"Halo, sayang. Ada apa, Daddy lagi di jalan mau pulang ko," ucap seorang laki-laki mengangkat sambungan telpon, "Kamu tunggu sebentar ya, 10 menit lagi Daddy sampai di rumah."
"Pokoknya aku tunggu 10 menit lagi ya, aku mau memperkenalkan Daddy dengan calon Ibu aku," samar-samar terdengar suara seorang gadis kecil nan jauh di sana.
"Hah?" laki-laki tersebut seketika mengerutkan kening, "Ibu baru? Mak-maksudnya?"
Tut! Tut! Tut!
Sambungan telpon seketika terputus. Orion laki-laki berusia 38 tahun yang saat ini sedang duduk di dalam mobil pun menatap layar ponsel dengan perasaan heran. Dia sama sekali tidak mengerti dengan apa yang baru saja diucapkan oleh putrinya.
"Ada apa, Pak Bos?" tanya Sebastian supir pribadinya yang saat ini sedang mengendarai mobil miliknya.
"Percepat mobilnya, Sebastian. Sepertinya Putri membuat masalah lagi," sahut Orion menatap keluar kaca jendela mobil.
"Apa Non Putri mau mengenalkan Tuan Bos dengan seorang wanita lagi?" tanya Sebastian seketika menahan senyuman di bibirnya.
Entah sudah keberapa kalinya putri dari atasannya itu mengenalkan sang Tuan kepada seorang wanita, dan hasilnya pasti akan sama seperti sebelum-sebelumnya. Sang Tuan akan menolak dengan keras calon istri yang disiapkan oleh putrinya.
"Maunya apa sih tuh anak, memangnya nikah itu gampang apa? Memangnya mencari Ibu sambung buat dia itu segampang membalikan telapak tangan?" decak Orion seketika tersenyum miring.
"Mungkin karena Non Putri merasa kesepian, Tuan."
"Kan ada saya Ayahnya, mana mungkin dia kesepian?" sahut Orion lagi-lagi tersenyum miring.
"Tapi tetap saja, Tuan. Nona muda butuh sosok seorang Ibu, kasih sayang Tuan saja tidak cukup. Apalagi, Nona sudah berusia 8 tahun sekarang."
Orion diam seribu bahasa. Tatapan matanya nampak lurus ke depan melayangkan tatapan kosong. Semenjak istrinya tiada 7 tahun yang lalu, dia memang tidak berniat untuk menikah lagi. Baginya, dia hanya akan jatuh cinta satu kali. Rasa cinta yang dia miliki pun seolah sudah terkubur bersama jasad sang istri. Sebesar itukah rasa cinta seorang Orion kepada mendiang istrinya? Memang sulit di percaya, tapi seperti itulah kenyataannya.
Ckiiit!
Mobil yang dikendarai oleh Sebastian pun berhenti tepat di halaman rumah besar. Ya, rumah milik sang Tuan. Rumah 2 lantai yang hanya di huni oleh Orion dan putrinya yang berusia 8 tahun. Wajar saja jika Putri merasa kesepian karena di rumah sebesar ini, mereka hanya tinggal berdua saja.
Orion keluar dari dalam mobil, dia berjalan dengan tergesa-gesa menuju teras rumah lalu masuk ke dalamnya. Seorang wanita cantik nampak sedang duduk di ruang tamu bersama Putri.
"Daddy, akhirnya Daddy pulang juga," sapa Putri segera menghampiri sang ayah dengan wajah ceria.
"Maaf, sayang. Tadi di jalan macet, makannya Daddy pulang agak terlambat," jawab Orion memeluk putrinya sekejap lalu kembali mengurai pelukan.
"O iya, Dad. Kenalkan, beliau Tante Tania calon Ibu sambung aku," celetuk Putri seraya menunjuk wanita berambut panjang yang segera berdiri usai di perkenalkan sebagai calin ibu sambungnya.
"Hah? Ibu sam-sambung?" terbata-bata Tania bertanya dengan wajah pucat pasi.
