NovelToon NovelToon

Wedding Agreement Mr. Mafia & Ms. CIA

Pengenalan Tokoh

...ELIO MANFREDO...

Sesuai dengan namanya yang memiliki arti seorang yang gagah berani dan berwajah seperti dewa matahari, Elio Manfredo memang memiliki visual sempurna bak seorang dewa.

Elio yang berusia 32 tahun itu merupakan ketua dari VERZI, sebuah klan mafia paling terkenal di Italia bahkan dunia.

VERZI bukan hanya menyebarkan barang-barang haram seperti narkoba dan senjata, tetapi juga terlibat dalam politik, ekonomi, serta korupsi yang luas. Di bawah kepimpinan Elio yang pandai dalam segala bidang, kelompok mafia yang satu ini mengalami peningkatan yang pesat.

Namun suatu hari, Elio di hadapkan dengan dua pilihan, antara tetap mempertahankan bisnis gelapnya atau melanjutkan bisnis keluarga, juga menikah dan memiliki anak seusai keinginan kedua orang tuanya.

Menikah?

Tidak ada kata menikah dalam kamus Elio, terlebih lagi tanpa ikatan pernikahan pun akan ada wanita yang dengan senang hati menghangatkan ranjangnya.

Kepergian sang kekasih yang secara tiba-tiba beberapa tahun lalu membuat Elio frustasi, segala upaya pencarian Elio lakukan namun hasilnya nihil. Kekasihnya itu menghilang tanpa meninggalkan jejak sedikitpun.

Semenjak saat itu, kekejaman Elio bertambah puluhan bahkan ratusan kali lipat. Elio menjadi pria yang haus akan darah serta senang menuntaskan hasratnya dengan wanita yang berbeda setiap malamnya.

...»»——⍟——««...

...JAZLYN CALDWELL...

Kematian secara tragis kedua orang tua dan kakak perempuannya yang terjadi tepat di depan matanya, membuat Jazlyn Caldwell yang saat itu berusia 13 tahun bertekad mencari dan membalas pembunuh tersebut.

Dengan berbekal sebuah tatto gambar bulan dan bintang di punggung tangan si pembunuh keluarganya, bergabung dengan agen berbahaya bernama CIA adalah salah satu cara Jazlyn mencapai tujuannya.

Wanita cantik pemilik mata indah berwarna biru dan berdarah asli Amerika yang berusia 28 itu sudah menjadi anggota CIA selama sembilan tahun lamanya. Bukan hanya cantik dan memiliki otak yang pintar, Jazlyn juga pandai bela diri yang membuatnya menjadi agen CIA paling terkenal di antara yang lain.

Suatu hari, Jazlyn mendapat tugas berupa mencari tahu segala data tentang negara Italia, juga menggagalkan sebuah operasi yang di rencanakan intelijen negara dengan julukan spaghetti itu.

Dengan identitas samaran yang sudah disiapkan oleh negara, Jazlyn menyusup dan menyamar sebagai seorang mahasiswi. Dengan segala keahlian yang dimilikinya, hanya butuh waktu empat bulan bagi Jazlyn untuk menjalankan tugasnya itu.

...»»——⍟——««...

...FIDEL YOSHINO...

Pria pemilik senyuman manis berdarah Spanyol dan Jepang ini berusia 30 tahun, Fidel Yoshino sendiri merupakan dokter Ahli bedah kardiotoraks. Di mana Fidel mengkhususkan diri dalam melakukan operasi pada organ di dada, seperti jantung, paru-paru dan kerongkongan

Fidel yang awalnya bekerja di sebuah rumah sakit terkenal di Singapura, mendapat perintah bahwa ia harus kembali ke negara kelahiran sang ibu dan menjadi dokter utama di rumah sakit yang berada di Kyoto, Jepang. Lewat tangan berbakatnya, banyak pasien yang telah ia selamatkan.

...»»——⍟——««...

...VIVIENNE FABRIZIO...

Wanita berambut pirang alami ini adalah seorang influencer berdarah asli Italia. Tak hanya cantik dan anggun, Vivienne juga memiliki suara emas.

Wanita dengan pengikut di media sosial mencapai jutaan ini sering membagikan video dirinya yang tengah bernyanyi sambil bermain gitar. Hingga suatu insiden yang terjadi 5 tahun lalu membuat Vivienne yang saat itu berusia 23 tahun itu hilang tanpa kabar.

