Pagi itu rumah bertingkat dua yang ada di kawasan perumahan elit nampak dalam situasi emergency, Terlihat seorang anak laki-laki berusia sembilan tahun nampak mondar mandir memperhatikan kedua orang tuanya yang tengah gawat masuk ke dalam mobil.
Bocah kecil itu nampak cemas melihat ke gawatan di rumahnya, hingga ia di hampiri oleh ayahnya.
"Leona, kamu tunggu di rumah ya, ayah mau ke rumah sakit sama ibu." Ucap ayahnya kemudian bergegas naik mobil.
Anak laki-laki itu bernama Leona, ia adalah anak ke dua, dan akan memiliki seorang adik sebentar lagi. Leona nampak murung di rumahnya sendirian, ia belum makan sama sekali sedari pagi, perutnya sangat lapar sampai akhirnya ia mencari-cari makanan di dapurnya.
Leona melihat sisa sup kemarin malam di dalam kulkas, dengan cepat bocah itu mengambil mangkuk dan langsung menuangkannya, Leona memakan sup itu dengan lahap.
Beberapa menit kemudian datang Sintha, kakak sulung Leona, Sintha masih duduk di bangku SMA, ia di telpon oleh ayahnya di suruh pulang, karena Leona sendirian di rumah.
"Astaga.. Leona, kamu kenapa?" Sintha kaget melihat adik kecilnya itu tertidur di lantai.
"Sakit kak sakit.. " Ucap Leona.
Sintha melihat di atas meja, ada sup basi Sintha pun mencurigai adiknya sakit perut karna sudah memakan sup basi sisa kemarin malam.
"Kamu pasti makan ini ya tadi?" Ucap Sintha.
Sintha kemudian langsung menggendong adiknya itu ke kamar tidur, dan mengambilkan nya obat, Beberapa saat kemudian Leona tertidur setelah di beri minum obat pereda nyeri sakit perut.
Sintha kemudian melihat layar ponselnya menyala, terlihat ada notif dari ayahnya yang meneleponnya.
"Hallo ayah ada apa?" Tanya Sintha.
"Sintha, adik kamu sudah lahir, bayi perempuan." Ucap Ayah nya.
"Oh ya? wah aku tidak sabar melihatnya, dia pasti sangat cantik!!" Sintha kegirangan.
"Leona sedang apa?" Tanya ayahnya.
"Leona baru saja aku kasih obat yah, dia sakit perut karena makan sup basi sisa kemarin, tapi sekarang sudah tidur kok." Jelas Sintha.
"Ya sudah, jaga Leona dulu ya, Ayah masih mengurus administrasi di rumah sakit." Ujar ayahnya.
Leona nampaknya terbangun mendengar Sintha yang ribut berbicara dengan ayahnya di telpon.
"Ada apa kakak?" Tanya Leona.
"Leona kita punya adik perempuan!!" Ucap Sintha memeluk Leona.
"Wahh benar kah kak? pasti adik kita cantik sekali!! aku tidak sabar bermain dengan adik baruku!!!" Teriak Leona sumringah.
Sintha pun mulai membersihkan kamar ibunya, karena esok pagi ibunya sudah bisa pulang ke rumah, Leona ikut membantu Sintha membersihkan ruangan itu, Leona juga memasang beberapa mainan bayi di dinding yang di belinya tadi bersama Sintha.
"Kakak, aku gak sabar adik pulang ke rumah!! Kira-kira nama adik siapa ya kak?" Tanya Leona.
"Tunggu saja nanti ayah sama ibu buatin nama Leona.. sepertinya kamu benar-benar tidak sabar ya hehe." Ucap Sintha sembari merapi-rapikan sprei.
Setelah beres-beres kamar orang tuanya, Sintha dan Leona kemudian istirahat minum, dan mandi.
Setelah Leona mandi Sintha mengajaknya menonton televisi di ruang keluarga.
