"Hari ini sepulang sekolah Ayu singgah di kantor bapak ya?" tanyaku kepada bapak.
"Hmmmm,,, jika mau singgah pasti anak bapak ini ada maunya". Jawab bapak.
Bapakku adalah salah satu karyawan Bank di kota kelahiranku. Dan karyawan Bank setiap bulannya akan menerima gaji setiap tanggal 25. Dan hari ini adalah hari gajian bapak.
Pak Ahmad adalah bapak dari Ayu. Beliau sangat menyayangi anak perempuannya tersebut. Tapi tidak semua permintaan ayu, Pak Ahmad akan mengikutinya. Beliau memilah milah apa saja yang bisa dituruti dan apa yang tidak bisa dituruti. Seperti hari ini. Dihari gajian Pak Ahmad, Ayu meminta dibelikan buku "Binder". Buku "Binder" seperti halnya buku harian atau buku diary pada umumnya akan tetapi, lembaran lembaran kertas di buku binder lebih berwarna dan bergambar.
Tak berselang lama, dari dapur muncullah Bu Sita. Bu Sita adalah ibu dari Ayu. Tetapi Bu sita tidak pernah menunjukkan kasih sayangnya kepada ayu. Sambil merapikan peralatan dapur yang telah di cuci, Bu sita mengomel. "Ya, ikuti saja semua kemauan anakmu itu. Memang dasar anak tidak tau diri. Taunya hanya minta dan menghabiskan uang bapak". Mendengar Omelan ibunya dari arah dapur, Ayu hanya bisa diam. Matanya berkaca kaca. Dia hanya bisa berbicara dalam hati. "Mengapa tidak ada kasih sayang ibu untukku. Sejak kecil ibu selalu memarahiku, mengumpatku. Walaupun kesalahan yang kulakukan sangat kecil. Berbeda dengan adik-adikku. Ibu sangat menyayanginya. Aku juga ingin dipeluk, bercanda tawa dengan ibu tapi rasanya itu tidak mungkin".
"Kalau begitu bapak tidak usah membelikan buku binder itu. Jika bapak membelikan, Ayu takut jadi sasaran kemarahan ibu". Ujar Ayu kepada bapaknya.
Sebenarnya Pak Ahmad juga kasihan kepada Ayu yang selalu jadi sasaran kemarahan ibunya. Entah sudah berapa kali pak Ahmad memarahi istrinya karena terlalu seringnya beliau mendengar anaknya tersebut dimarahi dan dicaci maki dengan perkataan yang tidak pantas dilontarkan oleh seorang ibu.
Menjelang pukul 07.00, Ayu dan adiknya berangkat ke sekolah. Mereka ke sekolah menggunakan sepeda motor dan berboncengan tiga. Karena Ayu dan adiknya satu sekolah jadi berangkatnya mereka sama sama.
Sesampainya di kantor, Pak Ahmad tidak dapat berkonsentrasi untuk bekerja. Dia terus memikirkan sikap istrinya kepada Ayu. Dia tidak habis pikir mengapa sikap istrinya bisa sekejam itu terhadap Ayu padahal Ayu adalah anak kandungnya. Darah dagingnya sendiri.
Di tempat lain, Bu Sita terus mengomel. "Enak saja mau mengikuti kemauan Ayu. Untuk kebutuhan dapur saja tidak cukup, malah mau membelikan buku yang tidak berguna itu".
Walaupun terus mengomel, akan tetapi Bu Sita tetap melakukan pekerjaan rumah sehari hari. Mulai dari membersihkan dan memasak untuk makan siang nanti.
Di sekolah, ketika bel istirahat berbunyi teman teman Ayu segera beranjak menuju ke kantin. Mereka ingin membeli jajanan karena perut mereka keroncongan meminta diisi. Ayu masih tidak bergeming dari kelasnya. Ia hanya membaca buku yang berada di depannya. Beberapa kali teman Ayu mengajaknya ke kantin tapi Ayu menolaknya secara halus dengan berdalih bahwa ia sudah sarapan dari rumah dan masih kenyang.
