"Ma"
"Jangan manja deh ta, kamu sudah besar." Keluh deswina yang sejak tadi menyaksikan anak perempuannya tak berhenti menangis.
"Aku belum mau nikah." Rengek desta yang sejak kemarin terus menangis karena tiba-tiba disuruh menikah.
"Memangnya kenapa sih kamu ga mau nikah?"
"Aku masih kecil mama."
"Sekarang aja ngomongnya masih kecil kemarin marah-marah bilang dirinya udah besar pas minta dibelikan motor." Ejek feri kakak lelaki desta.
"Diem lu bang." Desta mendelik garang.
"Udah, lu ga usah nangis terus sakit kuping gue dengernya. Cuma disuruh nikah aja lu udah nangis kayak mau dikirim ke palestina."
"Ga lucu lu bang."
Bugh
Bantal sofa berhasil mendarat cantik di kepala feri karena tangan desta secepat kilang langsung melempar bantal sofa yang ada disebelahnya.
"Adek durhaka lu."
"Udah ma, emang paling bagus dia disuruh nikah cepet biar damai rumah kita."
Feri berpura-pura marah dan berlalu dari ruang tamu untuk masuk ke kamarnya.
"Ta, sikap mu selalu begitu. Jangan kasar terus, mama kan sudah sering bilang. Anak perempuan itu harus lembut dan santun."
"Tata janji akan berubah jadi cewek manis ma, tapi jangan nikahkan tata. Apa kata orang nanti mama memaksa anak gadisnya yang belum cukup umur untuk menikah."
"Apa emangnya yang orang akan bicarakan tentang mama? Usia mu sudah 18tahun dan kamu sudah memiliki ktp jadi mama tidak menikahkan anak dibawah umur."
"Mama" desta menghentakkan kakinya.
"Berhenti dan duduk desta." Titah deswina saat desta akan masuk kedalam kamar.
Mata sudah berlinang, mau tak mau desta kembali berbalik dan duduk di sofa tempatnya semula.
"Dengarkan mama, mama melakukan ini karena ada alasannya. Mama harus menikahkan kamu karena balas budi, kamu sudah tau cerita bagaimana mama dan papa dulu mengalami masa sulit. Sekaranglah lah saatnya mama membalasnya."
"Dengan menikahkan tata dengan om om senang? Kok mama tega banget, mama jahat tau ga. Hiks hiks hiks"
Desta tersedu, ia masih ingin bebas. Melanjutkan pendidikannya bermain bersama teman-temannya menikmati masa muda seperti kebanyakan orang. Tapi apa, ijasah SMA yang baru kemarin sore ia dapatkan tak lagi memiliki arti karena jenjang selanjutnya dalam hidup desta bukannya melanjutkan pendidikan melainkan menikah.
"Ta, dia bukan om om."
"Bukan om om kata mama? Jelas-jelas bang feri bilang usianya 12tahun diatas tata itu artinya tua 7tahun dari bang feri."
"Hmm" deswina mendesah kehabisan kata-kata.
"Kalau ni ya ma, kalau mama memang ingin tata menikah ya coba disesuaikan gitu loh. Yang usianya seumuran tata atau dua tahun diatas tata, jangan yang kelewat tua seperti ini."
Tata menjerit frustasi. Ia sudah membayangkan pria yang akan menikahinya pasti gendut jelek dan iuuh.
"Terserah kamu ta mau ngomong apa, mama capek. Ingat kamu dipenjara tidak lagi boleh bermain ponsel apalagi keluar rumah karena mama yakin kamu pasti sudah merencanakan sesuatu. Seperti kabur dari rumah misalnya."
"Mamaaaa"
"Ayo masuk ke kamar, sepertinya kamar mu sudah aman sekarang."
"Ha aman?" Tanya desta dengan wajah bego.
"Iya aman untuk mama karena mang diman sudah selesai memaku semua jendela dari luar." Jawab deswina enteng namun berhasil membuat desta melongo.
Benar-benar ibu kandung rasa ibu tiri batin desta dongkol pada ibunya.
"Ayo masuk ta, mama mau pergi urus sesuatu yang penting dulu."
"Auh, mama."
Desta didorong masuk kedalam kamarnya dan langsung dikunci dari luar.
"Ma, mama"
Dok dok dok
"Ma"
"Yang anteng ta, mama mau urus banyak hal. Semua sudah tersedia dikamar, kamu hanya perlu diam dan jangan membuat ulah." Ancam deswina dari luar kamar.
......__________......
