Malam hari
Terlihat ada seorang wanita yang sedang sibuk berdiri didepan meja kasir melayani pesanan para tamu.
"Mohon di tunggu sebentar."Ia pun segera menghampiri temannya yang berdiri di pojokkan.
"Pesanan meja Nomor 2."
"Oke siap." wanita itu langsung membuat pesanan pelanggan . Sedangkan dia kembali ke meja kasir, tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 11 malam.
"Sakit semua badan." kata wanita itu yang mengeluh kelelahan.
"Ini buat kamu."
"Buat aku." tunjuk kearah dirinya sendiri.
"Mau apa tidak, kalau kamu tidak mau aku minum." dengan cepat dia mengambil.
"Kebetulan aku haus." ucap Jovita yang kehausan yang sedari tadi dia tahan.
"Buat aku mana, kenapa kamu habiskan." protes Nina.
"Kamu ambil sendiri." jawab Jovita yang hampir menghabiskan minumannya.
"Dasar kamu ya." ucap Nina dengan nada kesal.
"Aduh pelitnya. "jawab Jovita yang langsung menggoda Nina, Nina langsung mengambil minuman dari tangan jovita.
"Besok kamu masuk shift siang lagi kan?" tanya Nina pada Jovita.
"Iya, besok aku masuk siang lagi. Setelah itu besok lagi aku masuk pagi." Jovita menjelaskan pada Nina.
"Ya sudah kalau itu maunya kamu. " ucap Nina yang mengikuti apa keinginan dari temannya.
Pada akhirnya mereka bisa pulang, Jovita pulang jalan kaki. Sudah 1 tahun ini Jovita hidup di kota sendirian , dia pun hanya tinggal di kontrakkan kecil pinggir kota.
Setelah jovita berjalan melewati lorong gang sempit, dia tak sengaja melihat ada pria yang duduk di lantai bersandarkan didepan pintu kontrakkan.
"Kamu kenapa? " tanya Jovita , Pria itu terlihat lemas dengan wajah pucat. Jovita sontak kaget dengan apa yang dia lihat.
"Ya ampun kenapa kamu luka seperti ini".
Dengan cepat Jovita membantu pria itu. "lebih baik kamu masuk ke dalam." Jovita mencoba membantu pria itu, dia mencoba membantu berdiri.
"Ayo masuk ke dalam." ajak Jovita yang mencoba menuntun pria itu.
"Berat amat badan pria ini." batin Jovita yang mengeluh betapa beratnya pria itu.
Pada akhirnya Jovita mencoba meletakkan pria itu di tempat tidur miliknya.
Jovita pun segera menutup kembali pintu kontrakan. "Semoga aman." batin Jovita, nampak terlihat pria itu sedang menahan kesakitan , Jovita segera lari mengambil kotak obat.
Perlahan - lahan dia mengobati pria itu, pria itu masih berusaha bertahan menahan rasa sakit itu.
"Kalau kamu merasakan sakit bilang ya." ucap Jovita yang memberikan kode pada pria itu.
Perlahan-lahan dia membuka baju pria itu. "Ya ampun ternyata benar perut yang luka" batin Jovita , Perlahan-lahan dia mengobati luka pada pria itu.
Setelah selesai pria tadi langsung tertidur. Jovita yang melihatnya dia segera mencuci baju pria itu.
Setelah selesai mencuci baju pria itu, dia segera mengambil makanan mie instan dengan tambahan telur.
Makanan sederhana tapi lumayan untuk melawan rasa kelaparan. Jovita pun balik ke kamarnya, melihat kondisi dari pria yang dia tolong.
Ternyata pria itu sudah tertidur.
"Ahhhh, ngantuk juga." kata Jovita yang sudah terlihat lelah dan ngantuk apa lagi waktu sudah menunjukkan pukul 1 malam.
Dia pun tiduran disamping Pria itu, dia memberikan pembatas guling antara mereka berdua.
Jovita langsung tertidur dengan wajah polosnya. Tiba-tiba saja Pria itu langsung membuka matanya, sontak dia kaget dengan kehadiran seseorang wanita tepat disampingnya.
"Cantik." satu kata yang keluar dari mulut pria itu.
"Terimakasih sudah menolongku." batin pria itu, tiba-tiba saja pria itu tersenyum.
