Hai 👋
Ketemu lagi dengan Otor Sholehah 🤭
Mohon doa dan dukungannya🙏 agar Otor bisa memberikan yang terbaik di Novel ini 🤗
Terima kasih 🙏
******
Selamat membaca 🤗
🍁🍁
Bab pertama kita buka dengan kecemasan Dika.
Kata-kata Adam yang sungguh di luar nurul namun fakta sangat-sangat menggangu karena terus menari-nari di benak Dika.
"Sepertinya aku harus lebih berhati-hati sekarang, ternyata yang berotot tidak menjamin,"gumam Dika. Yang tengah bersiap-siap untuk pergi ke Kontrakan Mawar.
"Ini lagi, kenapa ibu harus meminta gadis itu datang. Sudah pasti dia akan menolak mentah-mentah kan!"kesal Dika. Namu meskipun kesal dia tetap menuruti keinginan ibunya daripada ibunya itu merajuk. Karena jika sudah merajuk sangat susah di bujuk.
Dika keluar dari unit Apartemennya dan dia langsung turun dengan menggunakan Lift.
"Bencana!"panik Dika saat keluar Lift, melihat sosok yang sejak siang tadi ada dipikirannya. Yaitu Rega.
Tidak mau jika Rega melihat dirinya, Dika langsung bersembunyi di balik punggung seorang wanita yang sedang melintasi. Wanita yang biasa bertugas membersihkan Apartemen.
"Lho, Mas Dika. Apa-apaan ini!"kaget wanita tersebut.
"Suuuuttt.. saya pinjam punggungmu yang kuat ini untuk melindungi diri dari fitnah dan bencana,"kata Dika dengan menempelkan telunjuknya ke bibirnya.
"Mas Dika mau menggoda saya?"
"Tidak! Mana boleh seperti itu, memangnya ada, tampang saya yang menunjukkan jika saya ini lelaki penggoda, sudah kamu diam jangan bergerak."Dika langsung memutar punggung wanita itu agar kembali menghadap depan.
Dika sedikit menonjolkan kepalanya untuk melihat pergerakan Rega yang sedang berbicara dengan Scurity Apartemen.
"Kenapa pake acara ngobrol segala sih! Apa jangan-jangan dia sedang menggoda Security."Gumam Dika.
"Mas Dika ngomong apa, sudah! saya mau lanjut bersih-bersih, nanti saya bisa kena omel."Dika kembali menarik Perempuan itu agar tetep menjadi tamengnya.
"Sebentar saja, sampai orang yang sedang bicara dengan Scurity itu pergi."
"Jadi, Mas Dika sembunyi dari orang itu?"
Dika mengangguk.
"Astaga Mas Dika. Jika Mas Dika sembunyi di balik punggung saya, apa bedanya dengan Onta yang bersembunyi di balik kambing."
"Jangan bawa-bawa Onta dan Kambing mereka tidak tau apa-apa."Timpal Dika.
Si wanita menggeleng Lalu dia menunjuk pada kaca yang memantulkan bayangan mereka.
"Apa Mas Dika lihat itu?"
Dika langsung mengarahkan matanya ke pantulan cermin.
Bayangan di cermin menunjukkan sosok yang tinggi besar bersembunyi di balik tubuh yang kecil.
"Sungguh sangat tidak membantu,"kata Dika dan langsung menggeser tubuh wanita itu.
"Sekarang Mas Dika paham kan? jika Mas Dika ingin bersembunyi ikutlah dengan saya saya bisa membantu."
Tidak ada pilihan lain, Dika harus bersembunyi dari Rega sebelum lelaki itu melihatnya dan sudah pasti akan menggodanya. Menurut Dika.
"Disini!"wanita menunjukkan guci besar yang dijadikan pajangan di sana.
"Ternyata kau pintar juga, saya akan memberikan sedikit hadiah untukmu."
Wanita itu langsung berbinar.
"Hadiah! apakah itu berbentuk uang?"
"Bukan, ini jauh lebih berharga daripada uang."
Si wanita semakin senang.
"Apa itu?"