"Kakak.. kakak, Kira-kira besok adik datang jam berapa ya?" Leona kembali bertanya.
"Kakak belum tau Leona.. kita tunggu saja kabar dari ayah ya.. " Jawab Sintha.
Sintha dan Leona duduk di sofa menonton televisi sampai tidak sadar waktu sudah larut malam, Leona tertidur di samping kakaknya, Sintha melihat Leona yang sudah tertidur kemudian mematikan televisinya dan menggendong Leona mengajaknya ke kamar.
...***...
Keesokan harinya ponsel Sintha berdering, ada panggilan dari ayahnya masuk.
"Hallo Ayah.. ada apa?" Tanya Sintha.
"Sintha, Ayah dan ibu sekarang pulang, apa kamar ibumu sudah siap?" Tanya Ayahnya.
"Oh tentu yah.. sudah kok." Jawab Sintha.
Beberapa menit kemudian Ayah dan ibunya datang membawa mobil, Sintha langsung beranjak dan membukakan gerbang, Terlihat mobil ayahnya yang masuk ke halaman.
"Ibu!! Ayah!!" Sintha berlari dan berdiri di dekat mobil ayahnya.
Pintu terbuka, sang Ibu nampak turun dari mobil dengan menggendong bayi kecil perempuan.
Sintha nampak tersenyum lebar melihat adik barunya datang ke rumah.
"Leona mana nak?" Tanya ibunya.
"Masih tidur bu, di kamar." Jawab Sintha.
Ayah dan ibunya beserta Sintha masuk ke kamar ibunya, ruangan sudah bersih dan banyak mainan bayi yang sudah di pajang di dinding.
"Wah, siapa ini pasang mainan? kreatif sekali." Ucap Ayahnya.
"Leona Yah, dia sangat semangat kedatangan adik barunya." Jawab Sintha.
Ibunya menidurkan bayi perempuan itu di kasur yang sudah di rapikan Sintha kemarin, Sintha nampak memperhatikan adik barunya itu.
"Cantik sekali.. akhirnya aku punya adik perempuan yey!!" Sintha kegirangan.
Leona mengusap-usap matanya, dan menoleh ke sebelahnya, Sintha sudah tidak ada di sampingnya, bocah itu langsung beranjak dan melempar selimut nya kemudian keluar kamar.
"Kakak!!!!" Teriak Leona.
"Eh? Sintha, sepertinya Leona sudah bangun, cepat ajak ke sini." Ucap Ibunya dari kamar sebelah.
"Leona!!! sini.. " Sintha melambaikan tangan kepada adik laki-laki nya itu.
Leona pun berlari ke arah kamar ibunya, sesampainya di sana Leona melihat di kamar sudah ramai ada ayah dan ibunya, dan mata Leona tertuju ke tempat tidur, ada bayi mungil berbalut kain berwarna pink di sana.
"Ibu.. ini apa?" Tanya Leona polos.
"Hahahha Leona.. ini adik kamu, kata kak Sintha kamu tidak sabar kan kedatangan adik kamu, ini sekarang adik kamu udah di rumah, kok kamu malah diam saja? ayoo.." Ujar Ibunya tertawa.
Leona masih tertegun melihat bayi mungil itu, bola mata nya berkaca-kaca, jari jemari nya mulai bergerak menyentuh pipi bayi itu, dan mengusap-usap nya.
"Huaaaa adik baluu ku!!!" Seketika Leona memeluk bayi mungil itu di kasur, yang membuat bayi itu menangis.
"Leona.. udah-udah, adik kamu jadi nangis, jangan nakal ya sayang.." Ucap Ibunya kemudian menggendong bayi kecil itu untuk menenangkannya.
"Leona.. kamu jangan nakal dong." Ucap Sintha.
"Maaf kakak, aku cuma kaget lihat adik kecil itu, bentuknya lucu sekali ya? pipinya seperti bakpao bulat begitu!" Ucap Leona sembari jingkrak-jingkrak di depan Ayah ibunya dan Sintha.
