NovelToon NovelToon

Suami Berondongku 2

BAB. 01

Kehidupan keluarga Vano sangat harmonis. Walaupun kadang kala ada pertengkaran dan perdebatan kecil yang mewarnainya. Justru hal itulah yang membuat keduanya semakin mesra menginjak usianya yang semakin bertambah. Di tambah dua buah hati yang kini sudah dewasa dan semuanya adalah anak yang patuh.

Namun, saat Axel sedang menyukai gadis yang bernama Kila, ia mendapat petentangan dari Mama dan juga Papanya. Karena Kila usianya di atas Axel. Nindy ngga mau kejadian yang sama terulang kembali.

Pagi yang cerah, dimana sinar sang surya perlahan mulai mengintip melaui celah dedaunan dan menyinari bumi ini.

Vano menggeliatkan badan dan sedikit demi sedikit membuka mata walau masih terasa sangat mengantuk. Ia melihat istrinya masih tertidur pulas. Perlahan menyibakan rambutnya yang sedikit menutupi pipi Nindy. Wanita yang sudah menemaninya mengarungi bahtera rumah selama 20 tahun ini.

"Cuuuuuuupppp"!!!

Sebuah kecupan manis mendarat di kening Nindy.

"Pagi sayank?" bisik Vano lembut.

"Emm pagi juga sayank" balas Nindy masih setengah terpejam. Dengan erat Vano memeluk Nindy.

"Capek ya...?" ucap Vano yang sedari tadi tak lepas pandangan dari wajah Nindy. Nindy hanya mengangguk menjawab Vano. Meskipun umur semakin bertambah, Nindy tetap terlihat cantik, karena Nindy pandai merawat badan dan kecantikanya. Hal itu yang membuat Vano semakin jatuh cinta.

"Sayank, hariini kamu nggak pengen ke mana atau ngapain gitu..?" tanya Vano. Nindy membuka mata, lalu tersenyum.

"Nggak mau, mau seharian sama kamu sayank..." jawab Nindy menggoda Vano. Vano menyentil hidung Nindy dengan lembut. Lalu mengecupnya dengan lembut. Tak tahan dengan bibir istrinya, Vano pun mendaratkan ciumanya di sana, dan akhirnya, momen tadi malam terjadi lagi dan lagi. Karena keduanya belum sempat memakai baju tadi malam dan hanya memakai selimut sampai pagi ini. Jadilah mereka berolah raga pagi.

Sekitar 10 menitan keduanya terengah-engah karena kenikmatan. Peluh membasahi keduanya.

"Makasi sayank, kamu tetap sama seperti yang dulu, tiap hari kamu bikin aku jatuh cinta lagi lagi dan lagi..."

"Ah bisa saja kamu yank, akukan sudah tua, umur saja udah 50 tahun lebih yank..." jawab Nindy sambil membelakangi Vano.

"Walaupun kamu 50 lebih, tetep ga da yang bisa menggeser posisi kamu di hati aku, only you my wife..."

"Idih, gombal ah...."

"Ow ta ajak olah raga pagi lagi og kalau gitu..."

Vano menggoda Nindy san sengaja membalikan badan Nindy menghadap ke arahnya. Nindy sontak bilang ampun dan tertawa cekikikan. Sungguh sangat bikin orang lain saja.

"Yank tolong ambilin baju aku dong, aku mau bangun nih...?" pinta Nindy.

"Ambil sendiri ah..." jawab Vano meledek.

"Malu iiihhh, kan gak pake baju sama sekali."

"Kenapa mesti malu, kamu udah berapa tahun hidup bersamaku yank, iiihhh tak gigit beneran og, bikin gemes saja..."

"Ya udah kamu tutup mata dulu yank, jangan ngintip yach?" pinta Nindy. Vano mengiyakan, namun itu hanya bohongan. Saat Nindy berdiri dan hendak mengambil bajunya yang berada di lantai, Vano dengan cepat berdiri dan membopongnya. Sontak saja Nindy kaget bukan main.

"Ehh yank, apaan sih...?"

Ssssssstttttt

Vano tersenyum dan membawa istrinya ke kamar mandi.

"Kita mandi bareng sayank..." bisik Vano lembut.

Semakin menambah mesra saja dalam bopongan Vano, Nindy mencium bibir suaminya dengan mesra. Gairah pagi keduanya semakin berkobar saja. Mengalahkan pasangan muda yang tengah di landa asmara.