Pria itu langsung kembali tertidur disamping Jovita dengan damainya mereka berdua tiduran 1 ranjang bersama walaupun ada guling sebagai pembatas mereka berdua.
Pagi hari
Matahari mulai menampakkan cahayanya, 2 insan masih terlelap tidur.
"Aahhhh" Jovita baru saja bangun tidur. Dia melirik kearah sampingnya, pria itu masih tertidur dengan raut wajah yang sedikit pucat.
"Kenapa ya, dari semalam dia belum sadar juga." Batin Jovita yang mengecek keadaan pria itu.
Jovita langsung bangun, dia segara mencuci muka. Setelah itu dia ke dapur membuat minuman hangat,hanya ada teh tidak ada yang lainnya.
Jovita membuat 2 gelas minuman teh untuk dirinya dan pria itu yang masih terbaring lemah.
"Eh kamu sudah sadar juga." Jovita memberikan minuman teh hangat pada pria itu.
"Kamu minum mumpung dulu mumpung masih hangat." ucap Jovita, yang begitu menikmati teh hangat buatannya sendiri.
Pria itu masih saja terdiam, memandang wajah jovita. Jovita pun merasa risih dengan cara pandang pria itu padanya.
Jovita langsung ke dapur membuat sesuatu, dia membuat bubur untuk pria itu.
Setelah selesai dia langsung memindahkan bubur itu ke mangkok.
Pria itu duduk terdiam melihat sekeliling ruangan yang penuh dengan foto.
"Ini ada bubur untukmu." mangkok itu langsung dihadapkan pada pria itu.
"Bubur?"
"Iya, kamu kan lagi sakit. Lebih baik kamu makan bubur untuk sementara waktu." kata Jovita , pria itu mencoba mengambil mangkok itu dan mencoba memakan bubur itu.
"Enak juga." batin pria itu
Sedangkan Jovita juga makan bubur yang sama yang dia berikan pada pria itu.
"Kurang lengkap kalau tidak ada krupuk." kata Jovita sembari menikmati bubur itu.
Dengan cepat pria itu langsung menghabiskan bubur itu, Jovita yang melihatnya hanya bisa menggelengkan kepala.
"kelaparan ya, cepat amat bubur milik kamu sudah habis ." ucap Jovita , pria itu memilih diam saja tak mau bicara.
"Aku sudah mengurus kamu semalaman, jika kamu sudah sembuh silakan keluar dari tempat ini." Jovita mengusir pria itu.
Pria itu sempat kaget, dengan mudahnya wanita berbicara seperti itu padanya.
"Dengar tidak yang aku bilang." pria itu hanya membalas dengan anggukkan.
"Bagus kalau kamu ngerti, siang nanti aku mau masuk kerja. Jadi kalau bisa sebelum siang nanti kamu harus keluar dari tempat ini." kata Jovita pada pria itu.
"Siapa nama kamu?" tanya Jovita .
"Neo." jawab pria itu, Jovita membalas dengan anggukkan.
"Aku kira kamu tidak bisa ngomong." ucap Jovita yang melihat pria itu lebih banyak diam.
Pria itu melirik langsung kearah Jovita dengan tatapan tajam.
"Tenang, jangan seperti itu." ucap Jovita yang melihat ekpresi marah dari pria itu.
"Siapa namamu?" tanya pria itu.
"Namaku Jovita."
"Dimana jaket dan bajuku?"tanya Neo pada wanita itu.
"Aku cuci semua dan ini barang milikmu." Jovita menyerah dompet dengan handphone milik pria itu.
Neo langsung menghubungi seseorang.
"Cepat jemput, aku kirim lokasinya." Neo dengan cepat mengirim lokasi lewat handphonenya. Sedangkan Jovita mengambil baju dan jaket milik pria itu yang sudah dia bersihkan dari noda merah.
"Ini baju dan jaketmu." Neo langsung menerima baju dan jaket miliknya.
"Aku akan dijemput sekarang." ucap Neo yang sudah mengabari seseorang untuk menjemput dirinya.
"Lebih cepat lebih bagus." Jovita langsung melanjutkan pekerjaannya di dapur.
Sedangkan Neo masih duduk terdiam menunggu kedatangan seseorang yang akan menjemput dirinya.
