Senyum manis terkembang dengan cantik, pipi putih yang tembam seperti bakpao, alis tebal, mata bulat serta bulu mata lentik menambah nuansa meneduhkan, namun dengan wajah kecil, postur tubuh mini dan kerlingan serta tingkahnya yang abssurd menutupi keteduhan itu dengan sifat kekanakannya.
Dialah, Umi Safiratul Jannah, akrap di panggil Umi di sekolahnya, namun umi yang berarti ibu justru berbanding terbalik dengan orangnya, seperti anak belia yang periang, sifatnya baik, ramah, dan suka menolong, tak suka mengumbar akan kekayaan orang tuanya sebagai anak Sultan, sehingga banyak yang menyayanginya.
Seperti sore ini, setelah kelulusannya dinyatakan lulus SMA tadi pagi di ballroom sekolah selepas acara paripurna, dia meminta ijin orang tuanya untuk menghabiskan waktu merayakan kelulusannya bersama teman-teman yang nantinya akan terpisah jauh, meniti pendidikan ataupun karir masing-masing, mereka memilih mengisi perut di restoran ken's dessert, yang sedang terkenal di kota mereka karena kelezatan makanannya serta ingin cuci mata melihat para pekerja yang bekerja di restoran itu karena masih muda-muda.
"Hey! Bengong bae!" Senggol Mutiara membuyarkan senyuman Umi yang cantik itu.
"Iihh ngga asik, akukan lagi memandangi ciptaan Alloh yang sempurna, ini spek bidadara turun ke bumi tau nggak!" Sungut Umi, teman lainnya hanya terkikik geli, ada juga spek bidadara.
"Kamu ngliatin siapa sih?" Tanya mutiara penasaran.
"Itu loh, chef yang lagi bikin cake, 3G!" Ucap Umi
"Apaan 3G mi?" Tanya teman lainnya heran melihat Umi yang bersemangat seperti itu menggemaskan.
"3g itu Ganteng, Gagah, dan Gentelmen!" Ucap Umi penuh kemenangan.
"Terus dia bisa di upgrade jadi 4G ngga?" Tanya mutiara.
"Ih ngaco! Ini udah nyata bukan animasi lagi" ucap umi
"Mau deh kalo dapet suami dia, hehe" sambung Umi denga cengiran khasnya.
"Iih mi...dia itu om-om" bisik mutiara.
"Kok tau? Orang masih muda gitu kok" tanya umi
"Tuh banyak yang bisik-bisik, kamunya aja sih sibuk ngalamun, kesambet baru nyaho!" Ucap mutiara.
Umi yang melihat banyak cewek-cewek cantik yang memandangi chef itu membuat hatinya sedikit resah, kenapa ya? Apa aku beraniin diri aja kali ya?
Umipun bangkit dari kursinya lalu berjalan kearah kasir, telah menunggu cowok tampan sebagai kasir, namun kalah jauh dibanding chef itu.
"Mau nambah pesanan dek?" Tanya kasirnya
"Dek, mba gitu..mas boleh panggilin chef yang itu" ucap Umi seraya menunjuk seorang chef yang sibuk mengolah makanan itu.
"Oo itu chef kami dek, tapi maaf, dia chef tersibuk disini, dialah yang membuat menu terfavorit disini, jadi mungkin ditolak, sebentar ya" ucap kasirnya.
"Iya, bagaimana mba? Ada yang bisa dibantu?" Ucap chef itu dengan suara bass-nya, meski terkesan datar namun dia harus menghormati keinginan pelanggan, pelanggan adalah raja, begitu wanti-wanti dari Kenzi, sahabatnya yang membangun restoran ini bersamanya.
Ya dialah chef terkenal itu, chef Akbar, sudah banyak yang tahu namanya namun tak banyak yang tahu sifatnya.
Usia boleh tua, tapi tampang masih muda banget, dibalik sikap datarnya itu, tersimpan pikiran brillian, karena Akbar selain chef di restoran ini, Akbar adalah CEO perusahaan makanan ringan yang sangat digemari anak-anak, produknya sudah merambah ke manca negara.
