Di sebuah kamar yang luas dengan nuansa serba putih. Perempuan cantik berwajah imut sedang mematut diri di depan cermin. Tangan kecilnya bergerak luwes memoles bibir mungil dan berisinya dengan lipstick warna merah menyala. Memberikan sentuhan terakhir hingga wajahnya cantik sempurna sekarang.
Dia adalah Freya Feybrina Redcliver, artis papan atas berusia 26 tahun yang akhir-akhir ini sangat populer karena membintangi film-film hits nan booming bersama beberapa aktor tampan. Artis yang sangat digandrungi oleh kaum muda-mudi. Selain memiliki tubuh indah dengan rambut lurus hitam berkilau bak model iklan shampoo, juga wajah kecil imut yang cantiknya kebangetan karena ada lesung pipi mungil yang membentuk setiap dia tersenyum, Freya juga memiliki suara lembut nan merdu, tak heran jika ia sudah merilis lebih dari sepuluh album solo. Freya adalah sosok yang sempurna di mata para fansnya.
Tok tok tok tok.. Suara ketukan empat kali terdengar .
"Masuk!" jawab Freya sedikit berteriak, tangannya sibuk memasukkan berbagai peralatan make up ke dalam tas kuning merk terkenal yang terbuat dari kulit buaya. Tas yang menjadi favorit Freya dari semua koleksi tas mewahnya.
"Mammy, kenapa kakak cantik belum datang?"
Seorang anak laki-laki tampan yang berusia lima tahun muncul setelah pintu kamar Freya terbuka. Freya menghentikan aktivitasnya demi melihat anak semata wayangnya yang ternyata sudah memakai pakaian yang bagus yaitu celana pendek berbahan jeans dan kaos warna kuning bergambar Ironman.
"Oh , benarkah kakak Luna belum datang? Coba aku periksa apa ada pesan darinya atau tidak."
Freya mengambil ponsel yang sudah masuk ke dalam tas, dan mendapati sebuah pesan dari Luna, pengasuh anaknya.
"Ah, ternyata kakak Luna sedang sakit Rain. Ayo berangkat bareng Mammy saja."
"Yaaaaah…. padahal hari ini kita mau ke kebun binatang Gembira Riang. Kakak cantik sudah janji mau nemenin ke sana."
Freya yang masih sibuk memata barang-barang ke dalam tas, menoleh ke arah Rain. Mendapati anak itu sedang cemberut dengan raut sedih.
"Benarkah hari ini mau ke Gembira Riang?" tanya Freya terkejut.
"Iya Mammy, aku sudah memberitahu Mammy sejak seminggu yang lalu kan?" jawab Rain dengan bibir yang masih manyun.
"Benarkah, yaampun, Mammy lupa sepertinya." Freya menepuk dahinya sendiri, akhir-akhir ini ia menjadi pelupa meski usia masih sangat muda. Mungkin karena begitu banyak pekerjaan membuatnya gampang melupakan sesuatu.
"Huuh, Mammy sih sibuk kerja terus." cetus Rain dengan jengkel. "Hari ini aku mau Mammy temani ke kebun binatang, aku nggak mau sama Miss Rere terus."
Freya yang sudah menutup tas selempang kuningnya mendekati Rain , lalu menunduk hingga wajahnya dekat dengan anak itu. Sementara Rain malah memalingkan wajah, karena tahu setelah ini "Mammy"nya akan membujuknya setengah mati.
"Rain…." panggil Freya secara perlahan, dengan suara yang halus nan lembut. "Pagi ini Mammy ada pemotretan penting, Rain sama Miss Rere aja ya, Mammy akan minta Miss Rere jagain kamu. Nanti Mammy akan nyusul setelah pemotretan selesai, Mammy janji." bujuk Freya.
"Nggak mau Miss Rere, mau sama Mammy aja." jawab Rain ketus.
"Rain…"
Freya masih ingin membujuk saat tiba-tiba anak tampan itu menatapnya. Kedua mata bocah itu berkaca-kaca, membuat hati Freya meleleh.
"Aku nggak mau di ejek teman-teman karena nggak ada papi mammy yang jagain aku nanti." ungkap Rain dengan suara yang bergetar menahan tangis.
Huuuuuuhhhhh…. Freya menarik nafas panjang, lalu menghembuskannya secara kasar. Kalau sudah melihat wajah rapuh anak laki-laki itu, hatinya langsung luluh begitu saja. Kalau dipikir-pikir lagi, ia memang sudah lama sekali tidak mengajak Rain refreshing. Terakhir dua bulan yang lalu sepertinya. Karena belakangan ini jadwal Freya sangatlah padat, sepadat jalanan ibu kota di pagi hari.
"Okey Mammy temani kamu hari ini Rain, Mammy telepon manajer mammy dulu sebentar. Jam berapa kita harus berkumpul?" tanya Freya seraya mengeluarkan kembali ponselnya.
