NovelToon NovelToon

My Teacher Is My Husband

PROLOG

 

Begitu indah Allah merencanakan sesuatu untuk para hamba-hambaNya, mungkinkah juga dengan hidupku?atau ini adalah akhir dari masa depanku?semua angan-angan telah musnah.

Cita-citaku jauh akan tertinggal dan pupus begitu saja.Mungkinkah aku harus terima saja akan garis Tuhan? atau membantahNya?.

Aku hanyalah wayang yang semestinya harus mengikuti alur cerita dari sang dalang,tapi hanya pasrah mengikuti semata membuatku sakit dan kecewa karna seakan-akan Allah tak menyayangiku dengan memberiku takdir yang begitu tak ku sukai.

Haruskah aku terima perjodohan ini?ataukah kembali dengan kekasih ku, tidak....!!!rasanya aku harus terima kenyataan pahit ini, bukankah Allah memberikan yang kita butuhkan bukan apa yang kita ingin kan...

  Tapi aku harus percaya Allah akan memberi kan yang terbaik untuk semua hambaNya dan tak kan memberi cobaan melampaui batas kemampuan hambaNya.

"Tan, kamu kenapa?" sapa Fulan sahabat karibku, ku peluk dia dengan kehangatan.

"Tan, aku tahu besok senin kita udah try out tapi kita kan masih bisa ketemu?"

"Bukan itu Lan" elakku sembari melepaskan pelukannya

"Belum siap menghadapi ujian? "

"Bukan.... "

"Tsania, jangan kau teteskan air matamu lagi aku benci melihatnya lagi" Fulan mengusap tetesan ini dan mengajakku ke kantin.

Kelas sudah usai di bersihkan, tinggal menunggu bel berbunyi untuk pulang.

"Ni, minum dulu biar tenang pikiran kamu"

Fulan menyodorkan segelas es teh manis kesukaanku.

" Lan, kamu tau kan ayahku sudah meninggal, segala biaya pendidikanku dan adik-adikku di tanggung semua oleh paman"

"Ia,itu kan wajar om Ali kan adik ibumu sendiri"

"Ia, bukan itu makhsudku"

"Terus apa?"

Ku hela nafas sedalam-dalamnya dan kuceritakan semua problema hidupku.

"Lan, setelah ujian sekolah nanti pamanku akan menikahkanku "

"Apa????...huk...uhuk.... ? Fulan tersedak mendengarkan pernyataanku.

"Dengan siapa Tan? "

"Entah aku juga kurang tau siapa lelaki yang dijodohkan denganku, anehnya ibuku menyetujuinya dan lelaki itu tempo hari sudah datang kerumah bersama orang tuanya "

" Ganteng gak? "

" Kata adik -adik ku sih ganteng" ku iringi dengan senyuman tipis dari ujung bibirku tanda penasaran.

"Cie.... cie... udah gak sabar aja kamu"

"Idih siapa juga yang gak sabar, aku takut kalau dia nanti bapak-bapak tua gimana? "

"Hust ngarang aja kamu" sahut Fulan dengan mengibaskan tangannya tanda tak setuju dengan pendapatku.

"Kata Laili dia seorang guru"

"Kalau setampan pak Fauzan gimana? "

" Wuah dengan senang hati" jawabku dengan nada gelak tawa yang tiada henti, sesaat aku terdiam dengan lamunanku.

"Kenapa Tan? "

"Cita-citaku gimana? " keluhku dengan meneteskan air mata

"Mungkin harus sampai disini aku mengejar cita-citaku" Fulan memelukku dengan erat, mungkin hanya dia saat ini yang mengerti tentang hidupku.

Bel sudah berbunyi tanda semua siswa sudah diperbolehkan pulang tapi langkahku semakin berat untuk dibawa pulang kerumah. Bayanganku tentang jawaban apa yang akan ku berikan pada ibu nanti soal perjodohan ini, rasanya aku ingin kabur saja,berharap kekasihku datang menjemput.