Jovita sudah selesai dengan pekerjaan rumahnya , kini Jovita duduk santai diruang tamu .
Jovita baru mengingat jika 2 hari yang lalu dia diberikan pudding oleh sahabatnya, dia pun segera membuat pudding pemberian dari sahabatnya. Setelah selesai membuat pudding, dengan cepat dia letakkan di cetakan agar-agar.
40 menit kemudian, pudding Itu akhirnya jadi juga. Dia membawa ke depan dan membaginya bersama Neo .
"Ini untukmu." Neo menoleh Jovita, dia memberikan pudding untuknya.
"Pudding?"
"Iya, cepat kamu makan." Jovita pergi ke dapur mengambil tissu. Sedangkan Neo tersenyum, karna sebenarnya Neo menyukai makanan manis seperti pudding .
"Oh ya, kamu mau pulang jam berapa?" tanya Jovita pada Neo.
"Mungkin 1 jam lagi, aku akan dijemput." jawab Neo, Jovita membalas dengan anggukkan.
"Baiklah, kebetulan aku jam 3 akan kerja." jawab Jovita yang menikmati Pudding yang dia buat.
"Kerja dimana?"
"Kerja di cafe." jawab Jovita , setelah selasai dia kembali ke dapur membereskan dapur.
Neo duduk melihat sekeliling ruangan yang terdapat foto Jovita dengan keluarganya terdiri dari ayah dan ibunya dengan kedua adiknya.
Neo diam-diam mengambil foto itu, dengan handphonenya. Jika dilihat dari foto itu, nampak ada kebahagiaan diantara mereka, yang diam-diam membuat Neo sedikit rasa iri pada gadis itu.
"Tok... Tok...." Jovita lari membuka pintu itu. Ternyata ada seorang pria yang berdiri didepan pintunya, pria itu memakai jas hitam.
"Cari siapa ya ?" tanya Jovita
"Saya ingin jemput tuan Neo." ucap pria itu.
"Kamu siapanya?"
"Saya Asistennya." jawab pria itu.
"Baiklah silakan masuk, kebetulan dia ada didalam kamar ." Jovita menuntun pria itu.
"Tuan." pria itu lari mendekati Neo.
"Cepat angkat aku." pria itu membantu tuannya bangkit dari tempat tidur. Kini Neo dan asistennya berjalan keluar, tanpa sepatah kata pria itu berbicara.
"Tidak bilang terima kasih, malah langsung pergi ." ucap Jovita yang kesal pada pria itu. Jovita pun menutup kembali pintu kontrakkan , dia pun membereskan kamarnya yang berantakkan yang dipakai pria itu.
Jovita kembali merapikan bajunya yang belum dia lipat.
Ditempat lain
Neo masih duduk di dalam mobil bersama asistennya.
"Kamu selidiki mereka, cari keberadaan mereka. Setelah itu bawa mereka ditempat semestinya ." perintah Neo pada asistennya.
"Baik tuan, akan saya kerjakan. Apa sekalian saya panggilkan tuan Arsal? " tanya Milano pada tuannya.
"Tidak, sebaiknya kamu cari informasi tentang gadis itu."
"Maksud tuan wanita yang menolong tuan?" tanya asistennya.
"Iya, cari infomasi tentang gadis itu, aku penasaran siapa dia sebenarnya."
"Sepertinya wanita itu tidak takut denganku." Milano memastikan apa yang dia dengar.
" Baru kali ada gadis berani denganku." Neo merasa kesal dirinya diperlakukan seperti itu.
"Aneh sekali, banyak wanita yang sering menggoda tuan. tapi gadis itu menolak mentah-mentah tuannya. Apa ketampanan tuannya berkurang." batin Milano yang penasaran melihat wajah dari tuannya.
"Jangan mengumpat kamu!" sontak Milano kaget.
"Siapa yang mengumpat tuan."
"Terlihat dari wajah kamu, jangan kamu pikir aku tidak tahu." ucap Neo yang kesal pada asistennya.
"Maaf tuan." permintaan maaf dari Milano asistennya.
Sore hari
Jovita akhirnya selesai dengan pekerjaannya, kini saatnya dia duduk santai melihat berita dimedia sosial. Tiba-tiba handphone Jovita berdering.
"Hallo, ada apa."
