NovelToon NovelToon

Nafkah 20 Juta Sehari

Dipecat

PRANG!!

Tanpa sengaja, Shana menjatuhkan nampan berisi makanan pesanan pelanggan di restoran tempatnya bekerja.

"Aduh bagaimana sih mbak? Saya udah nunggu lama loh. Tapi pesanan saya malah jadi berantakan begini sekarang!"

Sentak seorang wanita paruh baya, saat melihat makanan pesanannya berhamburan di atas lantai.

"M-maaf bu, saya benar-benar gak sengaja"

Ucap shana tergugup.

Untuk kesekian kalinya, Shana melakukan kesalahan berbeda di restoran tempatnya berkerja hari ini.

Salah mengantar pesanan, tidak fokus saat mencatat pesanan pelanggan, dan kali ini menjatuhkan nampan berisi makanan pesanan pelanggan.

Shana tidak bisa fokus bekerja hari ini, karna gadis itu baru saja mendapat surat peringatan dari pihak kampusnya. Shana sudah menunggak uang SPP selama berbulan-bulan, dan terancam di DO dari kampusnya.

"Maaf bu, sekali lagi kami mohon maaf. Sebagai permintaan maaf kami. Ibu dan keluarga boleh makan sepuasnya di restoran kami tanpa harus membayar"

Alan manager di restoran tempat Shana bekerja, menengahi keributan yang terjadi antara Shana dengan salah satu pengunjung restoran mereka.

"Ok, kali ini saya maafkan. Tapi, sebaiknya karyawan seperti dia tidak usah di pekerjakan di restoran ini lagi."

wanita paruh baya itu menatap tajam ke arah Shana penuh dengan amarah.

***

***

"Shana, sebenarnya ada apa dengan kamu? Kenapa hari ini kamu melakukan begitu banyak kesalahan?"

Alan menegur Shana dengan cara yang lembut, walaupun kesalahan Shana sudah sangat banyak. Karna diam-diam duda satu anak itu menaruh hati pada gadis cantik di hadapannya.

"Maaf pak..hari ini saya sedang punya banyak masalah, jadi tidak bisa fokus dalam bekerja."

Jawab Shana dengan wajah lesunya.

Sudah 2 tahun terakhir ini, Shana bekerja di salah satu restoran besar yang ada di ibu kota. Jadi dia sudah cukup akrab dengan semua karyawan di restoran tersebut, termasuk dengan Alan sang manager.

"Memangnya kamu punya masalah apa? Kamu boleh cerita kalau kamu mau, siapa tau saya bisa bantu."

Alan beranjak dari tempat duduknya, lalu bepindah posisi jadi berdiri di sebelah Shana. Alan memegang pundak gadis itu dengan lembut, bermaksud untuk menguatkan.

"saya baru dapat surat peringatan dari kampus karna telat bayar SPP, dan saya juga terancam di DO jika tidak segera melunasinya"

Tanpa ragu dan rasa curiga, Shana menceritakan semua masalahnya pada Alan.

"Oh..gitu. Saya bisa bantu kamu untuk melunasi biaya kuliah kamu Shana, bahkan sampai kamu lulus kuliah. Tapi ada syaratnya."

Alan semakin mengeratkan pegangan tangannya di pundak Shana dan sesekali mengelusnya. Hal itu membuat Shana merasa tidak nyaman.

"Memang syaratnya apa pak?"

Shana sedikit mengangkat kepalanya, agar bisa melihat wajah Alan dengan lebih jelas.

"Layani dan puaskan aku untuk malam ini."

Bisik Alan di telinga Shana. Tangannya yang semula ada di pundak Shana sedikit Ia turunkan ke arah buah dada gadis cantik itu.

Duda satu anak itu tidak bisa menahan hasratnya lagi, apalagi kini dia hanya berdua saja dengan Shana di ruangan kantornya.

PLAKKK!!

Bukannya mendapat jawaban yang di harapkan, sebuah tamparan dari tangan mulus Shana berhasil mendarat sempurna di pipi Alan.

"kurang ajar berani kamu Shana!?"