Namun ironis, hari ini harus melayani anak SMA yang kaya anak SD ini.
"Boleh tolong buatkan cake spesial dan beberapa makanan yang terenak disini ya, karena kita lagi merayakan kelulusan, sayang kan kalo harus berlalu begitu saja" ucap Umi, meski dalam hati ada rasa sedikit takut kala melihat raut wajah datarnya namun siempunya suara masih mau menanggapi Umipun memberanikan diri.
"Jika seperti itu bisa lewat kasir saja ya dek" uca chef lagi
"Oo tapi saya minta nanti chef yang langsung anterin ya, kenalan dulu dong, Umi" ucap Umi seraya mengulurkan tangan.
"Akbar, baik mohon ditunggu" ucap Akbar yang melepas jabatan tangannya lalu berbalik kearah dapur lagi, meski dalam hatinya aneh sekali tiba-tiba minta chefnya yang harus nganterin, ngrepotin bener, tapi yaudahlah, pelanggan adalah raja, inget bar ,inget!.
Sebenernya mood Akbar sedang sedikit turun karena menerima telepon tadi dari mamanya 15 menit lalu.
*Flahback on
Kring! "Halo mas!" Ucap Bu Siska
"Halo, assalamualaikum" ucap Akbar
"Iya waalaikumsalam mas, kamu harus patuh sama mama ya kali ini, mama udah bikin rencana sama temen mama buat jodohin kamu" ucap Bu Siska tak melihat waktu.
"Mah! Akbar udah dewasa ngga usah dijodoh-jodohin, ini bukan jama siti nurbaya!" Ucap Akbar yang kini ada dibelakang, tempat istirahat para pegawai.
"Kalo ngga dijodohin, kamu mau Kapa nikahnya? Sebulan lagi kamu 30 tahun lo mas! Mau pecah telor ngga nikah-nikah? Nurut ya!" Ucap Bu Siska ngeyel
"Ngga mau ma! Akbar punya orang yang Akbar suka" ucap Akbar sekenanya
"Oo kok ngga cerita, yaudah coba bawa pulang ya, biar ketemu mama papa" ucap Bu Siska
Tambah pusing kan, kenapa juga bicara ada yang disuka padahal ngga ada, nyari dimana orang yang bisa pura-pura jadi pacarnya?
"Nanti Akbar kabari lagilah, mau lanjut kerja dulu" ucap Akbar akhirnya menutup sambungan telepon itu dengan perasaan dongkol, ini udah 2023 loh, masa dijodohin sih?! Ngga lucu.
Saat berjalan kedepan lagi, heran dengan pelanggan kok bisa berisik banget sih.
"Mereka ada acara apa?, berisik banget" tanya Akbar ke kasir.
"Oo mereka lagi ngerayain kelulusan SMA pak" ucap kasir, karena dia tahu Akbar salah satu pemilik restoran ini.
"Oo oke, makasih" ucap Akbar lanjut membuat makanan lagi.
*Flashback off
"Ini silahkan nona..." Ucap Akbar membawakan cake brownies redvelvet yang cantik sekali, membuat airliur pecinta manis meleleh.
"Oo makasih banget mas, maaf ngrepotin" ucap mutiara yang bingung kok chefnya langsung yang nglayanin.
"Makasih ya mas, boleh duduk dulu" ucap Umi
"Maaf ,silahkan dinikmati, saya undur diri" ucap Akbar yang hendak mundur
"Sebentar mas Akbar, boleh minta nomor HP nya ngga?" Ucap Umi
Seketika semua mata temanya terbelalak, Umi emang anaknya suka spontan tapi ngga juga dalam hal ngejar cinta, ada kalemnya dikit kek.
"Oo iya boleh" ucap Akbar yang bingung namun tak ingin dilihat sebagai cowok sombong akhirnya dia ladenin permintaan abssurd cewek SD ini.
"Boleh minta foto mas?" Tanya Umi, akhirnya mereka foto berdua ,lalu teman lainnya tak kalah ingin foto juga, jadilah Akbar meladeni anak-anak ABG ini.