"kangen nih, nggak asyik nggak ada kamu."
"Dasar lebay." jawab Jovita .
"Ih dibilangin tidak percaya."
"Bukannya hari ini kamu kerja masuk shift pagi? " tanya Jovita .
"Memang ."
"Ya udah sana kerja, malah asyik telepon."
"Mumpung lagi sepi." jawab Nina dengan tertawa.
"Hey bejo, besok malam kamu bisa tidak keluar? "tanya Nina teman kerja jovita.
"Bejo pala elo, kenapa kamu ngajak keluar, paling-paling aku jadi obat nyamuk." Jovita kesal setiap mereka keluar pacar Nina ikut dengan mereka, sampai dia merasa seperti obat nyamuk melihat kemesraan mereka.
"Untuk malam ini tidak, kebetulan pacarku lagi pergi keluar kota."
"Kenapa dia pergi keluar kota?" tanya Jovita pada Nina.
"Ya kerjalah." jawab Nina, yang sedang berdiri didepan kasir.
"Aku kira mau kawin sama orang lain ." jawab Jovita, reaksi Nina langsung kaget.
"Enak saja kamu ngomong." sontak membuat Jovita tertawa terbahak-bahak.
"Kenapa kamu tertawa."
"Tidak apa-apa." jawab Jovita yang masih menahan tawa.
"Ya sudah aku matiin dulu ya, ada tamu nih. dada sayangku bejo." telepon langsung terputus.
"Dasar tuh anak." Jovita tiduran di atas kasurnya.meluangkan waktu Istirahat dari segala aktivitasnya, apa lagi jam 3 sore dia harus bekerja hingga malam.
Rasanya badan remuk semua, dari semalam dia kelelahan hingga dia kurang tidur.
Tapi mau bagaimana lagi dia harus bertahan, apa lagi dia tinggal dikota untuk mencari uang untuk keluarganya di kampungnya.
Dia harus jauh dengan kedua orangnya dan kedua adik-adiknya yang memang adiknya membutuhkan biaya untuk pendidikan mereka. Dari itulah Jovita membantu kedua orang tuanya.
Neo baru saja sampai di mansion, beberapa pelayan kaget dengan keadaan tuannya yang tanganya terbalut kain kasa ditangan kirinya dengan perutnya.
"Neo." datanglah seorang laki-laki tua lari menghampirinya.
"Kakek." Neo kaget dengan kehadiran kakeknya.
"Ada apa dengan tanganmu, kenapa tanganmu luka seperti ini."
"Hanya luka ringan kek." sontak membuat kaget laki-laki tua itu.
"Apa ada orang yang sedang menganggumu?"tanya kakek Arthur.
" Iya, tapi Neo belum tahu siapa, Milano sedang menyelidikinya." ucap Neo yang posisi diruang tamu duduk dengan kakeknya.
"Kakek khawatir, semalam kamu tidak pulang. Sebenarnya semalam kamu kemana?" tanya kakek Arthur .
"Semalam Neo diselamatkan seseorang, dia juga mengobati luka Neo." Neo menceritakan apa yang terjadi padanya.
"Syukurlah jika tidak terlalu parah." ucap kakek Arthur.
"Ya sudah, Neo ingin istirahat saja kek."
"Baiklah jika kamu ingin istirahat." akhirnya Neo menuju kamarnya, sedangkan kakek Arthur menemui beberapa pelayan.
"Kamu urus segala keperluannya dia."
"Baik tuan besar." Kakek Arthur pergi menyelesaikan pekerjaannya.
Waktu makin siang, Jovita baru saja bangun dari tidurnya. Jovita mencoba melihat jam di dinding kamarnya.
"Baru jam segini." Jovita bangkit dari tempat tidurnya, lalu dia pergi kedapur mencari minuman.
"Kerja shift sore lagi." dia mengeluh karna sudah dua hari ini dia bekerja di shift bagian sore. Jovita segera mempersiapkan baju kerjanya,tidak lupa dia membawa cemilan yang selalu ada di tasnya.
Pekerjaan rumah sudah beres, kini dia mempersiapkan diri untuk dia kerja nantinya. Terlihat Jovita sudah rapi dengan baju kerjanya, Jovita bergegas berangkat sebelum dia terlambat.
