Sore hari di tengah pematang sawah yang padinya terlihat hijau, terlihat 2 anak muda bersenda gurau sambil membersihkan belut yang mereka tangkap. Mereka seperti menikmati apa yang mereka lakukan, karena ini adalah malam terakhir bagi mereka tinggal di desa kelahiran mereka. Ya…mereka akan pergi ke kota besar untuk memenuhi panggilan kerja di Perusahaan kecil yang tergolong baru.
Ahmad dan Jatmiko adalah teman dari kecil, rumah mereka bersebelahan. Mulai dari kecil sampai lulus SMK mereka selalu di sekolah dan kelas yang sama. Dan tempat kerja yang mereka tuju pun sama. Bukan kebetulan mereka memilih perusahaan baru yang membutuhkan banyak karyawan, meskipun pekerjaan yang di dapat sedikit banyak membutuhkan otot, mereka tidak keberatan.
“Haah, tidak terasa ya Jat …. kehidupan sekolah kita sudah berakhir” Ucap Ahmad yang tangannya tidak berhenti memotong dan membuka isi perut belut dengan terampil.
Jatmiko memandang sahabatnya dan tertawa kecil.
“yaah, sebentar lagi kita akan merasakan pahit manisnya mencari uang, siapa tahu tak lama lagi aku akan menemukan jodohku” Celetuk Jatmiko dengan senyum lebar.
Ahmad memandang Jatmiko dengan tatapan kosong. “Memangnya kamu sudah ingin menikah Jat? … Eh … tunggu dulu … memangnya ada yang mau?” Ucap Ahmad.
Di bandingkan dengan Ahmad yang sederhana, Jatmiko dengan rambut ikalnya memang terlihat rupawan.
“Tenang saja Mat, kumpulin uang yang banyak nanti pasti banyak yang antri” jawab Jatmiko dengan bangga.
“Iya...iya, antri mau nagih hutangkan” kata Ahmad bercanda. Sudut bibir Jatmiko berkedut mendengar kata-kata ahmad.
“Buruan bersihin belutnya, Pak Yanto pasti sudah selesai membuat sambal extra pedasnya” gerutu Jatmiko.
Pak Yanto adalah Orangtua dari ahmad, Pak yanto, Bu Yanto dan si kecil Siska.
Sejak kecil keluarga Ahmad sudah menganggap Jatmiko seperti keluarga sendiri. Apalagi setelah kedua Orangtua Jatmiko meninggal setelah terkena pandemi, karena keluarga terdekatnya yang ada di desa merasa keberatan kalau juga harus menghidupi Jatmiko. Pak Yanto menawarkan diri untuk menjadi orangtua angkatnya, karena dia percaya setiap orang punya rejeki sendiri.
Meskipun setiap hari makan dengan lauk seadanya, tidur harus satu kamar dengan Ahmad, Jatmiko tidak mengeluh sama sekali. Rumah kecil ini malah terlihat ramai dengan canda tawa. Jatmiko juga rajin membantu Pak Yanto berjualan di pasar Bersama Ahmad sepulang dari sekolah. Sepulang dari pasar mereka berdua mencari ikan di Sungai dan sayuran segar di sekitar desa mereka. Kalau dapat agak banyak mereka menjualnya sebagian ke tetangga hanya untuk uang jajan.
“Sisa 6 ekor belut Jat” Ucap Ahmad sambil melihat ke sekelilingnya. Merasakan tiupan angin dan pemandangan padi yang bergoyang. “Haahh … udara di kota tidak akan bisa se lezat udara di desa kita Jat, kita nikmati sepuasnya” Lanjutnya sambil menarik nafas dalam dalam.
Jatmiko melihat sekeliling dan tersenyum kecut “Ya … udara di kota rasa knalpot Mat, belum lagi panas dan nyamuknya … huuft” Ucapnya mengenang waktu dia dan Ahmad interview di kota.