Alan mengepalkan tangannya dan nyaris membalas tamparan Shana.

Kring...kring..

Untungnya bunyi dering telepon menyelamat Shana kala itu.

"Memangnya bapak pikir saya cewek apaan? Walaupun saya butuh banyak uang tapi saya tidak akan pernah menjual diri seperti itu"

Shana tak gentar berbicara lantang terhadap lelaki mesum di depannya.

"Jangan munafik kamu Shana! Saya bisa memecat kamu sekarang juga kalau kamu tidak mau menerima tawaran saya!"

Sentak Alan tak kalah lantang dari Shana.

Perdebatan Shana dan Alan sampai terdengar pula oleh karyawan restoran yang lainnya, yang kebetulan berada tak jauh dari ruangan Alan.

Tapi mereka hanya bisa diam, tanpa berani mencari tahu apa yang tengah terjadi di dalam ruangan sang manager.

"Lebih baik saya di pecat dari pada harus menjadi pemuas nafsu lelaki hidung belang seperti anda!"

Shana melepaskan kalung Id card yang menjadi tanda kalau dia adalah karyawan di restoran itu, dan meletakannya dengan kasar di atas meja kerja Alan.

"Ok, kalau itu mau kamu! Sekarang juga kamu di pecat dari restoran ini tanpa pesangon sepeserpun. Gaji kamu bulan ini akan di gunakan untuk membayar ganti rugi atas kerugian yang kamu timbulkan hari ini."

Alan menatap tajam ke arah Shana. Tatapannya kali ini berbeda dengan tatapan Alan sebelumnya, yang selalu menatap gadis cantik itu penuh gairah.

***

***

Sepulangnya dari restoran, Shana berjalan dengan gontai menuju ke arah rumahnya. Begitu banyak masalah yang terjadi dalam hidupnya hari ini, Shana merasa sangat lelah.

Namun sesampainya di rumah, alih-alih mendapat kedamaian saat berada di rumah. Shana justru di sambut oleh suara teriakan Vera dan Jefry, orang tua Shana. Mereka tengah bertengkar hebat saat Shana tiba di rumah.

"Sudah papa bilang jangan beli barang-barang yang tidak penting seperti ini! Sekarang kita sedang kesulitan ekonomi mah. Cicilan di bank sudah menumpuk, belum lagi biaya cicilan mobil yang sudah menunggak 2 bulan."

Sentak Jefry pada Vera sang istri, yang baru saja pulang shoping di mall dengan teman-teman arisannya.

Berbagai macam kantong belanjaan berisi tas dan pakaian berserakan di atas lantai, sepertinya Jefry telah melempar barang-barang belanjaan milik Vera dengan kasar.

"Tapi mama malu pah kalau gak beli apa-apa. Masa mama cuma ngelihatin temen-temen mama belanja, mau di taruh di mana muka mama nanti?!"

Vera masih membantah perkataan Jefry, walaupun Vera menyadari bisnis suaminya itu sedang berada di ambang ke hancuran sekarang.

Tapi rasa gengsi dan sifat arogannya masih belum tergoyahkan, Vera tidak mau kalah dari teman-teman sosialitanya dalam soal gaya hidup mewah.

Shana tak mau melihat pertengkaran orang tuanya lebih lama lagi. Diam-diam Shana menuju lantai atas, karna di sanalah kamarnya berada.

Alih-alih bisa bercerita atas kejadian tak menyenangkan yang telah di terimanya dari Alan hari ini, dengan terpaksa Shana harus menelan semua kepahitannya sendiri.

Belum lagi soal uang SPP yang menunggak, dan tentang dirinya yang kehilangan pekerjaan hari ini. Jika bercerita pun sudah pasti orang tuanya tak akan mengerti. Shana semakin frustasi.

Arrggghh!!

Shana membanting tubuhnya di atas ranjang dengan kasar, tanpa sadar cairan bening lolos begitu saja membasahi pipi mulusnya.

"Kenapa hidup gue jadi kayak gini sih?!"