"Ayo dimakan ini, cake spesial dibikin chef ganteng kita loh" ucap Umi lalu memotong kue itu menjadi potongan kecil dan memberikannya kepada Akbar.
"Oo saya ngga usah dek" tolak Akbar
"Nggapapa, ayo makan bareng-bareng" ucap Umi lalu diterima Akbar, jadilah Akbar ikut merayakan kelulusan itu.
"Kak, udah punya pacar belum?" Tanya Umi kepada Akbar.
Akbar merasa heran baru pertama kali ini ada gadis yang berani menanyakan itu kepadanya, patut diacungi jempol sih, biasanya para gadis hanya berani mencuri pandang kepadaku, kata Kenzi, aku terlalu seram, masa iya buktinya yang ini langsung menatap mataku.
"Kenapa memangnya dek?" Ucap Akbar berniat menanyakan maksudnya, apakah dia mencari pasangan untuk dirinya sendiri, pikir Akbar
"Aku mau dong menyalonan diri" ucap Umi tanpa tedeng aling-aling.
'Wah! Bener dah, jujur sih, anak ini imut banget saking imutnya pingin aku cubit itu pipi, tapi apa cocok sama aku yang tinggi gede begini?' Batin akbar bimbang, namun berikutnya tak mau ambil pusing, masih ABG labil paling cuma iseng.
"Huss mi...spontan amat, mbokya kalem dikit" ucap Mutiara yang tak enak dilihat semua orang, sudah paling berisik mana tanya-tanya begitu lagi si Umi, membuatnya semakin tak enak hati, apalagi sudah dilayani seperti ini.
"Hehe, kan nggapapa Ra, daripada kalah start sama yang lainnya" bisik Umi.
'Aku yakin bahwa dia calon imam idamanku, dengan lengan kokohnya mampu menopang ku disaat kusedih, duh apa sih mikirnya, ngga baik ini, dosa ,belum mahrom, aku terlalu jatuh hati dengan cake buatannya sampai yang buat ingin kujadikan suamiku' batin Umi yang juga menyadari entah keberanian dari mana berkata seperti itu, namun tak iya utarakan di mukanya, malu lah, biar juga nasi sudah menjadi bubur, gas pol dah!.
"Em..sudah malam, kalian pulanglah, masih anak-anak begini,ntar dimarahin orang tua loh" ucap Akbar tersenyum, mencoba mengelak dari pertanyaan Umi itu, juga tak enak hati dengan pelanggan lain, mereka menjadi ajang drama dadakan.
"Kita udah lulus SMA lo kak" ucap teman Umi tak mau kalah
"Iya kalian lulus SMA, tapi ini ada anak SD disini, anterin pulang sana" ucap Akbar guyon
"Huh! Sembarangan ya, aku juga udah lulus SMA tau!" Ucap Umi ketus
"Eh masa sih?" Tanya Akbar dengan muka dikagetin, meski dia sudah tau dari perkumpulan anak ini, namun dia ledek dengan perawakannya itu.
"Kalian pulanglah, terimakasih sudah mau berlangganan di restoran kami" ucap Akbar menangkupkan kedua tangannya seraya undur diri
"Sebentar dong kak, jawab dulu pertanyaan ku" ucap Umi
Dia entah dapat keberanian darimana tetep kekeh minta perhatiannya Akbar.
"Kak Akbar dah punya pacar belum?" Tanya Umi
"Kalo udah kenapa dek?" Tanya Akbar
"Bohong!" Ucap Umi
"Lah kok bohong?" Tanya Akbar tak mengerti
"Iya, setahu aku kakak ada di restoran ini terus, weekend juga iya" ucap Umi
"Kamu mata-matain saya ya?" Tanya Akbar dengan mata memicing, 'Atau aku salah menilai dia tadi, kupikir dia gadis yang lugu dan polos hanya ngefans denganku, kenapa dia tau keseharianku?' pikir Akbar merasa curiga.
"Ya ngga, kebetulan aja ,aku kan sering kesini kak" ucap Umi dengan muka merah, nanti dikira dia keganjenan suka ngintip kegiatan orang lain
"Nah kalo ngga yaudah, sana pulanglah, udah malem ini ,hampir jam 8 loh" ucap Akbar melihat jam tangannya.