Sayang andaikan kau datang...!!!tapi mana mungkin dia datang hari ini? bukankah hari ini dia sedang ada pkl,sudahlah apa yang sedang kuharapkan.Jerit hatiku.

Tanpa kusadarai dari ruang seberang kelas, tepatnya kelas 10 dia keluar dari kelas usai mengajar, dia tersenyum begitu indahnya.

Wuah manis sekali senyummu pak?pantas saja semua siswi d sekolahan ini mengagumimu bahkan guru-guru wanita pun juga begitu.Tapi kenapa bapak masih jomblo di usia yang tak muda lagi padahal bapak kan tampan, sudah mapan ,cerdas pula.Tsania

"Hayo lagi lihat siapa senyum-senyum sendiri" gertak Fulan mengagetkanku yang dari tadi mengoceh di sampingku tanpa ku dengarkan

Aku hanya membalasnya dengan senyuman berjalan bersamanya menuju gerbang sekolah menunggu angkot datang.

ISI HATI TSANIA

Di keheningan malam ini terasa kelabu berkabut duka dalam jiwaku, dengan air mata menjadi saksi bisu di setiap kesendirianku.

Sejenak ku pandangi gambar yang terlihat gagah tampan seperti Toni adik bungsuku.

Ayah...maafkan anakmu ini, sepertinya cita-cita untuk menjadi seorang dokter telah kandas di telan kepahitan hidup.Aku harus bisa menjadi dokter yang bisa di andalkan dan di banggakan semua orang agar bisa mengobati orang sakit dengan ketulusan hati, tidak seperti dokter itu...!!!.

Ku tersorot akan pandangan masa lalu, tentang kejadian di masa lampau beberapa tahun silam dimana aku dan adik-adikku masih kecil-kecil yang masih membutuhkan kasih sayang seorang ayah,karena terhambat ekonomi.Dan masa itu tidak punya jaminan kesehatan dokter menunda operasi karena ibu masih belum bisa membayar biaya administrasi.Ayah yang terkena tumor otak harus segera di operasi tapi,entah mengapa tak kunjung- kunjung di operasi dan akhirnya ayah sudah tak sanggup menahan sakitnya.Allah lebih menyayanginya hingga ayah dipanggil yang Maha Kuasa di usia belum genap 40 tahun meninggalkan ibu dan ketiga anak-anaknya yang masih kecil-kecil.

Sungguh kejam dan miris kehidupan ini yang penuh dengan ketandusan dan keserakahan andai rasa tulus tertanam di dalam hati semua manusia tanpa ada rasa karna materi pasti dunia sudah indah.

Kalau sudah seperti ini mau lari kemana? kalau bukan Sang Pencipta,dan saat itu pula ilmuNya yang ikhlas harus selalu ditanamkan di dalam hati.

Ayah.... Tania bingung yah,Tania belum mau menikah muda, Tania masih kepengin sekolah.... hiks...hiks....

To****k.... tok... Terdengar ketukan pintu menyadarkan dari tangisanku, segera ku usap air mata ini.

"Sholat isyak dulu nak"

"Iya buk" amarah menulikan telingaku hingga kumandang adzan tak terdengar oleh telingaku.

A**stagfirullahaladzim... Ku bergegas membersihkan sisa air mataku lagi dan meredakan emosiku yang sempat meluap-luap.

Ibu dan adik-adik telah menungguku di depan rumah untuk berangkat bersama sholat jamaah di mushola kecil yang tidak jauh dari rumah.Terasa tenang mengalir di sendi-sendi setelah ku tunaikan kewajibanku.Sepulang dari masjid ku kurung lagi diriku ke dalam kamar ya, untuk belajar sesaat mempersiapkan try out besok lusa.

To****k... tok...

"Tan, bolehkah ibu masuk? " suara panggilan ibu yang lembut membuatku menghentikan aktivitasku.

