Aku seorang dokter muda, meraih gelar dokter di usia muda bukan hal yang yang gampang untukku yang terlahir dari keluarga sederhana, lika likunya pait manisnya dunia sudah biasa aku telan sendiri.
Hingga dimana aku sedang menikmati hasil kerja keras dan do'aku bertahun tahun kini waktunya menyambut gelar yang selama ini aku impikan, bersamaan dengan aku di terima oleh rumah sakit besar dan gaji pun besar, namun kenyataan pait menimpa adikku yang tiba tiba membutuhkan donor ginjal.
.
.
.
Disaat Aku bicara sendiri di ruanganku, "Masya Allah terimakasih ya Allah sudah mengabulkan do'a do'aku dan do'a kedua orang tuaku selama ini,", menatap ruangan yang putih bersih tidak ternoda, ternyata rumah sakit besar dan terkenal itu beda ya ruangannya, Yuna tertawa sendiri.
Namaku YUNA LARASATI, hehee namanya kampungan kan, memang aku orang kampung yang cita citanya begitu besar bahkan setinggi langit, ingin menjadi Dokter ternama dan sukses agar aku bisa mengobati orang orang sakit di sekitarku.
Ponselku tiba tiba bergetar tanda panggilan masuk dari ibuku, aku mendengar kabar bahwa adikku sedang berada di rumah sakit dan sedang membutuhkan donor ginjal, duniaku hancur roboh seketika, aku harus mencari kemana aku harus membelinya dengan apa kemana dimana yang menjual ginjal.
Ternyata aku salah walawpun aku sekarang punya gelar sebagai seorang dokter tapi aku tidak bisa mengobati adikku yang sedang sakit sekarang.
Aku kira setelah menjadi dokter kehidupanku akan damai sejahtera, keluargaku bahagia.
Hidupku terasa di terbangkan lalu di bantingkan ke jurang sedalam dalamnya, aku menangis tidak bersuara, tiba tiba ruanganku ada yang mengetuk pintunya.
"Dokter ada pasien yang baru saja datang dan membutuhkan pertolongan cepat", ucap suster setelah membuka sedikit pintu ruanganku.
Antara aku ambil alih atau aku tinggalkan pekerjaan ini demi melihat adikku yang entah seperti apa kondisinya sekarang.
Bismillah ya Allah, kamu sudah janjin dan bersumpah Yuna, ayo selamatkan orang yang sedang membutuhkan bantuanmu, menghapus air mata merapihkan rambut dan pakaian.
Dengan cepat berlari ke arah suster yang tadi memanggilku, "Ayo sus", ucapku sambil terus berjalan.
"Dok hati hati ya ini bukan orang sembarangan, ini keluarga Kevin Malik, dokter tau keluarga itu kan".
"Ahhh iya aku tau, aku juga gak kudet kudet amat sus", ucapku terkekeh.
Kaget, peria yang mau aku tanganni ini, bajunya masih terkena sisa sisa darah yang sudah kering, akhh untuk urusan darah kering bisa nanti yang pasti harus aku tangani langsung peria ini,
Deg,,,,, koma, batinku sedikit bergetar, gimana ini kenapa dengan peria ini , aku terus menjalankan tugasku dengan baik.
Berusaha untuk fokus dengan kerjaan, karena yang aku tangani sekarang nyawa yang harus di selamatkan.
Keluar dari ruangan peria itu Yuna bertemu dengan seorang Kevin Malik langsung, ck peria ini mukanya sering mondar mandir di layar kaca dan sosial media.
"Bagaimana keadaannya dok?".
Muka peria itu terlihat panik, dia siapanya bukan kah dia anak tunggal, dan peria tadi belum pernah tersorot camera, lalu apa hubungannya dengan Kevin Malik ini.
Kalau di lihat secara langsung ternyata tampan juga pantas di kampus para wanita sering terdengar membicarakan peria ini, tapi belum lama anak anak kampus di buat gempar karena idola mereka ternyata sudah punya istri.
Siapa sih yang bisa mendapatkan hati seorang Kevin Malik yang di gilai banyak wanita ini, bukan hanya ketampan nya namun kerja kerasnya juga yang mereka sukai.
Aku menjelaskannya secara detail, bahkan beliau meminta biodataku dengan alasan tidak mau sembarang orang yang menangani peria yang sedang koma itu.
Baiklah namanya juga orang kaya segala bisa di beli dengan uang, lagipula alasan beliau logis.
Berjabat tangan aku menyanggupi untuk merawat peria koma itu, aku sedang butuh uang banyak untuk pengobatan adikku, kesempatan ini tidak akan aku sia siakan meskipun nyawaku taruhannya.
Beliau pamit sebentar dan menitipkan sahabatnya itu padaku, aku tau sekarang ternyata hubungan Kevin Malik dengan peria koma itu hanya sekedar sahabat.
Masya Allah beruntung sekali mempunyai sahabat yang effort nya luar biasa seperti Kevin, tidak menyangka ternyata orang kaya bisa se solid itu.
