NovelToon NovelToon

Bahagia Setelah Menikah

BAB 1 Bertengkar Dengan Paman

"Bi, lusa aku sudah mulai kerja,jadi besok udah harus nyari kost dekat tempat kerja." kataku sambil mendekati Bibi di dapur.

"Oh gitu," sahut Bibi, namun terlihat wajahnya tak senang. Tangannya sibuk mengiris sayur tanpa menatapku.

"Tolong beritahu Paman ya Bi, soalnya aku ngga takut ngomong langsung, kalo Bibi kan udah terbiasa gimana caranya ngomong biar Paman ngga marah." Lagi ku bujuk Bibi biar mau menuruti keinginanku.

Ya meskipun aku tau tabiat Bibi yang tak memihak padaku,namun tetap saja saat ini aku membutuhkannya untuk membujuk Paman. Ia isteri pamanku,aku rasa Bibi sudah terbiasa membujuk Paman dalam hal-hal yang penting.Apalagi aku sudah dianggap sebagai anak kandung oleh mereka semenjak Bapak dan Ibu meninggal.

Pamanku memiliki watak yang keras,merasa bahwa yang dipikirkannya adalah yang terbaik. Paman memiliki pikiran anak harus patuh pada keputusan orang tua,merasa bahwa orang tua yang harus menentukan pilihan hidup kedepannya.

Pemikiran seperti inilah yang paling tidak kusukai dari Paman. Pemikiran zaman dulu yang aku rasa sangat mengekang anak,yang pada akhirnya membuat para anak tidak bebas mengekspresikan diri.

Melihat Bibi seperti itu,segera kutinggalkan ia di dapur. Biarlah nanti esok ku bicarakan langsung pada Paman. Apapun resikonya akan aku hadapi. Tekadku sudah bulat untuk langsung bekerja.

Malamnya ku tata semua pakaian yang akan digunakan nanti di tempat kerja,sekalian pakaian rumah. Setelahnya aku memberi kabar pada Ken pacarku bahwa besok aku tetap akan berangkat. Ken sudah sedikit tahu tentang tabiat Paman dan Bibi. Jadi ia sedikit ragu aku bisa langsung bekerja.

Ken sudah mempersiapkan semua keperluanku di sana. Mulai dari kost sudah ia bayar untukku,bahkan kerjaan ia yang telah mencari peluang untukku.

Pagi-pagi sekali aku bangun,bergegas ke dapur memanaskan air untuk mengganti air termos sekalian untuk masak. Ku bereskan semua kerjaan di dapur agar tak diomelin Bibi atau kadang tak diberi muka. Hal seperti ini juga yang membuatku tak betah di rumah. Inginku cepat-cepat pergi dari rumah dan segera bekerja.

Bibiku adalah seorang guru di sebuah Sekolah Dasar sedangkan Paman hanyalah seorang petani. Mungkin karena ia guru makanya tak ingin bekerja di dapur. Ia memiliki pemikiran bahwa tugasnya mencari duit. Sisanya orang di rumah yang bekerja mulai dari memasak,mencuci dan pekerjaan rumah yang lain.

Setelah semua pekerjaan dapur beres aku bergegas ke kamar sambil menunggu Paman bangun. Beberapa menit kemudian terdengar Paman sudah bangun,dan tengah bersantai di teras rumah. Aku merasa inilah waktu yang tepat untuk meminta izin. Segera ku hampiri Paman di teras.

Mendengar langkah kaki mendekat,Paman segera menoleh padaku, sedikit terkejut melihatku pagi-pagi sekali menghampirinya dengan wajah serius namun sedikit takut.

"Paman,hari ini aku harus berangkat ke kota tempat pekerjaan yang baru. Soalnya besok sudah mulai bekerja. Hari ini aku sudah harus membereskan kost dan membeli perlengkapan selama tinggal di sana."

"loh,ngapain kamu kerja ke sana? Bukankah sudah Paman katakan nanti kamu buka usaha aja di rumah? Nanti dikasih modal sama Bibimu." jawabnya dengan wajah yang sudah terlihat marah.

"kok gitu? Kan dari awal aku udah bilang sama Paman dan Bibi,aku pulang dari Bali mungkin hanya beberapa hari di rumah akan langsung bekerja di kota. Pekerjaan itu sudah dipersiapkan untuk aku. Mana mungkin aku biarkan begitu saja. Sedangkan orang susah-susah cari kerja,kenapa aku sekalinya cari langsung dapat malah ku sia-siakan." balasku dengan rasa kesal.

"kamu itu kenapa susah sekali diberi saran? Paman sama Bibimu punya rencana yang baik buat masa depan kamu biar nanti ngga susah kerja sama orang."

"Aku tetap akan berangkat hari ini Paman,aku tak akan menyia-nyiakan pekerjaan yang sudah aku dapatkan."

