NovelToon NovelToon

Pawang Terakhir

1. Hari yang buruk.

Bang Welirang menatap sahabatnya mengikrarkan ijab qobul di hadapan penghulu. Dadanya terasa sesak melihat akhirnya gadis yang di cintainya telah menjadi milik pria lain.

"Kamu kenapa?" Sapa Opa Daluman.

"Nggak apa-apa Opa." Jawabnya kemudian meneguk softdrink di hadapannya.

"Jangan bilang kamu naksir Rania?"

Bang Welirang hanya menyunggingkan senyum tipis yang berarti tidak ada yang salah dari pertanyaan kakeknya.

"Duuuhh leee.. kenapa kamu nggak bilang kalau kamu naksir Rania, sekarang Sania sudah jadi istri adikmu." Opa Daluman ikut panik melihat ada sesuatu yang tidak beres dalam lingkup keluarga mereka. "Apa kamu sedang mengalah pada adikmu?? Jangan sampai masalah ini menjadi batu sandungan di antara kamu dan Rhaken."

"Rania bukan jodohku Opa. Terakhir kali kutanyakan padanya, dia memilih Rhaken Memang aku yang terlambat melamarnya." Jawab Bang Welirang.

"Rang, putrinya Raja Dewantara mau menari di acara pernikahan adikmu, kita di suruh jaga keamanan. Ini hadiah khusus dari Raja sebagai sahabat kakekmu..!!" Kata Bang Anom setelah memberi hormat pada Opa Daluman.

"Kau saja.. bukannya kau sedang patah hati karena tunanganmu menikah dengan pria lain??" Ledek Bang Welirang membuat Opa Daluman melebarkan bola matanya pasalnya ia tau cucunya pun tengah mengalami hal yang sama.

"Apa kau ini..!!!"

Bang Welirang segera menendang kaki Opa usilnya agar tidak ikut campur dengan urusannya.

"Kita berdua di minta kawal putri Dewantara. Cepat jalan..!!!!" Ajak Bang Anom yang memiliki nama panjang Raden Anom Alit Brajamusti.

Mau tak mau akhirnya Bang Welirang mengikuti langkah sahabatnya menuju ke tengah acara tari.

:

Dengan mata elangnya Bang Anom menyisir setiap sudut tempat acara garden party tersebut. Tak lama seorang gadis cantik melintas di hadapan Bang Anom. Wangi bunga dan riasan khas seorang putri jelas terpancar. Aura mistis tak mengurangi kecantikan gadis yang usianya masih di perkirakan belasan tahun itu.

"Kalau tidak karena kakek yang memaksa ku.. aku malas menari disini. Lihat saja, tidak ada satupun di antara mereka yang tampan kecuali pengantinnya yang gagah. Lainnya seperti orang-orangan sawah." Kata Dewa Ayu Batari Syilanaya.

"Ehem..!!!" Seorang pria berdehem tepat di belakang punggung Syila.

Syila hanya melihat sekilas kemudian tetap ringan berjalan. Langkah Syila terhenti saat pria tersebut mengikuti langkahnya.

"Kenapa Om ikuti saya?" Tanya Syila.

"Saya mengawal rombongan anda Bu terutama anda dalam pengawalan saya??" Jawab Bang Anom.

Bang Welirang yang sedang tidak enak hati memilih menyibukkan diri, ia menyapa kawan-kawan putri Dewantara dengan luwes dan tidak se kaku sikap Bang Anom.

"Bu??? Apa wajahku ini terlihat tua bangka??"

"Silakan jalan..!!" Perintah Bang Anom tanpa senyum sedikitpun. Siapapun para anggota tidak ada yang tidak kenal dengan Letnan Satu Anom A. B. Bahkan pria itu masih saja bersikap dingin seolah tidak bisa menikmati acara dengan santai, pria militan yang juga sangat di takuti anak buahnya karena segala ucapannya bagai titah yang tidak bisa berubah.

"Jangan memerintah ku. Kau tidak tau bicara dengan siapa??" Ucap ketus Syila kemudian menghentikan langkahnya.

"Saya tau."

"Kalau kau tau sopan santun, kau tidak akan berani berkata begitu denganku..!!" Syila masih saja bernada tinggi.

"Silakan..!!" Bang Anom membuka lebar sebelah tangannya agar Syila kembali berjalan di hadapannya.

"Awas kau ya.. lihat saja.. berani mencari perkara denganku kau rupanya.."

Bang Anom masih tetap dengan gaya cool nya dan tidak berubah sedikitpun. Tanpa senyuman bahkan ekspresi pun tidak.