Sementara Orion nampak menatap sinis wanita itu dari ujung kaki hingga ujung rambut. Dia sama sekali tidak tertarik dengan kecantikan wanita ini.
"Ikh, Tante. Aku 'kan sudah bilang kalau Tante akan aku kenalkan sama Daddy-ku," sahut Putri kembali menghampiri Tania lalu duduk di sampingnya, "Daddy sini dong, kenalan dulu sama Tante Tania, dia cantik 'kan? Tante Tania juga baik ko."
Orion menarik napas panjang lalu menghembuskannya secara perlahan. Dia memejamkan ke dua matanya sejenak mencoba untuk menahan emosinya dalam-dalam. Ini adalah kesekian kalinya Putri membawa seorang wanita ke rumah dan mengenalkannya kepada dirinya. Kesabaran seorang Orion benar-benar sudah berada di ujung tanduk.
"Putri, sudah berapa kali Daddy bilang sama kamu, stop bawa perempuan gak jelas sebagai calon Ibu sambung kamu! Ibu kamu hanya ada satu, beliau sudah meninggal, Putri!" bentak Orion dengan ke dua mata yang membulat sempurna, dia pun mengalihkan pandangan matanya kepada wanita bernama Tania, "Kamu, siapa kamu? Kenapa kamu mendekati Putri, hah?"
BERSAMBUNG
"Ibu yang mengenalkan Tania kepada Putri." Tiba-tiba terdengar Diana Ibunda Orion berjalan memasuki ruang tamu, "Tania ini adalah putri dari sepupunya Ayah dari Kakek kamu."
"Ibu? Kapan Ini datang? Kenapa tidak bilang dulu kepada saya kalau Ibu akan ke sini?" tanya Orion segera menyalami sang Ibu.
"Sudah 1 bulan ini Ibu mengenalkan Tania kepada Putri, sudah 1 bulan ini juga Tania tinggal di rumah Ibu," sahut Diana mengabaikan pertanyaan sang putra, "Kamu tidak tahu karena kamu selalu saja sibuk dengan pekerjaan kamu! Kamu juga tidak tahu kalau Putri kesepian selama ini, kan?"
Orion memalingkan wajahnya ke arah lain, "Saya tidak bertanya tentang hal itu, Bu. Yang saya tanyakan itu kapan Ibu datang ke sini? Kalau saya tahu Ibu akan ke sini, saya pasti akan menjemput Ibu ke rumah."
"Ibu ke sini sama Tania, tadi Ibu juga yang menjemput Putri ke sekolah," jawab Diana dengan nada suara dingin.
"Daddy, ko Daddy belum berkenalan sama Tante Tania? Apa Daddy tidak mendengar apa yang Puput katakan tadi? Tante Tania ini calon Ibu aku," sela Putri menatap wajah sang ayah dengan tatapan mata kesal.
Sementara Tania hanya berdiri seperti orang bodoh, dia menatap wajah Orion lekat berharap bahwa laki-laki itu akan sudi berkenalan dengannya. Namun, harapannya tentu saja sia-sia, Orion mengabaikan dirinya bahkan kecantikan yang dia miliki pun tidak sanggup menggetarkan hati laki-laki itu.
"Daddy lelah, sayang. Daddy istirahat dulu ya," jawab Orion hendak berjalan meninggalkan mereka bertiga.
"Daddy jahat, aku benci sama Daddy!" teriak Putri secara tiba-tiba membuat Orion terpaksa menghentikan langkah kakinya, "Pokoknya, aku mau Tante Tania jadi Ibuku, Daddy harus menikah dengan dia, kalau tidak aku mau tinggal sama Oma biar aku bisa dekat terus sama Tante Tania, titik!"
Putri tiba-tiba saja berlari meninggalkan ayah, Nenek dan juga Tania yang saat ini hanya terdiam menyaksikan kemarahan anak itu. Tania segera berlari mengejar, wanita itu akan berusaha untuk menenangkan Putri dan memberinya pengertian.