"Iihh kak Akbar, aku suka sama kakak" ucap Umi lantang
"Iya makasih udah suka saya" ucap Akbar
"Maksudku cinta kak, aku mau Kakak jadi pacarku" ucap Umi
"Maaf tapi harus kutolak" ucap Akbar namun meneliti Umi dari atas kebawah.
Jujur dalam hati, Umi ini imut, manis dan ada rasa ingin melindunginya, pipi bakpaonya apalagi kaya manggil ingin dicubit, tapi kalo ingat sosok dirinya yang gagah tinggi besar begini bersanding sama Umi kan dikiranya paman sama ponakan, meski tipe Akbar yang mini seperti ini, tapi tengsin dong kalo di depan publik begini, masa iya cewek yang nembak cowok, meski terdengar teriakan "terima terima" dimana-mana tapi kan imageku yang bakal rusak.
"Kenapa kak? Aku kurang cantik? Ngga baik? Kakak belum kenal aku kan?" Ucap Umi
"Kamu juga hanya tau saya dari orang-orang kan, ngga tahu saya seperti apa" ucap Akbar
"Sudah ya dek, aku mau kerja lagi" sambung Akbar berusaha setenang mungkin
"Karena sama-sama ngga tahu, makanya kita saling mengenal satu sama lain kak" ucap Umi
"Dek..." Ucap Akbar
"Tak kenal maka tak sayang, tak sayang maka tak cinta" ucap Umi mengambil pepatah entah darimana.
"Dek...duh, ngga usah dilanjutin lagi ya" ucap Akbar lagi, dia masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan, ngga habis pikir harus meladeni ABG labil begini.
"Aku cinta sama kak Akbar" ucap Umi kemudian
"Tapi aku ngga cinta sama kamu dek, kamu masih kecil, saya ngga suka sama anak kecil" ucap Akbar kemudian.
Bagai disambar geledek, ketika Akbar berbalik ke arah dapur, air mata Umi menetes dan dia terduduk lesu dikursinya.
"Udah mi...ngga usah diambil hati omongan begitu..." Ucap Mutiara
"Iya umi....cowok ngga dia doang...ntar di univ kita nyari cowok keren lainnya yok" ucap teman lainnya berusaha menyemangati Umi.
"Tapi masa aku dibilang anak kecil sih?!" Jengkel Umi
"Yah....emang tampangnya kaya anak kecil sih" ucap temennya lalu disikut Mutiara
"Eh maaf mi...udah ngga usah dipikirin, jodoh tu ngga kemana" sambung temennya itu.
"Iya mi...kalo jodoh ngga akan kemana, udah ah, ngga usah melow melow meong, kita kan lagi ngerayain acara kelulusan, masa mau nangis nangis Bombay, ngga lucu ah" ucap Mutiara
"Hem...iya sih, udah ah, yuk lanjut lagi, makannya dihabisin ,trus pulang yuk" ucap Umi
"Nah gitu dong..." Jawab mutiara ,dia juga tak sampa hati jika harus melihat Umi yang periang menangis, hatinya tak rela, seperti adik kecilnya dilukai, ingin dia bejek-bejek orang yang bikin nangis Umi biar jadi rujak cingur eh rujak bebek.
***
Tintin! Mutiara memencet klakson motornya didepan gerbang sebuah mansion besar bercat gading, meski malam temaram namun mansion itu terlihat megah, anggun dengan lampu menyala terang, pun dengan taman didepan rumah yang terlihat menambah nuansa mewahnya mansion ini.
"Mi...ngga salah alamat kan?" Tanya Mutiara
"Hehe, ngga lah Ra, ini rumah orang tuaku" ucap Umi yang lalu turun dari motor itu memencet bel didepan gerbang
"Iya, siapa disana?" tanya suara dari interkom bel itu.
"Mang Ujang! Ini Sefi! Bukain pintunya" ucap Umi, jika dirumah memang dipanggil non Sefi, kan ngga lucu kalo maminya manggil umi ke anaknya sendiri.
