NovelToon NovelToon

My Ex Sagara

Eps 1. Kebengisan Sagara

Didalam ruangan mewah nan luas, sesosok pria berdiri tegap sembari melihat ke arah jendela besar di kamar miliknya. Tangannya menggenggam segelas wine yang hampir tandas taklupa tangan kirinya juga memegang sebuah botol berisikan alkohol.

Drtt.. drt...drtt...

Mata elang pria tersebut menyipit kala sekilas matanya melihat handphone miliknya berdering . Bukannya langsung mengambilnya, malahan terdengar helaan napas kasar yang keluar dari mulutnya.

Tutt....

"Hmmmm...." Suara berat pria tersebut terdengar dingin dan arogant.

"......."

"Jelaskan" Jawabnya sarkas namun penuh penekanan.

"......"

"Saya mengerti, lanjutkan tugasmu." Titahnya dengan senyuman smirknya sembari menaruh kembali handphone yang tadi berada dalam genggamannya.

Seketika raut wajahnya berubah menjadi lebih mematikan dari sebelumnya .Dimana buku - buku tangannya nampak terlihat memutih gegara terlalu erat menggenggam.

Sagara Anderson Mattew.

Ya, pria tersebut adalah pewaris tunggal dari keluarga terkemuka di negerinya. Sebagai penerus keluarga Mattew yang sangat berpengaruh di kota bahkan dinegaranya .Membuat dirinya sangat di segani, Apalagi sikap dingin dan acuh tak acuh pada lawan maupun rekannya.

Memiliki segudang prestasi dan kelebihan, tak sedikitpun dari keluarga inti merasa bangga pada dirinya. Apalagi dirinya salah seorang pewaris tunggal kejayaan keluarga Mattew.

Perusahan yang dibangun oleh sang Daddy kini sangatlah berkembang pesat. Yang awalnya hanya perusahaan remahan rengginang kini menjadi rajanya perusahaan. Bahkan tak sedikit perusahaan besar berlomba- lomba untuk bisa menjadi rekan kerjanya.

A.M Company

Menjabat sebagai direktur utama memang memiliki tanggung jawab yang berat. Bahkan dirinya tak ada kesempatan untuk berlibur dan menenangkan fikiran.

Ya, Obsesi dan ambisinya sangat besar agar semuanya berada dalam genggamannya. Apalagi setelah mengingat lika- liku kehidupannya semasa kecilnya yang dibesarkan di panti asuhan. Lupakanlah masa kelam itu.

Dan disinilah sekarang sosok yang dulu selalu di remehkan. Kini seonggok debu itu menjadi kuat dan penuh intimidasi .

Tok...tok. tok...

Setelah ketukan pintu itu terdengar disusul suara langkah kaki menderap mendekat ke arahnya. Tanpa rasa penasaran, Saga sangat tau siapa orangnya.

"Maaf tuan mengganggu waktunya, Keluarga Wilson mengundang kita datang keacara ulang tahun perusahaannya dan menyambut putrinya yang pulang dari luar negeri." Ucap Ken sang tangan kanan, tak lupa membungkuk sebagai salam hormat kepada sang atasan.

Tanpa menatap ke arah lawan bicaranya untuk menjawab. Kode tangan yang diberikannya mampu membuat sang tangan kanan kembali menunduk dan mengundurkan diri dari ruangan tersebut. Entah apa yang di maksut dengan kode tangan tersebut, hanya Ken dan orang sekitar yang mengetahuinya.

Setelah kepergian Ken, barulah Saga melirik ke arah samping sembari menyesap wine miliknya lagi hingga tandas.

"Kita ketemu lagi" Monolog Saga dengan senyum devilnya. Membuat siapa saja yang melihatnya dibuat begidik ngeri. Apalagi melihat tatapan itu sangatlah mematikan. Sungguh berasa ingin berhenti bernafas sejenak.

Pyarrrrr.......

Dengan sekali hempasan gelas cantik dan tak berdosa itu sudah menjadi butiran kristal kecil yang akan membuatnya tertusuk dengan serpihan- serpihan kaca kecil itu.

Dada Saga kembang kempis dengan amarah yang memburu. Giginya menggertak seakan amarahnya kini membuncah dengan sendirinya. Jika sampai keluar dari ruangan tersebut sudah pasti siapapun yang di temui nya akan menjadi sasaran empuknya.