Hal itu tentu membuat gempar keluarga, para penggemarnya di media sosial serta sang kekasih yang selama ini tak pernah ia kenalkan pada dunia, yaitu Elio Manfredo.

Jazlyn Caldwell Sang Agen CIA

TRIESTE, ITALIA.

Sebuah kota yang terkenal akan keindahannya yang berada di tepi pantai utara Italia. Letaknya sangat strategis karena berada di perbatasan slovenia dan bagian utara berbatasan dengan Austria dan Switzerland.

Di sebuah hotel yang terletak di pinggir pantai dekat dengan pelabuhan dan terminal, seorang wanita terlihat berdiri menatap hamparan air dan pasir putih dari balik jendela kamarnya.

Sambil menyeruput kopi hitam dari cangkir yang di genggamnya, wanita pemakai kacamata spy recorder dengan rambut yang di cepol alakadarnya itu mengambil laptop kemudian menumpukan bokongnya di sofa. Jarinya yang lentik dengan cekatan mengetik ratusan kata pada keyboard laptopnya.

Tugas negara yang ia jalankan selama empat bulan ini akhirnya telah selesai. Membayangkan dirinya yang akan kembali ke negara asalnya yaitu Amerika, membuat Jazlyn Caldwell seketika tersenyum senang.

Namun kebahagiaannya itu tak berlangsung lama begitu beberapa pria tiba-tiba menerobos masuk ke kamarnya dan menodongkan pistol ke arahnya. Dengan berpakaian serba hitam, sebuah tulisan berupa "Polizia" pada masing-masing pakaian para pria itu membuat Jazlyn seketika terdiam mengangkat kedua tangannya.

"Jazlyn Caldwell, agen CIA yang menyamar sebagai mahasiswi. Jangan melawan atau mencoba kabur nona! Ikut kami dengan cara baik-baik!" Ujar salah satu polisi dengan sopan kemudian menurunkan pistolnya.

Mata Jazlyn beberapa kali melirik laptopnya yang berada di pangkuannya, laporan tugasnya masih dalam proses pengiriman. Jazlyn memutar otak agar bisa mengulur waktu, yaitu dengan cara mengajak berbicara beberapa polisi di depannya.

Perlahan tapi pasti, Jazlyn bangkit dari duduknya yang seketika membuat para polisi semakin waspada. Setiap pergerakan Jazlyn tak lepas pandangan dari para polisi negara itu.

"Emh, sebenarnya saya tidak memesan layanan kamar tambahan. Jadi,,, sampai bertemu nanti!"

Jazlyn tersenyum miring sebelum akhirnya melemparkan laptopnya keluar yang seketika membuat benda persegi itu menjadi hancur berkeping-keping. Setelahnya, Jazlyn melompat keluar dari jendela yang sama dan terjatuh tepat di atas sebuah mobil. Mengadahkan kepalanya ke atas, Jazlyn langsung berlari tanpa alas kaki apapun.

Melarikan diri di antara beberapa orang yang tengah berlalu lalang, Jazlyn membuat para polisi kesulitan mengikuti langkahnya yang lincah.

Melepas dan membuang kemejanya, Jazlyn yang hanya memakai tanktop hitam dengan tali kecil itu menampilkan tulang bahunya yang indah.

Berjalan dengan santai meski tahu masih ada beberapa polisi di sekitar, Jazlyn mendekati salah satu turis pria dan mengambil kain pantai dari tas pria asing tersebut.

Jazlyn mengikat kain bercorak itu di pinggulnya dan dengan genitnya Jazlyn mengedipkan sebelah matanya kemudian berjalan menjauh dari pria yang masih terpaku dengan kecantikannya itu.

Mengangkat tangan kanannya, Jazlyn mengetuk pelan ujung kacamatanya yang seketika berubah warna menjadi hitam. Kini, Jazlyn menyamar menjadi salah satu turis yang tengah berjemur.

...⋇⋆✦⋆⋇ ...

"Mereka mengetahui identitasku! Bagaimana aku bisa kembali sekarang?"

Di dalam sebuah bilik transparan dengan ukuran yang hanya muat untuk satu orang, terdapat seorang wanita dengan pakaian serba hitamnya menggenggam erat sebuah telepon genggam umum.

Bugh !!!

Dengan kepalan tangannya, Jazlyn kembali memukul kotak berwarna silver dengan tombol berupa angka di depannya. Melihat seseorang berjalan di dekatnya, Jazlyn seketika menundukkan kepalanya yang tertutup sebuah bucket hat berwarna hitam.