"Terserah kamu,Paman tidak setuju dengan pekerjaanmu itu. Lebih baik kamu di rumah sambil jualan kecil-kecilan dari pada jauh-jauh ke kota bekerja."

"Jualan kecil-kecilan Paman bilang?terus siapa pembelinya?sedangkan tetangga kita semua rata-rata adalah penjual. Lagian mau dapat modal darimana Paman?" bantahku lagi.

Pengalaman dari bekerja di Bali membuatku bisa membaca keadaan di sekitar kami tidak memiliki peluang bisnis. Dan aku benar-benar tidak setuju dengan ide Paman. Lagian mau dapat modal dari mana? Buat makan kami serumah saja tidak cukup. Anak Pamanku sangat banyak. Gaji seorang guru sekolah dasar mana cukup membiayai kami semua. Apalagi mau modalin aku buka usaha,sangat tidak memungkinkan.

"Kalo kamu tetap bersikeras untuk bekerja di sana,Paman tidak perduli lagi dengan kehidupanmu. Atur saja semua sesuai keinginanmu. Paman sudah tidak mau tahu denganmu lagi." terlihat Paman semakin marah,ia terlihat mengepalkan tangan menahan amarah agar tak menamparku.

Melihat Paman seperti itu,segera aku ke kamar. Di sana ku tumpahkan tangisku yang sempat ku tahan saat berdebat. Aku merasa betapa Paman sangat egois. Bukannya merasa senang aku memperoleh pekerjaan di kota,malah dihalangi masa depanku.

setelah puas meluapkan emosiku lewat tangisan,segera ku tenangkan diri dan mulai berpikir jernih. Apakah aku harus patuh pada Paman atau tetap pada pendirianku untuk bekerja di kota dan mandiri.

Dalam keadaan kalut,tiba-tiba teringat akan Ken pacarku. Bergegas ku raih handphone yang ku tinggalkan di atas tempat tidur. Ku ceritakan masalahku pada Ken,bahwa Paman tidak ingin aku bekerja di kota.

"kamu sudah dewasa Kin,sudah saatnya kamu memutuskan sendiri untuk masa depanmu tanpa terpengaruh dari orang lain sekalipun itu Pamanmu. Kamu punya hak penuh atas masa depanmu. Pekerjaan yang aku cari untukmu saat ini tidak semua orang berkesempatan mendapatkannya. Kamu beruntung langsung bisa diberi kesempatan. Pikirkan lagi baik-baik sebelum nanti kamu menyesal." begitulah balasan pesan WhatsApp dari Ken ketika ku ceritakan perdebatan ku bersama Paman.

Mendapat balasan seperti itu dari Ken,semakin membuat aku yakin dengan keputusanku dari awal bahwa aku akan tetap berangkat kerja. Ku raih tas berisi pakaian yang telah tersusun rapih di samping tempat tidur dan ku letakkan di motor.

Paman terlihat masih setia duduk di teras rumah,segera ku hampiri dan berpamitan. Aku tak peduli dengan raut wajah penuh kemarahan itu.

"Paman,aku pamit berangkat sekarang."

"Terserah,itu pilihanmu aku tak perduli lagi denganmu yang tak mau mendengarkan ku." sahutnya tanpa menoleh padaku.

Aku diam saja tanpa membalas. Ku cari Bibi ,ternyata lagi tidur di kamar.

"Bi,aku pamit berangkat sekarang."kataku sambil memandangi punggung bibi.

"Ya." hanya itu jawaban bibi tanpa menoleh padaku.

Tak mau buang-buang waktu lagi,ku hidupkan motor dan segera pergi dari rumah. Dalam hati aku berdoa pada Tuhan,semoga keputusan yang aku ambil saat ini benar. Saat ini yang terpenting adalah bekerja dan tidak membebani Paman dan Bibi ku.

sebelumnya aku sudah terbiasa hidup mandiri bekerja di Bali.

Lagi asik dengan pikiranku,tiba-tiba bunyi notifikasi hp pertanda ada pesan masuk. ku hentikan motor di pinggir jalan, dan segera kuambil handphone yang ku letakan dalam saku jaket, siapa tau itu pesan WhatsApp dari Ken.

Ternyata DM masuk dari akun baru dan bukan salah satu follower ku,terlihat ada permintaan persetujuan mengizinkan pesan atau tidak. Segera ku tekan mengizinkan.

"Halo kak,maaf sebelumnya,aku hanya ingin bertanya,apakah kakak Kin adalah pacarnya Ken?" begitulah bunyi pesan dari akun baru.

Terlihat itu adalah akun wanita.

sejenak perasaan gelisah menghantuiku,namun untuk sementara waktu segera ku tepis. Masih ada hal penting yang harus ku selesaikan saat ini. Nantilah baru kutanyakan pada Ken siapa pemilik akun itu.

langsung saja ku balas DM dari akun tersebut.

