji,” sapa Ketua Klan Yan sembari menangkupkan tinju untuk menunjukkan rasa hormat.
“Selamat datang Penatua Ji!”
“Selamat datang Penatua Ji!”
Para Ketua Klan lainnya juga menyapa Xuan Ji yang baru saja turun dari Pedang terbang Xiao Yue.
Dia menaruh kedua tangannya ke belakang dan mengangguk pelan membalas sapaan para Pria yang sebenarnya lebih tua darinya itu, karena usia Xuan Ji saat melawan Kaisar Iblis adalah Tiga Puluh tahun dan sekarang sudah Sepuluh tahun berlalu, yang berarti usianya baru Empat Puluh tahun saja.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!