NovelToon NovelToon

Cerita Kita

Kehancuran

..." Jangan Pernah Berharap Pada Manusia "...

Cyra Angelina tampak cantik dengan Gamis putihnya dan memakai Hijab Grey yang menutupi rambutnya. Tampak Elegan dan menampakan Baby Bump yang kini usianya sudah tujuh bulan. Dan saat ini juga sedang melangsungkan acara syukuran tujuh bulanan Cyra.

"cantik banget bumilkuuu..." begitulah katanya. Cyra memeluk sahabatnya yang datar jauh-jauh dari Jogja ke Jakarta.

"nginep disini aja ya ontyyyy..." ucap Cyra pada Nadia sahabatnya sedari kecil.

"maaf baru bisa kesini, kerjaan disana banyak Ra. Aku juga kesini sama bos aku yang kebetulan ada pertemuan dikota ini." jelas Nadia.

"nggak papa Nad, aku tau kamu itu sibuk banget." ucapnya dengan penekanan yang membuat Nadia cemberut.

"assalamualaikum Kakakku yang paling cantik." suara itu membuatnya menoleh.

"waalaikumsalam cantiknya kakak, udah datang dek. Mas Andi mana?." tanya Cyra pada Rani adiknya, dan Andi adalah Kakaknya. Kedua orang tuanya meninggal saat sebulan setelah Cyra menikah karena insiden kecelakaan. Rani Tinggal bersama Andi yang sudah berkeluarga dan tinggal dikota Bogor karena tempat kerja kakaknya ada disana.

"itu disana."

"kamu udah gede ya Rani." gadis berusia lima belas tahun itu menoleh menatap Nadia dengan lekat.

"kak Nadiaaaa!" pekik Rani yang kegirangan. Mereka berpelukan lama sekali, Nadia juga asli orang Jakarta hanya saja dia mendapatkan pekerjaan di perusahaan besar yang ada di Jakarta. Namun karena Kinerjanya bagus jadi Nadia dioper ke Jogja diperusahaan Cabang dan difasilitasi apartemen disana.

"onty Rara..." Cyra menoleh menatap Bocah mungil yang ada dalam pangkuan Sekar, yang tak lain adalah kakak iparnya. Cyra segera menyalimi Sekar dan kemudian mencium pipi gembul Bella.

"Sehat dek?." tanya Sekar.

"Alhamdulillah mbak. Mas dimana?." tanya nya pada Sekar.

"lagi bantu suami kamu angkatin meja." Cyra mengangguk mengerti.

"haiii Belaa..." sapa Nadia.

"Hei Nad, Sehat ?." tanya Sekar padanya. Nadia tersenyum manis dan menyalimi Sekar.

"Alhamdulillah Baik mbak. Mbak gimana sekeluarga? Vino kemana mbak?." tanya nya lagi.

"Alhamdulillah baik semua. Vino ikut mas Andi katanya mau bantuin papanya." Andi dan Sekar sudah memiliki dua anak, yang pertama adalah Vino berusia tujuh tahun dan yang kedua adalah Bela yang berusia dua tahun setengah.

"sini Bela sama Onty ajaaa." ucap Nadia dengan senang hati. bela langsung nempel pada Nadia dengan senangnya.

"gumushhhnyaaaaa." Nadia menciumi pipi Bela, yang membuatnya kegelian dan tertawa lepas. Cyra mengelus perutnya saat merasakan tendangan pada kandungannya.

"nendang ya dek?."tanya Sekar.

"iya mbak. Heheheh." Cyra menatap Gita yang mama mertua yang sedang menyambut para tamu, alias tetangga-tetangga yang diundang keacara syukuran ini. Cyra segera ikut bergabung menyambut mereka semua.

Semua tampak baik-baik saja dan acara juga sudah dipersiapkan jauh-jauh hari. Cyra duduk dengan nyamannya diatas karpet bulu. Ibu-ibu dan bapak-bapak sudah duduk ditempat duduknya masing-masing.

"mana suamimu?." tanya Nadia pada Cyra. Dan akhirnya melihat suaminya bersama dengan Andi. Cyra tersenyum manis saat menatap nya. Dan mulailah acara syukuran dilangsungkan.