"Jam setengah sembilan Mammy. " jawab Rain yang langsung membuat mata Freya membola sempurna. Tinggal beberapa menit lagi untuk sampai di jam setengah sembilan.
"Oh kenapa baru bilang Raiiin…." ucap Freya dengan gemas. "Persiapkan barang-barangmu yang akan kamu bawa. Setelah Mammy telepon manajer Mammy kita akan berangkat."
Freya kembali sibuk kesana kemari untuk mempersiapkan barang yang akan dibawa, sambil menghubungi managernya untuk mengatur ulang jadwal pemotretan. Freya bukan jenis orang yang suka sekali mengundur pekerjaan penting, tapi kali ini ia melakukan itu demi Rain. Meski nanti ia akan kena omel pihak fotografer.
Setelah drama persiapan mendadak yang menyita pikiran, akhirnya mereka sudah berada dalam mobil hitam keluaran lawas milik Freya, melaju dengan kecepatan sedang menuju kebun binatang Gembira Riang.
"Mammy, aku mau berangkat bareng temen-temen naik bis, bukan naik mobil gini." ucap Rain dengan cemberut karena tahu jalan yang dituju sekarang bukan jalan menuju sekolah.
Sekilas Freya menoleh ke arah Rain, lalu kembali fokus ke jalanan di depan.
"Kita udah terlambat Rain, bis sekolahnya udah berangkat. Mammy sudah mengirim pesan pada Miss Rere tadi, kita langsung menyusul ke Gembira Riang." jelas Freya dengan nafas yang sedikit tersengal karena buru-buru tadi. Saat pergi bersama Rain begini, Freya harus mengganti pakaiannya dengan pakaian yang murah dan terlihat usang, karena Freya tak ingin dikenali sebagai artis oleh orang tua teman Rain. Ia bahkan harus memakai foundation dengan warna lebih gelap untuk menyamarkan warna kulit wajahnya yang putih mulus, juga memakai hoodie untuk menutupi rambut indahnya.
"Makanya Mammy cepat-cepat cariin Papi buat aku, supaya Mammy nggak keteteran begini, kerja sambil mengurus aku sendirian." sindir Rain.
"Baiklah, nanti Mammy cariin kamu Papi yamg galak, biar kamu nggak boleh main laptop Mammy lagi." jawab Freya santai.
"Eh.. jangan yang galak-galak lah Mammy. Aku mau Papi yang baik hati dan sayang aku." tolak Rain seketika, membuat Freya tertawa puas.
Saat sampai di kebun binatang, rombongan bis sekolah Rain sudah tiba lebih dulu. Teman-teman Rain bersama para guru dan orang tua kurid yang ikut sedang berkumpul di depan loket pembelian tiket. Rain langsung menarik tangan sang Mammy untuk mendekat ke sana.
"Nah, akhirnya Rain datang juga," sambut Miss Rere yang melihat kedatangan Rain dan Freya. Namun saat menatap Freya, wajah Miss Rere langsung berubah.
"Loh, dimana tahi lalat Nona Feybrina? Apa sudah dioperasi?" tanya Miss Rere keheranan.
Refleks Freya mengangkat tangan untuk meraba jidatnya, mencari keberadaan tahi lalat besar yang biasanya ia pasang di sana selama menyamar. Namun nihil, tahi lalat itu tidak ada, jidatnya rata sekarang. Freya baru sadar jika ia lupa memasang tahi lalat di tengah-tengah kedua alisnya layaknya orang india. Ia terlalu buru-buru tadi.
"Ah, hahahha… iya habis di operasi kemarin Miss.." jawab Freya sambil tersenyum canggung.
"Sekarang malah lebih cantik Nona Fey, kayak artis yang lagi populer itu loh." puji Miss Rere.
Wajah Freya kaku seketika. Memang yang tahu identitas Freya yang sebenarnya hanyalah Bu Farah, kepala sekolah TK Pertiwi tempat Rain sekolah. Sedangkan guru-guru yang lain tak ada yang tahu, apalagi orang tua murid.
" Karena semua sudah kumpul, ayo kita segera masuk ke kebun binatang!" seru Miss Rere yang langsung mendapat seruan meriah dari anak-anak dan beberapa orang tua.
Mereka beriring-iringan masuk ke kebun binatang. Untungnya saat ini kebun binatang tak begitu ramai karena bukan weekend. Anak-anak sangat antusias melihat berbagai jenis binatang, menunjuk-nunjuk setiap binatang yang dilihat sembari bersorak riang.
"Mammy lihat! Kera kecil itu minta gendong mammynya. Lucu sekali." seru Rain sambil menunjuk gerombolan kera kecil.
"Iya Rain. Mirip sekali sama kamu waktu kecil dulu."
"ih mammy ngatain aku mirip kera?" tanya Rain dengan wajah yang mendadak cemberut.