"Ilmu pengetahuan dan kepintaran yang saya miliki, saya akan memberikan sedikit untukmu agar kepintaran mu semakin melambung meskipun tidak akan bisa menandingi saya."
Si wanita langsung memasang wajah kesal.
"Tidak perlu, Terima kasih. Mas Dika simpan saja ilmu Mas Dika itu agar semakin berkembang, karena bagi saya saat ini tidak ada yang lebih berharga daripada uang."
Si wanita yang kesal langsung pergi meninggalkan Dika.
"Dia pasti akan menyesal karena menolaknya,"gumam Dika dan dia langsung bersembunyi di balik guci yang super besar, mampu menutupi tubuhnya dari penglihatan tajam Rega.
Obrolan kecil antara Security dan Rega telah usai, dan Rega langsung masuki Lift menuju ke lantai atas yang Dika pikir ingin bertemu dengan Olivia.
**
"Eh, Mas Dika. Tunggu!"Security langsung menghentikan Dika yang sudah ingin keluar.
"Ada apa Pak?"
"Tadi ada yang mencari Mas Dika, baru saja orangnya masuk ke Lift menuju Unit milik Mas Dika. Apa perlu saya memanggilnya dan mengatakan bahwa Mas Dika ada di sini?"
"Apa lelaki yang baru saja bicara dengan Bapak tadi?"
Security menggangguk.
"Jadi Mas Dika sudah tahu, kalau begitu biar saya panggilkan dia."
"Tidak perlu, jika Bapak memanggil dia dan mengatakan saya ada di sani. Pasti akan terjadi badai salju saat ini juga."
Security bingung.
Dan Dika kembali berucap sambil memberikan pesan kepada Security tersebut.
"Saya pergi dulu, dan jika orang itu kembali bertanya tentang saya, katakan bahwa saya tidak ada entah pergi ke mana. Atau bapak bilang saja bahwa saya tidak akan pulang di Apartemen ini. Dan saran saya, Bapak juga harus berhati-hati."
Dika langsung pergi meninggalkan Security yang semakin kebingungan.
**
"Sial, sepertinya apa yang dikatakan Adam benar adanya. Aku harus bagaimana? ini jauh lebih mengerikan daripada dikejar-kejar Zombie."
🍁🍁
Di kediaman Seno.
Lelaki ini baru saja menyelesaikan pekerjaannya membuat bubur kacang hijau, dengan disaksikan secara Live oleh istri tercinta.
"Bagaimana sayang? Aku keren kan! Dika bilang aku sudah setara dengan Chef ternama yang sering muncul di TV."
Rana mengulas senyum.
"Iya, apa yang dikatakan Dika memang benar."
"Kalau begitu, kamu harus segera mencicipi bubur buatanku ini, mumpung masih hangat."
Seno langsung memindahkan satu mangkuk bubur kacang hijau di atas meja makan dan dia juga menuntun istrinya duduk di kursi yang ada di sana.
Dari aroma yang menyeruak Rana sudah bisa menebak jika Bubur yang ada di depannya ini benar-benar Bubur Kacang Hijau pada umumnya.
Semoga saja!
Bersambung..
🍁🍁🍁
Terima kasih sudah berkunjung ke cerita ini 🙏
Mohon dukungannya 🤗
Tolong koreksi jika ada Kesalahan dalam tulisan ini 🙏
Lope banyak-banyak untuk semuanya ❤️❤️❤️
Jangan lupa untuk Vote, ulasan bintang 5 nya ya 🥰🥰🥰
Selamat! Mambaca 🤗
🍁🍁🍁
"Apa mau aku suapi?"tanya Seno kembali menawarkan perhatian kepada istrinya.
"Tidak, Mas. Terima kasih, aku bisa sendiri."
"Baiklah!"Seno masih menunggu dengan harap-harap cemas apa reaksi istrinya setelah mencoba bubur kacang hijau, perdananya.
Sruuup... Terdengar suara Rana yang sedang menyeruput kuah dari bubur, dan itu sangat terdengar merdu di telinga Seno.
"Kenapa kamu senyum-senyum seperti itu Mas? Apa aku terlihat anah?"tanya Rana karena Seno tidak mengalihkan pandangannya sedetikpun dari dirinya.