Ahmad tertawa mendengar perkataan temannya. “Kayak pernah makan knalpot saja kamu Jat”
Sudut bibir jatmiko berkedut mendengar ucapan Ahmad.
Setelah tidak ada belut lagi untuk di bersihkan, mereka segera memasukannya ke dalam ember plastic dan mereka berjalan pulang melewati jalan pematang sawah.
Sambil menikmati irama music dari serangga yang yang barsautan. Tarian tanaman padi yang bergoyang di tiup angin dan suara katak yang ikut meramaikan simfoni orkestra music desa.
Sambil berjalan dan memandang bulan yang mengintip di langit Jatmiko berkata “Barang-barang kamu sudah di siapkan mat?”
“Sudah … besok pagi tinggal berangkat. Kamu sendiri sudah siap? Awas jangan sampai ada yang tertinggal, Di kota semua serba mahal” Jawab ahmad tapi tidak mendengar tanggapan dari temannya.
Dia menoleh ke samping dan melihat temannya sudah tidak ada di sebelahnya lagi. Ahmad menoleh kebelakang dan melihat Jatmiko berhenti berjalan dengan muka yang agak aneh. “Kamu kenapa Jat?” Tanya Ahmad sambil berjalan mendekat.
“Lihat Mat … Ba-banaspati!!! Teriak Jatmiko ketakutan dengan jari menunjuk ke satu arah di langit.
Ahmad melihat arah yang di tunjuk oleh Jatmiko, Takjub dan heran dengan apa yang di lihatnya. Bola api kecil terlihat meluncur di langit yang gelap.
Ahmad tersenyum melihat temannya “Jat, tahun depan kita sudah mau ganti Presiden … masih percaya saja sama yang begituan, Kamu terlalu banyak nonton yutube misteri” Celetuk Ahmad sambil tersenyum ke arah temannya.
“Haah … lalu itu apa … santet?” Kata Jatmiko dengan mata masih melotot melihat ke langit.
Ahmad tersenyum kecut mendengar pertanyaan dari temannya. “Bukan banaspati, bukan santet juga, itu meteor … keren kan”
“Meteor? Kamu yakin Mat?” Tanya Jatmiko yang masih memandang bola api menyala yang terlihat semakin kecil menjauh.
“Iya 100% yakin, kita beruntung bisa melihat meteor jatuh … baru pertama kali aku melihat kejadian langka ini” Ahmad berkata sambil menatap langit “Ayo, sambal Bapak sudah menunggu … belut ini sudah meronta ingin berenang di penggorengan” Seru Ahmad mengagetkan temannya sambil meraih bahu Jatmiko dan menyeretnya agar melangkahkan kaki.
“Ahh iya …. gara-gara Banaspati, sambal extra pedas Pak Yanto terlupakan” Kata Jatmiko terkekeh sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal, Seolah lupa kalau dia baru saja ketakutan. Ahmad hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah temannya. Mereka pun melanjutkan berjalan kaki di pematang sawah.
Suatu tempat di dekat daerah pegunungan terdapat sebuah danau, yang di dalam danau itu terlihat kawah yang cukup besar. Terlihat di tengah kawahnya terdapat batu meteor yang berukuran sangat kecil.
Batu ini berwarna hitam dengan sesekali berkilau merah. Batu itu nampak sangat panas sehingga terlihat banyak buih-buih udara di sekitarnya yang naik ke permukaan. Selang beberapa waktu kemudian air danau kembali tenang, tampak ada beberapa ikan yang mengapung tidak bergerak di dekat jatuhnya batu tersebut.
Kembali ke kawah di dasar danau, batu meteor itu terlihat seperti mengeluarkan gelombang radiasi yang mempengaruhi lingkungan di sekitarnya.
Makhluk air yang terkena paparan radiasi terlihat bergerak tidak beraturan seperti merasakan rasa sakit yang teramat sangat. Ikan, udang dan kepiting saling berbenturan dan berlarian di dasar danau.