Semuanya berjalan dengan lancar,Cyra mengelus kembali perut buncitnya yang kembali merasakan tendangan. Para tamu sedang mengantri mengambil makanan masing-masing, tak lama ada seorang wanita yang datang setelah acara itu selesai dan menghampiri Gita sang mama mertuanya.

"Alhamdulillah acaranya lancar." ucap Cyra bersyukur. Tiba-tiba Gita menatap Cyra dengan tatapan sinis dan penuh dengan amarah.

"kamu bener-bener wanita nggak tau diuntung!!!" suara teriakan itu membuat semua atensi orang melihat kearah Cyra dan Gita. Bahkan Sekar yang tak jauh dari sana pun terkejut mendengarnya.

"kamu sudah membohongi kami semua Cyra. hebat akting kamu selama iniii!!!" Cyra semakin kebingungan saat Gita mengatakan hal itu.

"maksud mama apa? Cyra nggak ngerti ma." sangkalnya, karena memang ia tak paham ada apa yang terjadi sebenarnya. Suami Cyra segera menghampiri dan menyodorkan sebuah surat keterangan dari rumah sakit padanya. Cyra segera membaca isi Surat itu dan seketika kepalanya menggeleng kuat.

"nggak!!! Ini pasti bohong!!! Ini bohong mas. Ini nggak mungkin!!!" pekik Cyra histeris.

"dekk... Astaghfirullah, istighfar dek. Jangan emosi dulu." Ucap mba Sekar mencoba menenangkan iparnya.

"aku Mandul Cyra!!! Aku Mandul!!!!!!! Anak siapa yang kamu kandung hah!!! Anak siapaaaa????!!!!." Luruh sudah airmatanya tak bisa ditahan lagi. Apa-apaan ini semua, Cyra tak mengerti dengan semua ini.

"Demi Allah mas, ini anak mas. Anak kita! Surat itu palsukan mas." ucap Cyra membela. Semua orang menjadi diam menonton pertengkaran rumah tangga itu. Andi sampai diam mematung ditempatnya saat mendengar hal itu. Gita sudah menangis histeris ditenangkan oleh tetangga.

"Arghhhhhhh!!!! sialaannnn!!!." umpatnya.

"Kamu udah bohongi kita semua Cyra. Ini adalah tes kesehatan aku, Kemarin aku cek kesehatan aku karena memang aku ragu selama ini bahwa itu anakku. Dan kamu lihat Cyra! Kamu lihat ini hasilnya sudah keluar dan lihatlah dengan baik-baik Cyra. Aku Mandul! Aku tidak akan mungkin bisa membuat kamu hamil apa lagi memiliki seorang anak!." Cyra diam ditempatnya, kakinya terasa begitu lemas sekali. Sampai Nadia dan Sekar mencoba menahannya.

"ini bohong kan Nad, ini nggak bener kan! Ini cuma mimpi kan Nad." lirih Cyra begitu memilukan.

"cukup kamu mempermalukan keluarga ini Cyra. Sekarang pergi dari sini!!!." usir Gita sang ibu mertua.

"mulai detik ini, Cyra Angelia! Aku talak Kamu!!."

Duarrrr!!!!

Seperti tersambar petir disiang bolong. Semua terkejut mendengar hal itu terlebih Cyra yang sangat shock. Andi mengepalkan tangannya kuat saat mendengar hal itu.

"apa-apaan kamu ini!!" marahnya pada suami Cyra.

"Apa mas? Mas mau marah? Seharusnya mas tanya adik mas! anak siapa yang ada dalam kandungannya!!!!." bentaknya emosi. Andi menarik kerah kemeja nya dengan kuat.

"mas.. Mas Andi tenang mas." warna dan pak RT mencoba melerai.

"cukup mas. Malu mas, malu, masih banyak warga disini. Kita bicarakan ini secara kekeluargaan mas." ucap pak RT. Akhirnya Andi melepaskan cekalannya.