"Silahkan bu gak di kunci kok"

ibu masuk dengan menutup pintu tanpa suara dan duduk diranjangku, aku yang dari tadi duduk di kursi belajar langsung berdiri dan duduk di sebelahnya.

"Ada apa bu?"

" Tan,maafin ibu ya? "

"Maaf untuk apa ya bu? "

"Bukan makhsud ibu menghentikan langkahmu tapi, ibu terpaksa melakukan ini. Percayalah nak semua pasti ada hikmahnya"

"Makhsud ibu apa? "

" Sudahlah Tan, jangan kau sembunyikan tangisanmu. Ibu tau batinmu tersiksa dan terpukul atas keputusan pamanmu, percayalah makhsud pamanmu sangat baik, semua ini dia lakukan juga demi masa depanmu juga adik-adikmu. Tan? kamu sudah dewasa kamu harus bisa mandiri jangan ngrepotin pamanmu terus kasian dia, dia juga punya keluarga sendiri"

"Tapi bu? "

"Kamu tau kan sebentar lagi bibimu akan lahiran?dan itu akan menambah biaya yang banyak juga,pamanmu sudah tidak sanggup lagi jika harus menyekolahkan 3 orang sekaligus dan kamu tau kan Laili juga harus masuk ke SMA, ibu harap kamu bisa memahami keadaan ini"

" Bu? " ku genggam tangan ibu untuk menyakinkannya

" Tsania gak akan merepotkan paman lagi Tsania juga tidak akan meminta uang jajan dari ibu lagi, Tsania mau masuk kuliah dengan hasil uang kerja Tsania sendiri bu"

"Tan, ibu tau kamu bisa melakukan semua nya sendiri karena ibu tau kamu pekerja keras mirip dengan almarhum ayahmu, tapi bukan itu makhsud ibu,kamu wanita nak, sudah remaja kesana kesini berhura-hura dengan teman-temanmu iblis bisa memfitnahmu yang lebih pahit lagi"

"Tapi buk, Tsania bisa jaga diri baik-baik Tsania akan fokus kerja dan kuliah bu"

"Kamu wanita Tan bisa apa jika terjadi sesuatu dengan dirimu diluar sana"

"Allah akan selalu menjagaku bu percayalah"

"Tan.... "

"Bu, ibu tau kan Tsania dari kecil nggak pernah membantah perintah ibu, kali ini saja bu.Tsania ingin memilih jalan hidup Tsania sendiri.Tsania juga ingin menikah dengan lelaki yang Tsania cintai"

"Arnold? "

" Iya bu... "

"Tidak Tan... "

"Bu, bagaimana Tsania bisa mencintai kalau Tsania tak mengenalnya???Tsania hanya mencintai Arnold bu, dia lelaki baik bu"

"Tan, bukalah hatimu jangan termakan bujukan iblis karna belum tentu Arnold yang terbaik untukmu"

Aku hanya bisa diam dan meneteskan air mata.

Ibu , kumohon mengertilah .... jeritku.

Ibupun tak kuasa menahan air matanya dan memelukku.

"Maafin ibuk ya??? ini semua ibu lakukan demi masa depanmu, percayalah semua akan indah pada waktunya untuk kali ini ibu mohon kabulkan permintaan ibu,dan terimalah perjodohan ini dengan ikhlas"

Ku lihat raut wajah ibu penuh dengan harapan setelah melepas pelukannya

"Ibu? beri Tania waktu 3 hari ya??? setelah try out nanti Tania beri jawabannya"

"Iya terimakasih ya nak, ya sudah istirahatlah ini sudah malam jangan begadang,belajarnya besok lagi ya? "

"Iya bu"

Kulihat senyum tipis yang penuh bahagia dari bibirnya setelah mendengar jawabanku.Ibu berlalu keluar dari kamar setelah mencium keningku.Terasa sakit dan perih batin ini, kelu tenggorokanku menahan kepahitan semua ini

Ibu bukan makhsud hati ini untuk melawanmu tapi, setidaknya mengertilah selama ini Tania diam tapi bukan berarti semua artikan mau dan mengalah sudahlah.Tak ada gunanya juga aku menangis, terlalu cengeng.Ku istirahatkan ragaku tuk sejenak, tak lupa ku pergi ke kamar mandi mengambil air suci,kebiasaan yang di ajarkan ibu dari kecil wudlu sebelum tidur.