Freya malah tertawa melihat Rain yang ngambek lalu pindah melihat hewan yang lain. Meski harus panas-panasan, anak-anak begitu senang karena bisa melihat berbagai jenis binatang secara nyata. Biasanya mereka hanya melihat di tv ataupun yutub. Tapi ada juga yang takut melihat versi nyatanya, karena biasa melihat versi kartun yang unyu-unyu.
Setengah perjalanan melihat binatang, Miss Rere menginstruksikan untuk istirahat sejenak. Miss Rere membagikan nasi kotak dan snack kepada murid-murid. Mereka duduk di bangku-bangku bawah pohon yang rindang yang menghalangi sinar panas matahari.
"Mammy, aku mau es krim itu." pinta Rain sambil menunjuk penjual es krim di dekat mereka duduk.
"Okey Rain, mammy belikan dulu. Mau yang rasa apa?" tanya Freya.
"Aku ikut Mammy. Aku mau pilih sendiri nanti."
Freya dan Rain pun mendekati penjual es krim. Freya membiarkan Rain untuk memilih es krim yang diinginkan. Sedangkan dirinya juga ikut memilih untuk diri sendiri.
"Mamanya Rain, ya?" sapa ibu-ibu berusia 35 tahunan yang menggandeng seorang anak perempuan cantik berambut keriting.
"Iya bu " jawab Freya.
"Kita belum pernah bertemu sepertinya. Salam kenal ya, aku Mira, mamanya Cici."
Wanita itu mengulurkan tangan mengajak berkenalan.
"Salam kenal bu. Saya Ff...Feybrina bu." jawab Freya lagi sambil menjabat tangan Bu Mira.
Wanita di depannya pun tersenyum sangat senang. "Cantik nama kamu Nona Fey, secantik orangnya. Pantas saja Rain sangat tampan karena ibunya secantik kamu. Aku pikir tadi kamu artis Freya yang lagi terkenal di tv itu. Mirip sekali."
Pujian dari Mira membuat wajah Freya semakin kaku. Senyum yang tadi ia terus tampilkan kini mendadak sirna. Freya buru-buru mengajak Rain kembali ke bangku yang tadi setelah membayar es krim.
"Panas sekali ya Rain," keluh Freya sembari menyingkap tutup kepala hoodie yang ia pakai, membuat rambut indah yang tadi tertutupi berkibar tertiup angin. Ia yang terbiasa bekerja di ruangan tertutup dan tempat sejuk merasa sangat gerah sekarang.
"Iya Mammy. Panas sekali. Mammy, tolong suapi aku eskrim." pinta Rain sembari menyodorkan cup es krim miliknya. Freya menuruti permintaan Rain. Ia menyuapi Rain eskrim sambil memakan miliknya sendiri. Melihat Rain yang sangat senang disuapi membuat hati Freya menghangat. Ia tahu Rain anak yang mandiri, namun bukan berarti tak mau dimanja.
Freya begitu fokus pada Rain, tak menyadari jika dari tadi Mira mengarahkan kamera ponselnya ke arah Freya dan Rain , lalu mengunggah video tentang mereka di Toktok.
Dalam sekejap saja video yang diberi caption "Mama Rain cantik banget, mirip artis Freya" itu langsung viral setelah dibagikan beramai-ramai oleh para netizen, dan langsung menjadi trending topik beberapa jam setelahnya. Sementara Freya masih santai menikmati waktu bersama sang anak. Ia tak tahu jika namanya sudah menjadi buah bibir di dunia maya.
Hari hampir petang kala Freya dan Rain sampai di rumah. Setelah menurunkan barang-barang miliknya dan Rain dari mobil, Freya langsung melabuhkan tubuhnya yang terasa lelah di sofa ruang keluarga.
"Mammy lelah ya? Mau minum jus mangga?" tanya Rain sembari ikut duduk di samping Freya. Tangannya memegang segelas besar jus mangga.
"Nanti saja Rain, Mammy akan ambil sendiri. Hahhhh… walaupun melelahkan tapi Mammy sangat bahagia bisa menghabiskan waktu seharian sama kamu Rain.." ucap Freya sembari mengacak-acak rambut Rain, membuat anak itu beringsut menjauh.
"Iss.. Mammy jangan gitu, nanti rambutku jadi keriting." protes Rain sambil merapikan kembali rambutnya.
"Haha biarin…"
Freya meraih remot di meja, lalu menyalakan tv digital besar di depannya. Jadwal syuting dan pemotretan yang padat akhir-akhir ini sungguh menyita waktunya, bahkan untuk sekedar menonton tv saja Freya tak sempat.
"Berita terpanas datang dari artis kesayangan kita Freya Redcliver. Hari ini video tentang artis Freya yang …"
Suara host yang menggebu-gebu seketika menyita perhatian Freya dan Rain. Kedua ibu dan anak itu terpaku menatap tv di depannya.