Ayu sebenarnya ingin juga ke kantin. Ia ingin berbelanja seperti teman temannya yang lain. Akan tetapi keinginan itu ia tepis jauh jauh. Ibunya hanya memberi Ayu uang untuk transport pulang. Ayu harus bijak menggunakan uang tersebut. Apabila ia membelanjakan uang tersebut, maka ia akan berjalan kaki pulang. Sebenarnya bisa saja ketika jam pulang sekolah, Ayu singgah ke kantor bapaknya untuk meminta uang transport. Tapi hal itu tidak ia lakukan. Ia takut jika ibunya mengetahui jika Ayu singgah di kantor bapak dan meminta uang transport maka itu akan menimbulkan kemarahan ibunya. Ayu mau sebisa mungkin tidak menyebabkan ibunya marah.
"Ayu, kok kamu tidak ke kantin? Jangan bilang kalau kamu sudah sarapan di rumah". Tanya Ipha, sahabat Ayu.
"Iya, tadi aku sudah sarapan di rumah kok. Jadi tidak perlu lagi berbelanja ke kantin". Jawab Ayu.
Seakan-akan tidak mengindahkan jawaban sahabatnya tersebut, Ipha menarik tangan Ayu menuju ke kantin. "Yuk, ke kantin. Hari ini aku yang traktir kamu". Ucap Ipha kepada Ayu.
Sebenarnya Ayu sangat terharu dengan perlakuan sahabatnya. Ipha tidak pernah merendahkan dan selalu memberikan hadiah kecil untuk Ayu. Ipha sangat mengetahui masalah yang dihadapi Ayu dan ia juga mengetahui perlakuan ibunya kepada Ayu. Dia sangat prihatin kepada sahabatnya tersebut tapi ia tidak bisa berbuat lebih.
Sepulang dari sekolah, Ayu lalu mengganti pakaian sekolahnya dan beranjak ke dapur untuk makan siang. Hari ini Bu sita memasak sayur daun singkong dan tempe goreng. Menu sederhana yang menjadi favorit Ayu sekeluarga. Ayu tidak pernah mengeluh dengan makanan yang dimasak oleh ibunya. Ia selalu bersyukur dengan rejeki yang diberikan.
"Makanannya jangan dihabiskan. Simpankan juga untuk bapak dan adik-adikmu". Gumam Bu sita kepada Ayu
Mendapat pertanyaan seperti itu, selera makan Ayu seolah olah telah hilang. Dalam hati ia berucap bahwa makanan sebanyak ini tidak mungkin ia habiskan seorang diri. Mata Ayu jadi berkaca kaca. Untuk makan saja, seolah olah ibunya tidak ikhlas jika makanan yang telah tersaji dimakan oleh Ayu Padahal Ayu juga adalah anaknya. Ayu juga lapar setelah seharian berada di sekolah. Jika tidak ingat dosa, mungkin Ayu sudah beranjak dari meja makan tetapi itu tidak ia lakukan. Ia ikhlas menerima semua perlakuan ibunya. Ia menganggap jika itu menjadi pahalanya kelak.
Sambil berurai air mata, Ayu segera menghabiskan makanan yang berada di piringnya. Beruntung tadi Bu Sita keluar rumah jadi ia tidak melihat Ayu makan sambil berlinang air mata. Ayu berfikir mengapa ia harus hadir di dunia ini jika hanya menerima kebencian dari ibu kandungnya sendiri. Ia tidak meminta dirinya hadir jika kehadirannya menyebabkan beban untuk ibunya. Makanan yang terasa enak seolah olah menjadi hambar. Ia tidak berselera lagi memakannya tetapi jika makanan itu ia sisakan maka itu akan menyebabkan kemarahan Bu Sita lagi. Tidak butuh waktu lama, makanan yang berada di piring Ayu telah habis. Ia ingin cepat menghabiskan makanan tersebut agar ia bisa masuk ke dalam kamarnya. Ia mau menumpahkan semua kesedihannya di kamarnya tersebut. Baginya, kamar adalah tempat ternyaman untuk berkeluh kesah. Ia bisa menangis sepuasnya dan apabila ia telah lelah menangis, maka semua kesedihannya ia tumpahkan ke dalam buku hariannya. Entah berapa banyak tulisan yang telah ia goreskan di buku tersebut. Baginya, Buku harian tersebut adalah sahabat sejatinya selain Ipha. Di buku tersebut, ia menceritakan semua kesedihannya. Bagaimana sikap Bu Sita kepada dirinya. Di buku tersebut Ayu juga menuliskan beberapa keinginannya. Ia ingin disayang oleh ibunya, diajak bercengkrama dengan penuh kasih sayang dan beberapa keinginan lainnya yang memang tidak pernah ia dapatkan selama ini. Beruntung masih ada pak Ahmad, Bapak Ayu yang sangat menyayangi dirinya. Ayu tidak bisa membayangkan jika sikap Pak Ahmad seperti dengan ibunya.