Semoga nanti Dia bangunkan ku di sepertiga malam,memohon petunjuk dan ketenangan hati ini.

B**ismika allahumma ahya wabismika aamut.. semoga Allah selalu menjaga tidurku,dan mempertemukanku dengan ayah di dalam mimpi nanti ,Aamiin...akan ku curahkan semua isi hatiku.. Harap ku.

bersambung.

KEEGOISAN

Malam yang hening terpadu dengan hembusan dinginnya angin membangunkan raga yang bernyawa ini.

ting tong ting tong.....

Bergegas ku matikan alarm di handphoneku.

Udah waktunya aku bersimpuh mengadu padaNya tentang isi hatiku.Tania

Ya, saat yang tepat untuk mengadu padaNya. Beberapa rakaat telah usai ku tunaikan,sudah lega rasanya mengadu kepada Sang Maha Penyayang.Kubuka jendela kamar ku hirup sepoinya angin malam, terlihat rembulan bak sabit tersenyum manis, seakan bertanya padaku.

Ada apakah gerangan duhai gadis? ,

Entahlah bulan aku bingung sebulan lagi aku akan menikah dengan laki-laki yang tak ku kenal dan tak ku cintai.

Ya gimana lagi itu sudah suratan hidup harus kamu jalani, bukannya itu juga harapan ibumu?

Tapi bagaimana aku bisa mencintainya jikalau tidak ada perkenalan diantara kita.

Wahai sang gadis.... bukalah hati nuranimu, jernihkan fikiranmu, jauhkan dari angkara nafsumu jalanilah semua hidup ini bak air yang mengalir dari bukit. Engkau bisa belajar mencintai nya setelah pernikahan nanti karna, itu akan lebih indah.

Dung....

Tempaknya gong keegoisanku melucut dari ruhku. Ku hela nafas ini, merasa kecewa atas jawabannya, berusaha mengalirkan air di jiwa menyirami seluruh tubuhku yang tinggal merana kebingungan atas senator pikiranku.

Kebijakan apa yang harus di tanda tangani atas kecarut- marutan sebuah dilema tak berkesudahan.

Andai aku bisa memilih siapa yang harus ku jadikan pendampingku, ku tarik engkau pak zan menjadi pendampingku menyudahi perjodohan ini tapi apalah daya aku yang terlalu tinggi untuk bermimpi.Siapa aku? berprestasipun juga tidak.Cantik pun juga tidak apalagi kaya.Ya sudahalah mungkin terlalu egois aku mementingkan kebahagianku sendiri.

Tok... tok...

"Sholat subuh nak..! "

"Ia, buk"

Duh.... bagaimana aku bisa tuli dengan atas panggilanNya??? bahkan sang fajarpun sudah di ujung.Mata hatiku pun masih belum terketuk, bagaimana bisa aku hanya bisa menuntut tentang kesudahan masalahku, dengan panggilanNya saja aku masih tuli.

Asstagfirullahhaladzim..... lirihku

Usai menunaikan sholat subuh berjamaah aku bergegas ke dapur menyusul Laili yang sudah duluan membantu ibu memasak, semua sudah berkutik dengan tugas masing-masing.Aku bertugas menumis kangkung, Laili menggoreng ikan lele dan seperangkatnya.

Hahahaha kayak mau nikah aja ya?....Duh malahan kepikiran nikah.

Ibu menyiapkan cabai dan lain-lain untuk di buat sambal terasi bakar andalan keluarga. Di keheningan dapur yang sederhana ini ibu mengawali pembicaraan.