" Freya terlihat tengah menyuapi anak laki-laki kecil di sampingnya dengan penuh rasa sayang. Dan anak itu berkali-kali memanggil Freya dengan kata 'Mammy'. Ini sangatlah mengejutkan. Mungkinkah Freya diam-diam hamil dan melahirkan di luar pernikahan?"
Kemudian video tentang Freya yang tengah menyuapi Rain eskrim terpampang sangat jelas di tv. Bahkan suara keduanya juga terdengar dengan begitu jelas.
Freya dan Rain saling pandang, tak percaya dengan apa yang dilihatnya saat ini.
"Mammy, bukankah itu kita? Kenapa kita masuk tv? Siapa yang diam-diam mengambil video kita?" tanya Rain penasaran.
Freya yang masih syok hanya menggeleng. Ia pun tak menyadari jika seseorang sudah mengambil video tentangnya secara diam-diam. Freya lalu mengganti chanel tv, terus menggantinya dan yang ia lihat hanyalah berita tentang dirinya ada di mana-mana.
"Oh Rain… ini gawat. Kamu ketahuan…"
Freya merasa sangat lemas sekarang. Duduknya sampai merosot. Bagaimana tidak. Sudah selama lima tahun ini Freya mati-matian menyembunyikan keberadaan Rain dari publik. Tapi sekarang semua hanya sia-sia. Rain telah terekspos.
Freya dengan cepat menyambar tas kuning kesayangannya, lalu mengeluarkan ponsel. Jika di tv saja videonya sudah seheboh itu, pasti di dunia maya lebih heboh dari tv, pikirnya. Freya langsung menyalakan koneksi internet ponselnya yang seharian tadi ia matikan. Berpuluh-puluh notifikasi panggilan dan pesan dari Doni manajernya langsung muncul di layar ponselnya. Juga panggilan dari Rico, teman artis Freya tak kalah banyak.
Drttttt drttttt drrtttt… sebuah panggilan masuk, nama Doni muncul di layar. Freya langsung menggeser tombol hijau untuk menjawab panggilan Doni.
"Freya, kemana saja kamu? Kenapa dari siang ponsel kamu nggak aktif?"
Tanpa mengucap salam Doni langsung memberondong Freya dengan suara yang terdengar panik, kesal juga frustasi.
"Aku…"
"Kamu sudah lihat berita? Kamu viral, Fre. Oh God.. Aku tak percaya ini Fre. Siapa anak kecil itu? Benarkah itu anakmu?" tanya Doni menggebu-gebu.
"Maaf kak.." Freya tak tahu harus bicara bagaimana. Ia sendiri masih sangat terkejut.
"Kamu menyembunyikan rahasia begitu besar dariku. Kamu anggap aku apa Fre? Padahal aku selalu anggap kamu adikku sendiri, tapi kenapa kamu bahkan tak bisa percaya padaku?" tanya Doni jengkel.
"Aku akan jelaskan nanti Kak. Aku punya alasan." jawab Freya tak kalah frustasi.
"Baiklah aku tunggu penjelasanmu. Hubungi aku jika kami siap bercerita. Oh ya. Jadwal pemotretan diundur besok pagi. Jangan mangkir lagi."
Freya menghembuskan nafas dengan kasar setelah Doni mematikan panggilan. Ia lalu menjelajah beberapa akun media sosial miliknya. Ia semakin syok kala melihat semua postingannya diserbu netizen dengan kata-kata yang begitu menyakitkan. Video-video viral tentang dirinya dipenuhi dengan komentar hinaan dan hujatan. Mata Freya memanas. Bukan karena komentar-komentar sadis itu, tapi karena keberadaan Rain yang mungkin akan diketahui oleh orang-orang yang tak diinginkan.
"Are you okey, Mam?" tanya Rain khawatir melihat Freya hampir menangis.
Freya menatap Rain dengan gusar, ia mencoba untuk tersenyum supaya terlihat baik-baik saja.
"Mammy nggak papa Rain. Tapi Mammy khawatir padamu. Pasti setelah ini kamu dikejar-kejar wartawan."
"Mammy tenang saja. Aku akan lempar kepala mereka dengan kerikil sampai benjol jika mereka berani mengusik aku." jawab Rain dengan penuh percaya diri.
"Husss.. itu namanya kekerasan. Kemarilah Rain!" Freya membentangkan kedua tangannya, Rain mau tak mau masuk kedalam pelukan Mammynya. Jika biasanya ia tak mau dipeluk-peluk layaknya anak kecil, kali ini ia membiarkan Mammynya memeluknya. Ia tahu jika Mamminya sedang tak baik-baik saja.
"Mammy janji akan slalu bersamamu Rain, Mammy janji kita tak akan terpisahkan." ucap Freya sendu.