Hari ini adalah hari pertama ujian semester di sekolah Ayu. Sejak semalam, Ayu telah berusaha semaksimal mungkin untuk mempelajari semua materi yang telah diberikan oleh ibu / bapak guru. Selesai semester, Ayu berencana menghabiskan waktu liburannya di Kabupaten Polmas (sekarang sudah berganti nama menjadi kabupaten Polman). Kak Rul beserta istrinya mengajak Ayu untuk liburan di Polmas. Kak Rul kebetulan bekerja di sana. Kak Rul bekerja di salah satu perusahaan kontraktor yang menangani pengerjaan Irigasi. Sebenarnya istri kak Rul tidak sepenuhnya menetap di sana. Kak Ima adalah istri dari kak Rul. Kak Ima membagi waktu 2 Minggu di Polmas dan 2 minggu di kota Makassar. Sebenarnya Kak Ima ingin sepenuhnya menemani suaminya akan tetapi kak Ima masih mempunyai orang tua yang harus kak Ima urus. Kak Ima dan Kak Rul mempunyai seorang putri yang telah berusia 5 tahun.
Awalnya Ayu merasa keberatan untuk ikut dengan kak Rul. Akan tetapi setelah mendapat dukungan dari bapaknya, Akhirnya Ayu pun ingin ikut. Sebenarnya Ayu penasaran ingin melihat bagaimana kabupaten Polmas. Karena selama ini hanya kabupaten Enrekang yang pernah ia kunjungi. Ya, kabupaten Enrekang adalah kampung halaman Ayu. Bapak dan ibunya berasal dari kabupaten Enrekang. Tetapi Bapak dan ibu ayu besar di kota Makassar. Kakek dan Nenek Ayu dari pihak bapak masih hidup dan menetap di Kabupaten Enrekang. Kabupaten Enrekang sangat indah. Disana terdapat hamparan gunung yang menjulang tinggi, sawah sawah yang menghijau. Di Kabupaten Enrekang sangat terkenal dengan gunung Nona atau gunung bambapuang, salak, dan aneka macam sayur.
Setelah ujian selesai dan menerima raport, Ayu berangkat ke Polmas bersama Kak Ima. Ayu sebelumnya menginap di rumah kak Ima agar keesokan harinya tidak perlu repot repot ke rumah kak Ima. Semua barang barang yang akan dibawa telah dipersiapkan di dalam tas. Mulai dari baju, cemilan, dan lain lain. Ayu sangat senang karena akan mengunjungi tempat yang belum pernah ia lihat. Menjelang berangkat ke Polmas, Kak Ima dan Ayu berpamitan kepada orang tua kak Ima. Tapi sebelumnya ayu telah menelpon bapaknya. Ia berpamitan kepada orang yang sangat ia sayang. Dan tak lupa pak Ahmad berpesan kepada anak gadisnya untuk berhati hati di kampung orang.
"Hati hati di kampung orang, yu. Jangan lupa ucapkan salam ketika akan turun dan menginjakkan kaki pertama kali di tanah". Pesan pak Ahmad
"Iya pak. Insya Allah Ayu akan hati hati. Salam sama ibu. Ayu sayang sama bapak dan ibu". Jawab Ayu sambil menangis.
Sebenarnya sebelum berangkat, ayu ingin berbicara dengan ibunya tetapi ayu takut jika ibunya berkata yang menyakitkan hati ayu lagi.
Setelah berpamitan, Ayu dan kak Ima berangkat ke terminal menggunakan ojek online yang telah menunggu mereka di depan rumah.
"bismillahirrahmanirrahim. Ya Allah, Mudahkanlah perjalanan kami dan lindungi kami ya Allah". Doa ayu ketika telah berada di dalam mobil.
Dengan menempuh waktu kurang lebih 15 menit, Ayu dan kak Ima telah sampai di terminal lalu mereka segera membeli karcis di loket sesuai jurusan yang mereka inginkan. Setelah mereka mendapat tiket, mereka berjalan ke tempat bis yang telah menunggu mereka. Keadaan di terminal sangat ramai. Ayu mempererat pegangan tangannya ke kak Ima. Ia takut terlepas dan tersesat.