"baiklah bapak-bapak, ibu-ibu sekalian terimakasih atas waktunya yang menyempatkan hadir keacara ini. Bapak-bapak dan Ibu-ibu bisa kembali kerumah masing-masing. Karena ada kesalah pahaman, dan harus segera diselesaikan. Mohon maaf sebelumnya." Akhirnya warna langsung berpamitan pulang kerumah masing-masing.

"anak siapa Dek? Ini anak siapa?." tanya Andi dengan lirih. Andi sampai menjambak rambutnya frustasi.

"Masss!! Tolong jangan begini kasihan Cyra. Sebaiknya bicarakan dulu dengan suaminya Cyra. Jangan ditekan seperti ini, Cyra sedang hamil mas." ucap Sekar. Kini pandangan Cyra buram, ia merasa dadanya begitu sesak sekali. Cyra merasakan perutnya sakit sekali sampai menggenggam tangan Nadia dan Sekar dengan kuat.

"awhhhhh.... Sakit mbaaa." pekiknya merasa begitu sakit.

"Ra.. Ra kamu kenapa Ra?." Nadia panik.

"aaaaaa....." pekiknya dengan kuat. Pandangannya menggelap dan Brukkkk....

Untung saja Sekar dan Nadia menahan tubuh Cyra, sehingga tidak jatuh kelantai. Andi yang panik langsung.membopongnya dan membawanya pergi kerumah sakit terdekat.

Pertengkaran

..."Jika Kamu belum siap Untuk Patah Hati, Sebaiknya Jangan Jatuh Cinta"...

Sekar,Nadia,Andi,Rani,Vino dan Bela sedang menunggu diluar ruangan UGD. Mereka khawatir dengan keadaan Cyra, bahkan Vino sampai menangis saat tahu Cyra pingsan. Sudah cukup lama mereka menunggunya dan akhirnya pintu itu terbuka, Tampak Dokter wanita keluar dari ruangan itu.

"bagaimana Dok?." tanya Andi yang berdiri.

"Pasien mengalami shock yang membuatnya mengalami kontraksi palsu. Sebaiknya Dirawat dulu ya pak, karena menurut saya keadaan pasien sedang kacau. Saya takut kandungannya melemah." Semuanya sedikit lega mendengar bahwa Cyra tidak kenapa-napa.

"terimakasih Dok. Apapun keputusan Dokter lakukan saja." Ucap Andi, Dokter itu mengangguk.

"pasien sudah bisa dibesuk diruang Rawat inap ya pak, Silahkan melunasi administrasi terlebih dahulu." ucap Perawat yang disebelah Dokter itu.

"kalian duluan ya, Mas akan kedepan untuk melunasinya." ucap Andi pada Sekar. Semua mengangguk dan menunggu banker Cyra keluar dari ruangan itu.

...*********...

Andi baru saja masuk keruangan Cyra dirawat tampak adiknya yang sedang menangis dalam diam sedang ditenangkan oleh Nadia dan Sekar. Andi segera menghampiri Cyra, yang begitu memilukan.

"Mas tanya sekali lagi sama kamu Cyra. Apa kamu mengkhianati suamimu?." tanya Andi pelan. Cyra menggelengkan kepalanya dengan kuat.

"mas tau kan, selama ini aku cuma sama mas Riko. Aku nggak pernah pacaran bahkan menjalin hubungan dengan pria lain selain mas Riko masss..." lirihnya. Cyra merasa begitu sesak.

"kenapa bisa begini Cyra?." Kepala Andi terasa berdenyut nyeri.

"Mas tenang aja, Aku nggak akan disini lagi. Aku mau pergi dari Jakarta."

"apa-apaan kamu ini!!." marah Andi.

"masss." cegah Sekar menenangkan suaminya.

"Itu rumah yang diberikan papa sama aku, dan aku diusir dari rumahku sendirikan mas. Nggak mungkin aku tinggal dirumah mas sedangkan mas udah merawat Rani." jelasnya.

"dek kamu lagi hamil, jangan pikirin hal kaya gini. Mbak nggak keberatan kamu dirumah, lagipula pasti akan lebih ramaikan." ucap Sekar melerai perdebatan adik kakak itu.