"Oo baik non, sebentar" ucap suara mang ujang disebrang
Grek! Tittit Brum! Gerbang terbuka, dan berdiri satpam dengan seragam gagahnya.
"Malam non, kok telat pulangnya?" Tanya mang Ujang
"Hehe iya, habis acara sama temen-temen, mami papi dah pulang mang?" Tanya Umi
"Udah dari tadi sore non, ini temennya?" Tanya mang Ujang
"Iya, kenalin ini mutiara, sahabat sefi" ucap Umi
"Mutiara mang" ucap mutiara menganggukkan kepala
"Ya udah ,aku balik dulu ya mi" ucap mutiara kepada Umi
"Ngga masuk dulu ti?" Tanya Umi.
"Ngga, besok-besok aja, udah malem loh ini" ucap mutiara
"Yaudah ,hati-hati ya" jawab Umi melambaikan tangannya.
"Oke" jawab mutiara berbalik dan pergi.
Umi berjingkat perlahan memasuki pintu utama itu, supaya tak ada yang mendengarnya, dengan mengendap-endao dan nafas yang sengaja ditahan, namun pintu ini tak mau berkompromi , dia berbunyi kala menutup lagi.
"Kok pulangnya larut banget?" Tanya sebuah suara
"Heee maa, iya baru selesai acaranya" ucap Umi nyengir saat melihat maminya duduk di ruang TV itu
"Sini duduk dulu" ucap mama Maya
"Nanti dulu ya ma, mau mandi dulu trus sholat, oo ya tolong bilang bibi bikinin susu jahe ya ma, dijalan dingin banget soalnya" ucap Umi
Selang 20 menit kemudian
"Kenapa ma?" Tanya Umi yang sudah turun dari kamarnya, karena kamarnya di lantai 2, dengan pakaian piama tebal dan masih berkerudung.
"Sini duduk dulu nak, ini susujahenya juga masih anget" ucap mama Maya
"Oke, makasih bi!" Ucap Umi teriak kearah dapur
"Iya sama-sama non" jawab bibi,
Bagi umi, bibinya sudah seperti ibunya sendiri, karena orang tuanya terlampau sibuk, jadilah sedari kecil diasuh oleh pembantu dan ditemani karyawan dirumah.
"Mama mau ngomong, kamu kan udah lulus SMA, nah sekarang mama kenalin sama temen mama ya" ucap mamanya, melihat putrinya meneguk susu jahe dengan lahapnya
"Kenalin aja nggapapa ma, dia juga baru lulus?" Tanya Umi
"Ngga, dia udah kerja, udah mapan kok" ucap mama Maya tersenyum kala mendengar anaknya mau dikenalin.
"Oo yaudah ,nanti kasih kontaknya aja ma, ntar kuajak nongkrong bareng temen-temen sefi" ucap Umi
"Kok nongkrong bareng si nak? Dia itu cowok mapan ya sibuk kerja lah, tapi kalo ada waktu luang nggapapa si kayaya" ucap mama berpikir
"Maksud mama mau ngenalin cowok gitu?" Tanya Umi
"Lah masa ngenalin cewek sayang...ngertiin mama, mama papa udah tua" ucap mama Maya
"Udah ya, stop disitu! Sefi ngga mau denger kelanjutannya" ucap Umi menghabiskan susujahenya dan ditaruh di meja, beruntung ngga disembur itu jesu, kan mubhazir.
"Sefi yang harus dengerin mama! Mama sama papa udah masuk kepala 5 sayang...usia ngga ada yang tau" ucap mama Maya mencekal tangan Umi yang mau bangkit dari sofa itu
"Jangan bawa-bawa usia ma, mama mau ninggalin sefi? Sefi baru lulus SMA ma! Sefi mau nikmatin masa muda sefi!" Ucap Umi yang sudah berurai air mata
"Kan nanti bisa nikmati usia muda bersama suami kamu nanti sefi.." ucap mama Maya
"Mama ngga ngerti!" Ucap Umi jengkel dan menghempaskan tangannya beranjak ke arah kamarnya di lantai 2.