Setelah beberapa waktu terlihat gigi ikan yang awalnya kecil sekarang terlihat lebih besar, duri di atas kepalanya tampak perlahan memanjang dan menakutkan. Capit udang dan kepiting juga terlihat lebih besar, cangkang kulit mereka yang tadinya polos, sekarang terdapat duri-duri tajam.
Radiasi dari batu meteor seperti membawa perubahan yang besar pada makhluk hidup yang ada di air. Mereka terlihat lebih agresif, lebih mengintimidasi dan menyerang apapun yang ada di dekatnya.
Kepiting menyerang ikan besar yang lewat di depannya, udang kecil yang menggerogoti bangkai kepiting yang baru saja dia tundukan. Seakan untuk menunjukan siapa sekarang yang berdiri di puncak rantai makanan.
Di tepian danau seekor belalang berjalan mendekat, kemudian melompat ke permukaan air yang tenang. Lalu dari bagian belakang belalang tersebut terlihat cacing keluar dengan parlahan. Cacing itu kecil tapi sangat panjang, Melebihi panjang dari tubuh belalang yang dikendalikanya. Setelah cacing keluar dari tubuh serangga, makhluk aneh itu menyelam ke kedalaman danau yang gelap.
“Mat …. bangun nak, sudah siang nanti kamu ketinggalan kereta” Bu Yanto setengah berteriak untuk membangunkan anaknya.
Ahmad yang masih mengantuk karena begadang semalaman perlahan membuka matanya sambil menguap.
“Hoam, iya Bu” Dia perlahan bangkit dari tidurnya sambil menguap.
“Jatmiko sudah bangun Bu?” Tanyanya.
“Dia sudah bangun dari subuh tadi, cepetan mandi sana” Kata Bu Yanto sambil memukul pantat Ahmad supaya bergegas.
“hoam” Ahmad dengan malas berjalan ke kamar mandi di belakang rumah.
Jatmiko terlihat berpakaian rapi di teras rumah sibuk mengecek barang yang ada di dalam tas nya, takut kalau ada yang tertinggal.
“Wah tumben sudah ganteng Mas Jat? Kata Sisca sambil tertawa kecil.
“Saya tiap hari juga ganteng Sis, cuma dalam penyamaran saja” Jawab Jatmiko terkekeh sambil mencubit pipinya.
Sisca yang masih di sekolah dasar jadi sudah menjadi nasibnya di godain tiap hari oleh 2 kakak laki-lakinya.
Sisca tersenyum imut mendengar jawaban Jatmiko.
“Sisca bantuin Ibu sini” Teriak Bu Yanto dari dapur.
“Iya Bu” Jawabnya sambil berlari kecil ke arah dapur.
Tak lama dia kembali dengan membawa gelas kopi “Ini kopinya Mas, biar melek kata Ibu”
“Mantab” Ucap Jatmiko dengan menunjukan jari jempolnya.
Selang beberapa menit Ahmad sudah berpakaian rapi dan duduk di teras rumah sambil minum kopi buatan Ibunya.
Jatmiko yang bersebelahan dengannya masih terus bercanda dengan Sisca.
Pak Yanto dan istrinya terus memberikan banyak saran kepada mereka, Bagaimanapun juga ini pertama kalinya bagi mereka berpisah dari orangtua nya. Mata Bu Yanto terlihat berkaca-kaca menahan tangisnya.
“Ingat pesan Bapak ya Mat kamu juga Jat, di kota nanti kalian yang pintar menyesuaikan diri, Jangan sombong dan juga jaga kesehatan tubuh kalian … kalau ada apa-apa kalian telepon Bapak” Pak Yanto yang masih terlihat muda berkata seraya mengelus kepala siska yang duduk di pangkuannya.
Ahmad dan Jatmiko mengangguk “iya Pak … Bu … jangan khawatirkan kami, cukup doakan kami supaya kerja’an kami lancar dan tidak ada kendala apapun.” Ucap Ahmad.