.
.
.
.
.
.
Haiiiii Utor kembali lagi membawa cerita HANDOKO PERNANDO dan Dokter cantik bernama YUNA LARASATI.
Semoga banyak yang menyukai kisah antara Han dan Yuna.....
Jangan lupa like comment dan vote ya, tanapa like dan vote kalian Utor bisa nyungsep hehehee😇
❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤
Hari ketiga aku merawat pasien koma, sudah ku periksa berkali kali memastikan, akhh apakah aku kekurangan pengetahuan batinku, semuanya sudah bagus tapi kenapa peria ini masih menutup mata.
"Bangun apakah anda tidak merasa pegal dan bosan terus menutup mata", aku mencubit pelat lengannya.
"Akhhh sakit", keluhnya sambil membuka mata.
Degg,,,, mampus Yun lo apa apaan sih cari mati, "Ehh anda sudah sadar", cengirku.
"Dokter gila", umpatnya kesal.
"Hey anda bilang saya gila berarti selama beberapa hari ini anda di rawat oleh orang gila dong".
"Berisik".
"Apakah mau saya panggilkan keluarga atau sahabat anda", tanyaku yqng sebenarnya ada sedikit rasa takut.
"Tidak usah biarkan mereka sedang sibuk".
Ck ternyata perhatian dan mengerti juga kesibukan orang lain ni orang.
"Kaki saya kenapa tidak bisa di angkat?", suara nya mulai meninggi.
"Maaf meskipun ini berat untuk anda terima tapi saya harus memberi tahunya, kaki anda mengalami kelumpuhan".
"Tidak bisa di sembuhkan?", membuang napas dengan berat.
"Kemungkinnan sembuh hanya 30 dari 100%, tapi tetap kita berusaha dan berdo'a semoga tuhan memberikan keajaibannya".
"Cih, gak guna untuk apa menjadi dokter kalau tidak bisa menyembuhkan orang sakit".
Degggg,,,, benar bahkan aku tidak bisa menyembuhkan adikku, "Saya bukan tuhan pak, menjadi dokter itu hanya perantara selebihnya hanya tuhan yang bisa menyembuhkan".
"Bodoh".
Menyebalkan sekali peria ini, tapi kenapa semua orang menangisinya pas dia koma, baru saja membuka mata ucapannya sungguh di luar nalar.
.
.
2 hari ini aku merasa bebas tanggung jawabku sudah tidak ada pada peria lumpuh itu, sekarang tanggung jawab penuhku hanya adik satu satunya yang sedang bertarung dengan penyakitnya, tapi tidak lama ponselku bergetar kembali tanda panggilan masuk lagi.
Pikiranku buntu aku membutuhkan uang secepatnya, kondisi adikku semakin menurun.
Lagi lagi seorang Kevin Malik mengajak kerja sama denganku untuk bisa menjaga peria lumpuh itu di salah satu pulau, awalnya aku tidak mau namu tawarannya sangat menggiurkan beliau akan menanggung biyaya pengobatan adikku asal aku bisa menjaga peria lumpuh dan arogan itu selama disana sampai batas waktu yang tidak di tentukan, bahkan jika dia sembuh bonus untukku bisa membeli mobil baru.
Sepertinya mereka memang memanfaatkan keadaanku, tapi tidak apa aku harus bersyukur karena merekalah adikku tertolong dan langsung mendapatkan pendonor ginjal di hari itu juga.
Di hari esoknya aku ikut dengan peria lumpuh itu, tatapannya padaku tidak bersahabat sama sekali, ada apa dengan peria ini padahal tadi terlihat seperti orang baik banyak tersenyum dan sepertinya penyayang juga, tapi kenapa denganku sudah seperti musuh bebuyutan saja.
Ya Allah langkah ku terasa berat namun aku butuh uang, jalanku sudah sangat buntu rasanya, di sepanjang jalan mataku terus menatap jendela, ternyata lautan itu indah tidak semengerikan seperti yang aku bayangkan selama ini.
"Pak ini sudah waktunya jam makan siang", aku memberikan makan siangnya.
Dia makan dengan tatapan lurus kedepan, makannan yang ada di hadapannya sepertinya tidak di lirik sedikitpun namun anehnya makannan itu sampai habis tidak tersisa, tidak ada kata terimakasih padaku yang dia ucapkan, akhh sudah lah aku tidak mau pusing toh aku di bayar nya sama Kevin Malik bukan sama orang ini batinku.
"Minumnya pak", aku menyodorkan lagi botol mineral yang sudah ku buka tutupnya, dia hanya melirik seperti tidak suka padaku.
Ada apa dengan orang ini sih susah sekali membuka mulut untuk bicara padaku.
Sampai pulau aku kira akan ada orang lagi selain kami berdua ternyata tidak mereka semua hanya mengantarkan saja dan yang paling membuat aku kaget selama kami disini hanya akan ada yang mengirim bahan baku makannan 2 minggu sekali.