Dia berangkat dengan menaiki kendaraan angkutan umum, mungkin hanya 15 menit perjalanan untuk sampai di tempat tujuannya.
Didalam Cafe ada Nina dan Thomas yang sedang melayani tamu. Jovita pun menghampiri Nina didepan kasir.
"Gimana selesai?" tanya Jovita pada Nina,spontan memeluk sahabatnya itu.
" Sudah, oh iya besok kamu kerja bagian shift pagi sama aku ya. Thomas tadi bilang ama gue kalau dia paginya ada acara, jadinya dia ambil shift sore." ucap Nina yang memberitahukan pembagian shift kerja.
"Okelah, aku ngikut saja." jawab Jovita yang sudah siap kerja menggantikan Nina.
"Mana si John? "tanya Nina.
"Dia masih dibelakang,masih ngecek stok barang digudang." jawab Jovita yang sudah berdiri dimesin kasir.
"Ya udah bestie aku tinggal dulu ya."
" Dada Bejo." tiba-tiba Jovita melempar gelas plastik kearah Nina.
"Aduh kepala aku kena." gelas plastik itu mengenai rambutnya.
" Bejo." ucap Nina, tapi yang lebih parahnya. Jovita mengangkat mesin blender yang seakan dia ingin lempar ke arah Nina.
Nina langsung melarikan diri
" Dasar tuh anak, baru mulai kerja sudah buat kesal." alat blender itu dia kembalikan ketempatnya.
"Kenapa kamu angkat mesin blender?"tanya teman kerja.
"Pengen aku lempar langsung ke mukanya Nina, baru mulai kerja sudah buat kesal aja." jawab Jovita yang kesal dengan kelakuan sahabat satu ini.
"Kalian itu ya, baru kumpul sebentar udah buat kekacauan." ucap John yang merasa heran keduanya yang tak pernah akur.
" Gara-gara tuh anak yang mulai duluan." jawab Jovita , John pun lebih memilih meninggalkan Jovita daripada mendengar omelannya.
"tok ..tok "
"Masuk" datanglah pelayan yang membawa nampan berisi makanan. Dari belakang ada Milano yang berdiri dibelakang pelayan.
"Tuan, saya hanya ingin memberikan informasi penting untuk tuan ini Mengenai gadis itu tuan."
"Ceritakan dengan detail." ucap Neo yang sedang menunggu laporan dari Milano.
"Gadis itu bernama Jovita lauren, nona Jovita ini bekerja di cafe sebagai pelayan dicafe. Memiliki dua adik perempuan dengan orang tua yang masih lengkap di kampungnya ." Milano melaporkan hasil dari penyelidikannya.
"Jovita lauren ." Neo baru mengetahui nama lengkap wanita itu.
"Bagaimana tuan, apa ada yang masih kurang dari informasi yang saya laporkan? "tanya Milano pada tuannya.
"Kamu pantau dia." sontak membuat Milano kaget.
"Maksud tuan, untuk mengawasi wanita itu tuan."
"Iya, kamu pantau pergerakkan wanita itu." Neo terlihat berbeda seperti tidak biasanya. jujur saja jika tuannya sebenarnya anti dengan wanita. Tetapi setelah dia mengenal wanita itu, semua berubah pada diri tuannya.
"Baik tuan akan saya kerjakan." jawab Milano.
"Bagaimana kondisi diperusahaan? "tanya Neo pada Milano.
"Masalah perusahaan sudah ada Nick yang mengurusnya, apa lagi tuan besar sudah menunjukkan langsung kepada Nick untuk mengerjakan pekerjaan kantor." jawab Milano.
" Kakek?"
" Iya tuan, tuan besar langsung menyerahkannya pada Nick, mengingat tuan sedang dalam keadaan sakit ."
" Baiklah." jawab Neo yang hanya mengikuti perintah kakeknya.
Milano akhirnya keluar dari kamar Neo, kini hanya ada Neo yang duduk menikmati makanan yang sudah disiapkan.
" Jovita Lauren, namamu bagus seperti wajahmu." Neo tersenyum mengingat betapa dia terlihat cantik disaat dia tertidur.
" Jika ada waktu, aku ingin menemuimu untuk kedua kalinya." Neo nampak terlihat seperti orang jatuh cinta.