Begitulah reaksi sadis yang dimiliki Sagara Anderson Mattew. Tak ada kata ampun bagi siapapun yang akan menghalanginya.

"Bitchhh.." Umpat Saga menonjok tembok berkali- kali. Tangan memar dan penuh darah tak terasa lagi nyilunya seperti apa. Yang terpenting sekarang bisa mengendalikan emosinya yang meledak- ledak tanpa di minta.

"Tuan apa yang terjadi." Tanya Ken memasuki ruangan Saga lagi. Dirinya sampai lupa tak mengetuk pintu karena saking refleknya mendengar suara benda jatuh di dalam ruangan sang tuan.

"Pergi Ken" Sarkas Saga membuat Ken meneguk ludahnya kasar, matanya tak sengaja melihat sekitar yang sudah porak poranda. Dan segelintir tatapannya terhenti ketika tangan kiri sang tuan sudah berlumuran darah meskipun masih tergenggam.

"Tapi tuan, tangan anda" Ucap Ken ragu untuk melangkah keluar apalagi melihat sang atasan terluka. Entah apa yang membuat sang atasan itu melakukan hal gila seperti itu lagi. Masalah apa lagi yang dihadapinya sampai merelakan tubuhnya terluka.

"Pergi, atau ku habisi kau" Ujar Saga menatap nyalang pada Ken sontak saja Ken dibuat bingung oleh tingkah Saga. Ken mengalah ia mengundurkan diri karena masih sangat menyayangkan nyawa satu- satunya yang sangat berharga .

"Baik tuan saya permisi, Kalau ada apa- apa jangan sungkan untuk memanggil saya." Pamit Ken sebum menunduk hormat meskipun ia tau jika Saga takkan menghiraukannya.

Bekerja bertahun- tahun dengan Saga sangat membuatnya hafal betul sifat Saga. Pria yang dipanggil tuan itu takkan menceritakan ranah privacynya pada siapapun kecuali pada satu sahabatnya yang sudah menemaninya dari kecil.

Saga sangat percaya dengan sahabat namun seiring berjalannya waktu. Hati yang dulu ceria bahkan hangat kini menjadi beku dan tak tersentuh. Bahkan sang sahabat hanya bisa memklumi sifat Saga yang berubah dratis. Dan itu tak luput dari perjalanan kelamnya di masa lalu.

"Hah, Tuan Saga sudah dalam mode ganas. Untung saja aku disuruh keluar. Kemungkinan besar sudah di makan hidup- hidup diri ini." Ucap Ken pelan ketika dirinya sudah menutup pintu ruangan. Bisa hancur berkeping- keping diri Ken jika Saga mendengar celotehannya.

Brakk... brakk... Pyarr...

Suara gaduh di dalam ruangan sang atasan membuat Ken yang masih setia berada di depan pintu merasa begidik ngeri. Pasalnya sudah lama tuannya tak mengamuk seperti saat ini. Dan yang menjadi pertanyaannya, Apa alasan utama sang atasan berbuat seperti itu.

"Biarin ajalah, Siapa tau tuan butuh waktu sendiri." Batin Ken manggut- manggut setelah itu kakinya berjalan ke arah life. meninggalkan Saga yang murka disana.

Mansion mewah milik Saga memang sangat memukau. Selain luas nan mewah, mansion tersebut sangat nyaman ditinggali bahkan Ken juga sangat nyaman tinggal disana.

Ken Adinata

Menjabat sebagai seorang tangan kanan dari seorang Saga adalah sebuah keberuntungan. Meskipun sikap sang atasan sangat dingin dan tak mau ada kesalahan sedikitpun.

Namun menurut Ken itu wajar saja sebagai atasan. Mengingat dirinya adalah pewaris tunggal perusahaan tersohor di dunia. Penuh ketelitian dan kejelian, Salah sedikit hukuman yang akan menantinya.

Yang membuat nyaman Ken bekerja dengan Saga adalah dibalik sisi tempramennya, Sebenarnya Saga sosok yang humble dan baik. Tapi entahlah, Mungkin ada sesuatu yang mendasari sifat Saga yang menjadi seperti itu. Dan Kenpun tak mau ambil pusing karena terlalu kepo dengan urusan privacy sang atasan.

Bercerita tentang kekasih Saga, Ken sebagai seseorang yang selalu berada di dekat saga belum pernah melihat sang atasan merasakan jatuh cinta. Terlihat saja dari cari Saga yang hambar akan wanita yang berada disekelilinginya.