Cinta kok sama gadis yang baru mekar. Alan ingat betul ejekan dari beberapa kerabat karena ia dengan lantang menolak perjodohan yang akan orangtuanya lakukan untuk alan.
"Serius lan, kamu maunya sama desta anaknya om darmawan?" Sofia menelisik wajah putranya apakah alan sedang berbohong atau tidak.
"Bener ma, aku maunya nikah sama tata." Alan berbicara serius pada ibunya.
"Huft, kamu tau kan lan. Desta baru saja lulus SMA, bagaimana mungkin mama dan papa minta desta untuk bisa menikah dengan kamu."
"Ya sudah, tunggu dua atau tiga tahun lagi. Setidaknya saat usia desta sudah 20tahun aku bisa melamarnya kepada om darmawan."
"Tapi lan, kamu harus menikah tahun ini untuk bisa menerima tanggung jawab yang akan opa berikan."
"Alan tidak akan mau menikah jika tidak dengan desta."
"Kamu itu sadar ga sih lan, jarak usiamu sama desta itu berapa tahun?"
Alan diam, ia berfikir berapa tahun kah jarak usia mereka.
"Bisa 10tahun lebih."
"Nah, sudah tau jaraknya sejauh itu terus kenapa kamu ngotot mau nikah sama desta. Dia masih belia, kasihan kalau masa mudanya harus terenggut. Kan wanita yang om kamu kenalkan sudah oke, cantik berpendidikan dan mama yakin dia wanita yang baik."
"Ma, perempuan tadi itu kelewat mandiri banyak nuntut dan jatuhnya dia ingin mengatur. Alan ga suka itu, alan maunya yang yang polos masih bisa diolah karakternya."
"Jadi alasan kamu pilih desta karena dia masih polos mau kamu atur-atur sesuka hati kamu? Gitu?"
"Hmm" alan mengangguk malas, ia tak mungkin mengakui kalau sebenarnya ia memang menaruh hati pada gadis belia itu. Bisa jatuh harga dirinya sebagai alan diwangsa yang terkenal kokoh dan menakutkan bagi saingan bisnisnya.
"Kamu itu, jadi manusia jangan kelewat jahat lan. Mau bikin tata jadi mainan, mama ga akan setuju."
"Ya sudah, kalau mama menolak permintaan ku ga apa. Biarkan saja semuanya jatuh ke tangan om hendra." Ancam alan pada ibunya.
Sofia tak akan rela jika adik iparnya yang sangat licik itu menguasai seluruh harta milik mertuanya. Alan harus segera menikah karena hanya alan cucu lelaki satu-satunya keluarga diwangsa. Anak hendra keduanya perempuan dan satu dua adik alan juga perempuan. Untuk alan bisa menerima seluruh aset dan tanggung jawab, diwangsa mengusulkan satu syarat yaitu alan harus menikah terlebih dahulu. Mengingat usia alan sekarang sudah 30tahun, diwangsa khawatir jika alan diberikan tanggung jawab ia akan semakin larut dalam dunia kerja dan lupa untuk mencari pendamping hidup.
"Lan" panggil danu pada putranya.
"Ya pa."
"Mama tadi ngomel-ngomel telpon papa, katanya kamu ga mau nikah sama norma dan malah minta desta anaknya om darmawan."
"Hmm" alan menganggukkan kepalanya sambil tetap fokus pada tablet ditangannya.
"Desta itu masih bau kencur lan, kamu minta dia jadi istrimu saja kamu sedang menggali kuburan mu sendiri. Bikin pusing nanti."
"Ya sudah kalau gitu aku ga usah nikah." Alan mengancam ayahnya.
"Ck, kamu bisa pilih wanita lain. Papa yakin kamu akan dengan mudah mendapatkan pendamping asal jangan desta, dia masih anak-anak."
"Desta sudah taman SMA pa, sudah punya ktp lah dia."
"Kamu ini, rela ga pacaran cuma karena suka sama anak bau kencur."
"Jangan lupa kalau mama juga masih abg waktu papa ajak nikah."
"His, ga mau kalah."
"Tentu, papa yang bilang kan kalau daun muda itu greget bikin penasaran dan rasanya aduhai."
"Hahahahaha" tawa danu pecah saat alan mengucapkan kata-kata itu karena itu adalah alasan yang danu beritahu kepada alan kenapa menikahi istrinya sofia.
...__________...
Danu dan sofia akhirnya menuruti keinginan alan untuk melamar desta itupun karena desakan diwangsa. Ekspresi wajah alan biasa saja saat mereka sedang dalam perjalanan menuju rumah darmawan. Tanpa ada yang tau kalau saat ini jantung alan siap melompat dari tempatnya.