"nggak mbak. Aku nggak mau cuma jadi beban buat mas Andi dan mbak Sekar, aku juga nggak mau disini lagi, aku butuh ketenangan mbak."

"oke oke. Tenang semuanya." Nadia angkat bicara dan mengelus bahu Cyra.

"Mas Aku izin buat bawa Cyra kejogja bareng aku ya. Cyra masih shock dengan semua ini, setelah baby lahir kita pikirkan rumah peninggalan papa agar bisa kembali ke tangan Cyra. Biarkan Cyra tenang dulu sama aku ya mas."pinta Nadia. Bahkan Nadia sudah seperti adik bagi Andi. Sekar mengelus lengan suaminya. Andi menatap Sekar sesaat dan kemudian menghela nafasnya.

"Baiklah kalau gitu, Mas serahkan Cyra bersama kamu Nad. Jika ada sesuatu kamu harus segera katakan pada mas ya Nad." Nadia mengangguk dan menggenggam tangan sahabatnya.

"kamu sama aku aja dijogja ya, Diapartement. Biar aku ada temennya disana, Kita cari suasana baru disana ya. Jangan berlarut dalam kesedihan, Aku nggak mau Keponakan aku kenapa-napa Ra." ucap Nadia pelan. Cyra memeluk sahabatnya, ia kembali menangis dalam pelukan Cyra.

Jujur saja ia belum siap sepatah hati ini. Tidak pernah terbayangkan akan terjadi seperti ini dalam hidupnya. Hubungan nya dengan Riko sang suami baik-baik saja awalnya. Riko sangat menyayangi Cyra begitupun sebaliknya, Riko juga pria yang selalu siaga menuruti keinginan Cyra saat ngidam sesuatu. Bagaikan mimpi buruk baginya, Moment yang bahagia kini hancur begitu saja. Bahkan Cyra tak menyangka Anaknya tidak memiliki seorang ayah.

Memang benar bukan, Jika belum siap untuk patah Hati Sebaiknya jangan Jatuh cinta. Orang yang Jatuh cinta pasti sudah siap untuk patah Hati. Cyra menatap Nadia yang sedang mengupaskan buah untuknya. Rani sedang menjaga Bela disofa begitu juga dengan Vino. Dan Andi sedang pergi bersama dengan Sekar untuk berbicara dengan keluarga Riko.

"Jangan berlarut-larut ya Ra. Ada aku disini, kita akan berjuang buat rawat baby yaaa." Nadia Menyuapi buah apel yang sudah terpisah dari kulitnya. Airmata Cyra lagi-lagi menetes begitu saja. Rasanya ia bersyukur memiliki sahabat sekaligus seperti saudara baginya. Nadia tanpa berat hati menjaganya dan mensupport apapun keputusan nya.

"Kamu Taukan Nad, aku cuma cinta sama mas Riko. Aku cuma punya dia dan nggak dekat dengan laki-laki lain selain mas Riko. bagaimana bisa aku mengkhianatinya sedangkan aku begitu menyayanginya."

"aku percaya Ra, aku percaya sama kamu. Tapi keluarga Riko nggak akan percaya sama semua ini. Belajar buat ikhlas ya Ra, Belajar buat tegar buat hadapi kenyataan ini. Aku tau ini nggak akan mudah bagi kamu, pasti sulit banget. Aku ada disini, aku akan bantu kamu lepas di zona kesedihan kamu. Allah nggak tidur, Allah pasti tau semua kelakuan Riko dan keluarga. Akan ada saatnya semuanya terbongkar Ra. " jelasnya dengan lembut.

"maafin aku ya Nad, kamu pasti bakal kerepotan ngurusin ak–..."

"NO.... Jangan bilang gitu ah, kamu itu sahabat aku, segalanya buat aku tauuu. Baby harus kuat ya sayang, demi Bundamu, demi onty juga yaaa. Apartment juga sepi cuma aku sendirian, jadi kalau ada kamu jadi ada temen ngobrol pas pulang dari tempat kerja." ucap nya tanpa beban sedikitpun.

