"Papih, malam ini tresa mau pergi ke pesta reunian sma. Jadi minta uang yah buat beli dress nya". Pinta seorang gadis yang dengan manjanya langsung memeluk erat pergelangan tangan ayahnya.
"Aduh aduh, anak mamih ini bisa aja ngebujuk papihnya. Lagian uang bulanan yang diberikan sama papih kamu kurang tres?". Sahut seorang wanita dengan rambut yang disanggul.
Tresa hanya menyeringai. Uang bulanan yang diberikan ayahnya memang besar, hanya saja rasanya kurang kalau harus membeli dress. Apalagi malam ini ia ingin lebih menawan dari yang lainnya.
Sang ayah hanya menarik nafas sambil tersenyum, ia lalu merogoh dompetnya dan mengeluarkan kartu untuk diberikan pada tresa yang merupakan anak satu satunya.
"Yaudah ini, terserah mau belanja apa aja. Asalkan, nanti malam kamu gak boleh ganggu papih sama mamih lagi kalo lagi dikamar". Ingatkan sang ayah yang tahu betul bahwa tresa sering mengganggu waktu tidurnya bersama sang istri di malam hari.
"Siap papih!pokoknya nanti malam sepulang dari pesta tresa bakal langsung masuk kekamar sendiri, gak bakal gangguin papih sama mamih". Teriak tresa kegirangan dan menciumi kedua pipi ayah ibunya.
Tresa memang sedari kecil dimanja,karena ia anak satu satunya dari keluarga Adipati group. Sehingga semua yang diinginkan tresa pasti akan terkabulkan karena merupakan pewaris satu satunya.
Sebenarnya,tresa tak terlalu tertarik dengan warisan karena itu artinya ia juga harus bisa mengelola bisnis. Namun, dia ini bukan wanita karier. Tresa dulu pernah berangan untuk menjadi seorang model, namun rasa malasnya berhasil mengusir mimpinya sendiri.
Karena sedari kecil dimanja, tresa juga suka boros dan foya foya. Asalkan ayahnya memberikan uang bulanan padanya, maka hidupnya akan berjalan sesuai dengan keinginan nya.
Hari ini saja,tresa sudah berbelanja lebih dari 10juta hanya untuk membeli dress yang akan ia pakai malam ini ke acara reunian yang diselenggarakan di sebuah hotel dekat rumahnya.
Ia ingin malam ini paling mencolok dan menjadi tatapan semua mata. Sengaja ia memilih dress yang cukup terbuka agar terkesan lebih seksi.
"Papih mamih,aku berangkat dulu yah". Ucap tresa sembari mencium pipi kedua orangtuanya. Sang ayah maupun sang ibu takjub melihat penampilan tresa yang hari ini benar benar memukau dengan rambut pendeknya yang sebahu.
"Yaampun, anak mamih ini cantik sekali". Puji sang mamih pada tresa.
"Ya jelas dong sayang,mamihnya aja cantik sih gimana anaknya". Timbal sang ayah sembari memeluk istrinya. Tresa yang melihat hal itu merasa kesal, hampir setiap hari pemandangan ini terulang. Walaupun sudah hampir kepala 5 namun kedua orang tua tresa masih romantis dan saling mencintai.
Dari sinilah tresa mulai membayangkan hari tuanya nanti bersama sang suami yang entah siapa. Bisa saja nanti di acara reunian bertemu dengan jodoh, sehingga dengan cepat tresa pergi ketempat yang telah ditentukan dan tak berharap bahwa hari ini juga ia akan bertemu dengan mantan kekasihnya.
'kenapa harus ada si Raka sih!jadi males banget'. Batin tresa yang kini baru sampai dan disambut oleh wajah mantan kekasihnya.
Mood tresa seakan menghilang, berangkat dari rumah rautnya tampak cerah. Namun setelah sampai berubah murung hanya karena ada wajah Raka. Mantan kekasih terakhirnya sampai sekarang.
Tresa mencoba bersikap acuh dan berjalan santai melewati raka dan teman temannya. Ia hari ini hanya ingin menikmati pesta bersama teman-temannya.
Penampilan Raka tak banyak berubah, hanya saja rambut semi gondrongnya sudah dipotong cepak dan tubuhnya lebih besar dari yang dulu.
Sungguh, tresa benar benar tak berharap ia bertemu dengan Raka. Kalau tahu seperti ini mungkin ia lebih memilih untuk tak datang. Namun apalah daya, hari ini ia sudah siap dan tak mungkin kembali pulang hanya karena bertemu dengan Raka.