Ayah dan ibunya tertawa melihat tingkah lucu Leona hari itu, bocah kecil itu nampak sangat geregetan melihat adik bayinya, seakan adiknya adalah kado spesial yang pertama kali ia dapat.
"Ayah, ibu.. nama adik bayi siapa?" Tanya Sintha.
"Hmm.. Ayah belum memikirkan nama untuk adikmu, mungkin ibu sudah ada ide?" Tanya ayahnya.
"Sebentar Yah.. ibu belum kepikiran juga untuk memberikan nama yang indah." Jawab ibunya.
"Biar aku saja yang berikan nama!!!" Teriak Leona.
Ayah ibunya seketika terdiam melihat putra kecilnya itu se-semangat itu sampai ingin memberikan nama kepada adiknya.
"Iya, kamu punya ide apa Leona? untuk nama adik kamu?" Tanya Ayahnya.
"Aku akan menamai adik kecil ku yang lucu ini Vionika, iya Vionika." Ucap Leona tersenyum.
Malam itu suasana ribut memenuhi rumah Leona, tangisan Vionika terdengar tidak berhenti selama beberapa jam,Sintha dan ibunya bergantian menggendong dan memberi susu Vionika.
Bayi mungil yang di beri nama Vionika itu sama sekali tidak berhenti menangis, wajahnya nampak sampai membiru karena menangis berjam-jam, Ayah, ibu dan Sintha semakin panik.
"Ayah.. bagaimana ini Vionika tidak berhenti menangis, wajahnya sudah mulai membiru, sepertinya dia sesak Ayah." Ucap Ibunya panik.
"Sini, Ayah yang gendong coba, siapa tau dia mau berhenti menangis." Ayahnya mengambil Vionika dari gendongan ibunya.
"Cup, cup.. Jangan menangis lagi ya.." Ucap Ayah Vionika merayu bayi itu.
Vionika masih tetap menangis, Ayah dan ibunya semakin panik, Keringat mereka bercucuran, Vionika nampak sesak karena menangis terus, Leona yang tertidur lelap di kamarnya terbangun mendengar keributan di luar kamarnya, Anak itu keluar kamarnya dan menghampiri yang lain.
"Adik kenapa Bu?" Tanya Leona.
"Leona.. kamu diam dulu, ibu masih panik, adik kamu nangis terus sampai sesak nafas itu." Jelas Sintha.
"Boleh aku gendong adik bu?" Leona berkata pelan.
"Leona.. ini bukan saatnya bermain, ibu masih panik ini!" Bentak ibunya.
Leona terdiam, saat di bentak ibunya, namun Leona duduk di samping ibunya yang tengah menggendong Vionika, Leona mengusap-usap kepala Vionika, berangsur-angsur tangisan Vionika berhenti.
"Lihat ayah, Vionika berhenti menangis saat Leona mengusap kepalanya!" Ucap Sintha.
"Coba kasih Leona yang menggendong Vionika, tapi tetap duduk di kasur ya jangan berdiri takutnya berat nanti jatuh." Ucap Ayahnya.
Ibunya pun menyerahkan Vionika untuk di gendong oleh Leona, Vionika langsung tertidur lelap saat di gendongan Leona, Leona menatap dalam adiknya itu dan menyenderkan tubuhnya di dinding.
"Ayah, Ibu dan kak Sintha tidur saja, adik sudah sama aku, biar aku yang akan jaga adik sampai pagi ibu." Ucap Leona.
Ayahnya nampak langsung tertidur karena kelelahan begadang dari beberapa hari yang lalu, ibunya juga sudah mulai mengantuk dan tanpa sadar terpejam di samping Leona, Sintha kembali ke kamarnya dan tidur.
Leona kembali menatap dalam wajah Vionika, matanya kembali berkaca-kaca.