"Kamu cantik, sangat cantik."
Rana mengulas senyum malu dengan wajah yang merah seperti buah naga. Meskipun mereka bukan pasangan pengantin baru, tapi tetap saja Rana akan merasa malu dan berbunga-bunga ketika Seno menggombal.
"Bagaimana sayang, apa buburnya enak?"tanya Seno dengan wajah penuh harap.
Rana mengaguk.
"Enak Mas, aku suka."
Seno tersenyum bangga dan bahagia, karena lagi-lagi sang istri memuji masakannya. Entah itu benar enak atau tidak yang penting Seno senang.
"Habiskan lah, kamu harus banyak makan."
"Iya, Mas."
"Oya, sayang. Besok siang aku dan Tim akan pergi ke kota XXX ada pertemuan di sana. Mungkin aku akan kembali lusa dan aku akan meminta Ibu untuk menemani mu di sini selama aku pergi,"kata Seno dengan wajah yang sedih. Karena dia akan meninggalkan istri satu hari.
"Iya Mas, tidak apa-apa. Pergilah karena itu sudah menjadi tugasmu, aku akan baik-baik saja di sini."
Seno mengangguk, dia takut kalau harus meninggalkan istrinya di waktu yang lama. Dia takut jika dirinya tidak kuat menahan rindu.
Namun sebagai petugas SAR yang memang sangat dibutuhkan banyak orang, Seno harus tetap bertanggung jawab dengan sumpahnya di sana. Besok siang dia akan berangkat bersama Tim.
🍁🍁
Kembali pada Dika. Lelaki ini sudah sampai di Kos-kosannya Mawar, namun dia tidak mendapati Mawar di sana.
"Apa saya boleh tahu Mawar pergi ke mana?"tanya Dika pada ibu kost di sana.
"Saya tidak tahu persisnya ke mana.Tapi Nak Mawar bilang, dia ingin membeli sesuatu di Minimarket depan jalan sana. Tapi sudah hampir 2 jam Nak Mawar belum kembali, mungkin saja dia mampir ke tempat lain."
"Dua jam, apa butuh waktu selama itu untuk membeli sesuatu di minimarket. Tapi aku rasa itu wajar kan karena Ibu saja bisa membutuhkan waktu lebih dari tiga jam Jika berbelanja."
"Apa Mas-nya mau menunggu?"
"Tidak, saya susul saja ke sana. Sebelumnya terima kasih."Kata Dika dengan menganggukkan kepalanya.
**
Dika kembali keluar Gang. Dan langsung menuju Minimarket yang disebutkan ibu kost tadi, namun sesampainya di sana Dika tidak menemukan Mawar. Lalu pergi kemana dia?
"Apa mungkin dia pulang ke Apartemen, atau ke rumah Tante Vera,"pikir Dika.
Dika mencoba menghubungi Mawar lewat ponselnya namun nomor Gadis itu tidak aktif.
"Baiklah, aku akan mencoba menghubungi Apartemen saja."
Saat Dika sedang mengotak-atik ponselnya mencari nomor pengurus Apartemen, secara tidak sengaja dia berpapasan dengan dua orang pria yang mengenakan jaket kulit hitam dengan perawakan besar dan sangar. Tapi bukan tentang baju dan perawakan tubuh Pria itu yang menjadi masalah dan menarik perhatian Dika, tapi Dika mendengar sekilas percakapan kedua pria itu yang sedang membicarakan Mawar.
"Sudah gue bilang, datangi gadis itu sore hari. Jika kita datang sore tadi, pasti kita akan bertemu dengannya."
"Sepertinya Mawar sengaja menghindari kita."
Itulah percakapan singkat yang Dika dengar dari kedua pria itu yang sontak saja membuat Dika terkejut sekaligus penasaran.
Apakah Mawar yang disebut pria itu adalah Mawar yang sama dengan yang dikenal Dika? atau Mawar-mawar lainnya?