***
Di ruang rapat gedung Angkasa Mandiri Group, seorang pria muda berwajah tampan dengan hidung mancung tengah menatap ponselnya dengan tajam. Mata elang yang tajam terus menyorot video tentang Freya. Dia adalah Herjuna Davinson, putra tertua Raymon Davinson. Di depannya, perwakilan dari PT Gelora Sejahtera sedang membacakan presentasi, namun Juna tak mendengarkannya sama sekali. Ia terus mengulang-ulang video Freya, mengamati dengan teliti wajah anak kecil yang bersama dengan Freya.
Brakkkk… Suara gebrakan di meja menggema dalam ruangan yang sepi setelah pembacaan presentasi selesai. Semua orang terkejut melihat Juna yang menggebrak meja dengan begitu keras, tak terkecuali Roy, asisten Juna yang sedari tadi berdiri tegak di samping kursi tuannya.
"Kurang ajar…! Berani sekali mempermainkan aku..! " geram Juna dengan marah sambil memelototi ponselnya.
"A-a-apa ada yang salah dengan presentasinya tuan Juna?" tanya Agung, perwakilan dari PT Gelora Sejahtera.
Buggg…
Juna malah membanting ponselnya ke meja. Lalu tanpa berkata-kata meninggalkan ruang rapat, meninggalkan semua orang yang berwajah pucat pasi. Hanya Roy saja yang terlihat biasa saja, ia buru-buru meraih ponsel yang ditinggalkan Juna di meja. Matanya pun melotot sempurna setelah mengetahui hal-hal yang membuat tuannya sangat marah.
"Tuan Roy, apakah Tuan Juna tidak suka presentasi yang saya bawakan?" tanya Devan, laki-laki yang tadi membacakan presentasi dengan suara yang bergetar penuh ketakutan. Ia bisa saja langsung didepak oleh pimpinan Gelora Sejahtera jika gagal dalam misi meyakinkan Tuan Juna kali ini.
Roy menoleh, baru menyadari jika Devan mengira Juna marah padanya.
"Maaf pak Devan, kita akan mengatur ulang jadwal rapat lagi besok. Untuk saat ini Tuan Juna sedang dalam suasana hati yang buruk. Saya akan mengabari anda besok." papar Roy.
Ia membubarkan rapat , lalu setelah semua orang keluar dari ruang rapat, Roy buru-buru menuju ruangan Juna. Saat ia masuk , ia langsung mendapat tatapan setajam belati dari Juna. Membuat seluruh bulu kuduknya meremang.
"Bukankah sudah kusuruh untuk mengawasi Freya? Bagaimana bisa kamu kecolongan? Bahkan melewatkan hal yang begitu penting?" cecar Juna dengan setengah menggeram, menahan amarah yang bergejolak di dada.
"Maafkan saya, Tuan. Saya akan segera mencari tahu keberadaan anak lelaki anda." Roy menunduk dalam, tak berani menatap Tuannya yang sedang marah. Ia tahu ia telah melakukan kesalahan yang besar.
"Lakukan secepatnya. Jangan sampai gagal lagi, kau tahu akibatnya jika mengecewakan aku lagi!" perintah Juna.
"Baik Tuan," jawab Roy dengan hormat.
Juna menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi kebesarannya. Ia menghirup udara sebanyak mungkin, lalu menghembuskannya secara kasar. Ia terlihat begitu frustasi sekarang.
Setelah Freya memutuskannya secara sepihak lima tahun lalu, Juna memutuskan untuk mengawasi gerak-gerik gadis itu secara diam-diam. Juna masih sangat menginginkan gadis itu, tapi nyatanya Freya sudah tak mau meladeni dirinya. Juna hanya bisa melihat gadis itu dalam diam, mengingat tatapan penuh amarah yang selalu Freya tunjukkan setiap mereka tak sengaja bertemu.
"Astaga…" Roy baru akan membuka pintu untuk keluar saat seseorang sudah mendorong pintu dengan kencang dari luar hingga menjeplak, Roy sontak mundur beberapa langkah ke belakang.
"Tuan besar…" Roy membungkuk hormat saat seorang pria paruh baya yang berjalan dengan bantuan sebuah tongkat di lengan kanannya melewati Roy.
"Hmmm," jawab laki-laki itu.
"Anda datang tanpa memberi kabar pak Tua?" Juna yang melihat kehadiran laki-laki itu lantas beranjak dari kursi kebesarannya, mendekati laki-laki itu lalu menuntunnya ke sofa.
"Sekali lagi kamu panggil pak Tua jangan salahkan aku jika kubuat kepalamu benjol." ancam laki-laki itu dengan geram.
"Hahaha, lagian ngapain Daddy capek-capek ke sini, bukannya istirahat dengan tenang di rumah."