"Perasaanku sungguh damai, rasanya begitu bahagia.. tapi aku tidak bisa mendefinisikan kebahagiaan ku ini.
...***...
Keesokan harinya, Leona nampak tertidur di kasurnya, tangannya memeluk Vionika, Ayah dan ibunya yang bangun terlebih dahulu memperhatikannya dan heran melihat Leona yang semalaman menenangkan Vionika agar tidak menangis, dan dia berhasil.
"Ibu.. lihat lah Leona, Ayah pikir dia belum bisa mengasuh adik bayinya, tapi kemarin justru dia yang membuat Vionika berhenti menangis sampai sekarang." Ujar Ayahnya.
Vionika nampaknya terbangun, matanya yang berbinar dan bulat melirik ke kanan dan ke kiri, Leona masih tertidur lelap di sampingnya, hingga jari jemari kecil dan mungil itu menyentuh hidungnya.
"Awww! siapa yang menusuk hidung ku?" Sentak Leona langsung terbangun.
Ayah dan ibunya yang sedari tadi memperhatikan mereka seketika tertawa melihat Leona.
Leona melirik ke sampingnya, Vionika nampaknya menatapnya dengan matanya yang bulat itu.
"Ohh jadi kamu pelakunya ha? sini sini kau.. sini ayoo.. kita boxing!" Leona menciumi pipi adik kecilnya itu.
"Sudah, sudah Leona, nanti adikmu menangis lagi, hentikan." Ucap Ibunya.
"Leona, ini sudah pagi, kamu kan harus ke sekolah, sana siap-siap dulu sama kak Sintha." perintah Ayahnya.
Leona beranjak dari kasurnya dan langsung berlari ke kamar Sintha.
"Kakak! ayo bangun!!! Ayah menyuruh kita siap-siap sekolah." Teriak Leona, yang sontak membangunkan Sintha.
"Hah? jam berapa ini?!" Sintha langsung panik dan melempar selimut nya mengambil ponsel di atas meja belajar nya.
"Huaaa!!!! Leona, kenapa kamu baru bangunin kakak? telat deh sekarang aku.." Gumam Sintha langsung berlari ke kamar mandi.
Beberapa menit kemudian setelah selesai bersiap-siap, Sintha dan Leona berpamitan kepada Ayah dan Ibu mereka untuk pergi ke sekolah.
Leona melirik ke arah Vionika, bayi mungil itu menatap Leona, Leona kemudian mendekati adik bungsunya itu.
" Vion, kakak sekolah dulu ya.. nanti kita bermain lagi." Ucap Leona.
Leona pun berangkat ke sekolah, sesampainya di sekolah bocah itu langsung memberi tau teman-temannya bahwa dia sudah mempunyai seorang adik.
"Heii!! kalian harus tau, sekarang aku sudah punya adik bayi, dia sangat imut, matanya bulat sama seperti pipinya, dia juga memiliki bola mata yang sangat indah!!" Teriak Leona.
"Ahh lebay bangett sih kamu Leon, aku juga punya adik kok, sebentar lagi kamu juga bakalan bosan dengan kenakalan adikmu.. jadi jangan bangga dulu." ucap salah seorang temannya.
"Eh eh eh... tidak tidak, adikku pasti sangat baik, yang jelas adikku akan menjadi gadis yang sangat spesial!!" Ujar Leona.
Teman-temannya mentertawai tingkah anehnya, dan mendorongnya.
"Halahh, kesambet apa sih kamu Leon? sampai segitunya baru punya adik juga." Ucap teman sebangku nya.
Leona tertawa, mungkin teman-temannya menganggap tingkahnya aneh, namun itulah suasana hatinya pagi ini, kebahagiaan yang menyelimuti lubuk hatinya, yang tidak bisa dengan jelas ia definisikan, hanya tercetus kata-kata pujian seperti tadi.