"Bapak dan Ibu pasti selalu mendoakan kalian, Jat kamu sudah lama Bapak anggap seperti anak sendiri, kalian berdua harus saling menjaga satu sama lain" Pak Yanto seraya menatap Jatmiko dengan senyum bijaknya.
“Iya Pak” Jatmiko mengangguk serius ke arah Pak Yanto.
“Sudah jam 8, kalian cepat berangkat nanti ketinggalan kereta” Pak Yanto berucap setelah melihat jam di dinding rumahnya.
Mereka segera berdiri dan mencium tangan kedua orangtuanya untuk berpamitan, Bu Yanto yang tidak bisa lagi menahan air matanya memeluk Ahmad dan Jatmiko.
“Mas Ahmad, Mas Jat, kalau pulang jangan lupa bawa oleh-oleh ya” Celetuk Sisca.
“Iya pasti itu, Sisca di rumah yang nurut sama Bapak Ibu ya” Ahmad berkata sambil memeluk adik kecilnya.
Mengambil barang bawaan yang sudah di siapkan untuk hidup di kota, mereka berjalan keluar dari rumah sambil sesekali menoleh ke belakang dan melambaikan tangannya. “Semoga Tuhan selalu melindungi mereka …” Bisik Bu Yanto lirih melihat kepergian anak-anaknya.
Setelah turun dari kendaraan umum mereka segera memasuki stasiun kereta api. “Tunggu sebentar Jat, aku mau ke kamar kecil dulu sebelum naik kereta” Ahmad berkata tiba-tiba.
Jatmiko memandang temannya sambil terkekeh “Kebanyakan makan sambal Pak Yanto kamu itu … aku tunggu d sini ya.”
Ahmad mengangguk lalu berjalan ke arah kamar kecil di sudut stasiun kereta api. Dengan terburu-buru dia memasuki kamar kecil untuk pria dan melepas hasrat terpendamnya.
Beberapa menit kemudian Ahmad keluar dari kamar kecil dengan lega. Baru saja di melangkahkan kakinya dia melihat sepasang muda mudi di pojokan kamar kecil berpelukan. “Gila, anak muda sekarang benar-benar sudah berani berciuman di tempat umum” Pikir Ahmad yang melihat Pasangan muda itu bermesraan.
Ahmad sekilas bisa melihat dengan jelas tangan si laki-laki bergetar “Pasti ini ciuman pertamanya sampai bergetar seperti itu” pikir Ahmad terkekeh. “Dasar pemula … ehh ngaca Mat … ngaca” Ahmad tersenyum kecut menyadari kalau dia belum pernah berciuman juga.
“Ayo masuk kereta Jat” Kata Ahmad yang mengagetkan Jatmiko
Jatmiko sedikit menaikan alisnya setelah melihat wajah temannya “Kamu habis melihat hantu di kamar kecil Mat?”
“Iya … hantu mesum” Jawabnya sambil berjalan ke kereta.
“Hantu mesum?” Jatmiko berkata lirih seolah sedang berpikir. Kemudian dia tertawa keras.
“Kamu habis ngintip pasangan yang lagi mojok ya” Katanya masih sambil memegangi perutnya.
“Sudahlah ayo buruan masuk, sebentar lagi keretanya berangkat” Jawab Ahmad yang agak jengkel melihat Jatmiko yang terus tertawa mengejeknya.
Jatmiko melangkahkan kakinya menuju kereta sambil tertawa dan menggelengkan kepalanya.
Merekapun masuk kereta dan mencari tempat duduknya sesuai tiket yang mereka pesan. Tak lama kemudian kereta membunyikan klaksonnya dan kemudian berangkat mengantarkan 2 sahabat ke tujuannya.
Di kamar kecil tempat dimana Ahmad melihat pasangan mesum tadi, Perempuan itu akhirnya menarik wajahnya dan melepaskan pelukannya dari si laki-laki.
Tubuh laki-laki itu langsung jatuh di lantai kamar kecil yang basah, matanya melotot, tubuhnya bergetar, mulutnya terbuka lebar tapi tidak mengeluarkan suara sedikitpun. Si perempuan berdiri di sana seolah tidak peduli dengan keadaannya, dia membuka mulutnya dan mengeluarkan suara yang aneh.
