NovelToon NovelToon

Rey - Hanna {After Summer'S}

Apa Kau Akan Percaya?

...*Novel ini lanjutan dari novel ^My Boss, Is My Husband^* ...

...*Bagi Readers yang belum membaca ^My Boss, Is My Husband^ di anjurkan untuk membaca novel itu terlebih dulu agar bisa lebih mudah untuk memahami kelanjutan cerita ini*....

...*Terimakasih* ... ^^...

...*Happy Reading Guys* ...

...🍁🍁🍁...

Setelah banyaknya masalah yang di alami, rasanya tidak adil jika takdir tak kunjung mempertemukannya dengan bahagia. Setelah banyaknya air mata yang harus terbuang sia-sia, rasanya sudah sepatutnya jika kini digantikan dengan tawa.

Dunia Hanna pernah hancur berkeping-keping, dan kini Hanna mulai menyusunnya kembali satu persatu. Berharap, akan ada pelangi yang menunggunya diujung jalan nanti.

Kabar tentang kehamilan Hanna, disambut bahagia oleh semua orang. Terlebih Mama Lalita, ia orang yang paling bahagia dengan kabar tersebut setelah Hanna dan Rey. Mama Lalita langsung berangkat ke London setelah mendapatkan kabar itu.

Juga Raffael dan Yayank, yang ikut bahagia dengan kabar tersebut.

Sepertinya, kebahagiaan Hanna tidak hanya sampai disitu, seakan doanya selama ini telah di dengar oleh langit, hingga akhirnya rasa rindunya berangsur terobati.

"Em, dia sangat tampan.." Diiringi dengan anggukan kepalanya, Lucy menggambarkan sosok yang ia lihat tempo hari. Sosok kasat mata yang hanya dapat dilihat oleh dirinya seorang.

"Benarkah?" Hanna, tampak excited mendengar penjelasan Lucy. Entah mengapa ia langsung yakin, kalau yang dilihat Lucy adalah Deon, putranya.

Lucy mengangguk, membenarkan.

"Apa dia mirip dengan, uncle?" Hanna memastikan.

Lucy menuruni pandangannya, lalu menoleh ke arah samping Hanna. Pun dengan Hanna, yang akhirnya juga ikut menoleh ke arah pandangan Lucy, yang padahal tak terdapat siapapun atau apapun disana.

Keduanya sedang mengobrol didalam kamar Lucy, hanya berdua.

Setelah kejadian tempo hari, tak ada yang menanggapi ocehan Lucy tentang sosok kasat mata itu. Namun entah mengapa, Hanna langsung merasa jika itu adalah putranya yang telah meninggal.

Sejak hari itu, Hanna terus memikirkan ocehan Lucy, hingga akhirnya ia memutuskan untuk menemui Lucy dan memastikan apa yang ia lihat. Dan benar saja, sosok itu kembali ada dan ternyata terus mengikuti Hanna.

"Iya, kau benar Mommy, dia sangat mirip dengan Uncle." Lucy tertawa, dengan tatapan masih tertuju ke arah kasat mata itu. Dan itu mengartikan, bahwa yang dilihat Lucy benar-benar Deon, putra Hanna. Karena Deon sangat mirip dengan Rey saat lahir.

Berbeda halnya dengan Lucy, Hanna justru berkaca-kaca. Ia terharu mendapati sosok anaknya yang begitu ia rindui selama ini, kini justru berada tepat disampingnya. Hanya saja, ia tak dapat melihatnya secara langsung.

"Apa yang sedang kalian obrolkan?" Shasya masuk ke kamar Lucy.

Keduanya, Hanna dan Lucy. Langsung menoleh ke arah Shasya yang masih berdiri di ambang pintu. "Makan malamnya sudah siap." Lanjut Shasya.

"Kami akan segera turun." Ujar Hanna diiringi dengan senyumannya.

"Baiklah, semua sudah menunggu diruang makan." Shasya kembali menutup pintu kamar Lucy dan setelahnya berlalu pergi.

"Apa dia masih disini?" Hanna kembali memastikan, ia takut Deon tiba-tiba menghilang karena kedatangan Shasya tadi.

Lucy mengangguk, "Mengapa dia selalu mengikutimu, Mommy?" Lucy bertanya lengkap dengan raut wajah bingungnya. Entah gadis kecil itu mengerti atau tidak, kalau yang ia lihat itu adalah mahluk kasat mata yang orang lain tak dapat melihatnya.

"Mungkin..." Hanna sedikit bingung untuk memberi jawaban. "Karena Mommy, ibunya." Lanjut Hanna.

"Kau, ibunya?" Lucy mengernyitkan keningnya, sepertinya kini ia dibuat tambah bingung.

