NovelToon NovelToon

Jadikan Aku Satu-Satunya

Chapter 1. Mendadak Dinikahi (done)

Halo, novel ini masih proses revisi tiap babnya, ya... Berikut yang sudah selesai direvisi ada tulisan (done). Selamat membaca, semoga suka.

...💕💕💕...

Suasana di dalam sebuah hotel berbintang lima itu sungguh ramai riuh. Para tamu undangan terdiri dari para pengusaha, artis papan atas, pejabat, dan sederet kolega bisnis dari luar negeri berbondong-bondong berdantangan demi menyaksikan ikrar janji suci pernikahan anak sang konglomerat yakni pewaris utama keluarga Davidson.

Acara resepsi yang digelar dengan megah sengaja dipersiapkan begitu mewah demi pernikahan putra pewaris keluarga Davidson yang digadang-gadang sebagai pengusaha kaya raya industri ekspor batu bara ke manca negara.

Segenap Wedding Organizer dan semua tim di belakang layar sudah merancang pesta pernikahan yang begitu megah bak pernikahan impian sesuai dengan permintaan kedua mempelai.

Dekorasi indoor yang sungguh memukau sengaja dipersiapkan dengan sedemikan rupa untuk memeriahkan acara resepsi pernikahan pewaris takhta keluarga Davidson itu.

Namun, seakan janggal dengan rundown acara yang tidak sesuai dan telah mengulur banyak waktu, membuat para tamu yang datang bertanya-tanya apa yang menyebabkan acara tertunda begitu lama.

“Dimana pengantin wanitanya? Kenapa belum muncul juga?”

Bisikan di belakang sana terdengar begitu berisik hingga mengganggu telinga pempelai pria yang sudah bersiap sejak lama di tempatnya.

“Kau benar-benar sudah mempermainkan kami! Tidak akan kami terima penghinaan ini begitu saja, Julia!” ujar seorang wanita yang berteriak di dalam kamar rias itu.

Dion yang berada di belakang mereka dan tidak sengaja mendengar apa yang sedang sang Mommy-nya bicarakan, bertanya-tanya seketika.

“Mom, ada apa? Penghinaan apa?”

Kedua wanita itu bertatapan dan saling membelalakan mata melihat siapa yang datang.

"Mereka sudah berbuat curang pada kita! Setelah apa yang kita lakukan pada mereka, kini mereka yang berkhianat, Nak!" tuding wanita itu pada wanita di depannya.

“Andine, ini bukan kehendak kami, sungguh. Kami tidak tahu kemana Jessica pergi,” Julia berusaha membela diri.

Andine, wanita berusia akhir empat puluh tahunan itu berjalan mendekati sang putra dan merangkul lengannya.

“Kita pulang saja, pernikahan ini batal,” kata wanita itu pada putranya.

“Batal? Kenapa bisa batal. Tidak, dimana Jessica, Mom?” Dion, dia masih bertanya-tanya kenapa bisa sang ibunda mengatakan bahwa pesta pernikahan yang megah dan sudah tersusun jauh-jauh hari dikatakan gagal begitu saja?

“Mereka telah mempermainkanmu! Jessica itu kabur, mereka benar-benar merencanakan ini untuk mempermalukan keluarga kita,” ujar Andine pada putranya.

Pria itu menggeram, sejak tadi telinga yang panas itu sudah tidak tahan mendengar bisikan pada tamu dan kolega bisnis. Terlebih apa kata dunia jika dia mengatakan jika pernikahan batal gara-gara mempelai wanitanya kabur.

Harga dirinya akan benar-benar hancur.

Langkahnya terhenti, dia tetap berdiri kokoh di tempatnya. “Tidak, Mom. Pernikahanku dengan Jessica harus tetap terlaksana bagaimana pun caranya.”

Andine menatap putranya tidak percaya, bagaimana bisa pernikahan tetap terlaksana sedangkan mempelai wanitanya telah tiada.

“Bagaimana bisa? Jessica sialan itu telah kabur,” Andine pun tidak bisa menebak apa kemauan putranya.

“Biar mereka yang pikirkan bagaimana caranya. Aku tetap ingin pernikahan ini terjadi atau aku akan menghancurkan semuanya,” ancam pria itu dengan tegas.