Setelah berjalan cukup jauh, akhirnya Ayu dan kak Ima telah sampai di depan bis yang akan mereka naiki. Sebelum naik ke atas bis, mereka menyerahkan karcis kepada petugas yang telah menunggu di depan pintu masuk.
setelah masuk ke dalam bis, Ayu dan kak Ima segera mencari nomor kursinya. Ternyata ayu dan kak Ima duduk berdampingan. Tak menunggu lama, akhirnya mobil bis telah berjalan meninggalkan terminal. Untuk mengusir rasa bosan, Ayu mengeluarkan cemilan yang telah ia persiapkan. Perjalanan ke Polmas membutuhkan waktu kurang lebih 6 jam. Sangat menguras tenaga karena harus duduk di mobil kurang lebih 6 jam. Di perjalanan, Ayu tak dapat memejamkan matanya. Ia menikmati pemandangan di sekitar jalanan yang mereka lalui. Pemandangan yang terpampang hanya sawah dan pegunungan. Hal ini membuat Ayu senang. Sekali kali ia menengok ke samping. Kak Ima berserta anaknya telah lelah tertidur. Ketika memasuki jam makan siang, bis berhenti di salah satu rumah makan langganan sopir tersebut. Para penumpang bis berjalan turun dengan tertib. Mereka merenggangkan otot otot mereka karena lelah duduk terus. Ada yang menuju ke toilet dan ada juga yang menuju ke mushalla untuk menunaikan shalat dhuhur. Ayu dan Kak Ima beserta anaknya segera memesan menu untuk makan siang mereka. Ayu memesan ayam bakar dan semangkok sup. Sambil menunggu pesanannya datang, kak Ima bertanya kepada ayu. "Bagaimana Ayu? Capek?"
"Kalau dibilang capek, ya pasti capek kak karena harus duduk selama 6 jam tapi Alhamdulillah pemandangan yang kita lalui sangat cantik. Jadi, dinikmati saja kak. Kapan lagi Ayu diajak ke Polman? Jawab Ayu sambil tersenyum.
Setelah menunggu selama beberapa menit, akhirnya pesanan mereka telah diantarkan dan tidak menunggu waktu lama mereka telah menghabiskan makanan tersebut.
Sementara itu di tempat lain, Bu Sita dan pak Ahmad bertengkar. Bu Sita merasa keberatan jika Ayu berangkat ke Polmas. Jika Ayu ke Polmas, maka tidak ada yang membantu Bu Rika menyelesaikan pekerjaan rumah.
"Pokoknya ibu tidak setuju jika Ayu berlama lama di Polmas. Kenapa bapak mengijinkan ayu ke Polmas?" teriak Bu Sita kepada suaminya.
"Selama ini Ayu tidak pernah liburan. Giliran ada yang mengajaknya untuk liburan, ibu tidak setuju. Selama ini ibu menganggap Ayu itu anak ibu atau pembantu ibu ? Selama ini Ayu telah menjadi anak yang berbakti. Ia tidak pernah membantah perkataan ibu dan ia tidak pernah melawan walaupun tubuhnya sakit jika ibu memukulnya. Ayu jika menahan rasa sakit hatinya jika ibu mencaci makinya. Sadar Bu. Ayu itu anak kandung ibu. Anak yang telah ibu kandung selama 9 bulan dan ibu lahiran dengan penuh perjuangan. Apa salah Ayu sehingga ibu begitu membencinya?" Jawab pak Ahmad kepada istrinya.
Mendapat jawaban seperti itu, Bu Sita segera berlalu masuk ke dapur. Ia tidak mau memperpanjang pertengkaran dengan suaminya. Ia tidak mau anak-anaknya yang lain mendengar pertengkaran kedua orang tuanya.
Selesai makan dan shalat dhuhur, Ayu dan Kak Ima segera naik ke atas bis. Tidak lama lagi bis mereka akan segera meninggalkan tempat tersebut. Perjalanan menuju ke Polmas tinggal 3 jam lagi. Tidak lama lagi Ayu akan segera tiba di tempat tujuannya. Kak Ima menelpon suaminya dan mengabarkan bahwa mereka sebentar lagi akan sampai. Ayu sudah membayangkan jika telah sampai, dia ingin segera merebahkan badannya di atas kasur karena badannya sangat capek akibat duduk lama di atas bis. Kak Ima hanya tersenyum mendengar keinginan adik sepupunya tersebut.