Setelah orang orang yang mengantarkan kami kesini pamit, peria itu menatapku sengit namun lagi lagi tidak ada kata kata yang keluar dari mulutnya.
"Jika perlu sesuatu panggil saya pak", aku membungkuh hormat.
"Saya punya tangan", tekannya.
Kaget,,, ya Allah salah apa aku sama orang ini, batinku, "Baik pak saya permisi", aku mundur 3 langkah berbalik langsung pergi menjauh darinya, hanya bisa memantau dari kejauhan sebab jika terus dekat peria itu menatapku sudah seperti serigala yang sedang marah.
Sabar Yuna semoga Allah menurunkan keajaibannya agar peria ini secepatnya bisa jalan, menyemangati diri adalah jalan satu satunya.
.
.
.
.
.
.
.
Selama satu bulan kami jarang sekali bicara hanya seperlunya saja, meskipun begitu tatapan peria ini sekarang berbeda tidak seperti hari pertama pas kami disini.
Beruntung sekali istrinya pak Kevin mau membantu dan bekerja sama denganku, beliau mengirimkan bahan bahan alami seperti apa yang aku butuhkan, aku juga sesekali keluar mencari bahan bahan alam liar yang tumbuh di pulau ini.
Setiap pagi dan sore aku rutin memberi ramuan khusus untuk peria ini meskipun kadang kami harus bertengkar dulu.
"Stop saya sudah tidak mau minum itu lagi, minuman macam apa itu rasanya sangat pait".
"Ya jelas pait namanya juga obat, yang manis itu gula, mau makan gula agar tambah penyakit diabet?, plis deh pak ini tu untuk membantu kesembuhan anda jangan terlalu keras punya otak, apa tidak bosan berjalan menggunakan kursi roda terus menerus, apa anda tidak ingin berkumpul lagi dengan sahabat sahabat anda disana".
"Sudah berani melawan rupanya", tersenyum miring.
"Ini bukan melawan, Astagfirullohalazim pak Han perasaan anda sudah tua dan harusnya bisa mencerna apa arti dari ucapan saya tadi".
"Cerewet".
"Kalau saya tidak cerewet anda tidak mau minum obat", aku sudah merasa kesal, peria ini menyebalkan tua tua susah di nasehatinya, setiap malam selalu begadang sibuk dengan laptop yang selalu ada ti hadapannya.
Aku pun merasa aneh kenapa di pulau ada signal bahkan sangat lancar, dari mana listrik ini berasal padahal tidak ada kabel, terus dia bicara apa aku sering tidak paham, aku hanya tau 2 bahasa inggis dan indonesia paling sesekali nonton derama korea tapi tidak ada omongannya yang sama seperti apa yang peria ini ucapkan.
"Kita waktunya latihan berdiri", semangatku agar cepat sembuh peria ini dan aku bisa memeluk Ayah Ibu dan adikku lagi.
"Sakit saya tidak mau", Han menggeleng kekeuh tidak mau.
Trenggg....sudah bisa Han pastikan dan tebak juga siapa yang menlpon dokter gila ini kalau bukan Nadira istrinya Kevin.
"Puas ucapnya kesal".
"Saya seperti ini hanya karena ingin bapak cepat sembuh, sudah itu saja yang saya harapkan".
"Tapi tidak dengan terus di siksa dan di kasih racun setiap hari".
"Astagfirulloh pak itu bukan racun, itu ramuan agar melenturkan urat dan otot otot yang sudah hampir mati, sedangakn belajar berdiri ini namanya terapi agar tidak kaku, kalau sakit sedikit ya wajar".
"Kenapa lo ini berisik sekali", Han geram mendengar ocehan Yuna terus etiap hari.
"Sudah cepat ayo saya bantu".
Dengan malas Han mengulurkan tangan nya, setiap hari kegiatannya ini ini dan begini terus mending kalau tidak sakit, rasanya tulang tulangnya mau patah dan rontok semua.
"Kenapa anda ini berat sekali, saya rasa berat badan anda bukan sembarang berat mungkin ini keberatan dosa".
Dada Han terasa di bentur dengan batu besar, ya mungkin memang ini karma untuk nya.
"Jika tidak niat membantu pergi sana", usir Han.
"Ya Allah harus sabar pak, jika marah terus takutnya nanti penyakitnya bertambah dengan struk semakin gelap kota ini yang anda rasakan nanti", saut yuna kesal.
"Ucapanmu semakin kesini semakin gila".
"Sudahan pak jika debat terus kita tidak akan bisa melakukannya, harus dengan hati senag agar hasilnya baik".
Sekuat tenaga Han berdiri, berpegangan pada mejanya, melangkahkan kakinya dua langkah, sakitnya luar biasa Han sampai bertertiak, "Akhhhh sakitttt".
.
.
.
.
.
.
.
.
Bersambunggg🖤🖤🖤🖤
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!