Entahlah, Dika pun belum bisa memastikan itu. Tapi saat Dika mengingat dari mana arah kedua pria tadi muncul yang ternyata keluar dari gang yang sebelumnya Dika masuk, membuat Dika sedikit meyakini jika Mawar yang dua pria sebut tadi adalah Mawar yang dia kenal. Tapi, siapa dua pria itu? ada hubungan apa mereka dengan Mawar?
Melihat dari penampilan pria tadi yang seperti seorang preman membuat Dika tidak percaya jika mereka memiliki hubungan dengan Mawar, gadis yang terlihat lugu dan cupu.
Tapi, tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini kan! Buktinya Rega. Pikir Dika.
Namun Dika masih ingin berpikir positif, dengan tidak berburuk sangka pada Mawar atau siapapun, dia memutuskan untuk masuk kedalam mobilnya lalu menghubungi pengurus Apartemen untuk menayangkan apakah Olivia sudah kembali ke Apartemennya.
🍁🍁
Tin! Tin!
"Aah, itu suara mobil adikmu, akhirnya dia datang juga,"kata Ana dengan senang. Lalu dia berdiri menatap cermin untuk memastikan penampilannya sudah cocok untuk menyambut calon menantu yang ingin makan malam bersama keluarganya.
"Ayah. Lihat itu, dasi Ayah miring, bagaimana bisa menyambut menantu dengan dasi yang tidak konsisten seperti ini."Ana langsung mendekati suaminya dan merapihkan dasi yang menurutnya tidak konsisten itu.
"Padahal Ayah sudah mengukurnya dengan penggaris agar posisi nya pas. Tapi kenapa masih bisa miring."Keluh Tino.
"Ini karena Ayah terburu-buru, ibu akan kembali mengukurnya."Timpa Ana.
Bastian. Kakak laki-laki Dika, hanya bisa memijat keningnya saat melihat kelakuan kedua orang tuanya.
"Untung saja hanya Dika yang mewarisi kelakuan Ibu dan Ayah, setidaknya masih ada satu anggota keluarga yang lurus jika aku tidak di beri warisan kelakuan ini."Gumam Bastian.
"Ayolah, kita sambut calon menantu di keluarga ini, aku juga sudah sangat tidak sabar ingin melihat wanita khilaf mana yang bersedia menjadi kekasih Dika."Kata Bastian dengan berdiri tegak, siap untuk menyambut adiknya.
"Bastian, jangan bicara sembarangan. Adikmu itu sama sepertimu tampan dan menawan, sudah pasti akan banyak wanita yang menyukainya."Sahut Ana.
"Iya Bu, aku hanya Bercanda. Yasudah ayo kita keluar."Ajak Bastian.
Bastian langsung menggandeng lengan kanan Ana dan Tino menggandeng lengan kiri wanita itu. Mereka bertiga berjalan serentak dan rapi dan dramatis, seperti seorang Ratu dengan Raja dan Pangeran di kanan dan kirinya.
Sementara di luar, Dika baru saja memarkirkan mobilnya. Dengan wajah yang lesu dan tidak bersemangat, Dika berjalan ingin masuk kedalam rumah. Namun saat kakinya baru menginjak teras rumah. Dika mendengar musik yang bisa di putar di kerajaan saat menyambut kedatangan Pangeran mahkota, dan Musik itu bersumber dari dalam rumah yang masih tertutup itu.
"Kenapa ada musik seperti ini? Apa Ibu dan Ayah sedang menonton film, Barbie And The Magic Of Pegasus?"
Bersambung..
🍁🍁🍁
Terima kasih sudah berkunjung ke cerita ini 🙏
Mohon dukungannya 🤗
Tolong koreksi jika ada Kesalahan dalam tulisan ini 🙏
Lope banyak-banyak untuk semuanya ❤️
jangan lupa tap ❤️ 👍🏻 Vote dan ulasan ⭐ 5 nya. Ya 🥹🥹
Selamat! Membaca 🤗
🍁🍁
Dika mengabaikan musik yang menggema dari dalam rumahnya. Dan baru saja lelaki ini ingin mengetuk pintu. Pintu sudah lebih dulu terbuka dari dalam.
Jreeennggg....