:

Suara gamelan mengiringi indahnya gerak tari putri Dewantara. Bang Anom terus menatap gadis itu hingga rasanya nyaris tak berkedip sedikitpun.

"Cantik?" Tanya Bang Welirang.

"Biasa saja. Galak, judes, ora duwe toto kromo." Jawab Bang Anom tak peduli tapi mata itu terus mengawasi kemana gerak tubuh sang gadis Dewantara meliuk.

Tak berapa lama beberapa orang pemuda berdatangan dan ingin berinteraksi dengan sang putri. Mereka terlihat memaksa dan tampak ingin memeluk Syila.

Bang Anom membuang puntung rokoknya asal dan mencegah beberapa orang pemuda yang agaknya berniat kurang ajar.

"Ayo gek, temani kami menari..!!" Pinta salah seorang pemuda disana.

Bang Anom langsung berdiri di hadapan para pemuda rusuh yang sedang mabuk."Jauhkan tanganmu..!! Jaga kesopanan..!!"

"Aku mau menari dengan mereka." Kata Syila.

"Anda dilarang berinteraksi secara berlebihan dengan orang luar." Jawab Bang Anom.

Si cantik Putri Dewantara seolah malah menantang Letnan Anom yang sedang berusaha menjaganya. Ia menyibakkan rambut indahnya hingga memperlihatkan lehernya yang jenjang dan putih mulus.

Dengan sengaja Syila menikung arah, kelakuan Syila membuka kesempatan para pria mabuk itu untuk bebas mendekatinya, dari sudut pandangnya ia seakan melihat hal di luar batas.

"Aaaaaaaaaa...." Pekik putri Dewantara disana.

Tanpa pikir panjang Bang Anom menampari seluruh pemuda tersebut dan menghajarnya hingga babak belur.

...

Syila menangis sambil menutupi tubuhnya dengan jaket Bang Anom yang tadi sempat menutup tubuhnya.

Pak Ghazzal sampai marah besar karena beliau yang di daulat sebagai kepala keamanan harus menanggung malu akibat ajudannya berkelahi dengan warga sipil.

"Saya bekerja sesuai dengan tugas saya Dan." Kata Bang Anom.

"Tapi tidak berkelahi dengan warga sipil. Kau tau aturan atau tidak??? Aparat dilarang berkelahi dengan warga sipil..!!!"

"Saya lebih baik mendapat sanksi disiplin daripada melihat wanita di acak-acak laki-laki Dan. Mabuk bukan alasan untuk memaafkan tindakan asusila." Suara Bang Anom tak kalah meninggi.

"Anooomm.. saya tau, tapi........"

"Ijin Dan, saya tau komandan pasti akan melakukan hal sama jika melihat hal seperti ini. Lalu kenapa komandan melarang saya menghajar mereka???"

"Kau ini memang kaku sekali. Tadi yang ada disana semuanya saudara Dewantara..!!!!!

.

.

.

.

2. Dia lagi..!!!

"Hahahaha.. tidak apa-apa. Aku suka dengan ajudanmu. Itu tandanya dia sigap melindungi siapapun termasuk komandannya." Kata Raja Dewantara.

"Aaaahh.. begitu ya, baiklah kalau begitu. Berarti damai ya.!! Aku tidak perlu memberi sanksi pada anak buahku?" Jawab Pak Enggano.

"Iya, tidak perlu. Hahaha..!!" Kedua opa pun akhirnya tertawa bersama.

//

"Ini semua gara-gara kau.. kau.. kau..!!!!!!" Pekik Syila.

"Yang sopan kalau bicara sama orang yang lebih tua..!! Apa orang tuamu tidak pernah mengajari mu sopan santun????" Bentak Bang Anom.

"Kenapa aku yang harus sopan?? Aku ini putri, seharusnya mereka yang mengatur kesopanan padaku, termasuk kau..!!" Tunjuk Syila tepat di depan wajah Bang Anom, itu pun dengan nada yang sangat ketus.

Secepatnya Bang Anom memutar tangan Syila hingga posisinya tepat mengunci rapat tubuh Syila. "Itu semua tidak berlaku di hadapanku, kalau tidak mau ku tumbuk.. lebih baik kau jaga sikap dan ucapanmu..!!" Ancam Bang Anom.

"Siapa kau?? Berani sekali mengancamku. Kau ajudan.. jabatanmu tidak lebih dari sekedar hulubalang kacangan." Ejek Syila.

Mendengarnya, Bang Anom semakin mengeratkan kunciannya hingga Syila merintih karena tangannya mulai merasa kesakitan.