"Tan, hari ini kamu mau kemana??? "

" Nggak kemana-mana buk"

" Ikut Laili aja ke toko nya bik Fatim"

"Iya kak biar ramai"

"Nggak ah pasti sesak nanti disana "

"Nggak kak karyawannya bik Fatim nggak masuk jadi gak sesak nanti"

" Ikut aja Tan.Biasanya kalau minggu gini banyak pembeli,apalagi sekarang dagangan nya bik Fatim sudah di online kan jadi tambah ramai pesenan"

"Gimana ya??? " bingung juga aku mau menjawab nggak ikut juga gak enak mau ikut juga lagi kepengin dirumah tanpa menjawab Laili mewakili perasaanku.

" Nggak ikut juga gak apa-apa kak lagian kan juga besok senin kakak mau ada latihan ujian, dirumah aja biar besok lebih tenang ngerjainnya, besok senin depan aku juga udah latihan ujian kok "

"Iya deh"

"Beneran gak apa-apa?? nanti kalau kesepian gimana? "

" Kan ada Toni ma ibuk"

" Ibuk mau kepasar"

"Tania anter ya buk? "

"Nggak usah ibuk mau arisan dulu baru kepasar"

"Ya Wes dirumah ma Toni aja deh"

"Toni mau ke kota kak ikut paman katannya ada pengajian"

"Hemmm, jaga warung aja deh sambil belajar nanti"

" Beneran gak apa-apa? "

"Iya, buk"

Aku tau dari pandangan ibuk terpancar sorot khawatir jika aku sendiri dirumah, mungkin akan merasa kesepian.Setelah semua makanan matang aku dan Laili menyiapkan makanan di atas meja makan dan ibu segera memanggil Toni yang sedang membersihkan kandang kelinci di belakang rumah.

"Ton kalau udah selesai sarapan dulu ya???"

" Iya buk"

Bergegas toni mencuci tangannya dan segera gabung dengan semuanya yang sudah siap dengan hidangan di piring masing-masing.

"Wuah sambal terasi mantab nih"

"Udah ayo cepetan laper nih " sahut Laili

"Iya bawel"

Laili tampak merengut dengan sebutan bawel karna dia paling anti dengan sebutan itu, aku dan ibu hanya senyum tipis melihat mereka yang sering berantem.Segera Toni mengambil nasi dan lauknya, sebelum sarapan di mulai Toni memimpin doa sebelum makan.

Semua menikmati sarapan dengan lahap. Bukan karena makanan yang mewah dan mahal yang akan membuat kita bahagia tapi menikmati makanan yang sederhana dengan rasa syukur akan membuat kita selalu bahagia.Setelah usai sarapan aku dan Laili membereskan meja makan.

"Tan ibuk pamit dulu ya???" ku kecup tangan ibu ketika bersalaman

"Laili juga ya??? "

"Iya Lel hati-hati ya??? "

"Assalamualaikum... " serantak ibu dan Laili bebarengan mengucap salam.

"Toni juga ya kak??? "

"Iya"

"Assalamualaikum..."

"Waalaikumussalam..."

Tak lupa Toni usai bersalaman denganku di kecupnya pipi ini, dan segera berlari menghampiri Laili yang sudah di depan rumah.Dan dengan keisengannya dia mencubit pipi kakaknya.Laili tak terima dia turut mengejarnya.Ibupun hanya tersenyum melihat tingkah mereka.

Suatu saat nanti pasti aku akan merindukan kalian merindukan canda tawa kalian merindukan suasana rumah ini. lirihku

Setelah mereka pergi aku segera masuk ke dalam rumah. Mencuci piring, menyapu, mengepel dan mencuci baju. Biasanya di hari minggu begini rumah ini sangat ramai karena membersihkan rumah di kerjakan bersama.

Entah karena suasana hatiku sedang tidak baik atau sedang banyak pikiran hingga aku jadi merasa tidak bersemangat untuk beraktivitas.Usai sudah semua kerjaan rumah ku bereskan dan berlalu menuju kamar.