Menjadi orang yang berpengaruh tentu saja Saga dikelilingi wanita. Baik yang dengan suka rela menghangatkan diatas ranjang bahkan klien wanita sendiri yang secara terang- terangan merayu seorang Saga.

Ken juga sempat berekpakulasi bahwa Saga itu adalah seorang gay karena tak suka dengan wanita . Namun pikiran konyol itu selalu di tepisnya. Karena apapun alasananya itu, Dia harus selalu menghormati Saga sebagai atasannya. Apalagi Abraham Anderson Mattew selaku ayah kandung Saga sangatlah baik padanya hingga mengangkatnya sebagai salah satu orang kepercayaan di dunia bisnis kerajaan A.M company.

Sebelum menjadi tangan kanan Saga , Ken sudah menjadi tangan kanan Abraham Anderson Mattew. Yang sifatnya malah berbanding terbalik dengan sang putra tercinta yang terlihat bengis dan tanpa ampun .

Hay sahabat setiaku, Jangan lupa selalu dukung karyaku ya.

I miss you so muchhh😘😘😘😘

Eps. 2: Pertemuan

Tappp.... tapp.... tappp....

Suara fantofel mewah milik Sagara dan Ken menggema di area loby perusahaan A.M Company. Hampir seluruh karyawan yang melihat itu menatap ke arah kedua pria yang tengah berjalan maskulin. Raut wajah datar dan tanpa senyum membuat keduanya memiliki khas tersendiri.

Sungguh sempurna pikir karyawan yang senantiasa mengagumkan ketampanan keduanya.

Semua karyawan terlebih wanita memandang kagum pada sosok Sagara dan Ken. Bagaimana tidak, keduanya memiliki ketampanan yang mencolok di atas rata- rata bagi kaum hawa.

Sesekali juga para karyawati menunduk ketika mata elang baik Saga ataupun Ken melirik ke arahnya. Mereka takut jika kedua atasannya tau akan ada masalah yang menantinya. Karena sudah lengah dalam bekerja terlebih lagi memujanya tanpa izin

Dan setelah kejadian dimana Saga dan Ken melintas di koridor perusahaan . Suara gaduh mulai terdengar ketika sang atasan sudah hilang di pandangan mereka.

"Kenapa tuan Saga terlihat sangat cool banget" Pekik Hera karyawan senior ketika punggung tegap kedua pria tampan sudah tak nampak di pandangan matanya .

"Bisa gak sih, Tuan Saga jangan se cool itu. bikin jantung gak aman anjay." Timpal Dewi memegang dadanya sembari mendudukkan bokongnya di kursi kerjanya. Wajahnya dibuat seakan- akan bahwa dirinya tengah jatuh cinta bak seperti kepiting rebus.

"Tuan Ken juga Ulala, bikin gak bisa move mandang" Timpal Devina di sebelah Dewi yang memuja ketampanan Ken.

Begitulah celoteh unfaedah dari para karyawan terlebih kaum hawa. Dan yang menjadi muak adalah karyawan laki- laki bahkan tak sedikit dari mereka memutar bola matanya malas mendengar ocehan mereka. Tak Hayal telinga laki- laki disana harus kebal karena ucapan demi ucapan yang keluar dari para rekannya wanita disana.

"Berisik." Ujar Sultan yang tengah serius memandang komputernya hingga membuat suara gaduh itu mereda .

Dan ucapan itu hanya bertahan sebentar, sedetik kemudian para karyawan wanita memulai lagi bercerita tentang atasannya. Sungguh memuakkan bagi yang merasa tersaingi.

...****************...

"Apa schedule hari ini Ken?" Tanya Saga tanpa mengalihkan pandangan dari komputer.

Jari- jari besarnya secara lihai mengetik sesuatu dengan menampakkan wajah keseriusannya.

Ken membuka lembar per lembar schedule yang sudah diatur sebelumnya. Dengan berbicara sesekali melihat dokumen yang berada ditangannya. Alih - alih takut ada kesalahan saat membaca menurut Ken jika ia kembali tak memastikan schedule tersebut.

"Rapat dengan para petinggi setengah jam lagi. Nanti siang makan siang di Restoran flawless bersama tuan Gerald dari P.T Cone." Jelas Ken namun ucapannya terhenti kala tangan Saga mengayun ke udara.