Beberapa saat kemudian Leona mulai masuk kelas dan pelajaran di mulai, Leona mengeluarkan kertas, dan menulis nama Vionika sampai memenuhi kertas tersebut, Leona tidak sabar jam pelajaran berakhir, ia tidak sabar untuk pulang dan segera menemui adiknya yang lucu itu.
Beberapa jam kemudian bel pulang berbunyi, Leona dengan cepat mengemas buku-buku dan alat tulis nya, kemudian berlari keluar kelas.
Teman-temannya saling menoleh satu sama lain melihat tingkah aneh Leona itu.
"Sepertinya tu anak kena syndrome adik baru! hahahah" Celetuk salah seorang temannya saat Leona sudah pergi.
Sesampainya di rumah, Leona langsung bergegas membuka sepatu dan kaos kakinya kemudian berlari ke kamar ibunya.
"Vionnn kakak datang!!!" Teriak Leona.
"Sssstttt, Leona, kamu ini ribut sekali.. adik kamu baru saja tidur ini." Ucap ibunya pelan sambil menggendong Vionika.
Leona melangkah pelan ke arah Vionika yang tengah tertidur, dan kembali menatap dalam-dalam wajah bulat kecil itu, Leona kemudian keluar kamar itu dan duduk di ruang keluarga, namun kertas yang di penuhi nama Vionika tadi jatuh di depan ibunya.
Ibunya mengambilnya, kemudian tersenyum.
"Aku tidak menyangka dia sebahagia ini." Batin ibunya.
Leona mengeluarkan sesuatu dari dalam ransel nya, itu adalah mainan yang di belinya tadi di kantin sekolah, mainan kecil karakter dari sebuah film kartun yang sering di tontonnya, Leona membelinya dua buah.
"Akan ku buka satu saja, yang satunya buat adik Vion saja hehe." Gumamnya.
"Mana bisa adik bermain mainan begitu, orang dia masih kecil, yang ada nanti di telan sama adik haha." Sintha yang baru saja pulang sekolah berdiri di belakang Leona.
"Eh, bilang aja kakak mau kan sama mainan ini? tapi aku gak beliin kakak hehe." Ejek Leona kepada Sintha.
"Haha yey.. Kakak ambil haha." Sintha balik mengusili adik nya itu dan berlari membawa satu mainannya, Leona pun mengejarnya.
"Kakak!! bawa sini.. itu buat adik Vion!!!" Teriak Leona.
Suasana rumah mereka sangat ramai semenjak Vionika lahir, Leona yang nampak selalu bersemangat dan ceria setiap harinya membuat suasana di sana selalu ribut.
Tubuh kecil dan mungil itu tertudur lelap di pelukan Leona, tangan kanan Leona memeluk erat Vionika seperti boneka, Ibu Leona membuka matanya dari samping ke dua anaknya itu dan membangunkan Leona dengan pelan.
"Leona.. kamu sekolah kan hari ini? ayo cepat siap-siap langit sudah terang di luar." Ucap ibunya.
Leona melepaskan dekapan tangannya dengan pelan dari tubuh mungil Vionika agar adiknya itu tidak menangis, Ibu Leona heran melihat Leona yang dari semalaman tidur dengan posisi yang sama memeluk Vionika seperti itu.
"Leona, apa tangan kamu tidak pegal selaman tidur di tindih adikmu?" Tanya ibunya.
"Pegal sih hehe.." Jawab Leona.
Leona berhasil melepaskan tangannya tanpa membuat adik kecilnya itu terbangun, dan langsung berjalan menuju kamar mandi.
Beberapa saat kemudian saat Leona sudah keluar dari kamar ibunya, Sintha datang.
"Ibu.. apakah adik masih tidur?" Tanya Sintha.
"Masih ini, kamu sudah mandi?" Tanya ibunya.
"Sudah bu, oh iya sekarang adik tidak pernah menangis histeris lagi kalau malam ya bu? kemarin buktinya kita bisa tidur dengan tenang." Ujar Sintha.