"Terimakasih Ya Nad, aku akan berusaha buat jalanin semua takdir Allah ini." ucapnya mencoba untuk tegar. Pada Kenyataannya Ia masih begitu rapuh dengan ini semua.Cyra masih begitu takut untuk melangkah maju dan dapat pertanyaan jika anaknya sudah lahir. "Dimana Suaminya?." atau "Hamil diluar nikah ya?." atau " Kasian sekali anaknya tidak punya ayah." atau " Bunda, Apa aku nggak punya ayah?." rasanya pertanyaan itu belum siap ia terima. Cyra mengelus perut buncitnya dan mendapatkan tendangan dari dalam. Cyra tersenyum manis dan mencoba untuk kuat.

"semoga kita bisa hadapi ini ya nak, Bunda sayang sama kamu." ucap Cyra lirih.

......*************......

Disisi Lain pemilik Perusahaan Ternama dan terbesar di Asia yaitu Al Zean Alemanus tengah murka dengan staf keuangan diruang pertemuan. Pasalnya mereka sudah memberikan laporan keuangan yang salah, dan pasti ada yang main belakang tentang keuangan ini. Zean membanting semua berkas sehingga Empat Divisi dari departemen keuangan menunduk takut.

"Apa Kalian sudah bosan bekerja hah!!!!."

"Ampun Tuan. Maafkan Kami." Jawab Divisi satu.

"Apa-apaan Kalian ini! Perbaiki semua berkas itu! Saya tunggu Sore ini diruangan saya. Hari sudah selesai dengan bulan kemarin!!!! Kalian mengerti!!."

"Mengerti Tuan."

"pergi!." titahnya. mereka semua keluar dari ruangan dan masuklah Bara sang Asisten sekaligus tangan kanannya.

"Selidiki Riko. Aku yakin dia menyembunyikan sesuatu Bara."

"Baik tuan, akan segera saya selidiki." Zean memijat pelipisnya yang berdenyut nyeri. Ia begitu lelah dengan pekerjaan nya, Ia menghela nafasnya dan pergi meninggalkan ruangan pertemuan itu menuju ruangan kebesaran nya.

Pergi

..."Mungkin setelah aku pergi kamu akan mengerti arti sebuah Kehilangan."...

Sudah Lewat Lima hari kejadian menyesakan itu. Cyra juga sudah keluar dari rumah sakit dan saat ini menunggu Nadia yang akan menjemput nya. Mereka akan segera berangkat kejogja pagi ini. Cyra sudah pamit dengan keluarga kakaknya, ia benar-benar ingin mencari suasana baru. Membuka lembaran baru dikota orang, dan semoga saja bisa membuat dirinya tenang. Surat perceraian Cyra ditunda, menunggu anaknya lahir. Cyra berusaha menerima semua kenyataan pahit itu dengan tegar. Cyra mencoba menjadi Wanita yang kuat, Demi anaknya.

"Hei... Ngelamun." Suara itu membuatnya terkejut. Nadia sangat senang menjahili Cyra.

"ayok berangkat, nanti ketinggalan kereta api."

"iya iyaa." Cyra masuk kedalam taxi Setelah koernya dimasukan kedalam bagasi. Mereka mulai melaju menuju stasiun.

"katanya bos kamu bareng Nad?."

"nggak Ra, ternyata semalam sudah pergi duluan bersama pak Bara. Mangkanya aku ajak kamu naik kereta, kalau sama pak bos naik mobil pribadi Ra." jelasnya. Cyra hanya mengangguk saja.

*******

Setelah perjalanan selama delapan jam dari Jakarta ke Jogja, akhirnya mereka sudah tiba disebuah apartment elit yang tak jauh dari perusahaan yang menjulang tinggi. Cyra kelelahan, meskipun hanya duduk saja tapi dia kelelahan saat sampai Jogja.

"kamu istirahat dulu ya Ra, aku mau ke tempat Pak Bara disebelah. Kemarin aku dengar ada masalah." Cyra mengangguk mengiyakan. Nadia pergi dari kamarnya dan kini Cyra menatap pintu balkon kamarnya. Ia melihat suasana sore dikota orang. Cyra beranjak dari ranjangnya dan pergi kebalkon kamarnya. Ia berdiri menatap langit yang Berwarna jingga.