Ken tau arti tangan Saga tersebut, berarti dirinya diperintahkan untuk berhenti membacakan schedulenya.

Ken terdiam menanti apa yang akan di perintahkan oleh atasannya ini padanya. Tanpa merasa berkecil hati karena Saga menyuruhnya membaca schedule namun matanya masih fokus pada layar komputer. Itu sudah biasa Saga lakukan dan hasilnya tak pernah mengecewakan.

Meskipun sikap Saga begitu Ken sangat antusias membacanya karena yakin jika Saga mendengarkan walaupun seperti tak menggubris sama sekali.

" Kita ke ruang rapat sekarang, perintahkan untuk semua petinggi dalam waktu 15 menit semuanya sudah harus berkumpul." Titah Saga membuka kacamatanya sembari berdiri dari kursi kebesarannya.

" Baik tuan." Sahut Ken menunduk, dilanjut Ken membuka ipad yang berada di genggamannya. Mengetikkan sesuatu pada iPad tersebut dengan wajah yang serius pula. Ia tak mau ada kesalahan disana apalagi kesalahan di mata Saga.

Suara Gaduh mulai terdengar dari ruangan kepala devisi. Karena tak ada bantahan untuk 15 menit harus sudah sampai di ruangan rapat. Entah hukuman apalagi nanti jika ada yang terlambat semenit saja.

...****************...

Seorang anak kecil tengah berlarian di bawah terik matahari dengan senyuman yang terus saja mengembang. Bermain dan berlari di padang rumput yang luas adalah keinginannya yang tak sekalipun tersalurkan.

Hidup di keluarga yang sangat menuntun dan orang tua yang otoriter tak bisa membuatnya seperti bocah pada kebanyakan bocah.

Namun saat ini, berkat kedatangan sang aunty membuat suasana hatinya berkali- kali lipat bahagia. Terlepas dari sang orang tua, bahkan kakek yang terus- terusan mengekangnya. Semuanya harus wajib dituruti jika tidak .Kemarahan yang akan diterimanya.

"Aunty, kejar Naina." Teriak gadis kecil itu dengan suara yang begitu nyaring.

"Jangan cepet- cepet Nai, nanti kamu jatuh." Sarkas Alesha yang melihat sang keponakan berlari terlalu cepat menurutnya.

Alesha Kaira Wilson

Wanita yang sangat humble dan ceria membuat siapa saja mudah akrab dengannya. Selain memiliki paras cantik dan terkesan kalem menambah kesan tersendiri untuk gadis cantik tersebut.

Alesha yang sering disapa Ale tersebut baru saja menampakkan batang hidungnya setelah sekian lama mengais ilmu di negeri Syam. Bukan kemauan dirinya sebenarnya, namun karena sang orang tua yang kekeh membuatnya harus mau tak mau menurutinya.

Semalam sejak kepulangannya dari negeri Syam. Racauan anak kecil yang masih berumur 5 tahun itu membuatnya tersayat.

Dimana nasibnya tak kalah jauh dengannya, Tidak ada kemauan sendiri semuanya harus serba di atur oleh sang orang tua. Terlebih lagi kisah asmaranya yang sangat di sayangkan.

"Aunty, Naina pengen bermain dan beli ice cream tapi mama sama papa bilang harus belajar terus. Naina capek Aunty." Adu Naina sembari menunduk di depan Ale. Membuat hati Alesha sangat tercubit .

Bagaimana nasib bocah 5 tahun ini jika semuanya harus tentang belajar. Tak ada kata bermain ataupun semacamnya.

Belajar memang penting namun terkadang bocah yang masih labil juga butuh bermain, berkreasi bahkan menambah ilmu lainya.

"Besok Aunty ajak Naina bermain di taman ya, tapi jangan kasih tau siapapun. Aunty gak mau Naina nanti kena marah." Ujar Ale mengusap lembut rambut sang keponakan dengan ketulusan.

Wajah Naina mendongak ke arah Alesha, dan benar saja. Hanya berkata seperti itu membuat bocah itu berbinar dengan wajah yang terus mengembangkan senyumannya.

Disinilah mereka sekarang, berada di taman kota tengah asik bercanda tawa. Bahkan Naina tak henti- hentinya menari dan berlari membuat hati Alesha merasakan lega.

"Aunty, ice cream boleh?" Tanya Naina menghampiri Alesha. Sorot matanya berharap - harap cemas menatikan jawabannya.

