Keramaian tampak terlihat di lapangan yang sangat besar serta luas dengan dihiasi kapal terbang berbagai tujuan. Tangan mereka memegang koper dengan berbagai bentuk dan warna dengan isi yang tentunya beragam.
Diantara kerumunan itu, terlihat sosok dengan pakaian jaket hitam mengkilap dan rambut diikat dipadukan dengan topi dan celana legging membentuk kaki indahnya.
"Sudah tiba?" Sebuah pesan langsung terlihat di ponsel mahalnya.
"Ya." Hanya itu yang dibalas nya dengan singkat, sungguh wanita sekali.
Wajah cantik itu tertutupi dengan kacamata yang melingkar di matanya dan masker di wajahnya. Kakinya kembali melangkah menuju keluar dari hunian kapal terbang itu.
"Taksi Nona?" Seorang supir terlihat berbicara dengan sosok yang akan menjadi penumpang nya.
"Ya." Dirinya langsung masuk dan mengatakan tujuan nya.
Sepanjang perjalanan matanya melihat tempat yang baru di datanginya setelah cukup lama. Jemarinya tampak ingin menelpon sebuah nomor dengan foto yang jika disandingkan tidak jauh beda dari wajahnya.
"Aku datang..... kita akan bertemu." Bibir yang bersembunyi dari masker itu tercetak menjadi senyuman.
"Terimakasih Nona." Supir itu tampak bahagia mendapatkan uang dengan jumlah yang lebih dari seharusnya. Tidak menjawab hanya anggukan kepala wanita itu pergi menjauh dari taksinya.
Sebuah apartemen dengan lantai yang mencapai belasan berhadapan padanya. Segera saja dia menaiki lift menuju lantai yang ia tuju, dibalik wajah datar tanpa senyuman dan matanya yang tidak terlihat sempurna ditutupi anak rambutnya.
Membuat siapapun mata yang melihatnya akan berpikir dia wanita yang aneh dan misterius. Lift berhenti di lantai 8 membuat sosok black itu segera melangkah ke pintu berhiaskan tulisan selamat datang dan segera mengetuk nya.
🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟
Ketika pintu itu terbuka tampak sosok gadis dengan wajah cantik hitam manis itu terkejut. "Kakak?" Ujarnya dengan wajah yang tak seusai ekspektasi dari wanita yang dipanggil kakak itu.
"Tidak rindu? Aku jauh-jauh terbang kemari. Apa tidak senang?" Tanyanya yang tak lama ia langsung mendapatkan pelukan dadakan di tubuhnya.
"Kakak....."
"Adikku yang manis, bagaimana kabarmu? Kau suka kejutannya?"
"Hmmmm.... Shella senang kakak Shasha datang." Tapi meksipun begitu pelukan itu belum juga diurai.
"Ada apa? Kau sakit?" Tanya Shasa.
Shasa salah satu hacker (STS) dan agen mengambil hari libur nya untuk mengunjungi adik tercintanya setelah cukup lama tidak bertemu.
"Tidak, aku terkejut dengan kedatangan Kakak. Pantas saja tidak balas pesan ku."
"Begitu? Tapi aku rasa adikku ini yang sibuk sehingga tidak membalas pesan tepat waktu, apa sebegitu sibuknya? Dengar Shella, tetap jaga kesehatan apapun yang terjadi, ingat itu!"
"Kakak sudah makan?" Tanya Shella sambil menuju dapur mengambil air untuk sang kakak.
"Kita makan bersama. Oh apa kau sudah memasak? Karena kakak mu ini sangat lapar!"
"Baiklah kakak tersayang ku." Shasha menatap apartemen adiknya, nyaman dan cukup luas. Terdapat beberapa foto yang sepertinya tempat sang adik syuting.
"Kakak, aku lupa masak nasi nya, bagaimana kalau Kakak mandi dulu?" Tawar Shella yang membuat Shasa setuju.
"Baiklah kalau kau lelah tidak usah. Kita pesan makanan saja."
🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟
Menikmati hujaman air di tubuhnya, Shasa lebih merasa rileks. Setelah mandi dan berpakaian, Shasa melanjutkan langkahnya menuju sang adik, terlihat sang adik tengah menggoreng ikan disana.
Hingga matanya yang tajam melihat sesuatu yang membuat dirinya terdiam sejenak.
Bersambung......
Jangan lupa like komen dan favorit serta hadiahnya ya terimakasih banyak.
"Katakan pada kakak, apa ini? Kau terluka cukup banyak!" Shasa langsung memberikan deretan pertanyaan pada adiknya.
Tadinya manik tajamnya melihat suasana dapur tempat sang adik memasak tapi tak lama matanya langsung melihat tangan adiknya yang memar hingga ke bahu adiknya yang memakai pakaian dengan atasan tali spaghetti saja.