Keluh Shana, cairan bening semakin deras mengalir dari sudut matanya.

Shana merenung sembari menatap langit-langit kamar. Beberapa tahun yang lalu saat bisnis ayahnya belum goyah, keluarga Shana adalah keluarga yang harmonis.

kepulangan Shana ke rumah saat pulang sekolah, selalu di sambut ramah oleh Vera sang ibu. Dan tentunya shana tidak harus cape-cape bekerja di restoran untuk mencari nafkah.

Namun roda kehidupan memang berputar, semua berubah dalam beberapa tahun saja.

Untuk menghibur diri Shana menyalakan televisi yang ada di kamarnya.

"Kabarnya, Slavina Istri dari artis no satu di Ibu kota, mendapat uang nafkah sebesar 50 juta dalam sehari."

Penggalan suara narator dari acara gosip yang tayang di televisi, mengalihkan perhatian Shana dari rasa sedihnya.

"Wah..50 juta sehari? Pasti enak ya kalau jadi istri seorang sultan."

Shana terbuai dalam lamunannya.

Bersambung🤍

perjodohan

"Wah...50 juta sehari? Pasti enak ya jadi istri seorang sultan"

Shana terkagum pada sepasang suami istri yang merupakan artis top no 1 di ibu kota itu.

Kebetulan, profil mereka sedang tayang di acara infotaiment yang Shana tonton.

"Gak usah 50 juta sehari deh, 50 juta sebulan juga cukup." Batin gadis cantik itu.

Shanapun terbuai dalam lamunannya.

Tok! Tok! Tok!

Suara ketukan pintu menyadarkan Shana dari lamunan singkatnya. Gadis cantik itu menyeka air matanya, kemudian berlalu ke arah pintu kamar yang sebelumnya sengaja Ia biarkan terkunci.

"Mama? masuk Mah" Ucap Shana.

Vera berdiri di balik pintu kamar sang putri, saat Shana membukanya.

Wanita paruh baya itu tersenyum ke arah Shana, kemudian masuk ke kamar putri bungsunya.

"Ada apa mah?" Tanya Shana.

"kamu kenapa Nha, muka kamu lesu gitu?" Vera balik bertanya, tanpa menjawab pertanyaan sang putri.

Walau bagaimanapun, Vera tetaplah sosok seorang Ibu. Vera merasa khawatir karna sejak Shana pulang ke rumah tadi sore, gadis itu terus mengurung diri di dalam kamarnya tanpa berkata sepatah katapun kepada kedua orang tuanya.

"Gakpapa kok mah, cuma lagi capek aja."

Jawab Shana berbohong. Begitu banyak masalah dalam hidupnya, sampai Ia merasa bingung harus menceritakan yang mana. Jadi Shana memilih diam.

"Kamu yakin? Mama ini orang yang melahirkan kamu ke dunia ini, jadi Mama tahu kapan kamu sedang berbohong atau tidak."

Shana menyunggingkan senyumnya mendengarkan ucapan Vera, tak ada keinginan untuk membagi dukanya itu pada siapapun, termasuk pada Vera mamanya sendiri.

"Ya udah dari pada kamu BT di rumah, temeni mama belanja bulanan aja yuk?"

Shana menatap tajam ke arah Vera. Baru tadi sore Shana melihat kedua orang tuanya bertengkar, karna kebiasaan Vera berbelanja barang-barang yang tak penting. "Sekarang malah ngajak belanja lagi." Batin Shana.

"Stok bahan makanan di kulkas sudah habis, sabun cuci dan lainnya juga habis. Sekalian mama mau balikin pakaian dan tas yang tadi mama beli"

Ujar Vera sembari menundukan wajahnya.

"Yuk, kita berangkat sekarang aja Mah, takut keburu malem."

Awalnya Shana malas menemani Vera belanja bulanan, tapi Ia tak tega jika membiarkan Vera pergi belanja sendirian.

Apalagi setelah Shana melihat ada penyesalan di wajah sang Mama.

***

***

Usai mengembalikan tas dan pakaian yang tadi siang Vera beli. Mereka menuju ke tempat belanja yang menyediakan berbagai macam barang dan kebutuhan rumah tangga.