"Maafin Bunda ya sayang. Bunda akan berusaha jadi Ibu dan ayah yang baik untuk kamu. Kita mulai hidup baru ya Nak." ucap Cyra pelan, seraya mengelus perut buncitnya.

Disisi lain Zean membuka pintu balkon dan menghidupkan rokoknya. Dirinya bukanlah perokok Aktif, hanya sesekali saja jika ingin. Ia menatap Suasana sore hari yang begitu tenang, hanya terdengar suara kendaraan dari jalan raya yang berlalu lalang. Zean menyesap rokoknya dengan santai, dan menoleh saat merasa ada seseorang disamping balkon kamarnya. Kini atensinya beralih menatap Seorang Wanita dengan perut buncit dan sedang mengelus perutnya dan sesekali mengusap airmatanya.

"Apartment Nadia?." gumam Zean. Dari balkon kamarnya ia hanya menatap Bumil itu dalam diam. Entahlah rambutnya bergoyang-goyang karena angin, dan Zean terpana dengan kecantikannya. Tak lama Wanita itu menatap Zean, pandangan mereka sempat bertemu sesaat. Dan wanita itu menyapa Zean dengan senyuman manisnya. Begitu manis sampai jantung Zean berdebar, lalu ia baru menyadari bahwa wanita itu sudah masuk kedalam kamarnya.

Zean membuang puntung rokoknya yang sudah mati ketong sampah dan kembali masuk kedalam kamarnya. Ia keluar dari kamarnya dan kini melihat Nadia yang tengah berbicara dengan Bara.

"selamat Sore Tuan." sapa Nadia dengan hormat.

"Sore." Zean yakin pasti Bara sudah memberi tahu pekerjaan Yang harus Nadia selesaikan. Jadi Zean hanya duduk disingle sofa dengan tenang.

"Maaf sebelumnya Tuan. Saya mohon izin membawa sahabat saya dari jakarta untuk tinggal diapartement ini." ucap Nadia dengan tenangnya.

"untuk apa Kamu meminta izin Nadia. Itu kamar apartemen milikmu, Fasilitas kantor yang diberikan yaaaa menjadi milikmu." jelas Zean.

"sa-saya masih belum terbiasa Tuan. " ucapnya dengan cengiran kudanya. Zean kembali diam, karena dirinya tipikal laki-laki yang irit bicara, dan jarang memberikan senyum.

"Sahabatmu sedang hamil?." tanya Zean secara tiba-tiba.

"ba-bagaimana tuan tau?." tanya Nadia terkejut saat mendengar nya.

"saya melihatnya tadi dibalkon. Kenapa dia bersamamu Nadia? Dimana Suaminya?." tanya Zean lagi. Nadia diam sejenak seperti ragu untuk menceritakan hal itu padanya.

"Ini rumit Tuan, saya tak bisa menceritakan secara detail. Suaminya enggan mengakui bahwa itu anaknya. Dan menjatuhkan talak saat syukuran tujuh bulanan kemarin. Saya membawanya kesini karena dia sudah seperti saudara saya Tuan, Saya ingin Sahabat saya membuka lembaran baru dan tidak berlarut dalam kesedihannya." mendengar hal itu Zean diam ditempatnya. Nadia sampai meremas jemarinya karena ia juga merasa terluka saat melihat sahabatnya yang terus menangis.

"kamu sudah tahu apa saja yang harus dikerjakan Nadia?." tanya Zean.

"Sudah Tuan."

"Mungkin Besok kamu akan lembur dikantor."

"Baik Tuan, saya mengerti." ucap Nadia lagi.

Kembali ke Cyra.....

Cyra sedang memasak nasi goreng untuk Nadia. Saat mendengar suara pintu terbuka Cyra mematikan kompornya dan menghidangkan dua porsi nasi goreng buatannya.

"Raaa.. Kok kamu masak sihhhh. Aku bisa bikin sendiri lohhh." ucap Nadia dengan wajah memelas.

"kasian kamu capek, Aku masakin deh. Kamu udah jarang makan masakan akukan. Makan nih."