“Kau dengar, Julia? Anakku tetap mengingkan perikahan in tetap terjadi! Semua tidak bisa semudah itu, setelah anakmu meminta banyak pada kami, enak sekali dia pergi dan membawa kabur semuanya! Cepat, carikan dia atau siap-siap putraku akan membumihanguskan perusahaanmu itu!” ujar Andine.

Wanita bernama Julia tiu gelisah bukan main. Memang benar, ia seorang single parent dengan satu anak yang bernama Jessica dan keluarga Andine adalah pihak yang banyak membantunya. Perjodohan yang telah mereka rancang untuk putra-putri mereka, tetapi kini Jessica yang mengingkari.

Berapa kali ia mencoba menggubungi ponsel sang putri, tetapi tidak juga mendapat jawaban.

“Jessica kenapa kau lakukan ini padaku?” Tentu waita itu gusar seorang diri, tidak ada yang berada di pihakknya selama ini dia hanya hidup bersama satu orang putrinya. Namun kini Jessica pergi sehingga kini dia merasa sendiri. Kecuali, dengan satu anak pungut yang dia rawat sejak bayi.

“Meiska!” panggilnya pada gadis muda yang  sedang sibuk membersikan peralatan masak dan tugas di dapur.

“Iya, Mam?” jawab gadis melirik ke sumber suara seraya mengibas-kibasakan tangan yang masih basah setelah bertempur dengan piring kotor dan peralatan makan lain yang telah digunakan untuk dia cuci.

“Cepat, ikut aku!” ujar Julia menarik pergelangan tangan gadis itu dengan kasar, tidak memberikan kesempatan pada gadis itu untuk bertanya ada apa atau mau ikut kemana?

“Pakai gaun ini sekarang juga, cepat!” perintah Julia.

Gadis bernama Meiska itu tentu kaget, di tangannya telah diterima gaun berwarna putih yang sangat mewah dan mahal.

“Mam, ada apa? Ini gaun kak Jess, bukan?” tanya gadis itu kebingungan.

“Pakailah, kau harus menikah dengan putra keluarga Davidson,” ujar Julia seraya membuka pakaian yang sedang Meiska kenakan. Tidak ada waktu baginya untuk menunggu apakah gadis itu menyetujui pernikahan itu atau tidak.

“Mam, tapi kenapa aku? Siapa itu Davidson? Bukannya hari ini hari pernikahan Kak Jess?” polos gadis itu bertanya.

“Diamlah, kau hanya perlu menyetujui ini jika kau menganggapku ibumu,” ujar Julia yang memakaikan gaun itu di tubuh anak tirinya.

Tentu Meiska tidak bisa menolak jika sudah menyangkut nama Julia sebagai ibunya. Dia tahu jika kehidupannya selama ini ditanggung oleh Mama Julia sehingga ia merasa berhutang budi dan menurut dengan wanita itu meski selama ini Julia dan Jessica selalu memerlakukannya seperti seorang pembantu di rumah besar mereka.

Semua tim perias pun turun tangan untuk memodifikasi penampilan gadis itu. Gadis yang biasanya tampil seperti pembantu, kini menjelma gadis cantik menjadi sangat kontras dengan penampilan sebelumnya. Dengan riasan natural di wajahnya dan gaun mewah yang melilit tubuhnya, sungguh bak putri dongeng yang cantik jelita.

Dia di antar oleh ibunya menuju ke altar, di sana telah berdiri sosok pria yang akan menikahinya. Dengan berjalan perlahan, pria itu pun menyambut tangan Meiska seperti tidak terjadi apa-apa. Padahal, dia pun tidak tahu siapa wanita yang akan dia nikahi itu karena wajahnya tertutup tudung.

“Siapa kau?” tanya Dion saat membawa gadis itu berjalan beriringan.

“Aku, a-aku, Meiska. Anak asuh keluarga ini, kamu Tuan Davidson itu?”

“Bukan,” jawab Dion.

Meiska mendongak sejenak dengan terkejut, “Apa?! Anda salah orang, kata Mama Julia aku ini akan menikah dengan Tuan Davidson, kamu siapa?” tanya Meiska yang ketakutan jika dirinya salah tempat.

“Davidson itu kakekku, bodoh!”

Ouh, jadi yang menikahi aku ini putra Tuan Davidson? Tadi Mam Julia berkata apa, ya? Aku tidak fokus.

“Siapa pun kamu, nama yang akan kusebut di hadapan semua tamu adalah Jessica, kau hanya pengganti sosoknya,” ujar Dion.