"Widih, si tresa masih cakep aja dia. Gak mau ajak balikan nih ka?". Tanya seorang teman pada Raka yang tengah asik meminum sebotol bir.
"Dia yang dulu ninggalin gue tanpa alasan yang jelas, gue pengen dia yang mohon ke gue buat balikan lagi". Jawab Raka sambil terus meneguk segelas bir.
Raka sebenarnya ingin tahu apa sebenarnya alasan tresa dulu pergi meninggalkan nya. Waktu itu ia benar benar kecewa karena gadis yang ia cintai justru menghilang dan meninggalkannya begitu saja.
Sedangkan kini di sisi lain, tresa tak bisa memalingkan pandangannya dari Raka. Bukan karena kagum, namun menatapnya dengan tatapan penuh kebencian.
Dimatanya, Raka adalah sesosok buaya darat yang menjelma sebagai manusia. Ia seolah tak ingat kalau dulu pernah menjalin hubungan bersama Raka selama lebih dari 3 tahun.
Tresa mulai kesal dan melampiaskan nya dengan meneguk segelas bir. Ia hari ini sudah hilang mood untuk berpesta. Yang ia lakukan hanya duduk sambil memasang raut kesal.
..
"Sial!". Teriak Raka ketika kini tubuhnya sempoyongan tak terkendali akibat minum bir terlalu banyak. Tubuhnya mulai terasa panas dan pandangannya semakin tak jelas.
Raka segera berlari ke arah lorong gelap yang tak ada orang. Ia ingin melampiaskan hasratnya.
Dengan kesal,Raka terus berjalan mencari tempat yang dingin dan serasa ingin menenggelamkan tubuhnya diatas air. Namun di tengah tengah perjalanan,samar samar Raka melihat sesosok wanita tengah berjalan ke arahnya.
Raka mencoba menyipitkan mata agar dapat melihat jelas wajah gadis yang datang mendekatinya. Dan hasilnya ternyata itu adalah tresa yang tampak sama halnya tengah sempoyongan.
Tampak ukiran senyuman diwajah Raka, ia langsung berjalan perlahan mendekat kearah wanita yang sama halnya tengah dalam pengaruh alkohol.
"Aduh sial!padahal kan tadi cuma minum dikit". Lirih tresa dan tak sadar bahwa kini di hadapannya ada Raka.
"Tres,tolong please". Lenguh Raka langsung meraih tangan tresa dan menariknya secara paksa. Raka mencoba mencari tempat sepi dan menemukan sebuah kamar yang tak terkunci.
"Tres please tolong". Bisik Raka yang membuat tresa terdiam, inikah suara pria 3 tahun lalu? Suara yang hampir setiap hari ia dengar.
Belum sempat tresa bereaksi, Raka segera membawa nya masuk kedalam kamar dan mengunci pintu rapat rapat. Sialnya, tresa yang sama halnya tengah dalam pengaruh alkohol mulai kehilangan kesadaran perlahan demi perlahan. Ia mencoba melepaskan diri namun tak kuat karena tenaga Raka lebih besar darinya.
"Raka,jangan gila ya kamu!lepasin". Lirih tresa dan mencoba melawan. Namun hal terduga terjadi ketika Raka tiba tiba mendorong keras tubuh tresa ke atas kasur kamar dan langsung menindihnya.
"Please Raka jangan…". Lenguh tresa ketika tiba tiba bibirnya berhasil di kecup oleh raka. Pada akhir nya,tresa hanya dapat merelakan hal berharga nya direnggut oleh mantan kekasih nya sendiri.
…
Keesokan harinya.
Kring…
Bunyi weker menunjukkan pukul tujuh pagi. Tresa masih ingin menarik selimut lebih tinggi. Matanya yang masih kantuk mencoba ia buka ketika merasakan angin menerpa kening dan wajah nya yang lembut.
Dengan malas tresa membuka mata dan merasa begitu kedinginan. Ia mencoba mengedip ngedipkan matanya dan menggeseknya pelan.
"Astaga?dimana ini!". Teriak tresa ketika menyadari bahwa suasana ini bukan kamarnya yang tak lain kamar hotel. Tubuhnya kini telanjang bulat hanya ditutup oleh selimut putih besar.