Melaporkan kejadian yang di alaminya siang tadi, Jazlyn malah mendapat sebuah perintah yang mengharuskannya agar tetap berada di Italia hingga perintah selanjutnya keluar.

Meletakkan benda berwarna merah yang sejak beberapa waktu ia arahkan ke telinganya, Jazlyn keluar dari bilik telepon umum tersebut kemudian berjalan menyusuri jalan dengan tangan yang berada di kedua saku jaket besarnya.

Berhenti di depan sebuah toko, aroma khas adonan seketika menerobos ke hidung Jazlyn. Beruntunglah saat masuk, tempat tersebut begitu sepi, Jazlyn melangkahkan kakinya dan duduk di salah satu kursi.

Membuka tas hitamnya yang berukuran tak kecil namun juga tak besar, Jazlyn mengeluarkan sebuah buku kecil dan pulpen. Tangannya dengan lincah mencoret kertas tersebut.

Ting !!!

Sebuah lonceng kecil berbunyi yang menandakan pesanannya telah selesai, Jazlyn segera membayar dan membawa pergi kantong berwarna sedikit kecoklatan tersebut.

Kembali melangkahkan kakinya, sebuah kursi yang berada di pinggir jalan yang begitu sepi menjadi pilihan Jazlyn di malam yang sudah larut ini.

Hembusan napas panjang keluar sembari memakan roti cornetto yang sebelumnya ia beli, setelah ini Jazlyn berencana akan pergi ke kota lain dengan menaiki kapal laut.

Saat tengah sibuk dengan segala rencana di kepalanya, empat orang pria bertubuh besar datang entah darimana dan duduk mengelilingi Jazlyn. Keempatnya berbicara menggunakan bahasa Italia yang sayangnya hanya Jazlyn mengerti beberapa kata.

Tak mempedulikan sekitar, Jazlyn tetap melanjutkan makannya dan menyesap minuman kaleng di genggamannya. Saat Jazlyn bangkit dan hendak pergi, salah seorang pria tiba-tiba menahan lengannya.

Bugh !!!

Jazlyn berbalik dengan memelintir tangan pria tersebut dan memberikan bogem mentahnya. Jazlyn menendang jauh pria di depannya dan melayangkan pukulan kepada dua pria lain.

Meski ketiga orang yang di lawannya saat ini adalah pria yang memiliki tubuh dua kali lipat darinya, Jazlyn tak mudah menyerah begitu saja. Melihat pergerakan mereka yang begitu terlatih, Jazlyn berhenti melawan dan berganti dengan mengeluarkan segala trik yang dimilikinya untuk menghindari pukulan yang hendak dilayangkan padanya.

Tanpa Jazlyn tahu, salah seorang pria yang tersisa di belakang tengah memasang sarung tangan dan mengeluarkan sebuah benda berwarna biru yang bentuknya lebih kecil dari permen. Pria itu berjalan mendekat dan menempelkan benda tersebut ke leher bagian belakang Jazlyn.

Tubuh wanita yang sejak tadi mereka incar, seketika itu langsung lemas dan terjatuh. Obat bius itu bekerja dengan baik, keempat pria asing itu segera membopong tubuh Jazlyn dan memasukkannya ke dalam mobil.

Merenggut Kesucian Jazlyn

Melakukan perjalanan menggunakan mobil dengan kecepatan cukup tinggi, keempat pria dengan satu wanita yang perlahan mulai membuka matanya itu akhirnya tiba di depan sebuah bangunan megah.

Wanita itu merasa tubuhnya seakan melayang, wajar saja karena saat ini ia tengah dalam gendongan di bahu salah satu pria. Ia dibawa masuk ke dalam tempat tersebut dan menaiki sebuah tangga besar.

Brukk !!!

Bagaikan koper berisi batu, Jazlyn yang masih antara sadar dan tidak, tubuhnya di banting begitu saja. Kedua tangan dan kakinya yang terikat, membuat Jazlyn hanya bisa mengangkat lemah kepalanya.

Seorang pria dengan punggung lebarnya terlihat berdiri di depan jendela besar dengan gorden sedikit terbuka. Pandangannya yang masih buram di tambah lampu yang temaram, membuat Jazlyn tak bisa melihat dengan jelas siapakah pria itu.