"Mama begini biar kamu ngga menyesal sayang! Kamu harus nurut sama mama ya, besok mama aturin jadwal biar kamu bisa ketemu" ucap mama Maya tetep kekeh
"Bodo amat!" Ucap Umi jengkel membanting pintu.
Hatinya sakit kala mengingat ucapan mamanya tapi lebih sakit karena ingat membentak orang tua itu dosa, 'ya Alloh ampuni sefi ya Alloh' batin Umi.
Karena memang orang tua Sefi menikah diusia terbilang bukan muda, di usia 30 baru menikah, dan baru 8 tahun dikaruniai putri cantik , yaitu Umi Safiratul Jannah, putri semata wayangnya, kini usianya masuk senja dan ingin melihat Umi bersanding dengan orang yang pantas dan mampu melindunginya.
Kring! Kring!
"Hallo" ucap Akbar mengangkat telepon tanpa melihat layar HPnya
"Mas! Kamu dimana?" Ucap mama Siska
"Lagi di kantor ma, kenapa?" Tanya Akbar dengan malas, karena pasti satu topik yang dibicarakan mamanya, yaitu nikahnya dia, banyak kali mamanya mencarikan calon namun dia tolak.
"Kok masih kerja terus, ini jam 11 malem loh" ucap Mama Siska, heran mama Siska melihat putranya yang gila kerja, sampai malam-malam tak jarang hingga dini hari dia masih betah mengerjakan berkas-berkas itu, namun dia salut dengan itu ,karena di usianya yang masih muda sudah sukses dengan usahanya sendiri, namun kapan dia bisa menimang cucu kalo anaknya aja didepan kertas terus?, batin Siska.
"Kaya mama ngga pernah aja, banyak nih kerjaan belum kelar, kanapa ma?" Tanya Akbar ketusnya, karena mengganggu waktu kerjanya, Akbarpun ingin segera kelar kerjaan yang menggunung ini, jika bisa minta asistennya yang ngerjain, tapi ini terkhusus kan untuk sang CEO sebagai penentu akhir, jadi maksudnya asistennya juga udah menyaring kerjaan yang banyak ini, ini tinggal finishnya aja, kebayang ngga sih kerjaan asistennya, 3 kali lipatnya.
"Kamu besok harus nemuin seseorang ya bareng mama" ucap Bu Siska yang dengan kekeh untuk kali ini harus berhasil.
"Ma , kan Akbar dah bilang ada yang Akbar sukai, ngga usah dijodoh-jodohin segala" ucap Akbar jengkel.
"Ngga usah bohong, mama tahu itu cuma alesan" ucap mama Siska, yang seperti memiliki indra keenam kala melihat soal putranya, takkan dia tertipu daya.
"Huh, ma! Kenapa sih buru-buru Akbar buat nikah, Akbar bukanya ngga laku ma!" Ucap Akbar, tak habis pikir, banyak juga kok teman-temannya yang belum menikah, meski Kenzi kawan karibnya udah punya anak satu.
"Iya kalo ngga laku harusnya mama udah punya 2 cucu, ini mana, boro-boro cucu, calon istri aja ngga nemu" ucap Siska jengkel juga, mengingat anaknya yang keras kepala.
"Apa sih ma.." ucap Akbar
"Udah ngga usah bantah lagi, istri tuh ngga jatuh dari langit, besok kamu harus bareng mama nemuin calon istri pilihan mama, dia baik banget, sesuai kriteria kamu, percaya sama mama" ucap Bu Siska memotong ucapan Akbar
"Hah! Terserah mama lah" ucap Akbar akhirnya, karena jika berdebat dengan mamanya tak akan selesai tujuh hari tujuh malam.
Kring! "Halo bar" ucap Kenzi
"Kenapa Ken?" Tanya Akbar menerima telepon dari Kenzi ,sahabatnya dan partner bisnis dalam membangun restoran bersama.