Chapter 2. Contract After Marriage (done)

Di dalam kamar, Julia merias Meiska supaya terlihat mirip dengan Jessica. Dia didandani molek dengan make-up dan gaya rambut yang mirip dengan Jessica supaya semua yang melihat Meiska akan melihat Jessica di sana.

"Dengar, Mei. Selama di sana, kau tetaplah menjadi Jessica karena mereka tidak ada yang tahu siapa kamu. Dan aku punya sebuah misi untukmu. Apa kau mengerti, Mei?" ujar Julia seraya menyiapkan Meiska yang sedang bersiap sebelum ikut ke keluarga suaminya.

"Ya, Mam," jawab Meiska saat Julia menatapnya dan menanti jawaban kesiapan anak angkat itu untuk menjalankan sebuah misi darinya.

Julia merangkul Meiska keluar dari kamarnya dengan drama sedih seperti yang biasa dilakukan ibu saat akan melepaskan putrinya ke rumah suaminya.

"Jessica, Mam sangat menyayangimu. Baik-baiklah di sana, menurutlah pada aturan suami dan keluargamu,"

"Baik, Mam," jawab Meiska seadanya. Dia tidak merasa sedih sama sekali. Berbeda dengan sang ibu yang sudah becek dengan air mata, Meiska tidak merasakan kesedihan apa pun. Dia malah merasa sedikit terbebas dari belenggu Mama dan Kakaknya yang selalu menghantui harinya dengan suara teriakannya dan perintah mereka di setiap hari.

Benarkah aku akan terbebas dari Mama dan Kak Jess? Semoga di rumah keluarga baruku akan menjadi lebih baik dari semua ini.

Pengantin baru yang harusnya sedang mesra-mesranya di hari pertama menikah, tetapi tidak bagi Meiska yang diboyong ke rumah besar suaminya. Meiska tidak diberlakukan sebagai tuan puteri di sana, bahkan para asisten pun tidak hormat sama sekali padanya karena mereka menghormati siapa pun yang diperintahkan Tuannya untuk dihormati.

"Hei, Kau! Ajak dia ke kamar atas," ujar Dion pada pelayannya untuk mengantarkan Meiska.

"Tidak usah kalian bersikap hormat padanya karena posisinya di rumah ini sama seperti kalian hanya saja dia tidak mempunyai tugas khusus," ucapnya saat pelayan itu akan membawakan koper milik Meiska ke atas.

Alhasil, gadis itu pun membawa sendiri kopernya ke atas dan pelayan itu hanya membantunya mengantarkan hingga ke kamar yang dituju.

"Nona, ini kamar Anda," ujar pelayan wanita muda berseragam itu.

"Terima kasih, ya," ujar Meiska.

Dengan napas yang terengah-engah, Meiska memasukki kamar itu dan menyangga punggungnya sejenak sebelum merebahkan diri di ranjang besar yang ada di sana.

Menatap langit-langit kamar yang sungguh megah dengan desain plafonnya. Walau kamar itu nampak kosong, tetapi di matanya tampak besar dan megah dengan ranjang besar bersprei tebal dan berwarna serba putih, sangat mewah di matanya seperti di hotel.

Sebab gadis itu, walau dia hidup bersama dengan ibu dan kakak tiri di dalam rumah bak istana yang mewah dan kehidupan yang bergelimang harta, tetapi dia tidak pernah merasakan enaknya tinggal di rumah mewah dengan ranjang yang empuk seperti ini.

Meiska mengelus-elus permukaan ranjang itu yang sangat halus dan bisa segera mengantarkannya tertidur.

Namun, saat baru saja matanya terpejam sesaat karena sedang merasakan embusan semilir udara dingin dari AC yang dia nyalakan, membayangkan seperti berada di atas pegunungan, tiba-tiba wajahnya terasa panas kala sesuatu menghantamnya dengan keras.

"Hei, bangun! Kau di sini bukan untuk tidur saja!" ujar pria yang melemparkan bantal ke wajahnya.

Spontan, gadis itu membeliak. Kaki yang semula terbuka menganga langsung di tutupnya rapat-rapat, dia bahkan terlupa jika pintunya belum ditutup dengan benar. Bubuh gadis itu langsung bangkit dan berdiri.

"Ya, Tuan. Maafkan aku," ujar Meiska yang malu sekaligus takut.