"Kenapa kita gak belanja di pasar tradisional aja sih mah? Di sana harga-harganya jauh lebih murah daripada di sini"

Ujar Shana sambil mendorong troli belanjaan, mengekori Vera yang sedang sibuk memilah dan memilih barang apa saja yang akan mereka beli.

"Pasar? Seumur-umur mama belum pernah belanja di pasar. Pasti panas dan pengap banget karna gak ada ACnya"

Vera menyunggingkan bibirnya saat mendengar kata pasar, sejak kecil Vera sudah terbiasa hidup mewah.

Seumur hidupnya tak pernah sekalipun Vera menginjakan kakinya di pasar tradisional.

"Gak kok mah. Pasar tradisional sekarang udah bagus-bagu kok. luas, bersih, nyaman deh buat belanja." Beritahu Shana.

Selama bekerja di restoran, Shana sudah terbiasa menemani bu Lusy Owner di restoran tempatnya bekerja.

Bu Lusy selalu belanja berbagai macan kebutuhan restoran di pasar tradisional, jadi sedikit banyak Shana hapal perbandingan harga antara di pasar dan di Mall yang cukup jauh selisihnya.

"Ya sudah, lain kali mama akan coba belanja di pasar. Tapi kamu temenin Mama ya."

"siap mah!"

Vera mencoba mengikuti saran dari Shana. Kondisi keuangan mereka juga tidak sebaik dulu, tidak ada salahnya Vera merubah gaya hidupnya.

***

***

Vera dan Shana baru selesai belanja tepat pukul 21.00 malam.

Mereka memasukan barang belanjaannya ke dalam mobil, yang entah sampai kapan bisa mereka miliki. Karna cicilan mobil itu sudah menunggak selama 2 bulan.

Jika bulan depan mereka tidak mampu membayar cicilan juga, mobil itu akan segera di tarik leasing.

"Mah aku ke toilet dulu ya" Ucap Shana yang tiba-tiba merasa kebelet.

"Iya, tapi jangan lama-lama ya!" Pesan Vera.

"Ok mah" Balas Shana, lalu pergi ke arah toilet dengan sedikit berlari.

***

"Aduh, Shana mana sih? Kenapa lama banget?" Gumam Vera sembari melihat ke arah jarum jam yang melingkar di tangannya.

10 menit sudah Vera menunggu Shana, namun gadis itu belum juga kembali dari toilet.

"Vera? Kamu Vera kan?"

Tanya seorang wanita sebaya Vera kepadanya.

"Anggi? Kamu Anggi ya?"

Vera balik bertanya.

"Iya, wah..sudah berapa lama kita gak bertemu?"

Anggi nampak antusias bertemu dengan sahabatnya semasa kuliah dulu.

"Kayaknya sudah puluhan tahun, sekarang saja cucuku sudah mau tiga"

Ucap Vera setelah mereka saling berpelukan untuk melepas rindu.

"Hmmm...jadi Shaira sudah menikah? Padahal aku kepikiran buat jodohin Shaira sama Alvin?"

Anggi sedikit kecewa.

"Loh..memangnya Alvin belum menikah juga sampai sekarang?"

Vera mulai penasaran dengan kisah hidup sahabat lama serta keluarganya tersebut.

"Nah itu dia yang bikin aku pusing. Sebentar lagi Alvin berusia 30 tahun, tapi gak pernah sekalipun dia ngenalin cewek buat di jadiin calon istrinya ke kita. Padahal aku udah pengen nimang cucu lho Ver."

Tanpa ragu Anggi menceritakan keluh kesahnya pada Vera, karna dulu mereka adalah sahabat.

"Hmmm gitu ya..sebenarnya aku masih punya satu anak gadis lagi sih, namanya Shana. Gak kalah cantik kok dari kakaknya" Kata Vera.

"Ah..yang bener kamu? Boleh dong kalau anak-anak kita jodohin, kan seru kalau kita jadi besan nanti."

Anggi nampak antusias.