Teriakan nya yang kencang berhasil membangunkan pria disamping nya yang tak lain Raka. "Aduh!siapa sih yang teriak teriak?" Lenguh Raka masih tak sadar sambil menggaruk kepalanya.
Kejutan kedua kalinya membuat tresa hampir pingsan, ia ingat sekarang kejadian semalam dimana Raka berhasil menidurinya.
"Raka!Lo breng*ek!". Tekan tresa sembari memukul punggung Raka. Ia ingin sekali menangis, namun tak boleh ia lakukan karena tak ingin terlihat lemah didepan pria yang dulu pernah menyakitinya.
Raka hanya terdiam dan terus mencoba mengingat kejadian semalam. Namun semakin mengingat, kepalanya terasa pusing dan berpikir bahwa semua ini adalah jebakan yang dilakukan oleh tresa.
"Ah ini mah kamu sengaja kan jebak aku?lagian kamu itu tres, kalau masih cinta sama aku tinggal ungkapin aja. Gak usah drama pura pura tidur bareng kaya gini". Timbal Raka dengan sombongnya merasa bahwa ia yang dirugikan.
Tresa yang mendengar hal ini mulai hilang kesabaran, bagaimana mungkin bisa Raka berkata seperti itu?padahal jelas jelas semalam yang dirugikan adalah dirinya. Dengan kesal tresa memakai kembali pakaiannya dan bergegas pergi.
Setelah kepergian tresa,Raka merasakan hal aneh. Ia kemudian melihat bekas tidur tresa yang menyimpan sebuah bercak merah tanda bahwa semalam mereka benar benar melakukannya.
Raka berpikir kembali dan mulai menyesal telah berkata demikian pada tresa. Raka mulai khawatir dan mencoba mengejar tresa yang sudah pergi entah kemana.
'ah sial!kalo gini mah udah jelas tresa gak bakal maafin gue!'. Batin Raka khawatir,ia kemudian bergegas keluar dari dalam kamar dan berharap tresa belum jauh pergi.
"Raka!mau kemana Lo?". Teriak salah satu temannya yang membuat Raka menghentikan langkahnya dan mengurungkan niatnya untuk mengejar tresa.
Raka kemudian menceritakan kejadian semalam,hal ini membuat ketiga temannya tertawa dan malah mengejeknya. "Sial Lo semua!sekarang bantuin gue buat liat rekaman cctv semalam". Ajak Raka,seketika itu ketiga temannya mulai serius dan diam diam pergi ke ruang cctv.
"Kenapa harus sembunyi sembunyi sih rak?kita kan bisa minta izin dulu sama staf nya". Bisik pelan temannya.
"Heh!gue gak mau kalau sampai ada yang lihat kejadian semalam!itu aib bagi gue sama tresa!sekarang Lo diem disini dan jagain kalo ada orang yang mau masuk". Pinta Raka pada teman temannya. Ia kemudian masuk ke dalam ruangan yang berisi beberapa komputer yang menyimpan rekaman cctv semalam.
Setelah dicari,akhirnya Raka menemukan rekaman semalam. Dimana memang benar,ia yang telah merugikan tresa bukan sebaliknya. Rasa ketakutan sekaligus khawatir menyelimuti hatinya. Ia merasa bersalah dan ingin bertanggung jawab, segera ia pergi meninggalkan ketiga temannya dan sebelum itu ia sempat menghapus terlebih dulu file rekaman semalam.
Sesampainya di rumah tresa,Raka bergegas masuk kedalam dan tak berharap bahwa ternyata kedua orang tuanya sudah ada disana dengan raut kesal.
Memang dari dulu kedua orang tua Raka dan tresa adalah sahabat dekat. Hubungan mereka sewaktu dulu sangat didukung oleh orang tua mereka,bahkan sempat beringin ingin untuk menjodohkan nya,
Namun karena suatu alasan,Raka tiba tiba pergi meninggalkan tresa begitu saja setelah kelulusan sma. Bahkan,Raka tanpa berkata apapun menempuh pendidikan keluar negri. Hal inilah yang membuat tresa kecewa dan mulai membenci Raka.
"Mah?pah?". Lenguh Raka kebingungan ketika melihat raut Pasang wajah orang tuanya dan orang tua tresa menatap kesal ke arahnya.
"Raka?jelasin sekarang sama mamah,papah dan om Harto sama Tante rika. Apa yang udah kamu lakuin sampe sampe tresa nangis kaya gini!". Tanya sang ibu sambil mengusap lembut punggung tresa yang tengah menangis.