"Aku...... ini luka karena syuting kak. Ya, sebelumnya aku ikut syuting film kolosal gitu, dan ada beberapa adegan yang membuat ku terluka dan memar begini."
"Seharusnya ada stuntmen kan? Atau kasur busa untuk melindungi mu. Kau berkata benarkan Shella?"
"Iya kak, aku tidak bohong. Kenapa aku berbohong pada kakak ku ini. Kakak jadi lebih menyeramkan dengan tatapan dan wajah serta manik seperti itu." Shasa mengikuti pergerakan Shella yang kembali menyiapkan makanan.
"Lain kali sampaikan kepada sutradara atau kru film tentang hal ini."
"Iya kak, aku sudah katakan." Keduanya makan, tapi tidak dengan pemikiran yang tenang.
Shasa yang makan dengan pikiran yang tertuju pada luka serta pernyataan adiknya. Sedangkan Shela memiliki pikiran dengan rasa bersalah karena membohongi kakanya dengan sekuat tenaga nya.
Sejenak Shela melihat lagi luka di tubuhnya dan kepalanya kembali teringat dengan perlakuan yang ia terima.
🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟
Shela memang bahagia dengan dirinya ketika berhasil mewujudkan impian nya menjadi artis. Dimulai dari audisi hingga ia berhasil memasuki dunia entertainment.
Meksipun tidak tau bagaimana kedepannya, tapi Shela memberikan semangat pada dirinya sendiri dan juga meyakinkan kakaknya dia akan baik-baik saja karena otomotis dirinya akan berpisah dari sang Kakak.
Awalnya Shela tenang dan menikmati pekerjaan barunya meksipun dengan jam tidak menentu. Hingga saat itu.....
"Aduh!" Ujar Shela ketika dirinya di dorong ke dinding dengan kasar.
"Hei! Anak baru! Tampaknya kau merasa diatas angin ya."
"Apa maksudnya?" Tanya Shela sambil meringis sakit di tubuhnya.
"Apa maksudnya lagi! Kau ini bodoh atau bagaimana? Ingat ya! Jangan menjadi sok kecantikan dihadapan Regan! Kau ini baru anak baru! Ingusan! Dari kampung saja sudah seperti artis terkenal. Aku peringatkan padamu!" Dengan cengkraman erat di pipinya, Shella kesakitan dan justru itu membuat yang lainnya tertawa terbahak-bahak.
Hari-hari tenang Shela tidak ada lagi seterusnya. Dia selalu mendapatkan perlakuan buruk, hingga terkadang pakaian untuk adegan syutingnya sering rusak karena artis lainnya.
"Kenapa kalian lakukan ini padaku?" Tanya Shela yang akhirnya bersuara.
"Kau masih tanya? Kau pakai mantra apa sehingga peran utama kau dapatkan hah! Apa yang spesial darimu? Seharusnya aku yang mendapatkan peran utama dengan Regan! Katakan kau ingin mundur!"
"Tidak! Itu adalah usahaku."
"Anak ini......"
"Aghhh sakit!" Shela berteriak keras ketika merasakan tangannya diinjak oleh sepatu tinggi itu dan rambutnya ditarik kencang.
"Rasakan ini! Awas saja kau mengadu!"
🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟
"Shela kau belum tidur?" Tanya Shasa melihat adiknya masih terjaga.
"Kenapa?" Shela tampak diam ketika dirinya ketahuan menangis.
"Aku sedang meresapi dialog ku kak. Aku dapat peran teraniaya di beberapa episode." Jelas Shela.
"Ini sudah malam. Kau bisa berlatih besok! Lagipula adikku ini sangat pintar. Ayo tidur!"
"Iya kak." Ketika mereka bersiap tidur, tampak ponsel adiknya berdering menandakan pesan masuk.
"Shela....."
"Sebentar kak, aku balas dulu. Ini penting!" Tapi Shela langsung menjauh membuat Shasa melihat adiknya hingga menghilang dari balik pintu.
"Pesan apa? Sehingga penting dariku?"
"Kakak tidak akan menyangka."
"Oh ya? Apa itu?"
"Kakak, besok aku akan menghadiri award tahunan. Aku sangat senang setelah menanti cukup lama untuk itu." Ujar Shella dengan senang membuat Shasha tersenyum lebar merasakan kebahagiaan adiknya.
"Kalau begitu Kakak antar ya."
"Iya."
🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟
Keesokan harinya, seperti yang dikatakan dan sesuai jadwal. Shasa mengantarkan adiknya di gedung besar yang megah itu.
"Kakak akan kembali. Acaranya belum mulai kan?"
"Belum, aku akan masuk dulu."
"Tunggu!" Shela berhenti dan terdiam ketika sebuah rantai indah melingkar di lehernya.
"Kakak ini....."
"Spesial untuk adikku. Sekarang kau terlihat cantik."