Kata ibu sih warung gak usah buka juga gak apa-apa, buka nanti pas ibu datang tapi ya wes lah buka aja dari pada di kamar terus nanti malahan tambah sedih lagian kasian kalau nanti ada yang beli malahan kecewa kalau tutup.Ku buka perlahan warung sembako kecil ini yang tampak mungil tapi tetap lengkap dengan kebutuhan sehari-hari. Warung kecil ini lah yang menjadi penopang hidup keluargaku, ini semua harus di syukuri karena ibu tidak mau merepotkan paman Ali terus. Cukup biaya sekolah yang ditanggung paman meski dulu ibu sudah melarang paman untuk ikut membiayai sekolah ku dan adik-adik tapi paman tetap ngotot ingin membantu akhirnya ibu mengijinkannya.

"Buk siti beli...!!! "

"Eh ibuk... ibuk... " gadis kecil usia 10 tahunan anak tetangga sebelah mengaggetkan diriku. Kulihat dia tersenyum malu melihatku latah.

"Kirain bu siti"

"Bu Siti nya lagi kepasar an"

"Oh... gitu, kak Tan beli gula setengah kilo sama teh satu saset"

"Iya" berlalu mencari barang pesanan di etalase dan setelah menemukan ku masuk kan ke dalam kantong kresek.

" Apalagi? "

"Sudah kak"

"Jadinya sembilan ribu" disodorkan uang sepuluh ribu dan kucari uang kembali.

"Kasih permen aja kak"

"Hayo, di marahi mamamu lho "

"Nggak kok tadi udah bilang katanya kembaliannya boleh buat Ana"

"Hehehhe... iya-iya"

kuberikan permen enam biji pada nya

"Makasih kak"

"Sama-sama An"

Dulu waktu masih kecil ingin segera dewasa sekarang rasa nya ingin kembali menjadi anak-anak.Entah mengapa hatiku masih merasa kecewa atas pernyataan ibu semalam. Haruskah aku mengiyakan atau aku lari saja dari rumah ikut Arnold keluar negeri. Bahkan hati dan pikiranku sudah merasa kosong sudah tidak bisa berfikir jernih bisikan-bisikan buruk pun terus menghampiri.

Apa aku coba telfon Arnold aja ya?kuceritakan semua masalahku ku rasa Arnold akan setuju denganku.Tania

Kuraih handphone dari saku rokku dan segera menelfon arnold.

"Halo Arnold sayang lagi apa? "

"Assalamualaikum Tania "

tercengang aku dengan suara jawaban di telfon seperti bukan suara arnold lantas siapa dia??? ku lihat layar handphoneku

Asstagfirullahhaladzim....

salah telfon rupanya aku kenapa bisa nyasar ke pak Zan sih betapa malunya aku.

"Halo... halo Tania kenapa? "

Duh harus jawab apa coba aku.

Sejenak ku berfikir untuk mencari alasan menyudahi telfon karna saking malunya aku...

Dasar bodohnya aku....

"Eh iya pak maaf salah pencet tadi"

"Hayo, salah pencet apa emang sengaja telfon??? kangen ya??? "

Guruku satu ini emang care banget sama murid-muridnya dia tidak memberi jarak bahkan menjadikan semua murid-muridnya seperti teman.

"Duh, beneran pak maaf ya? "

"Duh ngomong aja kangen bapak nggak keberatan kok....hahahha"

Terdengar gelak tawa di ujung telfon seperti mendapatkan undian saja bahkan bapak tidak tau aku yang menahan malu ini.

"Ya sudah sana di lanjut belajarnya, Assalamualaikum... "

"Waalaikumussalam... "

Eh dia bahkan tau aku sedang belajar kayak peramal aja.Terus bagaimana denganku besok??? masih beranikah aku menyapanya....

Sumpah betapa malunya aku.

Bersambung.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!