"Ayo, duduk!" perintahnya pada Meiska untuk menuju ke sofa di dalam kamar itu.

Gadis itu menurut, ia pun duduk di seberang posisi Tuannya.

"Hei, siapa yang menyuruhmu duduk lebih dulu daripada aku? Bangun!"

"Hah?" gadis itu kebingungan menanggapi perintah suaminya yang terdengar plin-plan. Gadis itu pun kembali berdiri.

"Duduk!" perintah Dion lagi saat dirinya baru saja terduduk.

Tadi aku disuruh duduk, lalu salah, sekarang di suruh duduk lagi. Yang benar mana?

"Tidak usah berkomentar, aku dengar hatimu sedang berbicara."

"Cepatlah kau baca dan pahami ini, Carla, jangan bertanya dan cukup pahami saja," ucap pria itu melemparkan sebuah berkas yang cukup tebal di depan Meiska.

"Carla itu siapa? Apa hantu di ruangan ini?" tanya Meiska menoleh ke kanan dan kiri, sepi tiada siapa pun kecuali dirinya.

"Ck, Carla itu gadis culun di depanku," ujarnya.

Entah mengapa melihat wajahnya, di mataku dia mirip seperti chipmunk.

"Oh, aku? Aku Meiska, bukan Carla. Dan aku tidak culun sebab aku tidak memakai kacamata," jelas Meiska dengan polosnya.

"Contract after marriage?" Mesika membaca tajuk dokumen itu.

"Sudah kubilang tidak boleh bertanya!" sentak pria itu.

"Hah? Aku tidak sedang bertanya, hanya sedang mengeja!" ujar Meiska tidak kalah serunya.

"Banyak bicara kau, cepat tanda tangani!" sentaknya.

Segera Meiska menandatangi di bagian akhir tanpa membaca dengan saksama apa yang tertulis di dokumen itu.

Alis pria itu terangkat sebelah, "Memangnya kau tahu apa isi dokumen itu?"

Dengan santainya gadis itu hanya menggelengkan kepala.

"Kenapa cepat setuju?"

"Aku tidak paham bahasa asing, di sini semua pakai bahasa asing. Lalu, kau bilang aku tidak boleh bertanya. Dan kupikir, di sini akan lebih baik daripada kehidupanku di rumah Mam Julia. Benar, kan? Kalau aku tidak setuju dengan kontrak perjanjian ini, aku akan kabur saja. Kita tidak pernah menikah, karena yang kau nikahi Kak Jessica bukan Meiska, jadi aku bebas kemana saja," katanya dengan gembira.

Jari pria itu menunjuk pada wajah gadis di depannya. "Heih, tak semudah itu chipmunk. Di sini tertera bahwa perjanjian kontrak ini atas namamu sebagai pihak kedua, dan aku pihak pertama. Jika kau melanggar, kau harus membayar denda 500 juta setiap kesalahannya," jelas pria itu membuka bagian dokumen yang disebutkan.

"Apa? 500 juta? Aku uang darimana?" Meiska memekik.

"Sayangnya kau tidak berhak bertanya dan terima kasih sudah tanda tangan, jadi terimalah saja konsekuensinya," ujar pria itu lantas melenggang pergi.

"Bagaimana jika aku tidak mampu membayar dendanya?" tanya gadis itu mampu menghentikan langkah kaki pria di depannya.

"Jangan membuat kesalahan atau menebusnya dengan cara lain, mudah saja," jawabnya enteng lalu meninggalkan gadis itu yang termangu menyesali perbuatannya yang ceroboh.

"Cara lain seperti apa?"

Chapter 3. Panggil Aku Chipmunk (done)

"Jessica!"

"Jessica!" suara itu menggema dari lantai bawah.

"Dimana dia?" tanya Dion pada pelayan rumahnya.

"Nona, nona tidak membuka pintunya, Tuan," ujar pelayan itu dengan takut-takut.

Brak! Pintu kamar Meiska terbuka lebar karena didobrak paksa oleh Dion menggunakan kakinya. Beberapa pelayan suruhannya tidak ada yang becus melaksanakan tugas, akhirnya dia pun yang turun tangan sendiri.

"Hai, Chipmunk! Bangunnn!" ujarnya memekik di telinga gadis yang sedang tertidur pulas dengan mulut menganga.