"Dyani Ramadante"

Dengan suara beratnya, pria itu menyebut satu nama wanita yang selama ini dicarinya, dan sayangnya Jazlyn tak tahu siapa. Sementara keempat pria yang sebelumnya membawanya, sudah berjalan pergi meninggalkannya.

"Setelah sekian lama berada di Amerika, akhirnya kau kembali ke tanah airmu."

Pria gagah pemakai kemeja hitam dengan bagian tangan digulung hingga menampilkan lengan kekarnya itu membalikkan tubuhnya dan perlahan menghampiri Jazlyn yang masih mencoba memulihkan kesadarannya.

Mulutnya yang masih terbekap kain, membuat Jazlyn hanya bisa mengerang tertahan begitu rambut panjangnya yang tergerai di tarik ke belakang. Melirik sedikit, Jazlyn melihat ada sebuah dendam yang teramat dalam di mata pria itu.

"Ternyata hanya segini kemampuan Ramadante untuk menyembunyikanmu wanita sialan!"

Rahang yang terlihat mengeras dengan emosi yang sudah menumpuk di kepala, Elio membanting kepala Jazlyn hingga terbentur ke lantai dan seketika itu mengeluarkan darah segar di bagian samping kanan.

Elio sedikit menjauh dari Jazlyn dan kembali dengan membawa sebuah alat panjang berbahan rotan dengan gerigi tajam di sekelilingnya. Elio beberapa kali memutar benda tersebut menggunakan jarinya sebelum akhirnya mengibaskannya pada tubuh Jazlyn.

Untuk ketiga kalinya, Jazlyn kembali harus menahan rasa sakitnya begitu benda tersebut menyentuh kulit mulusnya. Dengan kemampuan seadanya, Jazlyn mencoba melihat dan menanamkan wajah pria itu di otaknya.

Seperti orang yang tengah kesetanan yang tak peduli dengan apapun selain kepuasan, entah sudah berapa sabetan yang Elio layangkan pada Jazlyn, hingga wanita tawanannya itu hanya bisa meringkuk lemah. Jazlyn terdiam merasakan darah berjalan mengalir keluar dari luka di beberapa bagian tubuhnya.

Pada sudut kamar, terdapat jejeran koleksi minuman beralkohol milik Elio, pria itu mengambil sebuah botol minuman bertuliskan Spyritus Rektyfikowany. Membuka kain penutup mulut Jazlyn, dengan tangan kanannya Elio menjepit dan menahan kedua pipi Jazlyn agar mulutnya terbuka, dan tangan kiri memaksa Jazlyn menenggak cairan bening tersebut.

Tak peduli Jazlyn yang sudah tersedak dan matanya memerah, Elio justru terlihat semakin bersemangat memasukkan air yang disebut sebagai minuman terkuat dengan kadar alkohol tertinggi di dunia itu ke tenggorokan Jazlyn.

Bukan hanya tubuh yang terasa sakit, Jazlyn juga merasa perutnya seakan ingin meledak dengan rasa panas yang semakin menjadi. Air mata, keringat dan darah Jazlyn bercampur menjadi satu mengotori lantai kamar Elio.

Membuka kedua ikatan yang menahan pergerakan Jazlyn, Elio mengangkat kemudian membanting tubuh penuh darah Jazlyn ke tempat tidurnya. Merobek paksa seluruh pakaian Jazlyn, Elio menatap dengan lekat tubuh indah yang dipenuhi luka itu.

Kini, giliran Elio yang membuka pakaiannya, Jazlyn yang melihat itu segera menggeleng lemah. Mencoba pergi namun sayang kedua tangannya di borgol di kedua sisi ranjang.

"Kalau saja kau bukan anak Ramadante, mungkin aku akan memberimu sedikit kelembutan."

Elio mulai merangkak di atas tubuh Jazlyn dan memberikan sebuah tamparan yang cukup keras di wajah mulus Jazlyn hingga menimbulkan bekas kemerahan berbentuk jarinya.

Dengan amarah yang bercampur gairah, tak peduli keadaan Jazlyn yang terlihat begitu memprihatinkan, Elio merebut paksa keperawanan wanita yang bahkan tak pernah ia temui sebelumnya.

"Kau, masih virgin?" Berkali-kali melakukan hubungan terlarang, Elio tentu dapat merasakan perbedaan.

"Aku bersumpah akan membalasmu..." Lirih Jazlyn dengan lemah hingga akhirnya matanya tertutup sempurna.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!