Setelah menempuh waktu kurang lebih 6 jam, akhirnya Ayu dan kak Ima telah sampai di tempat tujuan. Sebelum turun dari bis, Ayu tidak melupakan pesan bapaknya. Ayu turun dari bis menggunakan kaki kanan dan tak lupa mengucapkan basmalah. Tempat itu merupakan tempat yang pertama kali Ayu pijak jadi tak lupa Ayu memberi salam. Di depan rumah tampak kak Rul yang menunggu adik sepupu dan istrinya. Dia tersenyum sumringah menyambut kedatangan mereka. Setelah membantu kondektur bis menurunkan barang barang mereka, kak Rul mengajak kedua orang tersebut untuk masuk ke dalam rumah. Kedatangan Ayu dan kak Ima disambut dengan hujan. Jadi mereka bergegas masuk ke dalam rumah sebelum basah.
"Alhamdulillah. Akhirnya kita sampai juga kak. Badan aku serasa remuk semua". Ujar Ayu kepada kakak sepupunya tersebut.
"Alhamdulillah. Ya sudah. Istirahat saja di kamar. Nanti kakak yang bereskan semua barang barang ini. tapi sebelum istirahat, mandi sore dulu agar lebih segar". Jawab kak Ima.
Mendapat perhatian seperti itu, Ayu sangat terharu. "Andai ibu memberikan perhatian seperti itu. Pasti Ayu sangat bahagia". Gumam Ayu dalam hati.
Tak menunggu lama, Ayu bergegas mandi sore dan beristirahat di kamar. Udara yang dingin seakan akan memanggil untuk segera berbaring ditemani selembar selimut. Ketika Ayu ingin bersitirahat, kak Ima memanggil Ayu untuk menyantap bakso yang telah tersaji di rumah tamu. Ketika Ayu mandi, Kak Ima memanggil Abang bakso yang kebetulan mangkal di depan rumah. "Hujan hujan paling mantap makan bakso panas dan pedis". Ujar Ayu sambil mengacungkan jari jempolnya di depan kak Ima.
Kak Ima dan kak Rul tertawa terbahak bahak melihat kekonyolan adik sepupunya tersebut. Tak lama kemudian adzan magrib berkumandang. Bergegas mereka yang berada di rumah tamu segera mengambil air wudhu dan melaksakan kewajiban 3 rakaat.
Setelah shalat magrib, Ayu, kak Rul dan kak Ima berkumpul di ruang tamu sambil menunggu waktu isya. Sebenarnya Ayu sudah sangat mengantuk tetapi ia enggan tidur sebelum shalat isya.
Selesai melaksanakan shalat isya, akhirnya Ayu benar benar tidur. Kak Ima yang melihat adiknya sudah tertidur hanya bisa tersenyum.
"Mungkin dia capek sayang. Jadi tidurnya sangat pulas". Ujar Rul sambil mencium istrinya. Rul ingin meluapkan semua kerinduan kepada istrinya tersebut karena mereka telah 1 bulan tak bertemu.
"Sabar sayang. Aku juga sangat rindu dengan suamiku. Jawab Ima sambil mencium bibir suaminya tersebut.
Sesampainya di kamar, Ruk bertanya kepada istrinya. "Kok bisa Ayu ingin ikut dengan kamu ke Polmas sayang?" tanya rul kepada istrinya.
"Awalnya aku juga ragu ketika mengajak Ayu. Tempo hari aku hanya berbasa basi mengajak Ayu ikut. Dan aku tau pasti Tante sita tidak mengijinkan Ayu ikut. Siapa lagi yang mau membantu Tante sita di rumah kalau ayu ke Polmas? sebenarnya aku juga kasian sama Ayu. Setiap hari dia di marahi dan di caci maki. Sampai sampai aku pernah berfikir kalau Ayu itu hanya anak angkat tapi setelah bertanya kepada ibu (ibu dari rul), ibu mengatakan jika Ayu itu anak kandung Tante sita dan om Ahmad tapi aku tidak habis fikir melihat kelakuan Tante sita kepada anaknya. Sebegitu bencinya Tante sita kepada anaknya. Dan aku perhatikan ayu tidak pernah melawan kepada Tante Sita. Sejahat apapun itu perkataan Tante sita, Ayu tetap diam. Aku salut dengan kesabaran anak itu" ujar Ima panjang lebar kepada suaminya.