Sedangkan Orion, seketika mengusap wajahnya kasar. Putri tidak pernah bersikap seperti ini sebelumnya. Sekarang anak itu berani berteriak kepadanya dan memaksanya untuk menjadikan wanita bernama Tania itu sebagai ibunya. Orion tidak mungkin menikahi wanita yang tidak dia cintai.
"Kamu lihat, Rion? Kamu harus segera menikahi Tania secepatnya, kalau tidak Putri akan tinggal bersama Ibu selamanya dan kamu," ketus Diana seketika membuyarkan lamunan panjang seorang Orion, "Kamu akan tinggal sendirian dan kesepian di sini, tanpa Putri dan tanpa seorang pendamping."
"Cukup, Bu. Apa maksud Ibu ingin aku menikahi wanita yang tidak aku cintai? Bahkan wanita yang sama sekali tidak aku kenal sebelumnya, begitu?" tanya Orion dengan nada suara dingin.
"Itu sih terserah kamu, kalau kamu mau tinggal sendirian di rumah sebesar ini ya terserah," ketus Diana menatap sinis wajah putranya, "Dengarkan Ibu, Rion. Kamu sudah terlalu lama hidup sendiri, sudah waktunya kamu membuka hati untuk wanita lain. Mendiang istri kamu sudah tenang di alam sana, asal kamu tahu saja Rion, tidak ada yang namanya cinta sehidup semati, gak ada Rion! Sadar!"
Orion memejamkan ke dua matanya. Ya, memang tidak ada yang namanya cinta sehidup semati, manusia yang sudah menghadap Ilahi sudah tertutup pula segala urusannya dengan semua hal yang berada di dunia ini. Masalahnya adalah, dirinya yang terlalu sulit untuk melupakan cintanya kepada Asri mendiang istrinya, selama ini tidak ada wanita yang mampu membuatnya bergetar seperti yang dilakukan oleh mendiang istrinya terdahulu.
"Pokoknya Ibu gak mau tau, Ibu tunggu keputusan kamu secepatnya. Kamu bersedia menikahi Tania, atau kamu akan kehilangan Putri," tegas Diana penuh penekanan, "Ibu tidak bermaksud untuk menjodohkan kamu, anggap saja Ibu sedang memberikan seorang Ibu untuk Putri, cucu Ibu."
BERSAMBUNG
"Tapi, Bu--"
"Sudah, gak ada tapi-tapian. Lebih baik kamu temui Putri dan Tania," sela Diana lalu pergi begitu saja meninggalkan sang putra.
Orion mengusap wajahnya kasar. Dia pun melonggarkan dasi hitam yang melingkar di lehernya seraya mendengus kesal. Sepertinya, kali ini dirinya harus mengalah, dia akan mengikuti keinginan sang ibu demi Putri. Lagi pula, dia tidak yakin akan jatuh cinta kepada wanita bernama Tania itu.
Orion berjalan menuju kamar Putri, dia berdiri tepat di depan pintu kamar mengintip dari balik pintu yang memang sedikit terbuka. Putri nampak sedang meringkuk di atas ranjang dengan ditemani oleh Tania di sampingnya. Sepertinya Putri terlelap usai meluapkan kekesalannya kepada sang ayah.
Ceklek!
Pintu kamar pun di buka. Tania segera bangkit seraya menatap ke arah pintu. Sementara Orion menatap wajah putrinya dengan tatapan mata sayu, setelah itu barulah dia mengalihkan pandangan matanya kepada Tania. Dia menatap tajam wajah wanita itu.
"Ikut saya, ada yang ingin saya bicarakan sama kamu," pinta Orion berbalik dan hendak berjalan keluar dari dalam kamar.
"Anda mau bicara apa?" tanya Tania dengan nada suara datar.
"Kamu tidak dengar apa yang saya katakan? Kita bicara di luar, kamu mau Putri mendengar apa yang akan saya katakan sama kamu?" ketus Orion menatap sinis wajah Tania.