"Ayo." Sahut Alesha menggandeng tangan Naina ke arah penjual ice cream yang berada di pinggir taman.

Naina yang mendapatkan angin segar dari sang Auntynya berjingkrak - jingkrak tak karuan. Apalagi kemauannya dituruti oleh gadis yang berperan sebagai Auntynya tersebut .

Tanpa terasa tangan mungil yang tadi berada di dalam genggamannya tiba- tiba menghilang. Beriringan dengan Naina yang terus berlari ke arah penjual ice cream.

Alesha hanya menggelengkan kepala melihat tingkah laku keponakannya yang terlampau menggemaskan. Sembari berjalan kecil netranya lekat memandang ke arah sang keponakan yang terus saja berlari tanpa henti.

Hingga....

Cittt....

Bruakk......

Huaaa..........

"Naina...."Pekik Alesha sembari berlari ke arah keponakan yang sudah tersungkur di atas aspal.

Ya, Naina tersrempet mobil hitam legam mewah entah milik siapa. Alesha memaki dirinya sendiri yang tak becus menjaga Naina meskipun sudah berkali-kali Alesha diperingatkan.

Alesha mendudukkan Naina di pangkuannya. Air matanya menetes melihat luka di kedua lutut sang keponakan. Tak parah namun membuat hati Alesha tersayat.

"Maaf nona saya gak sengaja." Ucap pria yang baru saja turun dari dalam mobil mewah tersebut.

Alesha sekilas menoleh ke arah sumber suara tanpa menjawab. Netranya kembali lagi bergulir ke arah sang keponakan yang tengah menangis.

"Naina sakit sayang? Ayo Aunty antar ke rumah sakit." Ucap Alesha berusaha berdiri sembari menggendong tubuh mungil Naina.

"Berikan dia padaku" Suara bernada perintah itu menghentikan niat Alesha untuk berdiri.

Wajahnya menoleh ke arah belakang tepatnya pintu kemudi yang terbuka. Terlihat pantofel mengkilat nan mewah yang terlihat dan disusul pria berjas dengan kacamata hitam bertengger apik di hidungnya.

"Maksud anda apa?" Tanya Alesha dengan penuh kekhawatiran pasalnya Naina tak ada hentinya menangis.

Tanpa menjawab ucapan Alesha, pria jangkung dan berwibawa itu tanpa permisi mengambil alih menggendong Naina.

"Ehhh... mau dibawa kemana keponakanku?" sarkas Alesha ketika pria itu membawa Naina kedalam mobilnya.

"Masuk." Titah Pria itu pada Alesha yang masih berdiri sembari memegang pintu mobil .

Kasih semangatnya dong guys, biar nambah semangat.🥳🥳🥳

Eps 3: Mengenang masalalu

 Dengan berat hati Alesha memasuki mobil mewah entah siapa pemiliknya. Alesha hanya bisa sesekali melirik pria yang tengah memangku keponakannya tersebut dengan tatapan bingung. Kenapa pria ini begitu peduli itulah yang sekarang bersarang di otaknya.

"Maaf tuan, Anda mau bawa kami kemana?" Tanya Alesha ketika salah satu pria yang memegang kemudi itu menjalankan mobilnya.

  Sontak saja suara yang sangat dirindukan milik gadis di sampingnya ini membuatnya menoleh. Seperkian detik tatapan keduanya bertemu hingga membuatnya seakan enggan mengalihkan pandangan. Jantung Alesha berdetak tak karuan kala mata itu seakan menyelami matanya.

"Mata ini kenapa mirip sekali sama....." Alesha menggantung ucapannya, Ketika ia merasakan perbedaan dengan tatapan yang dulu selalu memancarkan kehangatan padanya, Siapa di pikir Alesha kebingungan.

  Alesha menggelengkan kepala dengan cepat sembari membuang pikiran yang berkelana kemana- kemana. Gadis bermata coklat itu menyangkal bahwa pria di depannya ini bukanlah seseorang yang dicarinya. Berbeda tentu saja, Karena pria yang dicarinya mempunya tatapan lembut dan wajah yang menenangkan.