"Iya, kemarin malam Leon menggendong Vionika, bahkan sampai pagi anak itu memeluk adiknya seperti boneka." Ucap ibunya.
"Ibu, kenapa ya.. adik cuma mau berhenti menangis saat Leona yang menggendongnya?" Sintha kembali bertanya.
"Ibu juga tidak tau Sintha, iya yang penting Vionika bisa tenang dan tidak menangis semalaman ibu sudah senang." Jelas ibunya.
...***...
Leona yang sudah selesai bersiap-siap ke sekolah kemudian pamit kepada ibu dan ayahnya, Leona melirik Vionika yang mulai terbangun, dan di beri susu oleh ibunya kemudian menghampirinya.
"Vion, kakak sekolah dulu ya. kamu jangan nakal, jangan nangis ya!" Ucap Leona kemudian pergi berangkat ke sekolah.
Setelah Leona berangkat ke sekolah, kemudian di susul Sintha yang pamitan, dan terakhir ayahnya yang akan pergi bekerja pagi itu, Vionika hanya bersama sang ibu pagi itu.
Ibunya pun mengasuh Vionika dengan biasa hari itu mulai dari memandikan nya, memberikan susu setelah mandi sampai akhirnya Vionika tertidur lelap.
"Nah, sekarang kamu sudah tidur, waktunya ibu memasak dulu ya anak cantik." Ucap ibunya sambil menyelimuti Vionika di tempat tidur, kemudian keluar kamar itu dan menuju dapur.
Di sekolah, Leona nampak mengikuti pelajaran dengan serius, mata pelajaran matematika hari itu adalah mata pelajaran yang paling ia sukai, Leona mengerjakan beberapa soal dari guru.
Namun tiba-tiba Leona mengerang kesakitan dan meremas kepalanya.
"Aaah, sakit!!" Teriak Leona, seketika membuat perhatian guru yang tengah mengajar di depan kelas menuju ke arah nya.
"Leona! kamu kenapa?" Tanya gurunya.
Leona tidak bisa menjawab dan terus meremas kepalanya karena sakit, akhirnya guru mengajaknya pulang.
"Leona kamu bertahan ya, hari ini kamu izin sekolah saja tidak apa-apa." Ucap gurunya.
Sesampainya di depan gerbang rumah, Leona turun dari mobil gurunya dan segera masuk ke dalam rumah, namun keadaan rumah nampak sepi.
Leona kemudian melangkah menuju kamar ibunya, tangannya memegang Handel pintu dan kemudian terbukalah pintu kamar itu, Leona tercengang dan kaget melihat Vionika yang tengah tertidur sendirian namun ada ular besar bergelantungan di langit-langit kamar itu.
Sedikit lagi mulut ular itu menyentuh tubuh kecil Vionika, namun Leona seketika melompat ke tempat tidur dan menarik ular tersebut kemudian melemparkannya ke lantai.
Saat ular itu terlempar jauh ke lantai sudut kamar, Leona dengan sigap mengambil Vionika dari tempat tidur menggendong nya kemudian berlari keluar kamar.
Ibu nya yang ada di dapur melihat Leona berlari sambil menggendong Vionika seketika menghampiri nya.
"Leona..! kamu mau kemana menggendong adikmu lari-lari seperti itu, nanti jatuh Leona!" teriak ibunya.
Leona kemudian berhenti dan langsung memberi tahu ibunya.
"Ibu, Ibu dari mana saja? adik dalam bahaya barusan ada ular besar di kamar bu!" Ujar Leona.
Leona menyerahkan Vionika ke ibunya, kemudian ke dapur dan mengambil pisau pemotong daging milik ibunya, dan balik ke kamar.
"Leona, kamu mau ngapain? bahaya nak!! kita telpon saja Ayah sekarang!" Teriak ibunya.
"Ahh terlalu lama kalau menunggu bantuan, biar ku habisi ular itu dengan pisau ini!" Ucap Leona.