Mata Dika terbelalak lebar, melihat ibu dan ayahnya sudah seperti Raja dan Ratu lengkap dengan kostum ala-ala Krajan Inggris.
"Selamat! datang adikku tersayang!"sapa Bastian terlebih dahulu. Dan untung saja lelaki ini tidak mengenakan kostum seperti Tino.
"Ada apa ini? apa ada pesta Halloween? Kenapa ibu dan ayah memakai kostum seperti ini?"tanya Dika.
"Halloween! kamu ini ada-ada saja, buka matamu dengan baik mana ada pesta Halloween mengenakan gaun seperti ini,"sahut Bastian.
"Sudah! jangan membahas soal itu, Dika ayo masuk!"ajak Ana.
Dika maju dan mencium punggung tangan ibu dan ayahnya, terkecuali Bastian.
"Hei! Seharusnya kau juga mencium punggung tanganku, aku ini Kakak mu."Protes Bastian.
"Kita hanya selisih 2 tahun. Tidak seharusnya mencium punggung tangan."Sahut Dika dan langsung nyelonong masuk kedalam.
"Lihat Bu, dia sangat-sangat tidak menghormati aku sebagai kakaknya."Bastian mengadu pada ibunya.
"Sudah! Maafkan Dika, dia memang seperti itu. Mengertilah dengan kelakuan adikmu."Ucap Ana sambil membelai pipi Bastian.
Tino yang bingung masih menatap ke arah pintu masuk.
"Dika, di mana Gadis itu? Apa kamu meninggalkannya di mobi?"tanya Tino.
"Ah, iya. Di mana Mawar, kenapa kau membiarkannya di luar."Sahut Ana dan wanita ini sudah akan beranjak menuju mobil Dika.
"Dia tidak ada."Sahut Dika, yang sudah mendudukkan dirinya di Sofa.
Bastian, Tino dan Ana langsung menatap Dika.
"Tidak ada! Apa maksudmu?"tanya Ana.
"Dia tidak ada di Kos-kosan, saat aku menjemputnya."
Ana langsung mendekati Dika.
"Jadi, Mawar tidak datang?"
"Iya."
Dan Dika pun menceritakan jika gadis itu tidak ada di tempat Kosnya dan ponselnya pun tidak dapat di hubungi.
"Mungkin Mawar sedang banyak kerjaan Bu, lain kali saja."
Mendapati calon menantunya tidak bisa datang Ana memasang wajah sedih dan kecewa, padahal di sangat berantusias dan menyiapkan semuanya bahkan sampai menyewa kostum untuk dia dan suami.
"Kekasih mu tidak bisa di hubungi dan tidak tau ada di mana, tapi kenapa kamu bisa santai seperti ini? Apa kau tidak khawatir?"ucap Bastian.
"Kenapa?"
"Astaga! Dika, bagaimana jika kekasih mu itu di culik?"
Ana langsung panik.
"Apa di culik! Astaga Dika! Kenapa kamu tidak mencarinya terlebih dahulu, cepat Lapor polisi!"
"Ibu tenang, tidak mungkin jika dia di culik."
"Karena, sepertinya dia ada di rumah Tante Vera."
"Tidak mungkin bagaimana! Di Dunia ini tidak ada yang tidak mungkin, semua bisa terjadi."Bastian kembali bersuara.
Dika diam dan saat itu juga dia jadi teringat dengan dua lelaki yang mencari Mawar.
Apa mungkin Mawar terlibat masalah dengan Preman itu. Hingga dia pergi dan tidak bisa di hubungi.
"Dika, ayo cepat! Telpon posisi!"panik Ana.
"Tidak bisa Bu, untuk melapor polisi harus menunggu satu kali dia puluh empat jam, baru akan di lakukan pencarian."Ujar Dika.
"Kamu kan Petugas SAR, kamu bisa mencarinya terlebih dahulu sebelum polisi. Jangan sampai terjadi sesuatu. Semakin waktu berjalan semakin memberikan peluang besar untuk para penculik itu."Ucapan Bastian semakin membuat cemas. Begitu juga dengan Dika, dia yang tadi biasa-biasa saja menjadi ikut cemas.