Dilain tempat
Jovita baru selesai melayani tamu. "terima kasih atas kunjungannya." ucap Jovita pada pelanggannya.
"Akhirnya selesai juga, bisa istirahat sebentar nih." Jovita duduk dikursi sembari mengambil selembar kertas untuk dia jadikan kipas di tangannya.
"Nih, buat Kamu." John memberikan segelas minuman orange jus untuk Jovita .
" Segernya." ucap Jovita .
"Oh iya Vit, besok kamu masuk shift pagi sama Nina ya? " tanya John pada Jovita, Jovita membalas dengan menganggukkan kepala.
John pun kembali kebelakang menyelesaikan pekerjaannya.
Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam, mereka baru saja selesai menyelesaikan tugas mereka.
"Akhirnya kita bisa pulang." ucap Jovita yang sembari duduk didepan mesin kasir.
"Aku tutup sekarang pintunya ya." John segera menutup pintu dan satu-persatu jendela dia tutup juga, sedangkan Jovita menulis sesuatu dibuku tentang laporan keuangan.
"Ayo John kita pulang." ajak Jovita .
"Ayo, oh iya ini kuncinya." John memberikan kunci itu pada Jovita , karna dia yang akan masuk bagian shift pagi.
"Oke boss." Jovita menerima kunci itu, akhirnya mereka berpisah. Jovita pulang jalan kaki, sembari menikmati angin malam. Di jalan masih penuh kendaraan lalu lalang keluar masuk dijalanan.
Tiba-tiba saja Jovita berhenti berjalan, menengok kearah belakang." Kok rasanya ada orang yang ngikuti aku." batin Jovita yang bingung.
Jovita langsung berjalan dengan cepat, dia mulai was-was jika terjadi sesuatu dengan dirinya.
Jovita sudah masuk ke dalam gang, suasana digang sepi dan gelap. Jovita berlarian, dia mulai ketakutan. Setelah sampai di kontrakkannya, Jovita langsung mengunci rumahnya.
"Akhirnya aku selamat." dia duduk jongkok dibelakang pintu.
" Kok hidup aku makin tidak tenang seperti ini ya, tapi beneran waktu dijalan tadi ada seseorang yang ngikutin aku dari belakang." Jovita makin diliputi rasa ketakutan.
"Gara-gara ketemu pria itu, hidup aku makin apes seperti ini ." batin Jovita yang pada awal ketakutannya setelah kehadiran pria yang tidak dia kenali.
Sedangkan diluar ada seorang pria berdiri didalam gang dengan penutup kepala topi hitam.
"wanita itu sudah pulang dari tempat kerjanya, sekarang dia sudah ada dikontrakannya ." ucap pria misterius itu.
Pria itu langsung mematikan sambungan teleponnya lalu dia segera pergi jauh dari tempat itu. Karna tugasnya sudah selesai.
Di lain tempat
Neo sedang duduk santai di kamar dengan ipad miliknya, mengecek beberapa laporan dari Nick.
"tok.. tok..."
"Masuk" datanglah Milano menghampiri Tuannya.
"Maaf tuan, saya hanya melaporkan jika nona Jovita baru saja pulang dari tempat kerjanya." Neo langsung merespon dengan anggukkan.
" besok kamu antarkan aku ke tempat kerjanya." ucap Neo yang ingin bertemu dengan gadis itu.
"Baik tuan." jawab Milano, dia segera mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan tuannya.
Milano segera keluar dari ruangan itu, sedangkan Neo mencari sesuatu pada galeri foto di Handphone miliknya.
"Besok kita akan bertemu lagi cantik." ucap Neo yang sudah benar-benar jatuh cinta dengan wanita yang bernama Jovita.
Sedangkan Jovita sedang menikmati bubur instan yang dia beli dimini market. Selesai dia makan, Jovita langsung masuk ke kamarnya. "Besok kerja masuk shift pagi." batin Jovita yang sedikit merasa kelelahan. Jovita langsung tertidur di kasur hangatnya.
Pagi hari
Pagi-pagi sekali Jovita sudah bangun dari tidurnya. Jovita langsung disibukkan dengan pekerjaan rumah , apalagi dia masuk shift pagi.
"Akhirnya beres juga. " Dia mulai bergegas ke kamar mandi, baju kerja sudah dia persiapkan.