Hanna hanya tersenyum sambil mengusap kepala gadis kecil itu, "Dan namanya, Deon." Ujar Hanna kemudian.

Sesaat kemudian tatapan Lucy kembali tertuju ke arah samping Hanna. "Katanya, ia sangat menyukaiku." Imbuh Lucy kemudian sambil tersenyum.

Membuat Hanna terbelalak. "Katanya? Apa kau bisa berbicara dengannya?" Hanna memastikan dengan ekspresi terkejutnya.

"Empp..." Lucy mengangguk polos.

Grrtttt ...

Obrolan Hanna dan Lucy terputus, ketika ada panggilan masuk dari Rey.

"Aku akan segera turun." Ujar Hanna, setelahnya mematikan panggilan telpon itu. "Lucy, katakan padanya..."

"Dia sudah pergi Mommy." Ucap Lucy, sebelum Hanna sempat melanjutkan kalimatnya.

"Dia sudah pergi?" Hanna tampak kecewa, padahal ia masih ingin bertanya sesuatu.

Lucy mengangguk.

\*

"Mengapa lama sekali." Bisik Rey pada Hanna, ketika ia sudah ikut bergabung di meja makan. Hanna hanya membalasnya dengan senyuman, dan setelahnya meminta maaf pada yang lainnya.

Setelah makan malam, dengan berat hati Hanna harus meninggalkan kediaman itu. Padahal, masih banyak hal yang ingin ia obrolkan dengan Lucy.

Sepanjang perjalanan pulang, Hanna hanya termenung didalam mobil. Ia masih memikirkan obrolannya dengan Lucy, Rey yang menyadarinya langsung meraih tangan Hanna untuk memecahkan keheningan.

"Sayang, kau ingin es krim?" Tawar Rey tiba-tiba.

"Emp.." Hanna mengangguk semangat. Mendengar kata es krim langsung membuat moodnya berubah.

Keduanya berakhir di sebuah mall.

"Padahal kita bisa berhenti di mini market saja." Ujar Hanna, sambil menikmati es krimnya. Sedangkan tangan sebelahnya merangkul manja lengan Rey.

Tidak langsung pulang setelah membeli es krim, Rey juga mengajak Hanna untuk berjalan-jalan dulu, sepertinya Rey mulai sedikit peka, ia sadar ada yang sedang mengganggu pikiran Hanna.

"Rey..." Panggil Hanna akhirnya.

"Yap.." Jawab Rey, dan langsung menoleh ke arah istrinya.

"Apa kau akan percaya, jika Lucy bisa melihat Deon." Sarkas Hanna akhirnya, setelah mempertimbangkannya, ia akhirnya memutuskan untuk memberitahukannya pada Rey.

To Be Continued ✔️

Tamu Tak Terduga

Langkah Rey terhenti, ia menatap Hanna dalam diam. Tatapannya menyiratkan sesuatu yang sulit di artikan Hanna.

Hanna justru tersenyum melihat tingkah Rey. Lalu kembali mengambil langkah setelah ikut terhenti. Pun dengan Rey yang akhirnya kembali melangkah mengikuti langkah Hanna. "Aku mengerti jika kau berfikir itu aneh." Ujar Hanna, sambil mengalihkan pandangannya ke arah lain.

Ya, lagi pula siapa yang akan percaya hal sekonyol itu.

Hanna menghela nafas dalam. Dia harus mengerti, jika tidak semua orang akan sepemikiran dengannya.

"Aku percaya." Ucap Rey akhirnya.

Tatapan Hanna dengan cepat langsung kembali ke arah Rey. "Benarkah?" Hanna tampak excited, "Benarkah kau percaya?" Ia memastikan sekali lagi.

"Emp.." Rey mengangguk.

Senyuman langsung merekah di wajah Hanna, ia bersyukur Rey sependapat dengannya.

"Kau tahu, kata Lucy dia sangat mirip denganmu." Hanna mulai bercerita, dengan penuh semangat. Ia begitu bergebu-gebu, rasanya bahagia sekali, walaupun tak bisa melihatnya secara langsung, mengetahui kalau sosok putranya ada disekitarnya saja sudah membuat Hanna begitu bahagia, seakan itu sudah cukup untuk menjadi pelepas rindunya.

Rey berubah menjadi pendengar yang baik, walaupun sebenarnya, sulit untuk mempercayai itu. Hanya saja, ia tak ingin membuat Hanna kecewa dengan rasa ketidak percayaannya itu.

"Benarkah? Sepertinya kita harus sering membawa Lucy menginap dirumah kita mulai sekarang." Rey menanggapi.