"Papa sudah telpon darmawan kan?" Tanya sofia pada suaminya yang duduk disebelah alan.
"Sudah"
"Papa bilang kan kalau kita datang untuk melamar desta?"
"Belum, mulut papa terasa kaku mau bilang tujuan kita bertamu."
"Loh, terus nanti gimana?"
"Kemarin papa cuma bilang mau datang bertamu dan ingin menyampaikan hal serius."
"Ck papa ini memang ga bisa diandalkan."
Disepanjang sisa perjalanan sofia terus mengomel di kursi belakang. Baik alan maupun danu hanya diak dan bersikap tenang karena bagi keduanya sofia bak radio rusak yang akan berhenti jika baterainya sudah lowbat.
Dirumah darmawan.
"Pa, kira-kira mas danu sama mba sofi mau ngomongin apa ya? Apa mereka akan menagih uang yang kita pinjam dulu?" Deswina terlihat gusar sejak kemarin siang.
"Jangan dulu menerka sesuatu yang belum pasti. Kita tunggu saja mereka datang." Darmawan berusaha tenang walau sebenarnya iapun khawatir akan hal itu.
"Kalau seandainya mereka tanya uang itu bagaimana pa?"
"Ya kita tinggal pulangkan saja uangnya, walau belum bisa full semuanya yang penting kita ada itikad baik. Soal sisanya kita cicil saja nanti, sudahlah ma jangan terlalu berat berfikir."
Satu jam kemudian, alan dan kedua orangtuanya sampai dikediaman darmawan yang ternyata sudah ditunggu oleh sang tuan rumah.
"Duh jadi ga enak sampai tuan rumah nunggu kami di teras." Sofia langsung memeluk deswina dan melakukan cipika cipiki ala ibu-ibu komplek jika sudah bertemu.
"Soalnya yang datang tamu spesial. Mba sofi apa kabar?"
"Hah, bisa aja bilang tamu spesial. Kabar baik dong, kamu gimana? Makin kenceng aja sekarang."
"Hehe, aku rutin ikut yoga sekarang mba."
"Wah, aku ikutan gabung dong."
"Echm." Alan berdehem dan melirik ibunya memberi isyarat untuk berhenti berbasa-basi.
"Kulkas dua pintu sudah bersabda." Ketus sofia.
"Hehe, ayo ayo masuk kedalam saja. Kita ngobrol didalam, biar sambil santai."
Darmawan danu alan sofia dan deswina masuk kedalam rumah dan duduk diruang tamu rumah darmawan.
"Ayo, silahkan diminum tehnya." Deswina menawari tamunya.
"Terimakasih, maaf kedatangan kami malah jadi merepotkan." Ucap danu sungkan.
"Hanya sekedar minum saja mas." Darmawan menimpali.
"Ngomong-ngomong ada hal penting apa mas? Dari kemarin sore saya jadi kepikiran terus ini " Jujur darmawan ucapkan.
"Maaf kalau kemarin saya ga jelas kasih infonya. Hehe."
"Duh, mau mulai darimana ini ya. Saya jadi bingung sendiri."
Alan melorotkan pundaknya saat sang ayah berlama-lama dengan perasaan sungkannya.
"Kapan mau minta anak orang ini pa. Luama banget basa-basi nya." Batin alan menjerit tidak sabaran.
"Papa" sofia menyikut lengan suaminya saat danu tak kunjung bicara.
"Mama sajalah, papa ga enak." Ucap danu nyaris seperti bisikan.
"Hmm"
"Ada apa to mba sofi, kok kayaknya serius banget ini." Darmawan kembali membuka suaranya.
"Ya memang penting ini mawan."
"Soal uang yang kami pinjam kan mba?" Deswina menyela.
Alan mendelik begitu juga kedua orangtuanya bahkan mereka nyaris menggeleng kompak pertanda tebakan deswina salah besar.
"Bukan, ini bukan soal uang itu."
"Terus apa dong mba? Jangan bikin penasaran." kembali deswina berbicara tak sabaran.
"Duh, lier ini lier. Udahlah ketimbang lama." Gumam sofia.
"Ini soal alan, mungkin yang aku sampaikan ini akan mengejutkan kalian tapi jujur kami tulus dan tidak ada niatan buruk."
Darmawan maupun deswina masih diam menunggu sofia kembali melanjutkan ucapannya.
"Kami ingin melamar desta untuk alan."
Jeger
Seperti tersambar petir di siang bolong, darmawan dan deswina diam mematung dengan tubuh kaku.
...__________...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!