***
Keesokan harinya. Mawar atau Olivia masih belum di ketahui keberadaan.
Bukan cuma Dika yang mencari gadis itu. Tapi Cilla dan Rega pun berusaha untuk menghubunginya.
"Apa temanmu itu belum datang?"tanya Rega pada Cilla. Padahal seharusnya dua gadis ini menjadi perwakilan Resto Cempaka di sebuah acara yang membawa nama Resto.
"Belum Pak, saya sudah berusaha untuk menghubunginya tapi tidak bisa, sebelum datang ke sini juga saya datang ke tempat Kosnya, tapi tidak ada Mawar di sana."Cilla terlihat sangat khawatir.
"Saya pun sejak kemarin sore tidak bisa menghubungi calon istri saya."Gumam Rega, ya tidak kalah cemas.
"Yasudah. Kalau begitu kamu pergi ke sana bersama Koki yang lainnya saja,"kata Rega.
"Baik Pak."
**
Cilla masih berusaha menghubungi Mawar, sudah puluhan pesan dan panggilan Cilla lakukan namun tidak ada satupun balasan dan jawaban dari Mawar, membuat Cilla semakin cemas karena tidak biasanya Mawar seperti ini, apalagi dia menghilang pada saat yang penting.
**
"Ada apa? kenapa wajahmu terlihat tidak bersemangat seperti ini? apa kau belum makan?"tanya Adam yang melihat Dika sedang duduk lesu di pojokkan. Padahal rekan-rekan yang lainnya tengah bersiap-siap untuk menuju kota XXX.
"Tidak apa-apa."Sahut Dika.
"Aah, dari wajahmu terlihat jika hatimu sedang galau. Apa kamu kembali patah hati karena ditolak oleh wanita? Atau kau sedang bimbang dengan lelaki yang menyukaimu itu."
Dika langsung melotot.
"Aah! Aku Bercanda, kenapa kau sensitif sekali. Ayolah! Kita berangkat sekarang, karena kita harus ke rumah Pak Seno terlebih dahulu untuk menjemputnya."Adam mengalihkan kemarahan Dika.
"Kenapa harus di jemput? bukankah kita berangkat dari kantor, dia datang ke sini kan!"
"Tidak, Pak Seno ingin berangkat dari rumahnya saja karena jika dia berangkat dari sana itu akan menambah panjang waktu kebersamaannya dengan ibu Rana."
"Membuat repot saja. Sepertinya aku harus sedikit memukul kepalanya nanti agar dia tidak terlalu mabuk cinta."Kesal Dika.
"Lakukanlah jika kamu berani,"tantangan Adam.
"Tentu saja aku tidak berani."Sahut Dika. Dan membuat Adam terkekeh.
***
Hanya Adam dan Dika yang pergi untuk menjemput Seno. Karena anggota yang lainnya tengah mempersiapkan semua keperluan mereka agar tidak terlalu membuang-buang waktu, mereka membagi tugas.
🍁🍁
"SENO! CEPAT! 15 menit lagi kita berangkat!"teriak Dika dengan menggema, padahal orang yang sedang disebut namanya berada tepat di depan matanya, hanya berjarak kurang dari 3 meter saja.
"Dika! kau tidak perlu berteriak seperti ini kan, kamu bicara pelan saja Pak Seno pasti mendengarnya, kupingku sampai sakit mendengar suara mu."Kata Adam sampai menepuk-nepuk telinganya.
"Adam! apa kamu tahu? Ada penyakit yang sering menimpa orang yang sedang mabuk cinta. Salah satunya. Penyakit Tuli. Dia akan kehilangan pendengarannya, karena asik dengan pasangannya."Kata Dika yang masih memperhatikan Seno sedang menggenggam tangan istrinya.
"Aah, apa itu seperti mitos tentang setan budeg yang ada di Rel Kereta Api?"tanya Adam.
Bersambung..
🍁🍁🍁
Terima kasih sudah berkunjung ke cerita ini 🙏
Mohon dukungannya 🤗
Tolong koreksi jika ada Kesalahan dalam tulisan ini 🙏
Lope banyak-banyak untuk semuanya ❤️❤️❤️❤️
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!