"Lepaskan, atau aku akan teriak..!!!!" Syila balik mengancam.

"Teriak saja..!! Kau tau apa yang ada di pinggangku ini???"

Syila sedikit melirik dan ternyata ada pistol disana. "Aku tidak peduli meskipun mereka menghajarku. Tapi jika peluru milikku lepas dari wadahnya dan menembus tubuhmu.. maka bersiaplah nona manis, kamu pasti akan segera meminta pertanggung jawaban dariku..!!"

Tubuh Syila gemetar ketakutan. Bisa-bisanya seorang letnan mengancamnya seperti ini. Ingin teriak pun rasanya mulut itu bagai terkunci lem pipa.

"Ayo teriak..!! Saya per**s* kamu sekarang, selesai sudah kau dek..!!" Ucap Bang Anom geregetan sendiri kemudian melepaskan Syila dengan kasar.

'Kurang ajar sekali, beraninya dia mempermainkan seorang putri. Ini pelanggaran berat..!!'

"Toloooooong, ada ajudan mau perkosa sayaaaaa...!!!!!" Pekik Syila sekuatnya lalu menyobek kain kamennya.

"Eeehh.. heeehh.. jangan macam-macam kamu..!!!" Bang Anom kelabakan juga dengan ulah Syila yang merepotkan.

Benar saja, tak lama rombongan pengamanan puri berdatangan dan melihat keadaan Syila sudah berantakan dan di sudut tempat itu hanya ada mereka berdua.

Raja Dewantara pun ikut tiba disana. "Apa yang terjadi?? Kenapa bisa begini??"

"Syila menangis kemudian mendekati Opanya. "Om ini mau melecehkan Syila. Sungguh kek." Kata Syila dengan wajah sangat meyakinkan.

Pak Enggano beserta rombongan sampai kaget mendengar hal ini apalagi acara pengantin masih sangat padat di luar sana.

Raja Dewantara seakan kehabisan kata. Dirinya yang datang sebagai tamu harus mendapatkan malu seperti ini.

"Lebih baik saya pulang saja. Ingatkan anak buahmu agar menjaga sikap namun segera redam masalah ini..!!" Pinta Raja Dewantara.

Tak menyangka di sudut sana ada seseorang yang mendengar berita besar tersebut.

...

"Tadi Raja Dewantara sudah memaafkan mu Anom, sekarang beliau marah besar. Tidak ada ampunan bagimu..!! Besok usai acara, kita sowan ke rumah beliau. Ini bukan masalah persahabatan yang pecah Anom.. ini soal etika..!!" Tegur keras Pak Enggano.

Hati Bang Anom kembali kesal, dadanya terasa bergemuruh. Baru kali ini ada anak kecil mengerjainya sampai seperti ini, membuatnya pusing tujuh keliling.

"Siap komandan..!!"

***

Demi agar tidak mengganggu pengantin baru, mereka benar-benar meredam masalah ini. Bang Welirang sampai menggeleng seakan ikut merasakan apa yang baru saja di alami Bang Anom.

"Bocah itu benar-benar membuatku sakit kepala..!!!!" Gerutu Bang Anom.

"Dia cantik pot."

"Cantik kalau tidak berakhlak juga buat apa?? Tidak ada yang secantik Elma." Jawab Bang Anom yang masih teringat jelas tentang mantan kekasihnya yang sudah menikah dengan pria lain bulan lalu.

"Kau jangan bodoh An, dia bersama laki-laki lain saat kamu akan melamarnya. Dia bukan wanita baik-baik..!! Dia selingkuh. Dia juga tidak menunjukkan rasa bersalah sedikitpun An. Cinta jangan membuatmu hilang akal..!!" Kata Bang Anom.

"Aku tulus ingin menikahinya. Bolak balik aku melamarnya Tapi dia tidak mau kunikahi." Jawab Bang Anom menunduk lesu.

"Eehh pot, kenapa dungu banget sih lu. Itu tandanya dia memang tidak mau denganmu, dia sudah punya pilihan dan hati yang lain." Bang Welirang turut mengingatkan sahabatnya yang terlalu bucin pada Elma mantan kekasihnya.

Sungguh hati Bang Anom sangat sakit jika mengingat tentang Elma mantan kekasihnya.

"Ijin Bang..!!" Sapa Bang Digo junior Bang Anom dan Bang Welirang. Bang Digo adalah adik tiri Bang Welirang, putra Pak Ghazzal dan Ibu Shena.

"Ada apa?" Jawab Bang Anom.