"Ah, iya, Mam. Maaf, Mam! Iya, ada apa?" sontak Meiska merespons dengan cepat berdiri dan melompat dari ranjangnya dan segera membereskan tempat tidur, lalu berdiri setegak yang dia bisa di depan orang yang memanggilnya.

Namun, sayang saat sudah tersadar sepenuhnya, yang dia lihat di depan mata bukan sang Mama atau kakaknya, tetapi orang lagi dan lagi dia seorang pria.

"Hah? Kau?! Kenapa bisa ada di kamarku?" ujarnya setelah sadar dengan apa yang terjadi. Dia melongok ke arah pintu dan benar di sana telah terbuka lebar.

Dia ingat sudah pindah rumah dan semalam pintu kamar ini sudah dikunci.

"Kau lupa dengan isi perjanjian itu? Pelanggaran pertama! 500 juta, berikan padaku," ujar pria itu menyodorkan tangannya.

"Apa? Pelanggaran? Salahku apa?" ujar gadis itu tidak terima.

"Tidak menemaniku sarapan di meja makan pagi hari," ucap pria itu.

"Aku mana tahu ada peraturan seperti itu," protes Meiska.

"Kesalahan kedua! 1 miliar," ujar Dion mudah.

"Hah? Apalagi salahku, Tuan?!"

"Kau memrotes atas kesalahanmu. Satu miliar, mana cepat berikan, bukankah kau anak orang kaya, hah?"

"Mam Julia yang kaya, bukan aku. Aku hanya anak angkat dan pesuruhnya saja," jawab Meiska.

"Pesuruh? Ck! Minta pada mamamu uang untuk menebus dosamu, cepat!" bentaknya menggema.

"Apa? Ta-ta-tapi, aku mana berani tuan. Jangan begitu, lebih baik aku menebusnya dengan cara lain saja. Katakan saja apa yang harus kulakukan untuk mengganti denda itu."

Hem, menarik sekali tawarannya itu.

"Baiklah, kalau kau tidak mau menggantinya dengan uang, maka cium kakiku saja," ucap Dion dengan pongah, dia melipat kedua tangannya, lalu mengetuk-ketukan ujung sepatunya sebelah kanan yang runcing.

"Apa?! Cium kaki?"

Ya Tuhan, seumur hidup aku belum pernah mencium kaki siapa pun, Tuhan. Kenapa pria ini berani sekali menyuruhku?

"Cepat, kalau tidak bayar segera dendamu sekarang juga!"

"Auh, baiklah-baiklah," Meiskan menurut. Dia mulai berlutut dan secara perlahan membungkukan tubuhnya.

"Haha. Chipmunk yang bodoh!" ujar pria itu saat Meiska benar-benar mencium ujung kaki pria itu.

"Besok lagi, jangan kau ulangi. Paham?"

Meiska hanya mengangguk patuh, entah apa saja isi kontrak itu dia belum tahu sama sekali.

"Tuan," panggilnya sendu menghentikan langkah pria itu di ujung pintu.

"Boleh aku membaca ulang kontrak itu supaya aku tidak lagi membuat kesalahan, aku menyesal tidak membacanya dengan benar," ucap Meiska dengan penuh belas kasihan.

"Kak, maaf apa kau sedang sibuk?" gadis it7 mendekat pada seorang pelayan yang sedang mengepel lantai ruang tamu.

Wanita muda yang memakai seragam maid yang terlihat belum terlalu tua, dengan begitu Meiska merasa wanita itu bisa membantunya membacakan apa isi kontrak itu.

"Kenapa, Nona?" tanya wanita itu.

"Aku ingin meminta bantuanmu. Apa kau bisa membacakan isi kontrak ini? Semua pakai bahasa inggris, aku tidak mengerti," ujar Meiska.

Sekilas pelayan itu melihat sejenak berkas yang dibawa di tangan Meiska sebelum dia menganggukan kepalanya.

Dengan satu per satu kalimat yang dibacakan kemudian diartikan oleh pelayan itu, Meiska menjadi paham apa saja isi kontrak itu yang tentu saja isinya hanya menguntungkan pihak pertama lebih banyak.

"Saya harus menjadi pelayan pribadinya, intinya seperti itu, kan,– ah, siapa namamu? Kita belum sempat berkenalan," kata Meiska yang tersadar belum mengetahu nama pelayan wanita muda itu.

"Aisya, Nona," ujar pelayan itu.