Entah berapa kali adegan itu terjadi. Yang jelas pukul 09.00 wib, keduanyabaru keluar kamar dengan baju santai namun rapi.

"Pagi Pah, Mah...?" sapa Zia yang sudah mager di depan televisi. Biasa nonton kartun, kelakuan Zia masih kayak bocil sih.

"Pagi juga sayank...." balas Nindy dan langsung berjalan menuju dapur. Sedangkan Vano duduk bersama putrinya. Vano ngobrol santai bersama putrinya. Sesekali terdengar canda tawa antara anak dan papa tersebut.

Nindy sedang sibuk menyiapkan sarapan pagi. Karena hari ini hari libur, jam sarapan juga agak siang. Bukan karena hal itu, melainkan kebanyakan olah raga di kamar dan bikin males keluar kamar.

Tak berapa lama, Axel keluar dari kamar. Dengan hanya memakai singlet dan celana pendek menampakan kekekaran badanya. Ia semakin tampan saja. Bahkan ketampanan Vano waktu masih muda bisa di kalahkanya. Namun sayangnya, ia di tinggalkan ceweknya, dan kini ia bersikap dingin dengan cewek.

"Pagi Pa...?"

"Baru bangun kamu...?"

"Iya pah..." sahut Axel dan menyahut cemilan yang tengah di pegang Zia.

"Iiiihhhhh, kakak, kembaliin...!!" seru Zia dengan melotot. Vano hanya tersenyum sambil menggeleng-gelengkan kepala. Kapan lagi akan melihat momen seperti ini jika bukan sekarang dan mumpung masih ada kesempatan. Jikakelak mereka sudah berkeluarga, mungkin tidak akan pernah lagi seperti ini. Jadi Vano membiarkan jika kedua anaknya saling jail satu sama lain.

Axel cuek, mengunyahnya sambil duduk di dekat Zia. Zia berhasil merebutnya.

"Pelit amat jadi adek..."

"Biarin huuu..."

"Kak anterin Zia ya ke rumah Dea..."

"Ogah, males..." jawab Axel ketus.

"Tuuuhhh kan, pergi sendiri gak boleh, minta anter gak mau, maunya gimana siii..." gumam Zia.

"Emang mau ke sana jm berapa..?"

"Ya masih nanti sore sih.."

"Nah itu masih nanti sore, udah ngreog aja sekarang..." ujar Axel.

Nindy muncul dari dapur karena mendengar kedua anaknya berdebat. Sedang Vano asik membaca koran paginya.

"Ribut apa sih, dari tadi Mama dengerin dari dapur gak berhenti..."

"Itu Ma, kak Axel jail..." jawab Zia dengan sewot.

"Ya sudah, ayo kita sarapan, udah Mama siapin tuh..."

"Ayo Pah...?" ajak Nindy menghampiri Vano.

Vano melipat koranya kembali untuk kemudian sarapan bersama keluarga kecilnya.

Bersambung....

BAB. 02

Ndeertt ndeert nderrtt

Suara ponsel Axel bergetar berulang kali. Namun tak segera di angkat oleh sang pemilik, karena saat itu Axel tengah duduk santai di depan televisi dan tidak mendengarnya.

"Di mana sih nih anak, pas lagi penting-pentingnya mesti gak di angkat!! Huuuhhhh...!!"

Angga mendengus karena panggilanya tak mendapat jawaban dari temenya. Ia mencoba menelfon lagi, untuk beberapa saat tak ada jawaban juga.

"Aaaaiiissshhhh!!! Axel, angkat dooongg!!!" umpat Angga yang mendekatkan bibirnya di depan ponsel yang di pegangnya. Karena kesal, ia masuk ke dalam mobilnya dan melesat meninggalkan tempat ia nongkrong tadi.

Angga, nama lengkapnya yaitu Firman Adi Erlangga , yang berstatus sebagai teman Axel dari SMA hingga kuliah di kampus yang sama. Anak seorang konglomerat, namun sayang, ia tak mempunyai saudara alias anak tunggal. Ia adalah anak dari Joseph Firmana dan Reana Margareta yang merupakan pemilik perusahaan ternama di kotanya.

"Waduuhhh ada apa ni anak, miscall ampe puluhan kali..." ujar Axel yang mengerutkan dahi saat melihat ponselnya di kamar. Karena penasaran, Axel mencoba menelfon balik Angga. Beberapa saat tak ada jawaban. Panggiln tak terjawab.