"Abang di minta melatih taekwondo putri trah Dewantara." Kata Bang Digo.

"Baaahh.. jangan harap aku mau melatih dia, pekerjaanku banyak. Bukannya trah Dewantara memberi list merah pada namaku??" Tolak Bang Anom.

"Jadi kau tidak mau melatih ku. Dasar om-om sombong." Ucap Syila ternyata sudah ada di depan pintu ruang kerja Bang Welirang. "Apa kau tidak tau aku ini atlet??"

"Saya tidak punya waktu..!!" Bang Anom berdiri dari duduknya hendak keluar dari ruangan tapi kemudian Syila menebarkan seluruh jurus yang dimilikinya.

Bang Anom tersenyum mengejek, jurus yang di gunakan Syila masih sangat mentah. Bahkan gerakannya pun setingkat anak TK. Mudah saja Bang Anom menghindari serangan, semuanya pun mampu di tangkisnya ringan.

"Pantas kau jadi atlet. Atlet tujuh belasan." Kata Bang Anom.

Bang Welirang dan Bang Digo terbahak di tempat duduknya. Mereka menonton perkelahian live yang sangat langka.

"Jangan meremehkan aku..!!!!!" Tepakan tangan Syila sudah tak terarah. Ia melompat, menampar, menendang dan mencakar-cakar Bang Anom bagai anak kucing dan terakhir menubruk bagai induk ayam.

Mau bagaimana pun keadaannya, Bang Anom tidak mungkin membalas seorang wanita. Terpaksa ia menutupi wajahnya sampai akhirnya berjongkok dan meringkuk.

Tawa Bang Welirang dan Bang Digo semakin membahana. "Lawan lah An. Mana harga dirimu????" Ledek Bang Welirang.

"Hajar Bang, hajaaarr...!!" Bang Digo turut memanasi suasana.

"T*i lu semua." Ucapnya geram sembari melindungi tubuhnya yang sedang di aniaya Syila si putri barbar trah Dewantara.

.

.

.

.

3. Terasa berbeda.

"Aloon poooott..!!! Aaahh.. aaaaaaaa.. sshhh" Bang Anom mendesis saat Bang Welirang menetekan iodine pada luka cakar di sekitar tangan dan pipinya.

"Kenapa kamu tidak melawan??" Tanya Bang Welirang yang sebenarnya sudah tau jawabannya. "Perwira gagahe ora karuan tapi kena cakar nggak kuat, kowe iki opo to pot??"

"Kau mau aku mendorongnya, atau balik menamparnya. Apa aku tidak waras harus gelud sama perempuan???" Gerutu Bang Anom.

"Kalau saya jadi Abang.. saya akan memutar arah lalu saya balik menindihnya. Dia yang cari perkara duluan Bang. Bisa-bisanya dia naik di paha Abang dan meninju wajah Abang seperti itu. Dia putri lho Bang. Darah biru masa begitu???"

"Abang rasa dia anak pungut Go. Darahnya pun darah kotor." Jawab Bang Anom mengundang gelak tawa Bang Welirang dan Bang Digo.

...

Bang Anom masuk ke dalam ruangannya. Jengah sekali rasanya harus menyambut putri Dewantara yang selalu membuat tensinya tiba-tiba naik.

"Kau mau mengajariku atau tidak??? Aku harus pulang membawa jawaban." Kata Syila.

"Tidak."

"Jadi kau mengakui kekalahanmu?? Yaa.. yaaa.. sudah jelas melawan ku saja kau tak mampu. Itu belum ada seperempat ilmu yang kumiliki." Jawab Syila masih teguh iman dengan pemikirannya.

"Benar sekali, saya tidak mampu melawan jebolan power rangers. Jadi sekarang cepatlah kau pergi dari ruangan saya dan jangan pernah kembali lagi..!!!" Usir Bang Anom.

"Kau meledekku??"

"Silakan keluar..!!!" Melihat wajah Syila rasanya membuat migrain Bang Anom seketika kambuh.

Syila berdiri lalu berjalan dan membuka pintu ruangan Bang Anom. "Toloooooooong..!!!!!!!"

"Lailaha illallah.." Bang Anom meraup wajahnya. Hatinya benar-benar merasa sangat kesal. "Ayo ke aula..!!!!!!!"

...

"Kuda-kuda..!!!!!! Kamu mau latihan taekwondo atau balet?????" Bentak Bang Anom.

Syila yang kesal mendorong dada Bang Anom. "Kau dengar ya, kalau tidak karena kakek memintaku belajar taekwondo denganmu, aku tidak sudi belajar denganmu."