Setibanya di kamar tempat ular tadi, Leona sudah tidak melihat ular itu, namun jendela kamar itu terbuka, Leona langsung menengok ke arah luar jendela, dan benar ular itu tengah melata tepat di bawah jendela kamar itu, tanpa pikir panjang Leona melompat dari jendela kemudian mencekik ular tersebut dan mengayunkan pisau itu ke kepala ular itu.
"Aku tidak akan segan-segan membunuhmu dasar ular jahat! kau hampir saja mencelakai adikku, aku tidak akan mengampuni mu!" Ucap Leona sambil menusuk kepala ular itu.
Ibunya masuk ke kamar dan melihat Leona dengan bangkai ular di depannya.
"Leona, kamu membunuh ular itu?" Tanya ibunya.
"Iya harus ku bunuh, ular ini hampir mencelakai adik!" Ucapnya.
"Syukur kamu datang Leona.. maafkan ibu, tadi ibu sedang memasak di dapur." Ucap Ibunya.
"Tapi kenapa kamu sudah pulang jam segini Leona?" Tanya ibunya.
"Kepala ku tiba-tiba sakit sekali saat mengikuti pelajaran, dan guru mengantarku pulang barusan bu." Jawab Leona.
"Istirahat dulu, ibu akan mengambilkan mu obat ya."
"Tidak usah bu.. sakit kepala ku sudah hilang." Jawab Leona.
Tanpa sadar sakit kepala yang tadi terasa menusuk-nusuk kepala Leona benar-benar sudah hilang total, Leona kemudian merebahkan tubuhnya di samping Vionika.
"Vion.. kamu pasti berusaha memberi tahu kakak ya, kalau kamu dalam bahaya? tenang saja, kakak tidak akan membiarkan kejadian tadi terulang lagi pada mu." Ucap Leona kemudian tersenyum dan mencium pipi bulat adiknya itu.
Leona pun tertidur kembali di samping adik kecilnya itu, hingga beberapa jam kemudian Ayah nya dan Sintha sudah datang.
"Ayah pulang." Ucap Ayahnya dan masuk ke dalam rumah.
"Aku pulang ibu." Disusul Sintha.
Sintha melirik ke samping pintu, ada sepatu Leona di sana, kemudian segera menghampiri ibunya.
"Leona sudah datang bu? biasanya jam segini dia belum datang kan ada les di sekolah." Tanya Sintha.
"Leona sudah pulang tadi pagi, guru mengantarnya ke rumah karena sakit kepala pas jam pelajaran." Jawab ibunya.
"Hah? sakit kepala?" Tanya Sintha.
"Iya, tapi syukurnya Leona datang, tadi ada ular besar masuk ke kamar, dan bergelantungan di langit-langit kamar tepat di atas tempat tidur Vionika." Jelas ibu nya.
"Apa? ular besar?" Ayahnya tercengang.
"Iya, Yah.. tadi ibu mau menelepon Ayah, tapi Leona nekad membunuh ular itu, dengan pisau daging yang ada di dapur." Jelas ibunya.
"Astaga.. apa jadinya kalau Leona tidak pulang? memangnya ibu ada dimana sampai tidak tau ada ular di kamar?" Tanya Ayah-nya.
"Maaf, tadi sedang memasak di dapur." Ibunya menunduk merasa bersalah.
"Ahh! tidak becus sekali merawat anak!" Bentak Ayahnya kemudian pergi berlalu.
"Sudah bu.. jangan terus merasa bersalah, yang penting Vionika sudah selamat, berkat Leona." Ucap Sintha sembari mengusap-usap pundak ibunya yang murung.
Sintha kemudian merenung dan memikirkan kejadian tadi yang di jelaskan ibunya, dan merasa sepertinya Leona memang memiliki kontak bathin dan telepati yang kuat dengan Vionika, sehingga Leona selalu merasakan energi di saat Vionika dalam bahaya seperti tadi.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!