"Tuh ada micelle, dia nyari masalah di restoran lagi" ucap Kenzi
"Kenapa lagi tuh cewek?" Tanya Akbar
"Nyariin lu!" Ucap Kenzi spontan, Akbar memutar bola matanya
"Ya udah si, bilang aja aku ngga ada" ucap Akbar
"Iya udah, tapi ngga percaya, dia geledah itu seluruh restoran, sampai karung beraspun dicarinya" ucap Kenzi tak habis pikir
"Ya Alloh! Kurang apa dia harus ngejar saya, kan banyak fans nya, kenapa ngga dipungut satu sih?" Ucap Akbar frustasi
"Lah orang maunya kamu yang artis Eropa ini" ucap Kenzi
"Ngga usah ngomong aneh-aneh kamu, biarin aja lah, toh mamaku ngga suka sama dia" ucap Akbar
"Kenapa bawa-bawa mamamu? Kamu ada pikiran nerima micelle ya?" Tanya Kenzi
Akbar menutup mulutnya dengan kedua jarinya, karena tanpa sadar keceplosan, jangan sampai tahu sahabatnya ini kalo dia dikerjar-kejar mamanya buat nikah, selama ini dia tahunya aku seorang jomblowan yang tak suka asmara, sebenernya akupun normal ingin pula punya istri yang mengurusiku dan punya anak-anak yang menggemaskan untuk meramaikan rumahku, dan bahagia karena kehangatan mereka.
"Ya ngga juga, dia cuma anak manja yang bawa-bawa nama orang tuanya disemua situasinya, bukan tipeku banget" ucap Akbar mengelak dengan nada sarkasmenya.
"Nah gitu kenapa ngga kamu kasih tau, bikin restoran kacau aja" ucap Kenzi kesal, karena jika tak ada Akbar maka Kenzilah yang harus turun tangan, sudah berkali-kali cewek satu ini datang ke restoran.
"Kasih tau udah dari dulu-dulu kali, dianya aja yah ganjen" ucap Akbar
Akbar jadi keinget cewek mungil kaya anak SD tadi sore, yang dengan spontan nembak dia, memang sih ngga ada sorot kebohongan dimatanya, dan dia juga sepertinya bukan tipe yang nyari pacar untuk gengsinya aja kaya micelle, sepetinya dia baik, tapi Akbar udah nolak duluan, udahlah toh jodoh ngga kemana kata orang dulu.
"Mending ngelarin ini berkas dulu lah" ucap Akbar yang mengerjakan berkas dari perusahaannya itu, ya Akbar memiliki usaha makanan ringan, berbagai macam makanan yang sudah dikeluarkan dari perusahaannya dan sudah merambah ke manca negara, jadilah dia super sibuk, siangnya dia jadi chef di restoran malamnya harus mengecek berkasnya, beruntung memiliki asisten yang dapat diandalkan untuk menjalankan perusahaannya saat dia ada di restoran.
Hingga waktu menunjukan pukul 12.30 WIB, mata sudah setengah mengantuk , dua gelas kopi sudah dia minum, dan kerjaan baru setengah yang beres
'udah lah, besok lagi' pikir Akbar dia beranjak ke sofa diruang kerja itu untuk tidur.
Meski sering disuruh pulang ke rumah namun dia sering hingga larut ada dikantornya jadilah rumah kedua baginya, meski dia juga punya rumah minimalis dan apartemennya sendiri, biarlah itu jadi properti pikirnya.
***
"Kukuruyuk"
Bunyi ayam itu menandakan waktu menunjukan pukul 4 pagi, sebelum fajar menyingsing diufuk timur, Umi membiasakan diri sudah bangun sejak petang untuk sholat tahajud dan bertadarus menunggu shubuh tiba, hingga setelah mentari bersinar pagi menyinari kamar yang bernuansa hijau toska dan pink itu.
"Nanana" senandung Umi menyiapkan berkas-berkas untuk mendaftar ke universitasnya.
Setelah membuka laptopnya, terpampang dengan jelas penerimaan mahasiswa baru melalui jalur SBMPTN, yang diadakan 2 bulan lagi.
"Aku meski siap kalo mau kuliah jalur SBMPTN, biar ngga terlalu nyusahin orang tua" ucap Umi dengan penuh tekad.
Setelah mendaftar melalui online dan menscan data diri yang diperlukan, Umi tercatat sebagai pelamar.