"kita habis dari Jakarta loh, kamu pasti kecapekan. Kasian keponakan aku Raaa."

"aku udah istirahat tadi Nad. Makan gih terus mandi, habis itu kita solat bareng." ucap Cyra. Nadia akhirnya pun mengangguk mengalah. Mereka makan bersama diruang makan, Cyra tersenyum saat melihat Nadia makan dengan lahap.

"masakan Kamu emang the best Ra." puji Nadia.

"rencananya aku mau kerja Nad, enakny–."

"NO!!!. Aku nggak akan biarin kamu kerja." potong Nadia tak setuju. Cyra cemberut dibuatnya.

"tapikan Nad... Aku nggak bisa terus-terusan nyusahin kamu. Aku juga butuh biaya persalinan, hidup aku disini juga belum lagi kalau udah melahirkan."

"kamu nggak usah mikirin itu Ra. Itu biar jadi urusan aku. Aku nggak akan biarin kamu kerja, apa lagi keadaan kamu hamil besar gini."

"Nadiaaaa..... Jangan gini dong." rengek Cyra.

"nggak!" jawabnya singkat.

"dengerin dulu ih Nad.... Rencananya aku mau buka kedai gituuuu... Kalau untuk modal aku ada kok pasti cukup juga. Dicoba aja kan siapa tau rejeki. Lagipula kan dideket kantor, banyak keryawan pasti mau deh cobain jajanan yang aku buat."

"Mau buat Booth container?." Cyra mengangguk.

"terus mau jualan apa?." tanya nya.

"hmmmm... Kayaknya sejenis Aneka roti atau kue kue gitu sih Nad. Terus juga es buah bucket yang lagi viral saat ini loh." Nadia menghela nafasnya.

"bolehhh ya Nad....." pintanya. Nadia diam saja, ia tak ingin Cura kelelahan dan membuat kandungannya terganggu. Tapi jika Cyra hanya diam diapartement juga akan membuatnya semakin berlarut dalam kesedihan.

"Kalau kamu nggak bolehin aku balik kejakarta aja Nad. Aku nggak mau nyusahin kamu." ucap Cyra pura-pura sedih, tapi jujur saja ia tak ingin menyusahkan Nadia. Gadis itu mencebikan bibirnya dan melotot menatap Cyra.

"Ancamanmu gak ngaruh bumill. Besok aku coba izin sama bos aku ya Ra, karena itu halaman bos aku. Bahkan apartemen ini punya dia. Kayaknya deretan apartemen ini deh." mata Cyra membola saat mendengar ucapannya.

"kaya banget ya Nad." Nadia mengangguk mengiyakan.

"semoga rejekinya nular ya dek." ucap Cyra dengan mengelus perut buncitnya. Nadia tersenyum mendengarnya.

"Aaaamiiinnnn. Aku mandi dulu ya, habis itu kita solat bareng." ucap nya. Cyra mengangguk dan membereskan piring bekas mereka makan. Cyra juga mencuci piring itu diwashtafel.

Hanya beberapa menit saja Nadia sudah cantik dan lebih freshh dengan pakaian santainya. Nadia juga membawa mukena nya dan itu membuat Cyra kebingungan.

"loh mau kemana Nad?."

"kita Solat jamaah di mushola Apartemen aja yuk, dilantai lima ada Musholanya kok di ujung." Jelas Nadia.

"Yaudah Yuk." Cyra segera ke kamarnya dan mengambil perlengkapan solatnya. Ia juga segera memakai atasannya agar lebih sopan saat masuk ke mushola, begitupun dengan Nadia. terdengar suara adzan berkumandang, dan Cyra juga mendengar suara Adzan dari mushola Apartemen meskipun tidak kencang tapi ia mendengar nya. Diapartemen ini bukan hanya orang beragama Muslim yang tinggal, tapi banyak agama lain. Jadi saling toleransi.

"Rame ya Nad." ucap Cyra.

"Iya. Biasanya juga Gini kok Ra." jelasnya lagi, mereka lebih memilih wudhu ditempat masing masing. Jadi Sampai disana sudah siap untuk sholat.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!