"Ya, begitulah sikap Tante sita kepada ayu. Ayu mendapat perlakuan seperti itu semenjak ayu kecil. Tapi dengan anak anaknya yang lain, Tante sita sangat menyayangi mereka. Sejak kecil ayu mendapat perlakuan yang berbeda dengan adik adiknya. Tapi beruntung om Ahmad sangat menyayangi Ayu. Om Ahmad akan menjadi garda terdepan jika ada yang menyakiti Ayu. Om Ahmad juga sudah beberapa kali menegur Tante sita akan sikapnya yang membeda bedakan anaknya tersebut. Akan tetapi jika om Ahmad menegur Tante sita, maka Tante sita akan melampiaskan kemarahannya ke Ayu. Aku juga heran dengan sikap Tante sita". Jawab Rul
"Sudah larut malam. Ayo kita tidur atau mau ada ronde kedua?" ujar Rul sambil menaik turunkan alisnya.
Melihat suaminya bersikap seperti itu, Ima lalu mengajak suaminya untuk tidur. "Tidur dulu sayang. Kalau mau ronde kedua, bisa bisa pinggang aku encok apalagi seharian duduk di atas bis". Ujar Ima sambil tertawa.
kemudian rul mematikan lampu utama di kamar tersebut dan menyalakan lampu tidurnya. Mereka kemudian tidur dengan penuh cinta.
menjelang tengah malam, Rul mendengar sayup sayup orang mengaji. Setelah keluar kamar, Rul mendapati adiknya tersebut mengaji. Tak ingin menggangu kekhusyukan adiknya, rul duduk di sofa di ujung ruangan. Dia tersentuh mendengar suara indah adiknya tersebut. Setelah mengaji, Ayu merapikan alat shalatnya dan alangkah terkejutnya ia ketika mendapati kakaknya telah berada di belakangnya.
"Astaghfirullah. Kakak bikin kaget saja. Sudah lama di situ kak?" tanya ayu.
"Lumayan lama kakak mendengar suara indahmu mengaji. Pasti kamu sedih ya karena berada jauh dari ibu dan bapakmu?" tanya rul kepada adik sepupunya tersebut.
tanpa menunggu aba aba, Ayu langsung memeluk kakaknya tersebut sambil berucap "Apa salah ayu kak sehingga ibu begitu membenci ayu? Bukan kemauan Ayu untuk dilahirkan. Segala sesuatu sudah ayu lakukan tapi itu tidak membuat luluh hati ibu". Ujar Ayu
Sebenarnya rul juga sedih melihat kelakuan tantenya kepada Ayu. Biar bagaimanapun Ayu adalah anak kandung dari Tante sita dan Tante sita tidak boleh membenci ayu. Rul juga tidak mengetahui latar belakang yang menyebabkan tantenya begitu membenci ayu.
"Sudahlah dek. Jangan bersedih. Tujuan kamu kesini untuk liburan kan. Senangkan hatimu selama kamu disini. Di depan rumah kakak ada gadis seusiamu. Besok kakak kenalkan. Mudah mudahan kalian bisa berteman. Nah, kalau yang di samping rumah ada juga kenalan kakak. Seorang pemuda. Kebetulan dia juga bekerja di kantor kakak sebagai tenaga laboratorium. Besok kakak kenalkan. Yang di depan rumah bernama Eda sedangkan yang di samping rumah bernama Udin. Mudah mudahan merek bisa membuat kamu betah selama liburan di sini. mereka berdua adalah suku Jawa. Mereka kesini awalnya untuk bertransmigrasi. Besok kakak akan panggilkan mereka tapi kalau Udin bisanya sore hari karena dia pulang kantor jam 17.00". Jelas rul kepada adiknya
"Sekarang kamu kembali tidur. Jangan menangis lagi. Bisa bisa om Ahmad protes dan marah kepada kakak. Kakak ijinnya membawa kamu ke sini untuk liburan. Buam untuk bersedih" ucap rul lagi kepada Ayu.
Dengan langkah gontai ayu kembali ke kamarnya. Tak lupa ia mengucapkan selamat malam kepada kakaknya tersebut.
Sesampainya di kamar, Ayu berharap kalau teman yang di maksud kakaknya berbaik hati dan mau berteman dengan Ayu. kemudian ayu terlelap tidur kembali setelah menatap dinding dinding kamarnya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!