"Huhh, kalau bukan karena ada hal penting yang ingin aku katakan padamu, aku juga malas kesini." Pria itu mendengus kesal.
Dia adalah Raymon Davinson, ayah Juna. Dia adalah tuan Besar Davinson yang dulu sangat menguasai segala sektor bisnis, sebelum akhirnya menyerahkan kekuasaannya pada Juna.
"Daddy cukup telepon aja kalau ada sesuatu yang perlu aku urus, tak perlu repot ke sini."
Juna menatap ayahnya dengan penuh kekhawatiran. Ayahnya belum sembuh total setelah kecelakaan parah enam tahun yang lalu. Bahkan untuk berjalan saja masih harus menggunakan bantuan tongkat, sudah seperti aki-aki saja.
Tak mengindahkan protes sang anak, Raymon justru menatap tajam pada Juna.
"Bisa-bisanya kamu menyembunyikan cucu dariku Jun. Kamu tahukan aku dan mommymu sangat ingin menimang cucu. Tapi kenapa kamu malah membiarkan cucuku hidup terlunta-lunta di luar sana?" cecar Raymon dengan marah.
"Apa maksud Daddy?" Juna sampai mengernyit saat tiba-tiba ayahnya membicarakan tentang cucu.
"Cepat nikahi Freya dan bawa cucuku ke rumah!" perintah Raymon tegas.
"Tidak usah planga-plongo begitu, aku tau kamu yang menghamili Freya, aku juga tahu kalian pernah pacaran secara diam-diam selama tiga bulan."
Juna menelan ludah kasar. Apalagi saat Raymon melemparkan beberapa lembar foto tepat di depan Juna.
"Aku yakin jika dia anakmu. Kamu mirip dengannya saat kecil. Cepat nikahi Freya dan bawa cucuku pulang, atau ibumu akan marah!"
Freya mengantar Rain ke sekolah pagi itu, karena Luna belum sembuh.
"Titip Rain ya miss Rere, hari ini pengasuhnya belum bisa datang karena masih sakit. Nanti saya usahakan akan jemput tepat waktu." ucap Freya pada guru Rain yang sudah menunggu di depan kelas.
"Baik, Nona Fey, oh, bolehkah aku memanggil anda Nona Freya?" tanya Miss Rere bingung.
Freya menghela nafas. Tentu saja berita tentang dirinya juga sudah ditonton guru dan orang tua murid lainnya. Tak ada gunanya lagi Freya bersembunyi di balik nama Feybrina lagi.
"Terserah miss Rere saja. Rain.." Freya menatap Rain yang berdiri di sampingnya. "Nanti Mammy jemput ya. Jangan nakal, nurut sama Miss Rere, okey?"
"Okey Mammy," jawab Rain sambil tersenyum lebar, menampilkan gigi putih kecil-kecil yang berderet rapi.
Freya mencium pucuk kepala Rain, sebelum meninggalkan sekolah Rain.
Freya mengendarai mobilnya menuju sebuah apartemen mewah di pusat ibukota.
Freya memarkir mobil di basement, lalu masuk ke apartemen miliknya. Di sana Freya merias wajah sebelum kembali ke basement dan menaiki mobil sport putih miliknya.
***
Freya terus berjalan meski menyadari beberapa pasang mata terus melirik ke arahnya sejak tadi. Freya sudah menyiapkan diri jika beberapa waktu ke depan ia akan menjadi bahan gunjingan semua orang, ia sadar diri telah melakukan sebuah kesalahan besar dalam hidupnya. Namun hidup teruslah berjalan bukan, meskipun kita terjatuh terperosok ke lembah terdalam sekalipun. Roda kehidupan tak akan pernah berhenti berputar.
"Freyaaaa….." Rani, seorang artis senior menghambur ke arah Freya saat gadis itu masuk ke ruang persiapan.
"Haii tante Rani...tante ada pemotretan juga?" tanya Freya terheran.
"Nggak Fre, tante memang nungguin kamu. Ayo duduk."
Rani menuntun Freya untuk duduk di sofa. Beberapa artis lain sedang di make up, Freya sempat melirik ke arah Salsa yang tersenyum miring ke arahnya.
"Aku tahu ini berat, sabar ya Fre. Kalau ada masalah, jangan sungkan cerita sama tante. Tante sudah anggap kamu anak sendiri." Rani menepuk-nepuk tangan Freya dengan lembut.
"Terima kasih tante." jawab Freya.
"Kapan-kapan ajak tante ketemu anak kamu ya," bujuk Rani.
Freya hanya tersenyum saja, tak mengiyakan ataupun menolak. Beberapa detik kemudian Doni, manajer Freya masuk bersama seorang MUA.
"Bisa mulai make up sekarang? Sebentar lagi pemotretan di mulai." ucap Doni setelah sampai di dekat Freya.
"Tentu. Maaf tante, saya tinggal dulu ya." pamit Freya pada Rani.