"Apa kau kira aku senang mengajarimu????? Perempuan rewel dan banyak mau. Kalau tidak karena komandanku, aku juga tidak sudi mengajarimu..!!! Awak lembek kaya tahu, balungan kangkung, uteke telo tok " Bentak Bang Anom.

"Kau ini bicara apa sih?????"

"Satu lagi, bocah ora duwe dur..!!!!"

Syila mengerutkan keningnya karena tidak mengerti bahasa yang digunakan Bang Anom.

"Naaahh.. nggak tau khan?? Alus debhog, gedene toghog." Ledek Bang Anom kemudian berjalan meninggalkan aula.

Syila mendengar kata itu seperti ledekan baginya, ia menyambar pengaman siku lalu melemparkannya hingga mendarat tepat di belakang kepala Bang Anom.

"Kau tau, selama ini tidak ada yang berani menghina trah keputrian. Kau meledekku seperti batang pisang khan? Aku memang tidak tau semua bahasamu, tapi beberapa kata aku sudah tau."

Bang Anom menghentikan langkahnya.

"Apakah trah Dewantara tidak mengajarimu sopan santun???? Kalau tidak ingat kau ini perempuan, sudah sejak kemarin saya menghajarmu..!!!!!"

"Kenapa tidak sekarang..!!!" Syila mendekat kemudian melayangkan seluruh jurus yang di milikinya.

Kali ini Bang Anom meladeni, ternyata jurus yang di miliki Syila juga lumayan tapi entah kenapa gadis itu tidak menunjukannya sejak tadi. Banyak pertanyaan di dalam benak Bang Anom hingga dalam detik terakhir Syila kembali menghajarnya tapi kali ini ada yang berbeda dari seorang Syila.

"Aku lelah.. aku lelaaahh..!!!!!" Pekiknya.

Jurus mulai tidak terarah. Ia menyerang Bang Anom membabi buta, tak di sangka Bang Anom memeluknya.

"Sudah cukup latihan hari ini." Ucapnya.

"Aku mau berlatih lagi..!!" Pinta Syila.

"Tidak bisa. Mentalmu hancur, fisikmu tidak memadai. Kalau kamu memaksakan, kamu akan sakit sendiri." Kata Bang Anom.

"Tak masalah jika aku mati. Tidak ada yang menangisiku juga."

"Oya??? Lalu siapa yang akan bertengkar denganku??" Tanya Bang Anom.

Beberapa detik kemudian Syila merosot dari pelukan Bang Anom. Dengan sigap Bang Anom mengangkat Syila dan memindahkannya pada velbed di sudut aula.

"Sampai kapan kamu akan merepotkan saya?"

"Sampai aku dapat penggantimu untuk ku ganggu." Jawab Syila.

"Hmm.. minum dulu. Jangan sampai kamu pingsan. Kau pikir kau itu ringan??"

...

"Sama Bli Anom."

"Apa?? Serius???? Kamu di minta kakekmu berlatih sama Mas Anom??"

"Iya, dia galak Mbak Ran. Mbak tau khan tampangnya saja nggak welcome."

"Pasti kamu cari perkara. Mas Anom itu nggak galak lho, memang ya tampangnya begitu. Tapi dia itu baik lho dek." Kata Rania.

"Mana ada?? Rupa leak begitu." Imbuh Syila.

Bang Rhaken malah tertawa terbahak mendengarnya.

"Ada apa??"

"Nggaaakk.. lanjut saja ngobrolnya. Saya ini pendengar yang baik." Kata Bang Rhaken tetap terbahak mendengar ocehan Syila. "Awas lho naksir sama leak. Anom itu bukan leak sembarang leak."

Syila memicingkan mata karena kesal dengan ledekan Bang Rhaken.

"Syila serius."

"Maaf.. maaf Syila." Bang Rhaken menunduk menyembunyikan tawanya.

...

"Kamu nggak mau coba dekati Syila An?" Tanya Bang Welirang.

"Nggak, buat apa? Seperti nggak ada perempuan lain aja." Jawab Bang Anom.

"Kalau begitu kudekati ya??" Bang Welirang berusaha menguji keteguhan hati Bang Anom.

"Hmm.. ambil saja..!!" Katanya.

Bang Welirang berjalan menjauh dari Bang Anom. "Okeeeyy. Lamar.. lamaaarr.. tak ada Rania Syila pun jadi."

'Ada apa dengan hatiku? Kenapa rasanya jadi begini? Kesal sekali hatiku. Masa aku naksir anak kadal."

.

.

.

.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!