"Kau benar, aku tidak sabar untuk bertemu dengan Lucy lagi." Dengan wajah berbinar, bahkan sepanjang perjalanan pulang. Hanna tak henti-hentinya mengoceh tentang hal itu. "Apa mungkin sekarang Deon bahkan berada disini." Sambil mengalihkan pandangannya ke arah jok belakang. "Andai saja aku yang bisa melihatnya, betapa beruntungnya." Hanna menghela nafas dalam, dengan tatapan masih tertuju ke arah jok belakang yang kosong.

Rey meraih tangan Hanna, menggenggamnya lembut, "Deon pasti sedang bersama kita, jadi kau tidak boleh bersedih, Deon pasti akan ikut sedih."

*

Sesampainya di apartemen, Hanna dikejutkan dengan kedatangan tamu yang tak terduga.

"Congratulations..." Ucap serempak Mama Lalita, Raffael dan juga Yayank.

Hanna menutup mulutnya yang menganga dengan sebelah tangannya, sungguh ia tak menyangka Raffael dan Yayank juga akan terbang ke London setelah mendengar kabar bahagia itu.

"Mengapa kalian juga bisa berada disini? Bukankah hanya Mama yang berangkat..." Semuanya berkumpul diruang tamu, dan mulai mengobrol disana.

"Yayank bersikeras untuk ikut, Mama tidak enak menolaknya karena mungkin ia sedang mengidam. Huftt, sepertinya Mama akan kerepotan jika kedua menantu Mama mengidam diwaktu yang bersamaan." Keluh Mama Lalita.

"Mau bagaimana lagi, kami hanya punya satu Mama. Sepertinya Mama harus siap-siap untuk direpotkan oleh kedua menantu Mama ini." Ujar Hanna sambil merebahkan kepalanya di pundak Mama Lalita dan merangkul manja lengan mertuanya itu.

Membuat Mama Lalita terkekeh karena candaan mereka. "Tuhan sangat baik, Mama minta satu cucu tapi justru diberikan dua sekaligus." Ujar Mama Lalita sambil mengusap perut Hanna dan juga Yayank.

"Sepertinya bukan hanya dua, tapi tiga sekaligus." Ucap Yayank, dan sontak membuat Hanna, Rey dan juga Mama Lalita langsung menoleh ke arahnya dengan serentak.

"Bayi kami kembar.." Sambung Raffael, dengan raut wajah sumringah.

"Benarkah..." Hanna tampak excited.

"Emp.." Yayank mengangguk, membenarkan.

"Mama jadi tidak sabar, ingin segera menimang cucu-cucu Mama."

Kini, keluarga itu tampak hangat dan bahagia. Mama Lalita sangat bersyukur, ia juga sudah menganggap Raffael dan Yayank seperti anak dan menantunya sendiri.

Kehamilan Yayank membuat Raffael akhirnya mengambil keputusan untuk benar-benar mengubur perasaannya pada Hanna dalam-dalam. Kini ia akan mencoba untuk memberikan segenap perhatian hanya untuk Yayank seorang.

Pun demikian dengan Yayank, ia akan dengan sabar menunggu cinta yang dijanjikan Raffael itu. Lagi pula Yayank akhirnya tahu, sebesar apapun perasaan Raffael pada Hanna, perasaan itu tetap tidak akan terbalaskan. Karena siapapun bisa melihat dengan jelas, betapa cinta Hanna dan Rey tak akan pernah bisa tergoyahkan.

To Be Continued 🪷🪷🪷

...Jangan lupa Like, Komen, Gift, Vote, Share, Rate Bintang Lima dan Subscribe guys....

...Terus dukung Author agar semangat update bab selanjutnya...

...🫰🫰🫰...

Berubah Menjadi Manja

Sebuah pelukan melingkar di pinggang Yayank, ketika dirinya sedang sibuk memanaskan bubur untuk Raffael dibalik kitchen set.

"Geli Raf.." Rengek Yayank sambil menaikkan bahunya, ketika Raffael dengan sengaja berdagu dibahu Yayank.

Raffael ikut terkekeh, dan dengan sengaja semakin membuat Yayank tambah geli. Hingga akhirnya, Yayank berbalik untuk menahan kelakuan jahil Raffael.

Apa yang sedang terjadi di dapur membuat langkah Hanna terhenti, tadinya ia berniat untuk mengambil minum disana. Hanna memutuskan untuk mengintip dari balik sudut dinding, memperhatikan tingkah Raffael dan Yayank dengan bibir tersenyum. Ya, Hanna ikut bahagia melihat kini hubungan Raffael dan Yayank semakin harmonis.