"boleh aja, tapi aku bilang ke papanya anak-anak dulu ya" Balas Vera.

"Ok, santai aja Ver. Tapi kalau suami kamu sudah setuju, cepet kabarin aku ya"

Kemudian mereka saling bertukar no ponsel, puluhan tahun tak bertemu membuat Vera dan Anggi kehilangan kontak satu sama lain.

"Ver, aku duluan ya. Ada keperluan mendesak, nanti kamu kabarin aku ya." Pamit Anggi.

"Loh kok buru-buru, gak mau ketemu Shana dulu? Kebetulan dia masih ke toilet." Balas Vera.

"Pengen sih Ver, tapi lain kali aja ya. Nanti aja ketemunya sekalian lamaran"

Kata Anggi penuh harap.

"Ok. Mudah-mudahan anak kita berjodoh ya"

Ucap Vera, dan langsung di aminkan oleh keduanya.

Setelah berpamitan Anggi benar-benar pergi mengendarai mobilnya, meninggalkan Vera yang masih berdiri di parkiran. Menunggu Shana yang tak kunjung kembali dari toilet.

Tak lama kemudian, akhirnya yang dinanti datang juga.

"ya Ampun Shana! Kamu ke toilet apa ke planet Mars sih? Lamaaa---banget mama nunggu kamu. Sampe mama digigit nyamuk kayak gini."

Keluh Vera, sembari menggaruk tangannya yang gatal. Di tangan mulusnya kini terdapat beberapa bintik merah akibat gigitan nyamuk.

"Maaf mah, antrian di toiletnya panjang"

Jawab Shana apa adanya, karna memang di toilet tadi antrinya sudah seperti antri sembako saja.

***

"Nha, kamu gak punya pacar kan?"

Tanya Vera saat mereka sudah ada di dalam mobil.

"Gak. Emang kenapa mah?"

Shana menengok ke arah sang mama, karna merasa pertanyaan Mamanya itu tak biasa.

"Mama mau ngenalin kamu sama anak teman mama."

Ucap Vera sambil terus mengemudikan mobilnya.

"Gak ah Mah, apaan sih!"

Balas Shana sembari mengerucutkan bibirnya.

"Temui dulu aja sayang, siapa tahu kalian jodoh. Mereka bukan orang sembarangan loh, mereka pengusaha sukses. Siapa tahu kalau kamu nikah sama anak temen mama nanti, mereka bisa bantu perusahaan papa kamu supaya maju lagi." Kata Vera antusias.

"Huhf jadi mama mau menggadaikan aku ke mereka gitu? Supaya perusahaan papa gak jadi bangkrut?"

Shana merengut kesal, haruskah Shana menerima perjodohan itu demi menyelamatkan perusahaan papanya.

Pertemuan

"Pah, tau gak tadi mama ketemu siapa di Mall?"

Ketika sampai di rumah, Vera begitu antusias untuk menceritakan pertemuannya dengan Anggi kepada Jefry sang suami.

Vera tak peduli sama sekali dengan Shana yang langsung menuju lantai dua dengan muka masamnya.

"Ketemu siapa, mantan kamu?"

Tebak Jefry, setelah melihat wajah istrinya begitu sumringah.

"Ish, ngaco kamu pah! Tadi aku ketemu Anggi." Beritahu Vera.

"Anggi? Anggi teman kuliah kamu dulu mah?"

Tebak Jefry lagi, namun kali ini tebakannya tak meleset.

"Iya bener, katanya anak tunggalnya itu belum menikah sampai sekarang loh pah. Anggi mau jodohin anaknya dengan anak kita? Kamu setuju kan pah?"

Tanya Vera antusias

"Ck. Emangnya si Shana mau di jodohin?" Balas Jefry.

"Shana urusan gampang pah, nanti mama bujuk dia. Yang penting papa setuju kan?" Ucap Vera.

"Suaminya Anggi pengusaha sukses lho pah, siapa tau kalau kita jadi besan mereka, mereka bisa bantu perusahaan kita supaya bangkit lagi" Lanjut Vera lagi.