"Jadi aku mesti belajar giat ini" ucap Umi yang berniat pergi ke perpustakaan daerah di sebrang sekolah SMAnya.
"Halo mutiara" ucap Umi menelepon sahabatnya itu.
"Ntar siang ke perpus yuk" ajak Umi
"Oke , kutunggu di kost ya" ucap mutiara , karena kostnya tak jauh dari perpustakaan itu.
"Oke" jawab Umi menutup telepon bergegas mandi dan berdandan dengan make up tipis-tipis agar kelihatan segar.
Setelah selesai, Umipun turun untuk sarapan pagi.
"Pagi non" sapa bibi
"Pagi bi ..mama papa mana bi?" Tanya Umi
"Sebentar lagi turun non" ucap bibi
"Oke" jawab Umi memainkan handphonenya
"Eh udah cantik anak mama, yuk kalo gitu langsung ketemuan aja, mama janjinya jam 10 an si" ucap mamanya
"Apaan sih ma, orang mau ketemu mutiara, mau ke perpus" ucap Umi jengkel
"Ya itu setelahnya aja, kita bisa jalan-jalan dulu, udah lama ngga jalan sama mama kan?" Tanya mama
Umi sebenernya males, namun apa mau dikata, mamanya kalo udah ngeyel dan bawa-bawa umur pasti jatuhnya nangis, umi ngga tega melihat mamanya nangis.
Setelah sarapan selesai, umi menuruti mamanya ,naik ke mobil pribadi mamanya itu melaju ke sebuah mall ternama di kota itu.
"Wah...lihat itu nak, kebaya itu bagus buat kamu deh, lihat dulu yuk, ini cocok deh, mbak bungkus dua ya, ini sepatu bagus loh nak, kamu cobain ya" ucap mama Maya
"Ma...yang mau shopping itu mama atau aku? Kok aku terus yang nyobain, ini belanjaan udah banyak, ada gamis, kebaya, dress mini-mini siapa mau pakai pula? Sekarang apa? Sandal sepatu?" Ucap Umi frustasi
"Duh...anak gadis mama ngga kaya anak gadis lainnya, biasanya semangat loh kalo disuruh belanja ,ini malah ngambek, gimana sih kamu nak?" Tanya mama Maya heran
"Belanja juga suka, tapi ngga over begini ma, Sefi ngga biasa shopping banyak-banyak, lagian baju sefi masih banyak yang belum dipakai" ucap Sefi memikirkan pakaian di dalam lemari kamarnya, mau diapain itu baju banyak banget.
"Yaudah nanti di kasihkan ke panti aja baju-baju lama kamu nak, dipilih-pilih ,biar bibi bantuin, kan sayang" ucap mama Maya sambil melihat sandal cantik-cantik
Emang ya, emak tuh kalo buat anak bisa khilaf, ngga bayi ngga anak-anak, ini udah dewasa Lo tetep aja dimanjain begini, rutuk Umi dalam hati.
"Eh udah jam 10 nih, yuk ke restoran tempat janjian" ucap mama mengajak Umi
Setelah tiba ternyata sudah menunggu dua orang, perempuan paruh baya dan seorang pemuda tampan ,yang tak lain adalah Akbar Nur Ibrahim, cowok yang ditaksir oleh Umi, seketika mulut Umi membentuk O bulat sempurna.
"Pagi jeng....gimana kabarnya?" Ucap mama Maya cipika cipiki dengan mama Siska
"Baik jeng, ini kenalin anak saya yang gagah, Akbar" ucap mama Siska
"Ini Sefi ya...udah gede ya nak, tambah cantik aja, ini Tante Siska ,masih ingat Tante ngga?" Sambung Siska
"Halo tante, iya ingat, teman mama yang dulu sering main kerumah kan" ucap Umi tersenyum manis , hatinya kini berdangdut ria kala berhadapan dengan Akbar, yang akan dijodohkannya.
Berbeda dengan Akbar, yang wajahnya semakin asem, 'jadi gara-gara tutolak kamu minta mamamu buat dijodohin' batin Akbar semakin tak suka dengan Umi.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!