 Namun dilihat dari segi manapun pria di sebelahnya ini sangat jauh berbeda. Dimana tatapan tajam dan penuh intimidasi itu begitu mendominasi di raut wajah tampannya

"Apa nona baik- baik saja?" Tanya Ken ketika melihat gadis yang tengah duduk disebelah tuannya menggelengkan kepala. Sangat terlihat jelas dari kaca spion depan mobil. Ken berfikiran bahwa Alesha pusing hingga beberapa kali menggelengkan kepalanya tanpa sepengetahuan sang atasan tentunya.

"Ehh ... Mm aku baik saja tuan" Ujar Alesha merutuki dirinya sendiri karena telah kepergok bertingkah konyol di depan Ken.

  Tatapannya kembali melirik ke arah Naina yang masih setia dipangkuan pria di sebelahnya. Terlihat nyaman sampai terlelap berbantal dada bidang milik pria tersebut.

"Mm maaf tuan, kalau boleh tau siapa nama anda?" Tanya Alesha mencoba sedikit tenang meskipun jantungnya berdegub kencang. Antara takut dan entahlah semua tak bisa di jelaskan dengan kata-kata.

Saga mengkerutkan keningnya mendengar penuturan gadis di sampingnya ini.

Ya , Saga dan Ken yang hampir saja menabrak Naina. Eh ralat tapi Ken yang hampir saja menabrak Naina karna faktor waktu. Namun setelah mendapat perintah dari sang bos akhirnya Saga menunda makan siang bersama sang klien. Meskipun kliennya bersikeras untuk tidak menunda pekerjaannya namun alibi Ken membuat sang klien tersebut bisa maklum atasnya.

  Sehabis rapat dengan semua petinggi di perusahaannya, baik Ken maupun Saga bergegas ke restoran yang sudah di pesan olehnya bersama sang klien.

  Namun takdir berkata lain, Saga malah bersikeukeuh meninggalkan schedulenya demi mengantarkan bocah kecil yang masih berada di pangkuannya. Entah apa yang mendorong kepedulian itu di hati Saga tak biasanya pria itu melakukan hal semacam itu.

 Ken hanya diam melihat interaksi sang bos dan gadis muda di sampingnya. Kaca spion lah yang menjadi saksi mata penguntit milik Ken.

"Tuan saya bertanya pada anda." Sergah Alesha lagi ketika Saga tak menjawab sekalipun. Hanya lirikan tajam yang ditujukan oleh lelaki itu pada Alesha yang merasa Saga adalah sosok pria bisu.

"Mm Nona, Tuan yang di sebelah anda bernama........" Ucapan Ken menggantung kala suara bariton Saga memecahkan kecerewetan Alesha.

"Turun" Titah Saga sembari mengeluarkan dirinya dari mobil.

"Tuhan, Jangan sampai pria tadi adalah dia. Tatapannya sangat mengerikan. Aku tadi mengira dia bisu ternyata hanya irit bicara ." Monolog Alesha menyusul Saga yang sudah masuk ke dalam rumah sakit.

 Meskipun Saga mempunyai sifat tak kenal ampun. Namun ia masih mempunyai sifat baik dan punya rasa kemanusiaan. Buktinya saja ia rela menunda pekerjaan yang sangat penting hanya untuk membawa gadis kecil berobat atas dasar tanggung jawab.

 Meskipun tatapan tajam dan dingin selalu meghiasi wajahnya yang tampan rupawan.

"Aww....." Pekik Alesha ketika dirinya tak sengaja menabrak punggung lebar milik Saga.

  Alesha sedari masuk kedalam rumah sakit seakan tak fokus pada setiap langkahnya bahkan ia hanya terus- terusan menyangkal apa yang tengah bergelut di otak dan hatinya.

"Sakit." Tanya Saga lembut sembari mengusap pelan dahi Alesha yang dengan cerobohnya menabrak punggungnya.

Degggg....

  Jantung Alesha berdetak semakin kencang dengan perlakuan Saga. Ya, Saga berhasil membuat darahnya berdesir kembali setelah sekian tahun lamanya membeku karena kehilangan seseorang yang sangat dicintainya. Dimana dulu Aleshalah yang pergi meninggalkan sang pujaan hati karena sesuatu hal.

  Tersadar dengan perlakuannya pada gadis yang masih mematung di depannya. Dengan cepat Saga pergi dari tempat itu tanpa berucap sepatah katapun.

  Ia merutuki kebodohannya yang telah membuat Alesha berfikiran yang tidak- tidak tentang dirinya.