"Ma-mamah, pah, Tante, om. Aku bisa jelasin, ja-jadi sebenarnya kemarin malam aku sama tresa itu lagi sama sama mabuk jadi ya kita kelepasan". Jelas Raka sambil menunduk, sungguh kini ia ketakutan melihat raut wajah semua orang. Tak berani ia menatap nya dan hanya sesekali menoleh kearah tresa yang terus menangis.
Harto tampak marah besar dan terus menatap kearah Raka. Ia merasa tak terima karena anak gadis satu satunya telah dinodai oleh raka.
"Liat kelakuan anak kamu Thomas, gara gara nya anak saya jadi ternoda!". Tekan Harto memarahi Tomas.
"Ini semua karena kesalahan anak kamu juga! Masih muda sudah kenal alkohol". Timbal Thomas tak terima.
Harto maupun Thomas mulai melempar kata kata ejekan. Mereka sama sama tak terima karena perbuatan sang anak yang dapat menghancurkan reputasi keluarga.
"Thomas!saya gak mau tahu,pokoknya hari ini Raka harus menikahi anak saya!". Ucap Harto yang membuat Rika dan Linda bersorak kesenangan.
"Alhamdulillah jeng,kita besanan". Sorak Linda langsung memeluk calon menantunya,tresa. Rika langsung terperanjat dan memeluk Harto.
"Pah,acaranya mau kapan?". Tanya Rika penasaran.
"Malam ini!". Jawab Harto dan Thomas bersamaan.
….
Malam harinya, Raka sudah siap dengan setelan jas hitam. Sedangkan tresa hanya mengenakan gaun putih selutut dan rambut yang disanggul. Walaupun ijab Kabul yang Raka lakukan hanya dipimpin seorang penghulu dan disaksikan oleh kedua belah pihak keluarga, namun mereka berhasil mendapat kata sah!.
Beres ijab kabul, Raka langsung mencium kening tresa. "Raka, ingat jaga tresa baik baik. Jangan sampai mamah denger kamu ngelakuin hal yang ngga ngga". Ingatkan Linda pada anak semata wayangnya.
Raka hanya mengangguk dengan wajah cemas, jujur saja ia kini ketakutan karena melihat ekspresi tresa sedari tadi hanya mengerutkan kening.
"Tresa, sekarang kamu sama Raka gih istirahat ke kamar. Mamih udah siapin sebelumnya". Pinta Rika yang mendapat anggukan dari tresa.
Walaupun pernikahan ini hanya dilakukan sesingkat mungkin, namun Raka tak menyesali nya karena di lubuk hatinya yang paling dalam masih sangat mencintai tresa.
Ia ingin sekali memberikan penjelasan kepada tresa dibalik alasan ia pergi lalu itu. Namun, tampaknya tak ada kesempatan.
"Tres? kamu marah sama aku?". Tanya Raka ketika melihat istri nya langsung merebahkan diri diatas kasur.
"Aku ngantuk,pengen tidur". Timbal tresa sambil memunggungi Raka. Jujur saja,dihati tresa kini hanya ada rasa penyesalan. Kenapa kemarin malam ia bisa sebodoh itu dan membiarkan Raka mempermalukan nya.
Raka hanya tersenyum dan ikut membaringkan tubuhnya diatas kasur. Tangannya tampak mengangkat mencoba meraih tubuh tresa. Ingin sekali ia memeluknya,namun hal ini tak bisa ia lakukan karena belum saatnya.
Tresa merasa sedikit pusing saat membuka mata. Disampingnya ada Raka yang tengah tertidur pulas. Denyut jantung tresa seakan berdetak kencang ketika teringat siluet kisah manisnya waktu dulu ketika masih berpacaran dengannya.
'Kalau saja dulu kamu tidak mengecewakanku, mungkin dari dulu sampai sekarang aku akan tetap cinta sama kamu'. Batin tresa sedikit kecewa.
Dari dulu sampai sekarang, ia ingin tahu apa alasan sebenarnya Raka meninggalkannya waktu dulu. Namun,rasa gengsi menghalangi nya dan tak pernah bertanya sampai saat ini.
Saat tengah dalam keadaan tak karuan, tiba tiba Raka memegang lembut tangannya. Tresa bisa melihat senyum suaminya yang merekah.
"Tres?". Lenguh Raka.