Setelah selesai mandi, dia mulai siapkan tas yang nantinya akan dia bawa ditempat kerja.
"Akhirnya selesai juga ." Jovita sudah rapi dengan baju kerjanya. Dengan cepat dia berangkat takutnya dia telat datang.
Jovita segera menutup dan mengunci pintu rumah kontrakkannya. Hari ini dia berangkat seperti biasanya menaiki transportasi umum, tak terasa dia sudah sampai didepan Cafe.
"Krekkk" dia membuka pintu depan Cafe, setelah itu dia pergi ke ruang loker belakang meletakkan tas miliknya.
Dia segera mengambil alat pel dan kain lap membersihkan seluruh ruangan dan meja yang tertata rapi.
"Hallo besti selamat pagi." teriak Nina pada Jovita yang baru saja selesai mengepel lantai.
"Akhirnya kamu nonggol juga." ucap Jovita yang baru saja selesai membersihkan lantai.
Tiba-tiba Jovita melempar kain lap
"Aduh, baru saja datang sudah di lempar kain kayak gini." ucap Nina yang kesal pada Jovita.
"Aku sudah membersihkan lantai jadi tugasmu bersihkan kaca sama meja." Jovita pergi membawa seember air kotor bekas pel.
"Iya-iya, tapi bentar dulu. Aku mau ke belakang dulu." pamit Nina yang ingin meletakkan tasnya ke dalam loker belakang.
Jovita kembali ke tempat kerjanya menata gelas yang masih tertumpuk di meja pojokkan, sedangkan Nina sibuk membersihkan meja dan kaca.
"Gimana Jo, nanti malam kamu bisa tidak keluar?"
"Memangnya mau keluar kemana?" tanya balik Jovita yang sedang menata gelas dimeja.
"Biasa nongkrong." jawab Nina.
"Ya sudah." jawab singkat Jovita yang sudah berdiri didepan meja kasir.
"Oke nanti jam 7 di tempat biasanya." Jovita membalas dengan anggukkan. Mereka melanjutkan pekerjaan mereka masing-masing.
Jovita terlihat sibuk mengisi buku, semuanya pun sudah siap tinggal mereka menunggu kedatangan tamu.
Di tempat lain
Neo sedang menikmati sarapan pagi.
"Ini tuan." meletakkan segelas kopi hitam di sampingnya.
"Neo." terdengar ada orang memanggil namanya.
"Kakek." ucap Neo yang langsung menoleh kearah samping.
"Bukannya kamu masih sakit."
"Neo sudah sembuh kek." jawab Neo yang terlihat sehat bugar.
"Lebih baik kamu istirahat,masalah pekerjaan kantor sudah kakek suruh Nick yang mengurusnya ." ucap kakek Arthur.
"Tidak kek, pagi ini Neo ada rapat mendadak mau tidak mau Neo harus hadir." ucap Neo yang masih sibuk menyelesaikan pekerjaannya.
Kakek Arthur terdiam, dia mengakui betapa keras kepala cucunya itu.
"Baiklah jika itu maumu, tapi ingat pesan kakek. Berhati-hatilah kakek yakin mereka tak akan berhenti menganggumu." kakek Arthur memberikan peringatan pada cucunya.
"Untuk masalah itu Neo sudah tahu kek." Neo segera berdiri dari tempat duduknya.
"Ya sudah kek, Neo mau berangkat sekarang." pamit Neo yang sudah siap dengan baju kerjanya.
Kakek Arthur membalas dengan anggukkan.
Neo sudah ada di dalam mobil bersama Asistennya, Pagi ini Neo berangkat bersama Milano.
"Tuan."
"Apa?" tanya Neo yang sibuk memeriksa handphone miliknya.
"Saya ingin melaporkan jika nona Jovita masuk kerja shift pagi ini." seketika Neo menghentikan pekerjaannya.
"Pagi." Neo mulai memikirkan sesuatu.
"Nanti siang kita kesana." ucap Neo yang tak sabar bertemu dengan wanita itu.
"Baik tuan." jawab Milano, sebenarnya Milano penasaran dengan tuannya yang dari awalnya anti dengan wanita tapi sekarang majikannya mulai mengejar wanita.
"Apa boss tertarik pada wanita itu." batin Milano yang selama ini tahu jika majikannya tak pernah berurusan dengan wanita.