"Hallooo, lu angkat juga, ada apa sih nelfon gua...?" ujar Axel saat Angga mengangkat telfonya.

"Tar sore kita nongkrong tempat biasa, ada yang mau gua omongin ama lu, Xel..."

"Tar soree...? "

"Iya.. "

"Eeemmmm, oke deh, tapi btw ada apa si, lu mau ngomong apa, bilang sekarang kan juga bisa, bikin gua penasaran aja..."

"Aaahhh tar aja, kalau gua ngomong sekarang, kamu gak jadi penasaran dong, wkwkwkw...."

"Huuuuuu, dasar dodol lu..."

"Biarin, kan enak di makan...."

"Kak pinjem carger...!!!" suara Zia yang memotong percakapan kedua sahabat itu.

"Iya, tuh ambil aja."

"Eh, ada Zia ya..."

"Iya, biasa tu anak main slanang-slonong aja masuk kamar kakaknya."

"Ya udah, jangan lupa tar sore, gua jemput."

"Siap pak sopir, wkwkwkw..."

"Aaahhh, sialan lu, mang gua sopir pribadi lu...?"

Keduanya segera mengakhiri telefon. Karena udara siang itu sngat puanas sekali, banyak orang yang memilih berdiam diri di rumah. Ada juga yang saking teriknya panas matahari, sampai-sampai memesan makanan lewat aplikasi gofood. Vano terlihat hanya memakai kaus singlet, diteras favouritnya yaitu di samping rumah yang merupakan tempat ternyaman buat santai saat ia sedang weekend bersama anak dan istrinya, ia terlihat sedang membaca sebuah buku sambil senderan di kursi malasnya.

"Asyik bener pah, lagi baca apa sih...?" tanya Nindy yang muncul sambil membawa segelas jus buah naga buat suaminya.

"Ini ma, lagi baca buku panduan kiat sukses mengelola sebuah restoran, yang tentunya buat restoran kita, walaupun bisa di bilang belum terlalu besar.." ucap Vano tersenyum.

"Iya pah, mama doain, restoran kita selalu lancar, dan berkah buat keluarga kita, dan semoga papa bisa buka cabang, aamiin."

"Aamiin, makasi istriku sayang, doa kamu adalah semangat bagiku, apalagi doa istri yang sabar dan baik hati seperti kamu sayank, langsung di dengar oleh Tuhan."

"Aamiin pa. Ini, di minum dulu jusnya, biar perutnya gak buncit." ujar Nindy yang duduk di sebelah Vano dengan manjanya.

"Makasi sayank, kamu adalah the best wife..."

"Iiiihhh, papa bisa aja..."

Sungguh, kemesraan yang selalu terjaga hingga anak-anak mereka dewasa. Walaupun terkadang ada sedikit kerikil yang mengganggu jalan mereka, namun semua itu dapat Vano dan Nindy selesaikan.

Sore hari.

Sekitar pukul 16.00 wib, Axel keluar dari kamarnya. Rupanya ia tertidur sejak siang tadi. Dengan mata yang masih merah karena abis bangun tidur, dan rambut yang masih acak-acakan, ia menuju dapur. Dengan segera ia menuang segelas air putih ke dalam gelas yg ia raih dari rak piring.

"Aahhhhh, segernya..." gumamnya sendiri lalu meletakan gelas di meja.

"Udah bagun, sayang..." sapa Nindy kepada putranya itu.

"Iya Ma, kalau kita nyempetin tidur siang, badan terasa enak ya...." jawab Axel yang tersenyum kepada Nindy.

"Waduhhh, kenapa ini ikan bisa mati, Mah...?" ujar Axel saat melihat ikan mas koki peliharaanya mati satu. Ia mengambil ikan yang sudah kaku dan mengapung itu dengan jaring kecil yang ia beli bersama aquariumnya dulu lalu di taruhnya dalam ember kecil.

"Mana mama tau Axel, kan kamu yang merawatnya, kok nanya ke mama...?" jawab Nindy menghampiri Axel.

"Yaaaaahhh, sayang banget, padahal ini yang paling Axel suka, Mah..."

"Besok beli lagi, gak usah susah-susah..." sahut Vano yang baru saja selesai mandi sore.

"Iya pa, iya..."

Axel lalu mengubur ikan kesayanganya.

"Oh iya Pa, nanti Axel mau ijin kluar sama Firman..." kata Axel yang udah selesai mengubur ikan kesayanganya.