Tresa hanya mendongakkan kepala dan tak membalas panggilan Raka. Sungguh ia tak tahu harus bersikap apa.
"Aku mau mandi dulu". Balas tresa akhirnya. Raka hanya mengangguk dan membuka ponselnya. Jam 6 tampak terkutip.
Ketukan pintu mulai terdengar beberapa kali. Raka lalu membukanya dan melihat mertuanya tengah membawa sepiring nasi.
"Tante?". Panggil Raka yang langsung mendapat reaksi mengkerut dari Rika.
"Kok manggilnya Tante sih? Kan sekarang kamu udah jadi menantu saya. Panggil mamih yah". Pinta Rika sembari tersenyum.
Raka mengangguk canggung. Ia lupa,bahwa hari ini adalah hari pertama ia menjadi seorang suami dan menantu. "Oh iya raka, ada tresa?". Tanya Rika mencoba mencari keberadaan anaknya.
"Lagi mandi tan… mamih". Jawab Raka hampir kelepasan memanggil panggilan Tante. "Oh gitu? Yaudah gih kamu kebawah dulu,yang lain pada nunggu. Mamih mau ngobrol sebentar dulu sama tresa". Ucap Rika yang lalu masuk kedalam kamar dan menunggu kemunculan tresa. Sedangkan Raka bergegas turun dan menghampiri orang tuanya yang tengah mengobrol dengan Harto.
Disisi lain, tresa yang baru saja selesai mandi dikejutkan dengan kehadiran Rika yang tengah duduk diatas kasur. "mamih lagi apa?". Tanya nya.
"Sayang, hari ini kamu bakal ikut mamih sama papih buat kunjungi rumah nenek yang dulu". Timbal Rika yang membuat tresa sedikit kebingungan. Untuk apa datang kerumah nenek nya yang sudah meninggal?kakeknya juga sudah tidak ada.
"Buat apa mih?".
"Dulu nenek kamu pernah ngasih wasiat, katanya kalau kamu udah nikah. Rumahnya pengen ditinggalin sama kamu dan suami". Jelas Rika.
Tresa hanya mengangguk sedikit tak rela. Sedari kecil ia adalah anak yang manja dan tak bisa jauh dari kedua orang tuanya. Harus secepat ini? Rasanya tresa tak kuat kalau harus hidup jauh dari mamih dan papihnya.
"Sekarang yuk kita makan dulu. Raka juga udah duluan". Ajak Rika yang diikuti oleh tresa turun dari tangga.
…
Sesuai janji, tresa dan Raka dibawa pergi ke sebuah rumah khas Jawa yang dimodifikasi modern. Rumah besar dalam tanah berukuran kurang lebih 800m², taman asri dan kolam ikan mas tampak menyejukkan.
"Nah ini dia tres, Raka rumah baru kalian". Ucap Harto memperkenalkan rumah peninggalan ibunya. Tresa dan Raka hanya saling menatap sambil menarik koper besar punya mereka.
"Oh iya raka, rumah ini kan cukup jauh dari rumah mamah sama papah. Jadi kalau ada apa apa telpon aja ya". Ingatkan Linda yang merasa tak rela melepaskan anak semata wayangnya Yang sudah hidup selama 23 tahun bersama nya.
"Iya mah, mamah tenang aja pokoknya aku bakal jaga diri dan sebisa mungkin jagain tresa". Timbal Raka memegang erat pergelangan tangan tresa.
Tresa tampak merona, Namun sebisa mungkin ia tutupi. "Yasudah, kalau begitu kami pergi dulu yah". Ucap Thomas bergegas pergi, saat Harto dan Rika akan membalikkan badan. Tiba tiba tresa memeluk erat tubuh kedua orangtuanya.
"Mih, pih. Janji yah jangan lupain tresa". Lenguh tresa membuat Rika maupun Harto mau tak mau melinangkan air mata. Berat sebenarnya Harto melepas gadis satu satunya yang sudah hidup 22 tahun bersamanya.
"Tresa, sekarang kamu udah punya raka. Andalin dia yah". Sahut Rika mengusap air matanya. Tresa hanya mengangguk dan melihat kepergian orang tuanya yang semakin lama semakin menjauh dan hilang karena padatnya kota Jakarta.
"Masuk yu tres". Ajak Raka sambil mengulurkan tangannya. Tresa awalnya tak berkutik, lalu ia tersenyum dan meraih genggaman tangan Raka. Mereka berdua lalu masuk kedalam rumah dan mulai menata beberapa pakaian didalam lemari.