Wanita itu seketika menghela napas berat lalu mulai turun dari atas ranjang. Dia berjalan mengikuti Orion dengan wajah datar. Laki-laki itu berjalan tepat di depannya dengan langkah kaki lebar membuatnya harus setengah berlari agar bisa mengimbangi gerak langkahnya.
Sampai akhirnya, Orion berhenti di halaman belakang dimana kolam renang membentang dengan airnya yang jernih. Tania berhenti tepat di belakang laki-laki itu seraya menatap punggung lebarnya yang berbalut jas berwarna hitam.
Orion seketika berbalik dan menatap wajah Tania dengan tatapan mata tajam. Namun, Wanita itu seketika bergeming menatap wajah tampan seorang Orion yang terlihat begitu menyilaukan.
'Tidak, aku harus menahan diri. Akh! Kenapa Daddy-nya Putri tampan sekali?' gumam Tania seraya menggelengkan kepalanya samar.
"Kamu kenapa?" tanya Orion dingin.
"Tidak, aku gak apa-apa. Anda mau bicara apa?" tanya Tania tiba-tiba saja merasa gugup, dia memalingkan wajahnya ke arah lain tidak ingin terlalu terhipnotis dengan ketampanan seorang Orion.
"Saya akan menikahi kamu," celetuk Orion langsung ke intinya.
"Hah? Mak-sud Anda?" tanya Tania sontak menoleh dan kembali menatap wajah laki-laki itu dengan tatapan mata tidak percaya.
"Jangan senang dulu, kamu hanya akan menjadi Ibu sambung Putri, bukan menjadi istri saya seutuhnya," decak Orion balas menatap wajah Tania dengan tatapan mata sinis, "Anggap saja kita hanya menikah di atas kertas. Saya yakin kamu tidak mencintai saya begitupun sebaliknya, saya tidak mencintai kamu dan tidak akan pernah mencintai kamu, Tania. Kamu hanya akan mendapatkan gelar istri dari Tuan Orion, kamu juga bisa merasakan kemewahan, mendapatkan kehormatan, dan tinggal di rumah mewah saya ini." Orion melanjutkan ucapannya dengan nada suara dingin, "Tapi kamu tidak akan pernah mendapatkan hati saya, cinta saya dan perhatian layaknya seorang suami kepada istrinya, karena apa? Karena saya menikahi kamu demi Putri, bukan karena--"
"Bukan karena Anda mencintai saya?" sela Tania dengan nada suara gemetar, "Ucapan Anda yang satu itu tidak perlu diulangi karena aku pun paham hanya dengan sekali mendengarnya saja."
Jika boleh berkata jujur, dada seorang Tania benar-benar terasa sesak. Dirinya seperti seorang wanita yang sedang mengemis cinta kepada laki-laki yang baru saja dia kenal. Menikah? Tania tidak berpikir sedikit pun untuk menikahi Orion jika bukan karena rasa sayangnya kepadanya Putri yang sudah dia anggap seperti putrinya sendiri. Namun, sial sepertinya dia sudah jatuh cinta pada pandangan pertama kepada laki-laki ini.
"Bagus kalau kamu paham, saya tidak perlu menjelaskan panjang lebar kepada kamu tentang hal itu," sahut Orion tersenyum sinis.
"Apa Anda tidak sadar Anda baru saja menjelaskannya panjang kali lebar?" tanya Tania menatap wajah Orion tak kalah sinis, "Asal Anda tahu saja, Tuan Oreo yang terhormat, saya sayang sama Putri. Saya sudah menganggap dia seperti putri saya sendiri. Saya ingatkan satu hal sama Anda, Tuan. Seumur hidup itu lama lho, apa Anda yakin tidak akan jatuh cinta dengan saya?"
"Hah? Jatuh cinta sama kamu hahahaha! Jangan mimpi, Tania. Saya tidak akan pernah jatuh cinta sama kamu, karena apa? Karena cinta saya sudah mati, cinta yang saya miliki sudah terkubur bersama jasad istri saya," tegas Orion penuh penuh penekanan, "Jadi kamu tidak usah khawatir, saya tidak akan pernah mencintai kamu meskipun kita menghabiskan waktu seumur hidup," jelas Orion tegas dan penuh penekanan, "Satu lagi, nama saya Orion bukan Oreo, enak aja main ganti-ganti nama orang sembarangan!"