MUA tadi membawa Freya duduk di kursi samping Salsa yang juga sedang di make up. Doni berdiri di dekatnya untuk menunggui.
"Heh, lu kecil-kecil udah pro bikin anak ternyata ya Fre," cibir Salsa sinis. Semua orang di kalangan artis tahu jika Salsa tidak menyukai Freya, dan terang-terangan memusuhi Freya.
"Bukankah kak Salsa juga udah pro, cuma belum jadi aja kan anaknya?" jawab Freya santai, tak lupa sebuah senyum manis ia sunggingkan.
Raut wajah Salsa langsung menegang, iapun melengos, sementara Freya hanya geleng-geleng kepala. Freya pun tak menggubris Salsa lagi. Setelah selesai di rias, Doni langsung membawa Freya ke halaman samping studio tempat pemotretan dilaksanakan. Pemotretan hari itu pun berjalan dengan lancar.
"Fre, bisa kita bicara sebentar?" Doni menahan lengan Freya saat gadis itu mau pergi.
"Apa yang ingin kak Doni bicarakan?" tanya Freya penasaran.
"Ayo duduk di sana." Doni menunjuk ke sudut teras yang ada dua kursi dan meja.
Freya berjalan ke sana diikuti Doni.
"Fre, lu harus segera klarifikasi tentang berita lu. Lu harus bersihin nama lu, beberapa produser sudah berunding buat berhenti pakai lu kalau lu nggak segera klarifikasi. Lu tau kan, gimana kekuatan netizen kalau sudah bersatu. Gue nggak mau kalau karir lu hancur padahal sudah sejauh ini pencapaian lu." berondong Doni.
Freya menghela nafas kasar sebelum akhirnya mengangguk.
"Besok lah gue klarifikasi."
"Jangan besak-besok mulu ya, kalau bisa secepatnya!" tegas Doni.
"Iya-iya.. bawel." jawab Freya jengkel, tapi sambil tersenyum. Biarpun jengkel, nyatanya hanya Doni yang paling sangat perhatian dengannya selama ini. Sudah lebih dari 10 tahun Doni jadi manajer Freya. Mereka sudah seperti kakak adik sungguhan.
"Jangan lupa, lu masih punya hutang janji sama gue ya." ucap Doni saat mereka sama-sama keluar studio.
"Iya kak Doni Salamankan yang kaya raya, aku pasti akan cerita semuanya kalau sudah siap." janji Freya.
"Oh, Shittttt…" pekik Doni setelah mereka sampai di depan pintu studio.
Freya juga terperangah menyaksikan banyak wartawan yang sudah berkumpul di luar.
"Itu Freya. Freyaaaaa…..!" teriak salah satu wartawan. Freya sudah ingin putar balik namun wartawan sudah mengetahui keberadaannya.
"Akhirnya aku menemukanmu, anak nakal!"
Freya sangat terkejut saat seorang laki-laki tua berbadan gempal muncul di depannya.
"A..ayah.."
Jantung Freya mendadak berdenyut hebat setelah sekian lama tak melihat sang ayah. Freya tersenyum pahit melihat wajah ayahnya yang diliputi amarah.
"Puas kamu sudah mencoreng nama baik keluarga kita? Anak tak tahu diri, beraninya membuat aib memalukan begini!" maki ayah Freya dengan lantang, tak peduli dengan bisik-bisik para wartawan di belakangnya.
Freya tersenyum miris, tak gentar dengan kemarahan sang ayah. Freya menatap pria itu dengan berani.
"Keluarga yang mana ayah? bukankah ayah memang sudah tak menganggapku keluarga?" tanya Freya dengan suara parau, berusaha untuk tak menangis.
Plakkkk
Sebuah tamparan secepat kilat mendarat tepat di pipi mulus Freya, meninggalkan jejak kemerahan yang begitu kentara di sana.
"Anak kurang ajar. Bisanya hanya membuat ulah saja. Apa kau tahu, karena aib busukmu itu saham perusahaan langsung anjlok?" teriak ayah Freya lagi.
Freya tak menjawab. Ia meringis memegangi pipinya, air matanya mendadak turun begitu deras. Orang-orang mungkin menyangka jika tamparan ayahnya begitu menyakitkan. Namun bagi Freya justru kata-kata ayahnya yang paling menyakitkan.
"Tuan, tolong jaga kelakuan anda, jangan berbuat kasar pada wanita. Dan lagi, banyak wartawan di sini, kendalikan diri anda jika tak ingin dianggap lebih buruk lagi." Doni berjalan ke depan Freya, menjadi perisai untuk artisnya. Takut jika pria gempal itu melakukan kekerasan lagi.
"Siapa kamu berani ikut campur urusanku?" geram ayah Freya.