Malam harinya…
"Aduh, berisik banget sih!". Teriak tresa kesal, bagaimana mungkin ia bisa tidur kalau di samping rumahnya ada kegaduhan. Tepatnya warung kopi yang terletak disisi rumah baru tresa.
Kegaduhan diwarung membuat tresa tak bisa tidur nyenyak, suara barang digeser, orang sibuk berbicara, dan drama Jawa dari kaset radio benar benar menyita seluruh otak tresa.
Raka yang melihat kegundahan tresa merasa khawatir, ia lalu membuka tas besar miliknya dan mengeluarkan sebuah earphone berwarna pink.
"Tres, pakai ini coba". Sahut Raka sambil menyodorkan nya pada tresa yang tengah merebahkan diri dengan kedua tangannya yang menutup telinga.
"Earphone?". Tanya tresa tak percaya, ia lalu melihat kearah Raka dan meraih perlahan earphone dari tangan suaminya.
"Pakai tres, biar kamu bisa tidur". Pinta Raka. Tresa yang mendengarnya sedikit tertegun. Sikap Raka yang perhatian memang dari dulu tak pernah hilang, inilah salah satu alasan dia mengapa dulu begitu mencintainya.
"Makasih". Balas tresa dingin. Ia lalu mulai memakainya satu persatu ke dalam telinga kanan dan kirinya.
…
Sudah sejak 2 Minggu pernikahan tresa terus mengalami mual mual, bahkan tak sesekali ia tak bisa tidur karena merasa pinggangnya begitu sakit. Raka selalu menjaganya dengan baik, bahkan tak sesekali ia yang selalu di repotkan ini itu oleh tresa.
Hari ini saja, tresa sudah beberapa kali terus masuk keluar toilet. "Tres? Kita coba cek yu ke dokter". Ajak Raka yang hanya mendapatkan anggukan dari tresa.
"Aku ganti dulu, kamu gih panasin dulu mobil". Pinta tresa, ia lalu masuk kedalam kamar sedangkan Raka mulai memanasi mobil sport hitam miliknya.
Tresa memilih memakai rok panjang cream bercorak bunga mawar orange Salim dan atasan kaos pas badan yang mungil tanpa kerah.
Raka tampak tertegun melihat tresa yang berpenampilan seperti ini, biasanya ia akan lebih suka memakai baju mini dan kurang bahan. Tapi sekarang lebih memilih baju yang sederhana namun memikat.
Keduanya lalu masuk kedalam mobil dan mulai melaju menuju arah rumah sakit yang cukup jauh dari rumah.
Sesampainya dirumah sakit, tresa sedikit gugup. Ia tahu bahwa mungkin saja hasil pemeriksaan akan membuatnya sedikit tersentak. Sebisa mungkin ia menenangkan hatinya dan berjalan masuk kedalam rumah sakit bersama Raka.
"Jadi bagaimana Bu, kondisi istri saya?". Tanya Raka sedikit ketakutan karena melihat wajah tresa sudah pucat.
"Selamat ya pak, istri bapak sekarang tengah mengalami fase awal kehamilan". Ucap sang dokter membuat Raka tampak senang lain halnya dengan tresa yang sedari tadi terus murung.
"Be-benar Bu? Kalau boleh tahu, anak saya perempuan atau laki laki?". Raka tampak sudah tak sabar. Sang dokter kemudian menjelaskan bahwa fase ini belum bisa menentukan jenis kelamin, sang dokter menyarankan untuk setiap bulan memeriksa kandungan agar tahu kondisi sang bayi.
Sepulang dari rumah sakit Raka tak bisa menutup senyumannya. Ia lalu memeluk tresa didalam mobil, namun reaksi pertama tresa adalah kesedihan.
"Tres? Aku sudah gak sabar kalau harus nunggu 9 bulan".
"Kamu seneng?". Tanya tresa tak menoleh.
"Dari pertama kali aku nikah sama kamu, hati ini terus merekah. Apalagi sekarang aku denger kamu lagi hamil, kebahagiaan aku double 100 persen". Jawab Raka yang membuat tresa sedikit tertegun.
Mobil pun melaju dan Raka fokus menyetir, sedangkan tresa menatap kearah perutnya sambil mengelusnya pelan. Lama kelamaan ada perasaan aneh dihatinya yang menorehkan senyum manis pada wajahnya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!