"Kau sedang mengintip siapa?" Rey tiba-tiba muncul di belakang Hanna, dan itu cukup membuat Hanna terkejut. Dengan cepat Hanna membungkam mulut Rey menggunakan telapak tangannya. "Ssttt...." Imbuh Hanna, dengan ujung jari di letakkan di depan bibirnya sendiri. Rey mengangguk pelan, seakan mengikuti perintah Hanna. Dan jadilah, kedua pasangan itu, mengintip pasangan lainnya. Benar-benar pasangan yang amat random.

Sedangkan disana, Raffael dan Yayank. Kini sedang saling tatap-tatapan. Keduanya sama-sama terdiam, sepertinya mereka sedang terbawa suasana.

Raffael menurunkan tatapannya, ke arah bibir Yayank yang kini sedang tersenyum ke arahnya. Perlahan, Raffael mulai mendekati bibir manis itu.

Sedangkan Rey, langsung menutup mata Hanna dengan telapak tangannya. Ketika bibir Raffael berhasil terpaut dengan bibir Yayank.

Hanna, membuka rongga-rongga jemari Rey untuk sedikit mengintip. Sedangkan Rey, hampir saja tak bisa menahan tawanya.

Sampai akhirnya...

"Buburnya hampir hangus.." Suara Rey memecahkan keheningan. Membuat Raffael dan Yayank sontak melepaskan ciuman mereka dengan cepat. Dasar Rey usil, bisa-bisanya ia mengganggu momen romantis itu.

Hanna langsung menepuk dada Rey dengan kesal.

"Ughhh..." Rey mengusap dadanya yang terasa sakit karena ditepuk Hanna. Diiringi dengan kekehannya yang hampir menggelegar.

"Sejak kapan kalian berada disana?" Raffael tampak salah tingkah. Juga Yayank yang langsung tersipu malu. Yayank langsung berbalik kembali ke arah kitchen set dan mengaduk sup nya.

"Maafkan kami..." Sambil mengusap-usap kedua tangannya, Hanna dan Rey berjalan masuk ke pekarangan dapur.

"Apa kalian pikir ini tontonan gratis?" Imbuh Raffael sambil menyeka bibirnya, karena terasa lipstik Yayank menempel dibibirnya.

Lagi-lagi, Rey ngakak sambil memegang perutnya. "Andai saja kau lihat ekspresi tegang Hanna tadi, dia seakan sedang menonton film adegan dewasa."

Bughh...!

Sebuah pukulan kembali mendarat di lengan Rey. "Apaan sih Rey." Kini, justru Hanna yang dibuat tersipu malu dengan pipi memerah.

"Hanna, kau ingin bubur?" Yayank mengalihkan pembicaraan.

"Emp.." Hanna mengangguk, lalu berjalan mendekat dan berdiri tepat disamping Yayank. "Sepertinya buburnya enak." Dengan tatapan tertuju ke arah panci bubur.

Sedangkan kedua pria itu, Rey dan Raffael. Memilih untuk mengobrol di luar akhirnya. Meninggalkan kedua wanita itu didapur sambil memasak bubur.

Selang beberapa saat, Hanna dan Yayank. Menyusul suami mereka di balkon sambil masing-masing membawa sebuah nampan berisi bubur dan kopi panas. Itu sangat cocok mengingat cuaca sedang sangat dingin sekarang. Sepertinya, salju akan segera turun.

Kedua wanita itu, menyajikan bubur dan kopi di hadapan suami masing-masing, lalu ikut duduk disamping mereka.

Hal yang serentak dilakukan oleh Rey dan juga Raffael, keduanya bangkit, membuka sweater mereka dan memakaikannya pada istri masing-masing.

Membuat Hanna dan Yayank saling tatap-tatapan dan setelahnya terkekeh bersama karena seakan Rey dan Raffael melakukannya seperti sudah janjian.

"Apa ada yang lucu?" Pertanyaan yang akhirnya di ajukan Rey ketika melihat kedua wanita itu terkekeh.

"Tidak ada.." Jawaban Hanna di iringi dengan gelengan kepalanya.

Raffael kembali duduk dan meraih mangkuk buburnya, sedangkan Rey, masih sedang merapikan posisi sweater pada Hanna dan memastikan wanitanya tak kedinginan.

"Apa Tante Lalita sudah tidur?" Tanya Yayank memastikan, karena jika belum ia berniat untuk mengajak Mama Lalita bergabung dengan mereka.

"Sudah, Mama selalu tidur tepat waktu." Hanna kemudian meraih mangkuk bubur, lalu menyuapi Rey. Karena sebelum itu, Rey sudah memberi kode minta disuapi.

"Sejak kapan, kau berubah menjadi semanja itu!" Ledek Raffael.

To Be Continued 🪷🪷🪷

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!