"Hmmm..boleh juga. Kapan lagi kita punya besan pengusaha sukses? Daripada Shana menikah dengan orang yang salah. Jangan sampai Shana kayak kakaknya yang cuma punya suami seorang polisi."

Akhirnya Jefry luluh juga dan menyetujui perjodohan itu.

"Jadi kamu setuju pah? Kalau gitu mama hubungi Anggi sekarang ya." Kata Vera dengan wajah sumringahnya.

Jefry pun menganggukan kepalanya sebagai tanda setuju.

***

***

"Jadi suami kamu setuju Ver, dengan perjodohan Alvin dan Shana?" Anggi memastikan apa yanga baru saja ia dengar dari Vera lewat sambungan telepon.

"Oke, secepatnya kami akan datang ke rumah kamu untuk melamar Shana." Beritahu Anggi dengan mata berbinarnya.

Tut...tuttt! Panggilan telepon antara Vera dan Anggi terputus.

senyum Anggi merekah, saat mendengar Jefry sudah setuju dengan perjodohan anak-anak mereka.

"Alvin, hari minggu Lusa kosongkan jadwal kamu! Kita akan berkunjung ke rumah calon istri kamu untuk lamaran."

Ujar Anggi antusias, kala melihat Alvin baru pulang dari nge gym olahraga rutinnya setiap hari.

"Apaan si mah, calon istri siapa?"

Alvin pura-pura tak mengerti, padahal pria tampan itu sangat paham dengan maksud sang mama.

Karna ini bukan pertama kalinya Anggi mencoba menjodohkan Alvin, sudah puluhan wanita hendak di jodohkan dengannya dan sebanyak itu pula Alvin menolak perjodohan tersebut.

Alvin adalah pria yang tampan serta pewaris tunggal di perusahaan yang didirikan papanya, jadi bukan hal yang sulit untuknya mencari calon Istri.

Namun pengkhianatan yang di lakukan Alice mantan tunangannya 5 tahun yang lalu, begitu meninggalkan luka yang mendalam di hati pria tampan itu.

Hingga kini Alvin tak pernah tertarik lagi menjalin hubungan dengan wanita manapun.

"Sudah, kamu nurut saja apa kata mama! Gadis ini anak dari sahabat Mama waktu kuliah dulu, jadi kamu harus setuju dan gak boleh nolak!"

Gertak Anggi pada sang putra, namun tak sedikitpun membuat Alvin gentar.

"Ya, tapi aku gak janji mah"

Jawab Alvin dengan wajah datarnya, pria itu pergi meninggalkan sang mama lalu berjalan menuju ke arah kamarnya.

***

***

Hari pertemuan pun tiba.

Alvin duduk di sofa singel yang berada di ruang tamu rumah Jefry, sedangkan mama dan papanya duduk di sofa yang lebih panjang.

Mau tak mau Alvin menuruti keinginan sang mama untuk menemui gadis yang akan di jodohkan dengannya.

"Mama harap kamu gak bikin ulah kali ini, sudah saatnya kamu harus menikah. Mama udah kepengen nimang cucu!"

Ultimatum Anggi pada putranya, karna yang sudah-sudah Alvin selalu berulah dan membatalkan perjodohan yang sudah dirancang olehnya.

"kalau mama mau cucu aku bisa kasih secepatnya tanpa harus repot-repot menikah."

Jawan Alvin ceplas-ceplos dengan gaya santainya.

"Hust, sembarangan kamu. Mama mau cucu yang sah, yang lahir dari istri kamu. Bukan anak di luar nikah!"

Anggi membulatkan matanya ke Arah Alvin.

***

"Jadi bagaimana pak Jefry? Apa pak Jefry menerima lamaran kami untuk Shana putri anda?"

Tanya Herman papanya Alvin dengan wajah penuh wibawa dan ketenangan.

"Saya bagaimana anak-anak saja pak Herman. Ini kan bukan zaman Siti Nurbaya lagi, saya serahkan semua keputusan pada Shana dan Alvin saja."