"Iya boleh, asal pulang jangan malam." sahut Nindy. Vano hanya senyum sambil mengangguk-angguk.

"Siiiippppp..!!!!" jawab Axel mengacungkan jempolnya.

Ia pun segera bergegas ke kamarnya untuk mandi. Karena sebentar lagi, Angga akan menjemput sesuai dengan janjinya.

Bener juga, tak berapa lama setelah Axel selesai mandi, ada seseorang yang membunyikan bel pintu rumah.

"Eh nak Angga, mari masuk, Axel masih di kamar..."

"Eh, i...iya tante..."

"Silahkan duduk, bentar ya tante panggilin Axelnya.."

"Ga usah Ma, Axel udah di sini kok..."

"Baru mau Mama panggil..."

"Ya udah, Axel pamit Mah, Pah...."

"Saya juga pamit Om, Tante..." Vano dan Nindy mengangguk.

Setelah bersalaman, Axel dan juga Angga segera berangkat. Mobil segera melaju dengan kecepatan sedang. Axel mencoba memancing Angga, berbicara yang menjurus ke hal yang ingin ia bicarakan. Namun Angga tetap kukuh dan teguh pendirian bahwa ia akan menyampaikanya jika sudah di cafe tujuan mereka.

Bersambung......

BAB. 03

Sebuah meja yang berada di pojok cafe, telah di pesan oleh Angga. Mereka telah mengisi sofa yang empuk dengan model estetic tersebut dengan posisi duduk yang santai. Obrolan kecil telah mengawali candaan mereka. Kebanyakan pengunjung dari cafe tersebut dari kalangan anak muda. Karena selain tempatnya strategis, nyaman dengan segudang hidangan dari appetizer sampai dessert, semua sangat enak dan tentunya dengan harga yang sangat terjangkau. Oleh karena itu, tidak salah jika Axel dan teman-temanya menjadikan cafe tersebut sebagai cafe langganan untuk sekedar nongkrong ataupun ada acara.

"Apakah saya boleh bergabung dengan kalian...?"

Suara nan merdu juga familiar itu tak asing di telinga Axel, telah menghentikan obrolan mereka. Seorang perempuan dengan tinggi 170 cm, perawakan putih dan wajah kebarat-baratan itu telah berdiri dengan senyuman menghiasi kedua sudut bibirnya di samping Axel.

Terkejut dan tak percaya. Axel saat ini tengah beradu pandang dengan cewek yang berada di sampingnya.

"Kamu...?"

Spontan Axel mengalihkan pandanganya kepada Angga. Lewat tatapan matanya, Angga tau kalau sahabatnya itu sangat tidak suka. Dan ia berusaha mengalihkan pembicaraan.

"Eh, Lu Sya, kapan lu balik....?" tanya Angga basa-basi.

"Baru 2 hari kemaren, tapi ngomong-ngomong aku boleh gabung nggak sama kalian...?" tanya cewek yang bernama Tasya itu.

"Boleh silahkan.." ucap Angga dengan cepat.

Raut wajah Axel masam. Tasya dan Angga sangat paham betul kalau Axel sangat tidak suka dengan kehadiran Tasya

Tasya adalah teman semasa SMA Axel dan juga Angga. Cewe cantik, pinter sekaligus jadi primadona di sekolahnya. Namun, keberuntungan hanya milik Axel, Tasya jatuh cinta kepadanya sejak ia duduk di bangku kelas 1 SMA. Gayung pun bersambut. Axel membalas cinta Tasya. Awal dari jadian, sampai kelas 2, Axel tidak memberi tahu kepada Vano dan Nindy. Axel belum berani memberitahu keduanya. Hingga kisah asmara mereka ketahuan saat kenaikan kelas 3. Kisah asmara mereka pun cuma sebatas makan bareng, ngerjain PR bareng, dan kadang-kadang maen bareng-bareng juga, dan itu pun rame-rame. Jarang sekali bahkan tidak pernah sekalipun Axel main berdua atau bahkan sampai nonton berdua. Karena Axel selalu mengingat pesan Mama dan Papanya, kalau harus mementingkan sekolah dulu. Dalam hati kecil Axel, ia sangat merasa bersalah kepada Mama dan Papanya, namun soal hati dan rasa, manusia apalah daya, kita boleh berkehendak tapi Tuhan lah yang mengatur semuanya.