 Setelah tersadar dari lamunannya, Alesha segera mengejar Saga yang sudah hilang dari pandangannya. Bukan apa- apa Alesha berbuat seperti itu karena ia belum sempat mengucapkan kata terima kasih pada seseorang yang telah menolong keponakannya tersebut

  Niat hati tak ingin mengejar karena merasa salah tingkah dengan perlakuannya tadi namun kurang pas rasanya jika etikanya di kesampingkan.

"TTuan tunggu." Teriak Alesha ketika mobil yang ditumpangi tadi sudah melesat jauh bahkan di beberapa detik sudah hilang di indera penglihatannya.

"Ya Tuhan, kenapa wajahnya mirip sekali dengannya. Matanya dan aroma tubuhnya, bahkan aku ingat jelas .Meskipun ada sedikit berbeda tapi kenapa hatiku yakin kalau itu dia."Ujar Alesha dengan nafas terengah- engah setelah berlari kecil mengejar sosok Saga yang sudah hilang di pandangan matanya.

"Boo, Aku merindukanmu. Sangat merindukanmu, kuharap kamu mendengarnya." Timpal Alesha lagi dengan air mata yang sudah membasahi pipinya.

Flashback on..

Didalam sebuah kelas 12 IPS seorang pria yang beberapa bulan lagi akan dinyatakan lulus. Pria tersebut memiliki kepintaran di atas rata- rata bahkan semua guru selalu membanggakan atas prestasi yang selalu digapai oleh siswa tersebut.

Walaupun bersekolah di kalangan orang atas hanya bermodal beasiswa. Tak sekalipun membuat dirinya minder akan tetapi dirinya semakin gigih belajar dan belajar. Ingin menunjukan Kepada dunia bahwa dirinya bukanlah orang yang lemah dan dengan gampangnya diinjak-injak harga dirinya.

Hidup sebatang kara dan berteduh dibawah naungan panti asuhan membuat dirinya tak tau siapakah orang tuanya.

"Boo." Panggil gadis bermata coklat yang masih menjadi adik kelasnya.

Sontak saja pria dengan kacamata yang selalu bertengger di hidungnya mendongakkan kepala. Suara lembut nan indah membuatnya tau betul siapa yang tengah memanggilnya.

Ya , Dia adalah Alesha Kaira Wilson

Seorang anak pengusaha dan donatur di sekolah Ganesha high school.

"Oh hy my sunshine." Sahutnya sembari menutup buku tebal yang sedari tadi di bacanya. Tiada hari tanpa membaca dan belajar di kamusnya namun jika menyangkut gadis didepannya ini semuanya ia lakukan.

Senyuman mengembang di bibir mungil gadis yang mempunyai rambut sebahu tersebut. Alesha mendudukkan dirinya di depan sang kekasih dengan menopang dagunya. Dengan matanya menatap lekat gerak gerik pemilik wajah hangat di depannya ini dengan penuh cinta.

"Apa hmm?" Tanyanya menoel hidung sang kekasih karena tak henti- hentinya melihatnya.

"Bangga deh punya pacar udah pinter juara terus lagi." Ujar Alesha mengembangkan senyumnya menampilkan deretan gigi putih miliknya.

"Muji terus perasaan" Sahutnya menarik hidung Alesha hingga sang pemilik memekik kesakitan.

"Sakit?" Tanyanya sembari mengelus hidung mancung milik sang kekasih. Padahal tadi dirinya menarik pelan tapi kenapa respon gadisnya seperti teraniaya.

Alesha mengannguk membenarkan ucapan sang kekasih bibirnya mencebik membuat pria yang berstatus kekasihnya semakin merasa bersalah.

"Maaf ya sunshine, Janji gak bakalan diulang." Ucapnya lembut tak henti- hentinya mengusap hidung mancung tersebut.

"Tapi Boong, Wleee....." Setelah berucap demikian Alesha berlari keluar kelas disusul oleh sang kekasih yang mengejarnya.

Sungguh senang bukan main ketika dirinya berhasil menjahili sang kekasih.

"Awas kamu ya" Sarkas si pria yang tak ingin kalah dengan gadisnya hatinya mengaku bahagia meskipun sang kekasih selalu menjahilinya.

"Semoga hubungan kita takkan terpisahkan Sunshine. Aku menyayangimu matahariku." Monolognya sembari melihat dang gadis tertawa lepas karena ulah nya.

Bersambung.....

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!