SHAAAHHH … KLAK … KLAK …
Tiba-tiba dari mulut wanita itu keluar 5 daging berwarna kuning kecoklatan yang panjang seperti tentakel, menggeliat-geliat di luar mulutnya. Beberapa detik kemudian tentakel itu kembali masuk ke mulutnya ketika si perempuan menutup mulutnya. Kalau di lihat dari luar seolah-olah dia hanya perempuan normal, tidak ada yang aneh dengan tubuhnya. Hanya matanya yang terlihat kosong,
Seperti tidak ada cahaya kehidupan yang terdapat di dalam matanya, hanya sebuah cangkang kosong.
DOONN … DOOONN …
Suara bel kereta Api yang keras pertanda akan berangkat membuat perempuan itu menggeram.
SHAAAAHHH … KLAK … KLAK …
Lalu perempuan itu berlari menerjang keluar menuju keramaian di stasiun kereta api. Seorang pria muda berjas rapi tiba-tiba di terkam dan bibirnya di cium “Waahh, mimpi apa aku tadi malam, perempuan muda ini pasti tidak tahan dengan pesonaku” Pikirnya.
Sayangnya pikiran itu terhenti ketika dia merasakan ada sesuatu yang masuk ke tenggorokannya. Matanya berubah melotot dan tubuhnya bergetar. Orang di sekitarnya berteriak kaget melihat kejadian ini, keamanan stasiun segera bertindak untuk mengamankan 2 sejoli yang mengganggu ketertiban umum.
Di dalam kamar kecil, laki-laki muda perlahan berdiri. Tubuhnya tidak lagi bergetar, matanya tidak lagi melotot. Tidak ada cahaya kehidupan yang terdapat di matanya, dia sudah menjadi cangkang kosong sama seperti perempuan yang tadi menciumnya.
SHAAAHHH … KLAK … KLAK …
Dia melangkahkan kakinya, berlari keluar kamar kecil dan segera menerkam wanita paruh baya yang berdiri bersama suaminya. Sang suami marah melihat istrinya di peluk oleh orang asing, dan berusaha untuk menjauhkannya. Tentu saja tidak mudah untuk melepas pelukan dari laki-laki muda ini, semakin marah dengan situasinya dia memukul tubuh laki-laki itu dengan keras.
“Lepaskan istriku anak muda kurang ajar” teriak pria paruh baya itu.
Sayangnya teriakan dan pukulannya tidak berpengaruh sama sekali, sampai lelaki muda itu melepaskan wanita paruh baya yang tubuhnya terus bergetar dan mata yang melotot.
Pria paruh baya melihat istrinya dengan keadaan seperti itu juga merasa ada sesuatu yang salah. Tapi dia tidak bisa berpikir lebih jauh ketika tubuhnya di terkam oleh lelaki muda tersebut.
Yah setidaknya pasangan paruh baya itu tetap bersama walaupun di dalam pelukan kematian.
Pria muda berjas tadi tiba-tiba berdiri dan menggeram lalu menerkam petugas keamanan stasiun yang membeku melihat orang yang dia pegang menggeram padanya. Sedangkan si perempuan sudah mendapat mangsa yang baru.
Aahh…Toloong…
Dalam sekejap Stasiun Kereta Api berubah menjadi kacau, jeritan dan teriakan minta tolong ada di mana-mana, orang-orang di Stasiun berlarian, keamanan yang hanya segelintir tidak berdaya menangani situasi.
Kekacauan pun menyebar dari dalam stasiun ke luar stasiun, lalu meluas ke daerah sekitarnya dengan kecepatan yang mengerikan.
“Tenang Mat, nanti aku kenalkan dengan teman pacarku … buang jauh-jauh muka masam mu itu” Kata Jatmiko yang masih menggoda temannya.