Tasya adalah cinta pertama Axel. Ia adalah gadis yang mengisi hatinya, membuat hari-harinya penuh bunga. Berwarna-warni indah sekali. Teman-teman Axel dan juga Tasya juga sangat mendukung mereka. Yang cowok ganteng dan yang cewek cantik. Juga sama-sama pinter dalam hal mata pelajaran. Tasya begitu memikat hati Axel, karena selain cantik dan pinter, ia juga sopan.

Hingga satu kejadian saat akan kelulusan sekolah tinggal beberapa minggu lagi, sebuah tragedi terjadi. Hal itu begitu mengejutkan dan menggemparkan satu sekolahan mereka.

"Xel, Xel....coba liat itu...?" tunjuk Angga ke arah gadis yang tak lain adalah Tasya. Terkejut dan mendidih darah di dalam tubuh Axel. Bagaimana tidak, Tasya terlihat sedang makan malam bersama seorang cowok yang gantengnya setara dengan Axel di sebuah cafe. Saat Axel dan teman-temanya sedang ada acara ultah temanya dan Tasya di ajak ga bisa ikut dengan alasan ada acara bersama keluarga. Tasya tak tahu kalau acara teman Axel di adakan sama dengan tempat yang sekarang ia pesan bersama teman cowoknya. Tak banyak bicara, Axel berjalan ke arah meja Tasya. Gadis itu tak sadar kalau Axel tengah menahan amarah menuju ke arahnya. Ia masih saja asik makan malam dan sesekali bercanda tawa dengan cowok di hadapanya itu.

"Oh...inikah acara keluarga yang kamu bilang kemarin, nona Tasya...?" ujar Axel dengan tenangnya.

"Ax....Axel? Ka.....kamuuu....?"

Dengan tergagap Tasya berucap dan langsung berdiri. Wajahnya mendadak pucat pasi. Bibirnya kelu, tak tahu apa yang harus ia katakan. Buntu.

"Iya, ini aku, kenapa? Kaget ya...?" jawab Axel dengan tenang walaupun di dalam hatinya amarahnya hampir meledak-ledak. Seperti gunung berapi yang siap mengeluarkan lahar apinya. Namun Axel dapat menahanya. Bahkan sekarang ia terlihat tenang. Pandanganya ke arah cowok yang bersama Tasya.

Cowok yang tengah makan bersama Tasya berdiri dan berada di samping Axel.

"Sayang, siapa cowok ini?"

Kedua mata Angga dan Axel terbelalak, Tak percaya dengan apa yang barusan di katakan oleh cowok itu.

"Sayang...? Udah semesra inikah panggilanya? Kok aku nggak tau ya...? Aku butuh penjelasan Sya..." ucap Axel yang memejamkan kedua matanya sebentar. Iatak habis fikir, apakah ia yang terlalu bodoh dengan cintanya kepada Tasya, atau Tasya yang terlalu pintar menyembunyikan itu semua. Ia tersenyum kecut sendiri.

Angga yang berdiri di samping Axel terlihat cemas dan khawatir. Ia takut kalau terjadi keributan antara Axel, Tasya dan cowok yang bersama Tasya.

"I.... Ini......" ucap Tasya terbata saat akan menjelaskan siapa Axel.

"Sssssttt!!! Tak perlu kau jelaskan sekarang. Nikmati saja makan malam kamu.."

"Axel..." kedua mata Tasya terlihat sendu. Sedangkan Axel tak mau melihatnya.

"Cukup Sya., aku ngga mau denger penjelasanmu sekarang. Besok di sekolah, aku mau kamu jelasin semuanya. Saat aku dan kamu tak di kuasai emosi. Saat hati sama fikiran aku dan kamu agak tenang. Sekarang, lebih baik kamu terusin makan malamnya. Oh iya maaf bung, udah ganggu makan malam kalian." kata Axel yang menepuk palen pundak cowok tersebut. Axel tersenyum manis kepada keduanya. Axel segera berlalu dari hadapan Tasya.

Angga menarik nafas lega. Bangga dan salut kepada sahabatnya. Karena emosi tak berhasil menguasainya. Ia berhasil menahanya. Dengan lembut, Angga mengusap punggung Axel dan mengikuti Axel berjalan menjauh dari meja Tasya.

"Ini yang gua salutin dari lo Xel, lo sangat gentle..." bisik Angga pelan. Axel hanya tersenyum tipis dan terus berjalan menuju meja temenya yang ngerayain ulang tahun.

Bersambung...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!