Jefry sedikit berbasa-basi padahal diapun sangat mengharapkan perjodohan ini terjadi, apalagi tujuannya kalau bukan untuk menyelamatkan perusahaannya yang sedang di ambang kehancuran.

"Oh ya, dimana Shana? Dari tadi kami belum melihat calon menantu kami itu?"

Anggi dengan yakinnya memanggil Shana dengan sebutan calon menantu, padahal Ia belum sekalipun melihat sosok Shana.

"Nah itu dia Shana."

Jefry menunjuk ke arah tangga, dimana ada Shana yang didampingi Vera berada.

Anggi sangat terkejut melihat sosok Shana, yang tak lain adalah pelayan restoran yang telah menjatuhkan makanan pesanannya tempo hari, begitupun dengan Shana yang tak kalah terkejutnya.

"Gawat itu kan Ibu-ibu cerewet yang gak sengaja makanannya aku jatuhin tempo hari."

Gumam Shana dalam hati.

"Ini Shana putri kami."

Jefri memberi isyarat pada Shana agar mencium tangan calon mertuanya, Shanapun menurut.

"Wah cantik ya, Vin."

Ucap Herman sembari menatap ke arah putranya.

"hmmm. Biasa aja"

Balas Alvin dengan wajah datarnya. Netranya masih fokus menatap ke arah ponsel, tak sedikitpun tertarik menatap ke arah gadis cantik di hadapannya.

"Aduh ini pasti cuma mimpi buruk, jangan sampe gue punya mertua galak and suami kaku kayak kanebo kering macam gitu"

Gerutu Shana dalam hati, saat melihat calon suami dan mertuanya.

"Shana, sini duduk sayang."

Ucap Anggi ramah, Ia singkirkan kenangan buruk tentang pertemuan pertamanya dengan Shana yang kurang menyenangkan. Karna wanita paruh baya itu tidak mau anaknya gagal menikah lagi.

"I-iya tante"

Shana menurut walaupun awalnya Ia nampak ragu.

Anggi memang terlihat lebih lembut sekarang, berbeda dengan saat pertama mereka bertemu di restoran dulu. Namun Shana masih ragu dengan kebaikan calon mertuanya itu.

"Jangan-jangan ini cuma jebakan, sekarang dia bersikap manis. Nanti kalau udah jadi mertua baru nyiksa gue"

Shana terus berfikir negatif.

"Shana sibuk apa sekarang nak? Apa masih kuliah atau sudah kerja?"

Tanya Herman pada gadis muda dihadapannya.

"Shana masih kuliah om, sambil kerja juga. Tapiii...sekarang udah gak"

Jawab Shana ragu, sambil melirik Ke arah Anggi, karna walau bagaimanapun karna Anggilah Shana sampai kehilangan pekerjaannya.

"Oh gitu, kamu bersedia untuk menikah dengan Alvin putra om?"

Herman kembali bertanya.

Ingin rasanya Shana berkata "TIDAAAAKKK!!" namun Ia tahan, Shana akan mencari kata yang lebih halus untuk menolak perjodohan tersebut.

"Aku bersedia menikah, asalkan suamiku nanti bersedia untuk memberi nafkah sebesar 20 juta sehari."

Shana tak benar-benar serius mengucapkannya, hal itu Ia lakukan untuk menolak perjodohan secara halus. Shana berharap dengan permintaan konyolnya itu perjodohan akan dibatalkan.

"Shana jaga bicara kamu!"

Sentak Jefry sambil menatap tajam ke arah putrinya.

Bukan hanya Jefry kini semua orang menatap tajam ke arah dirinya, termasuk Alvin yang sedari tadi sibuk dengan ponselnya.

Alvin yang biasanya akan menolak perjodohan yang dirancang mamanya dengan tegas, justru merasa tertantang karna mendengar ucapan gadis dihadapannya.

"Hem...punya keistimewaan apa cewek ini sampai berani minta nafkah 20 juta sehari"

Alvin menatap Shana penuh selidik.

"Baiklah saya setuju untuk menikah dengan Shana." Jawab Alvin lugas.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!