"Aisya, sangat indah namamu. Aku Meis, oh Jessica," ujar Meiska mengakui dirinya sebagai Jessica karena seusai dengan perintah Mam Julia, dia harus menyamar sebagai Jessica entah sampai kapan.

Mungkinkah seumur hidupku, aku akan menyamar menjadi Kak Jessica?

"Nona Jessica? Kekasih dan tunangan Tuan yang dulu? Aku kira–"

"Huh, kenapa?"

"Aku mengenal baik Nona Jessica jika dia tunangan Tuan, tetapi kenapa aku merasa berbeda dengan wajah Anda? Dan, mengapa di kontrak ini tertulis nama Meiska, bukan Nona Jessica? Meiska itu siapa?" tanya pelayan itu.

"Hussssttt! Jangan keras-keras. Aku Meiska, tadi kan di dalam kontrak itu disebutkan jika aku harus menyamar menjadi Jessica? Ya, akulah Meiska itu, Jessica itu kakakku," Meiska membekap mulut pelayan bernama Aisya itu.

"Tapi, bukannya Tuan sangat mencintai Nona Jessica–"

"Iya, itulah masalahnya. Aku pun tidak tahu, tahu-tahu aku dinikahi olehnya," ujar Meiska.

"Aku tidak berniat menikahmu, ingat itu!" seseorang tiba-tiba muncul dari balik pintu.

Sontak, pelayan yang semula duduk di atas ranjang Meiska langsung bersimpuh di lantai seketika melihat siapa yang datang dari balik pintu itu.

"Kau melakukan pelanggaran ketiga kalinya, Chipmunk!" tudingnya pada Meiska.

"Pelanggaran yang mana lagi, Tuan? Hari ini aku bahkan belum melakukan apa pun," ujar Meiska.

"Pelanggar keempat, sebab kau protes. Lima ratus juga empat kali,"

"Empat kali? Yang benar saja? Pagi tadi sudah cium kaki itu apa?" sentak Meiska.

"Aku yang berhak menghitung berasa sisa dendamu, jangan kau lancang mengguruiku," ujarnya saling menantang.

"Jadi yang benar, hutangku sisa berapa?"

"2 miliar kurang 500 ribu," jawab Dion.

Wajah Meiska menekuk seketika. "Cium kaki hanya dihargai potongan 500 ribu?" ujarnya tidak habis pikir.

"Makanya patuh! Aku tidak suka diprotes begitu," ujarnya lalu pergi meninggalkan ruangan itu.

"Oh, ya. Lanjutkan yang tadi, ya, Aisya. Maaf, sempat iklan. Maksudku aku diminta Mam-ku untuk menjadi pengantin pengganti karena Kak Jessi alias Jessica kekasih Tuanmu itu pergi saat hari pernikahannya. Panjang ceritanya, nanti kamu pusing," ujar Meiska.

"Baik, Nona."

"Dan kenapa kau masih duduk di bawah? Kemarilah, di sebelahku. Aku bukan ratu, jadi kemarilah," Meiska menepuk sisi ranjangnya. Pelayan itu hanya menatap Meiska yang penuh dengan senyum di wajahnya sejak pertama kali berbicara dengannya.

Dia baik sekali, berbeda dengan Nona Jessica yang itu.

"Saya takut pada Tuan, Nona," ujar wanita muda bernama Aisya itu.

"Ini kamarku, jadi jangan takut. Dia sudah pergi, tidak sepatutnya orang takut pada sesama orang juga," ujar Meiska menarik lengan Aisya untuk duduk di sebelahnya.

"Jangan panggil aku Nona, cukup Mei. Oh, jangan. Chipmunk saja, itu lebih baik karena identitasku rahasia di sini. Jangan pernah memberi tahu nama asliku pada siapa pun ya, aku mohon." pinta Meiska.

"Baik, Non. Oh, Chipmunk," ujar Aisya tergagap karena harus memanggil nona dengan sebutan baru.

Meiska tertawa mendengar orang lain memanggilnya Chipmunk. Dia merasa geli saat mendapat panggilan baru dan yang terbayang di pikirannya hanya sosok binatang kecil kelompok pengerat yang suka hidup di pohon.

Aku jadi chipmunk, hahaha.

"Kenapa dia terlihat bangga dengan nama olokan dariku itu?" seseorang di dekat pintu itu berbisik di dalam hati mendengar suara tawa sebab julukan Chipmunk yang Meiska terima.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!