"Terimakasih kak." Shela segera masuk dan Shasa melajukan mobilnya untuk menuju suatu tempat dengan ponsel yang berdering.
Bersambung......
"Kau tau ini waktu libur ku? Ayolah, setidaknya berikan aku istirahat." Ujar Shasa pada seorang pria di sebuah restoran.
"Dengar Sa, ini hanya sebentar. Ini adalah informasi mengenai sosok yang akan jadi target berikutnya. Kebetulan kau berada disini, sepertinya target kita tak sabar untuk kau habisi." Jelas pria dengan kacamata nyentriknya dengan menyodorkan sebuah map pada Shasa.
"Aku kemari untuk menghabiskan waktu liburan dengan adikku. Akan aku selesaikan nanti, setelah dua minggu, sesuai kesepakatan." Shasa memberikan ketegasan untuk pekerjaan yang seharusnya tidak ia kerjakan selama liburan dan itu adalah kesepakatan sebelumnya.
"Bawa dan bacalah dulu. Kau akan tertarik, aku jamin!" Tampaknya pria berkacamata nyentrik itu meyakinkan Shasa untuk melihat informasi target mereka.
"Jangan bernegosiasi dengan ku." Minuman yang telah dipesan, tak bisa dibiarkan menganggur bukan. Karena tenggorokan Shasa juga haus karena sejak tadi menjelaskan pada salah satu rekan kerjanya itu.
"Terserah, aku pergi. Jangan lupa baca dan hubungi aku setelah kau tertarik." Pria itu melenggang pergi karena perdebatan itu tidak akan selesai begitu saja.
"Dasar!" Shasa kaget melihat nomor adiknya yang menghubungi dirinya dengan banyak panggilan.
"Apa sudah selesai?" Tanya Shasa pada dirinya dan melajukan mobilnya secepat mungkin.
Entah mengapa perasaan Shasa tidak enak selama perjalanan menuju gedung itu. Dirinya juga telah menghubungi nomor adiknya tapi tidak tersambung. Membuat perasaan Shasa semakin gelisah dan ia mempercepat laju kendaraan nya menembus jalanan yang cukup ramai.
🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟
"Apa ini?" Shasa kaget bukan main ketika melihat bangunan yang beberapa waktu lalu masih berdiri kokoh dengan warna emasnya.
Tapi sekarang, sudah berubah menjadi hitam gosong dengan asap yang terlihat.
"Segera menjauh Nona, ini masih berbahaya." Dibelakang Shasa terdengar suara seseorang yang berasal dari tugas kepolisian.
"Ada adikku di dalam!" Jelas Shasa.
"Apa diantara mereka?" Kata mereka membuat Shasha melirik beberapa kantong mayat tak jauh darinya.
"Apa maksudnya?"
"Nona, gedung ini terbakar hebat sejam yang lalu. Beberapa orang yang didalamnya terjebak dan hangus terbakar!" Jelas pria berseragam itu.
"Beberapa? Ini acara besar kan?"
"Benar, tapi sejam sebelum acara dimulai gedung nya terbakar." Shasa mundur perlahan dan terjungkal hingga melihat sebuah sinar yang tercipta oleh matahari.
"Kakak terimakasih!Aku sangat suka!"
Shasa ingat dengan jelas kalung yang beberapa waktu lalu ia berikan kepada adiknya.
"Shella......" tangan Shasa dengan getar membuka kantong mayat itu dan dirinya terpaku hebat.
"Apa ini barang adikmu?"
"Ponselnya..."
"Sudah rusak." Ujar pria itu.
"Tidak..... Shella...."
🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟
Tiga hari setelah kematian adiknya, Shasa berkutat dengan ponsel yang menjadi harapan terakhirnya.
"Dapat!" Ponsel itu menyala dengan perjuangan keras Shasa beberapa hari ini.
"B?" Ujar Shasa sambil membaca pesan di salah satu aplikasi pesan.
Berbagai pesan tampak terlihat yang membuat perasaan Shasa mendidih. Tangannya mencengkram alat elektronik yang masih panas itu hingga ia tak peduli rasa panas di sana.
"Awas kalian! Aku akan temukan kalian! Aghhh! Pembunuh!
Dengan melihat jasad sang adik dan percakapan terakhir yang ia temukan di ponsel sang adik ketika diperbaiki nya. Shasa yakin ada keterlibatan yang disengaja, meksipun ia tidak tau dengan pasti apa maksudnya hingga melibatkan adiknya.
"Aku akan menemukan kalian dan membalas kalian dimulai dari dunia akting ini!" Shasa merubah rambut dari tatanan hingga gaya pakaiannya untuk masuk ke dunia perfilman mencari para pembunuh adiknya.
Bersambung......
Jangan lupa like komen dan favorit serta hadiahnya ya terimakasih banyak.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!