Ahmad memandangnya dengan tatapan kosong “Kamu saja belum ada pacar, sok-sok an mau ngenalin.”
“Yang penting rencana dulu lah … urusan dapat atau tidak kita serahkan pada takdir.”
Ahmad tidak bisa menahan tawa mendengar ucapan Jatmiko “Ya semoga kamu tidak dapat jatah takdir yang kejam”
Bibir Jatmiko berkedut mendengar perkataan Ahmad “Kamu sudah menghubungi yang punya rumah kontrakan Mat?” Jatmiko berusaha mengalihkan pembicaraan.
“Tenang, nanti kita tinggal ambil kunci kamar dan bayar uang sewa 3 bulan ke pemilik kontrakan … kamarnya sisa satu jadi untuk sementara kita tinggal satu kamar … kalau kedepannya ada kamar kosong, kamu bisa ambil kamar sendiri.”
“Yaah, sekamar saja Mat kan bisa lebih irit” Ucap Jatmiko sambil menggoyangkan jempolnya.
“Oke, nanti sesampainya di kontrakan kita cari makan ya … jangan sampai lemas, besok senin hari pertama kita masuk kerja” Ahmad berkata dengan serius.
Jatmiko mengangguk dan mengelus perutnya menandakan kalau dia juga lapar.
Mereka berbicara sambil menikmati pemandangan di luar jendela kereta yang cukup besar. Sekitar beberapa jam perjalanan kereta telah sampai ke tujuannya. Keluar dari stasiun mereka segera naik angkutan umum menuju rumah kontrakan.
Kota besar memang berbeda dengan kampung halaman mereka. Jalanan di sini sangat lebar dan banyak gedung tinggi di kanan dan kiri jalan. Kendaraan pribadi memenuhi jalan raya, tentu saja dengan asap knalpot nya juga memenuhi udara dan juga suara klakson yang terasa bising di telinga.
Turun dari kendaraan umum Ahmad mengeluarkan ponselnya “Ayo, pemilik kontrakan sudah menunggu kita.”
Sampai di depan pagar sebuah rumah, Ahmad membunyikan bel dan tak lama pemilik kontrakan keluar membukakan pagar.
Rumah kontrakan ini cukup besar berbentuk huruf L dengan kamar berbentuk persegi, lantai bawah ada 5 kamar, 1 gudang, 1 kamar mandi dan dapur umum dan lantai atas ada 6 kamar dan 1 kamar mandi.
Cukup aman dengan tembok yang mengelilingi bangunan dan pagar depan dari besi, dan ada juga tempat parkir untuk roda 2.
Setelah berbicara dengan Pak Agus pemilik kontrakan, Ahmad mengajak Jatmiko menuju kamarnya yang ada di lantai 2. “Kata Pak Agus para penghuninya lagi pulang kampung, besok pagi biasanya baru pada balik … kita juga dapat 3 kunci, kunci pagar,kamar dan kunci gudang … kalau butuh alat seperti palu atau sapu semua ada di gudang”
Sampai di depan kamar Ahmad membuka pintunya dan tersenyum kecut “Sepertinya kita harus bersih-bersih dulu sebelum makan.”
“Yah sepertinya begitu” Ucap ahmad lirih melihat kamarnya penuh dengan debu.
Mereka berdoa segera mulai bersih-bersih, mengambil sapu dan alat pel dari gudang. Di kamar yang berbentuk persegi, cuma ada tempat tidur, barang lain mereka harus menyediakannya sendiri. Karena mereka hanya membawa pakaian, perlengkapan untuk mandi dan bekerja. Mereka harus melengkapi kekurangan yang lain sendiri. “Yah, pelan-pelan sambil menunggu gaji nanti” Pikir Ahmad yang tidak mau membebani orangtuanya.
“Jat untuk sementara kita berhemat dulu ya, sambil nunggu gajian nanti kita lengkapi keperluan sehari-hari kita” Ucap Ahmad mengutarakan pikirannya.