'Apa ini? Apa ini semacam cinta sehidup semati? Hmm! Kita lihat saja nanti apa Anda bisa menjaga hati Anda untuk tidak jatuh cinta kepadaku, Tuan Orion,' batin Tania seraya tersenyum menyeringai.
"Baiklah, kita lihat saja nanti. Apakah hati Anda ini akan benar-benar terjaga setelah kita sah menjadi suami istri," decak Tania lalu berbalik dan pergi begitu saja dari hadapan Orion.
* * *
1 Bulan Kemudian
"Saya terima nikah dan kawinnya Tania binti Gunawan dengan Mas kawin tersebut di bayar tunai."
"Sah?"
"Saaaaah!"
Orion mengucap ijab qobul dengan lancar tanpa satu hambatan pun. Hanya dengan satu tarikan napas saja, wanita bernama lengkap Tania Anindya itu pun telah sah menjadi istrinya kini. Acara pernikahan di gelar di salah satu hotel di kota Jakarta dengan mengundang lebih dari 2000 tamu undangan.
Setelah resepsi selesai diadakan, sepasang pengantin baru pun telah berada di sebuah kamar hotel yang spesial di siapkan oleh Diana ibunda Orion untuk mereka menghabiskan malam pertama. Namun, Orion sama sekali tidak berniat untuk bermalam di kamar tersebut, dia akan menghabiskan malam ini di tempat lain.
Orion nampak sudah berganti pakaian, dia pun meletakan sembarangan di atas ranjang jas hitam yang sempat dia kenakan. Laki-laki itu pun hendak keluar dari dalam kamar. Sedangkan Tania masih berada di kamar mandi untuk membersihkan diri.
Ceklek!
Pintu kamar mandi pun seketika di buka. Orion sontak menoleh ke arah kamar mandi. Tania berjalan keluar dari dalam sana dengan hanya mengenakan handuk untuk menutupi tubuhnya. Bagian atas tubuhnya bahkan terlihat begitu menggoda dengan belahan dada berbentuk hati, putih mulus terlihat menggiurkan bagi siapapun yang melihatnya.
Glegek!
'Apa-apaan ini? Kenapa dia berpenampilan seperti itu di depan saya?' batin Orion menatap tubuh seksi istrinya, lalu segera memalingkan wajahnya ke arah lain.
"Mau ke mana kamu, Mas?" tanya Tania berjalan lalu berdiri tepat di depan ranjang, sementara Orion berdiri tepat di depan pintu kamar hotel.
"Mau ke mana lagi? Saya mau keluar," jawabnya singkat lalu membuka pintu kamar.
Ceklek!
Pintu pun di buka, Orion hendak keluar dari dalam kamar, tapi dirinya terpaksa mengurungkan keinginannya itu ketika melihat wanita paruh baya berdiri tepat di depan pintu. Ya, dia adalah Diana ibunda Orion. Dia tahu bahwa putranya akan berbuat ulah di malam pertama mereka ini.
"Mau ke mana kamu, Rion?" tanya Diana menatap tajam wajah putranya.
"Eu ... saya mau keluar, Bu," jawab Orion terbata-bata seraya menggaruk kepalanya sendiri.
Diana menatap ke arah belakang di mana Tania berdiri dengan tubuh setengah polosnya,"Ck! Ck! Ck! Dasar anak tidak tahu diri, apa kamu lupa kalau malam ini adalah malam pertama kalian?" decak Diana lalu kembali menutup pintu kamar hotel, wanita paruh baya itu bahkan menarik kunci kamar lalu menguncinya dari luar.
Blug!
Ceklek!
Orion diam mematung merasa tidak percaya dengan apa yang baru saja dilakukan oleh ibunya.
"Apa ini? Apa Ibu mengunci saya di sini?" gumam Orion seketika merasa heran.
BERSAMBUNG
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!