Neo pun sudah sampai di depan kantornya, beberapa karyawan menyambut kedatangan atasan mereka.
"Selamat pagi tuan."
"Pagi." jawab Neo yang menjawab dengan ekpresi dingin. Beberapa dari mereka berbisik-bisik.
"Makin tampan." ucap wanita itu dengan lirih.
"Bukan hanya tampan saja tapi kaya juga." jawab wanita satunya.
Neo pun sudah terbiasa dengan ucapan mereka, dia pun tak memperdulikan ucapan mereka.
Neo menaiki lift menuju lantai 10,dimana itu lantai ruang kerjanya.
"Milano."
"Iya tuan. " jawab Milano yang berdiri dibelakang Neo.
"Nanti siapkan berkas untuk rapat hari ini." perintah Neo pada Milano.
"Baik tuan." jawab Milano.
"Ting." akhirnya mereka sampai dilantai 10, didepan pintu sudah ada Nick yang menyambut kedatangan tuannya.
"Selamat pagi tuan." sapa Nick pada tuanya.
"Pagi." jawab Neo yang langsung masuk ke ruang kerjanya.
"Maaf tuan, ini berkas yang harus tuan tanda tangani." ucap Nick yang memberikan dokumen yang harus dikerjakan oleh tuannya.
"Baiklah." jawab Neo yang baru sampai di kantor sudah dihadapkan beberapa pekerjaan yang harus dia selesaikan.
Siang hari
Waktu makin siang, situasi di cafe penuh dengan pengunjung. Jovita sibuk dengan mesin kasirnya, Nina sibuk membuat pesanan pelanggan.
"Mohon ditunggu sebentar." ucap Jovita, dia pun lari membantu Nina yang sedang sibuk membuat minuman.
"Ini udah, meja nomor 5." ucap Jovita.
"Yang ini biar aku yang buat, kamu antarkan ini." Jovita segera membantu sahabatnya.
"Oke." jawab Nina yang segera mengantarkan pesanan. Jovita dengan cepat membuat pesanan yang lainnya.
"Itu kentangnya sudah matang, kamu antar makanan dan minuman dimeja 7." ucap Jovita yang sudah selesai membuatkan pesanan pelanggan.
"Oke bejo." seketika dia menatap tajam ke arah Nina, Nina segera lari mengantarkan pesanan di meja 7.
"Sabar...." Jovita mengelus dadanya, beginilah jika 1 shift dengan Nina. Dia harus extra sabar.
Jovita kembali ke meja kasirnya, dia mengecek buku lagi. Sedangkan Nina membersihkan meja dan mengambil piring dan gelas kotor yang ada dimeja.
Di siang hari ini mereka sudah disibukkan dengan pekerjaan mereka masing-masing.
Di tempat lain, Neo baru saja selesai rapat, dia mengecek jam tangannya.
"Sudah waktunya." ucap Neo yang langsung mendapatkan respon kaget dari Asistennya.
"Waktunya apa tuan?" tanya balik Milano.
"Ayo kita ke tempat kerja wanita itu." ucap Neo yang sudah siap akan keluar.
"Baik tuan." jawab Milano yang bergegas mengambil mobil mengantar tuannya ke tempat cafe itu.
Jovita masih berdiri di depan meja kasir, sedangkan Nina duduk santai menunggu pesanan.
"Susah amat sih di telepon." Nina mengeluh teleponnya tidak di angkat.
"Paling dia lagi sibuk." jawab Jovita yang masih setia berdiri di mesin kasir.
"Tapi nggak kayak biasanya dia seperti itu." ucap Nina yang merasa akhir-akhir ini pacarnya sedikit berubah.
"Coba kamu telepon lagi." ucap Jovita dengan santai.
Di luar Cafe sudah ada Neo yang berdiri didepan pintu Cafe. Di ikuti Milano dibelakangnya, Neo memilih tempat duduk paling belakang dipojokkan.
"Maaf ,tuan mau pesan apa?" tanya Milano pada tuannya,Neo langsung melepaskan kacamata hitamnya.
"Coffee Cappucino." jawab Neo yang tatapannya mengarah ke arah wanita yang selama ini dia ingin temui.
"Baik tuan." Milano segera ke depan kasir.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!