“Oke Mat, kita pasti bisa … semangat” teriaknya sambil mengusap perutnya “tapi sekarang kita cari warung dulu Mat …laper.”
Ahmad tersenyum melihat temannya “Sama, aku juga sudah lapar … sekalian beli mie instan sama air putih buat sehari-hari.”
“Oke Mat."
Mereka berjalan turun dan mencari warung sederhana di dekat tempat kontrakan dan memesan 2 nasi campur dan segelas kopi untuk berdua. Sambil menikmati kopi, suara pembawa berita di televisi masuk ke telinga mereka.
“Berita penting… Baru-baru ini di seluruh wilayah indonesia dan dunia muncul parasit yang dapat mengendalikan tubuh manusia dan hewan. Parasit ini berasal dari cacing bulu kuda atau Nematomorpha. Cacing parasit ini menular lewat mulut, gigitan dan dari air yang terdapat telur cacing parasite yang siap menetas. Masih belum di temukan bagaimana cara untuk menangkal parasite ini. Menyaring dan memasak air yang akan digunakan akan membunuh telur dari cacing. Rakyat Indonesia dihimbau untuk tetap di rumah dan tidak melakukan kegiatan di luar rumah.”
Penyiar cantik di televisi terus mengulang-ulang berita yang di bacanya. Ahmad dan Jatmiko tidak percaya dengan apa yang di dengarnya.
Berita ini terlalu mendadak, terlalu mustahil untuk mereka terima. Mereka hanya berdiri diam tidak memperhatikan kalau penjaga warung dan pembeli lainnya sudah pergi entah kemana, sampai teriakan wanita pembawa berita membawa kesadaran mereka kembali ke tubuhnya.
Aaahh…
“Oh tidak, ini nyata” pikir Ahmad ketika melihat layar di televisi sudah menghitam.
Jatmiko di sebelahnya berbisik sedikit ketakutan “Pak Yanto Mat.”
Ahmad menoleh padanya dan mengangguk “Ehm” dengan cepat dia menghubungi keluarganya dan memberikan informasi dari televisi. Menyuruh mereka untuk mengumpulkan makanan dan bersembunyi di dalam rumah. Tentu saja awalnya Pak Yanto marah di kiranya Ahmad sedang bercanda. Setelah beberapa saat akhirnya Ahmad mengakhiri panggilannya.
Penjaga warung sudah tidak ada di tempatnya, hanya mereka berdua yang tersisa. Otak Ahmad berputar cepat, berpikir apa yang harus dia lakukan di saat seperti ini. Semua ini terlalu mendadak, terlalu tidak masuk akal baginya. Kemudian dia merasakan tangan menepuk bahunya.
“Tenang Mat, Ahmad yang aku kenal tidak pernah mengambil keputusan dalam keadaan panik” Ucap Jatmiko yang melihat temannya kehilangan ketenangannya.
Ahmad yang tertegun oleh temannya mengangguk dan menarik nafas dalam-dalam sampai dia merasa lebih tenang.
“Maaf Jat, berita ini terlalu tidak masuk akal” Katanya pada Jatmiko.
“Iya, Aku sendiri masih tidak percaya dengan apa yang barusan aku dengar” Ucapnya “Apa yang kita lakukan sekarang Mat” Lanjutnya.
“pembawa berita tadi menyuruh kita tetap di rumah, jadi saat ini kita cari makanan dan minuman untuk sehari-hari sambil memikirkan rencana berikutnya” Ahmad berkata dengan pandangan yang serius.
“Makanan? kebetulan tempat ini surga nya makanan” Celoteh Jatmiko melihat 5 kotak besar mie instan di sudut warung.
Sudut bibir Ahmad berkedut mendengar perkataan Jatmiko “Di situasi seperti sekarang sepertinya itu ide bagus.”
Jatmiko terkekeh dan mulai bergerak cepat mengambil kotak mie dan air putih kemasan.
Ahmad masuk ke dalam warung dan mengambil beberapa bungkus rokok dan di masukan ke saku celananya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!