"Tuan Jodi Redcliver yang terhormat, mungkin anda belum mengenal saya. Oleh karena itu perkenalkan, saya Doni Salmankan, manajer Freya Redcliver. Jadi segala urusan Freya adalah urusan saya juga. Saya bertanggung jawab atas keselamatan artis saya." jawab Doni dengan tegas dan mengintimidasi.
Ckkkk.. Jodi berdecak, lalu pergi begitu saja. Freya yang bersembunyi di punggung Doni mengintip kepergian ayahnya, ia dapat bernafas lega saat tak lagi melihat Jodi.
Brummmmm brummmmm…. Tinnnnnnnnn….Tinnnnnnnn…..
Sebuah mobil sport merah menyala keluaran terbaru berhenti tepat di belakang kerumunan wartawan, seketika menarik perhatian para wartawan. Mereka berbalik, ingin menyaksikan artis siapa yang datang.
Saat pintu mobil terbuka, sosok pria tampan bertubuh tinggi tegap keluar dengan angkuh. Kacamata bulat hitam bersandar secara estetik di hidung mancungnya. Sesaat semua mata terpana pada sosok pria tersebut, yang kegantengannya sangat berdamage, melebihi artis pria yang sedang naik daun Rico Vancouver.
"Woahhhhh. ….siapa itu? Artis baru kah?" teriak salah satu wartawan yang baru pertama melihat pria itu.
"Artis dari agensi manakah? Aku belum pernah melihatnya." imbuh yang lain.
"Bukankah itu tuan muda Davinson yang akhir-akhir ini sering masuk majalah bisnis?"
"Apakah putra tertua Tuan Raymon Davinson yang katanya mengambil alih pimpinan Angkasa Mandiri Group?"
"Benarkah itu Tuan Herjuna Davinson? Untuk apa dia kemari?"
Freya yang akan berjalan ke parkiran studio menghentikan langkahnya saat mendengar nama Herjuna Davinson di sebut. Begitu juga dengan Doni.
"Benarkan itu Juna? Untuk apa dia kemari?" gumam Freya.
Roy yang baru keluar dari sisi kemudi mobil segera berdiri di dekat tuan mudanya.
"Tolong beri jalan untuk Tuan Juna Davinson," teriak Roy sambil merangsek maju , meminta para wartawan untuk menyingkir supaya ada jalan untuk Juna. Para wartawan segera menyingkir memberi jalan yang luas pada dua laki-laki berpenampilan keren itu.
Freya terpaku di tempat menatap Juna yang berjalan dengan langkah tegap lebar-lebar menuju arahnya. Jantungnya sudah tak karu-karuan sekarang. Ada getaran aneh yang memenuhi rongga dadanya, entah perasaan apa yang bersarang di hatinya sekarang. Apa rindu, senang, benci, ataukah marah? Semua bercampur aduk menjadi satu, menjadi rasa yang tak dapat dijelaskan dengan kata-kata.
Langkah Juna berhenti tepat dua langkah di depan Freya yang mematung. Melihat wajah cantik imut menggemaskan Freya membuat dada Juna bergejolak. Cukup lama tidak bertemu, nyatanya Freya masih sangat berdamage membuat hatinya berjoget ria bergembira.
"Kita berjumpa lagi, Nona Freya," sapa Juna dengan suaranya yang khas ,lembut dan dalam.
Tersadar dari keterpanaan nya setelah mendengar suara Juna, Freya ingin buru-buru pergi dari hadapan Juna, namun secepat kilat Juna sudah merengkuh pinggang Freya hingga tubuh keduanya menempel ketat. Begitu kencang Juna menahan tubuh Freya, tak memberi kesempatan gadis itu untuk pergi.
Sesaat tatapan mereka beradu begitu dekat, namun Juna segera mengalihkan pandangan menghadap wartawan di depannya.
"Perhatian semuanya!" seru Juna dengan lantang. "Di sini saya menggantikan Nona Freya Redcliver akan memberi sedikit klarifikasi."
Para wartawan segera siaga dengan kamera dan ponselnya untuk merekam klarifikasi yang akan dikatakan Juna. Mereka tentunya begitu penasaran dengan hubungan Juna Davinson dan Freya. Apakah ada sangkut pautnya dengan anak yang bersama Freya.
"Saya ingin menyampaikan kebenaran berita yang sedang beredar. Bahwa benar yang bersama Freya adalah anaknya, lebih tepatnya anak kami, karena saya yang sudah menghamili Freya enam tahun yang lalu. Mengenai alasan kenapa kami belum menikah, kami mempunyai alasan kuat tersendiri sehingga belum bisa menikah. Tapi jangan khawatir, saya akan menikahi Freya secepatnya, kalau perlu dalam minggu ini. Jadi saya mohon jangan ada lagi pemberitaan yang menyudutkan Freya. Jika masih ada yang menyebarkan berita buruk tentang Freya, saya tak akan segan menuntut pihak kalian."
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!