"iya."hanya itu balasanku. Saat ini aku tak ingin ribet. Fokusku adalah segera tiba di kota tempat bekerja.

"Oke baik kak.terima kasih."langsung dibalas oleh pemilik akun.

Balasan DM itu hanya ku baca....

Bertemu Calon Mertua

   Setelah menempuh perjalanan dua jam,akhirnya aku tiba di kota. Ku hubungi Ken dan mengabarinya bahwa aku telah tiba di daerah sekitaran kost yang ia maksud.

"Tunggu sebentar aku segera ke sana." kata Ken dan langsung memutuskan telpon WhatsApp.

Aku pun menunggu Ken sembari mencari tempat parkir motor yang aman. Sambil menunggu Ken ku buka lagi DM dari wanita tadi,ku cek profilnya namun sayang di privat. Baiklah nanti akan ku pikirkan bagaimana caranya untuk bisa menjadi followernya.

Tak berapa lama Ken tiba.

"Ayo ikuti aku,kita ke kost,tempatnya sebelah sana," tunjuk Ken.

"Oke." jawabku sambil langsung menghidupkan motor dan membuntutinya dari belakang.

Kost yang dimaksud ternyata sangat dekat dari tempat aku parkir tadinya. Lumayan bersih halamannya.Cat temboknya berwarna hijau. Sesuai warna yang aku suka. Terdapat 3 kamar, 2 kamar telah di tempati dan 1 kamar lagi yang akan aku tempati sekarang.

Di dalam kamar kost sudah tersedia tempat tidur,lemari berukuran sedang berwarna cream,kamar mandi dalam dan juga dapur sudah tersedia di dalam. Harganya lima ratus ribu per bulan. Untuk bulan ini sudah dibayarin Ken.

Begitulah Ken,ia mempersiapkan semua untuk ku agar aku bisa bekerja dengan nyaman. Ia sangat mengetahui kehidupan ku yang sangat malang. Mungkin inilah yang membuatnya selalu membantuku masalah keuangan. Ken berasal dari keluarga yang berada. Ibu nya memiliki sebuah yayasan yang bergerak di bidang pemberdayaan masyarakat,sedangkan ayahnya adalah seorang pejabat daerah.

Berpacaran selama enam tahun dengannya membuatku sangat mengenalnya. Tak pernah sekalipun aku melihatnya merendahkan orang lain sekalipun ia berasal dari keluarga terpandang. Dan satu lagi,ia sangat royal.tak ada kata pelit dalam kamus hidupnya. Inilah yang membuat ku sangat menyayanginya,sifat rendah hati dan tidak pelit. Siapapun yang akan menjadi isterinya pasti akan sangat bahagia. Dan aku merasa beruntung memiliki pacar seperti Ken meskipun Paman sama Bibi egois padaku. Ada Ken yang selalu mengerti aku dan selalu mendukung masa depanku.

"Yang,ini kamarnya,rapikan pakaianmu di lemari." Suara Ken membuyarkan lamunanku tentangnya.

"Ah,iya." jawabku sedikit terkejut.

"Oiya sayang,setelah ini kita ke rumah aku ya,soalnya Ibu mau ketemu kamu."

"Beneran? Tanyaku sedikit gugup. Ini kali ke duanya bertemu calon ibu mertua. Pertama bertemu saat aku bersama Ken masih di Bali.

"Iya,masa hal beginian aku bercanda."jawab Ken enteng.

"Baiklah. Setelah ini kita berangkat."

Segera ku rapikan pakaian di lemari. Baju ku ganti yang lebih sopan. Aku sedikit tau cerita tentang calon mertuaku,bahwa ia sangat tidak menyukai anak gadis menggunakan pakaian seksi.

Setelah berpakaian rapi aku dan Ken berangkat. Kami menggunakan satu motor saja. Nanti biar Ken yang mengantar ku pulang.

Enam menit perjalanan kami tiba di rumah Ken. Di halaman rumah terlihat mobil Pajero berwarna hitam sedang terparkir rapih. Berarti bapak nya Ken sedang ada di rumah. Sedikit gugup ku ikuti Ken masuk ke dalam rumah. Ruangan tamu terlihat begitu luas dan terdapat beberapa sofa panjang dan kecil tertata rapih. Masuk ke ruangan keluarga lebih luas dengan ukuran sofa yang lebih besar. Sungguh rumah yang bersih dan rapih.

"Ayok,tak usah gugup. Ibu sangat menyukaimu." ajak Ken sambil menarik tanganku.

"Bu,ada Kinly ni." Panggil Ken sambil terus melangkah ke dalam ruangan.

"Iya nak ke sini,ibu di dapur,ajak Kinly ke sini." terdengar suara ibu nya Ken dari ruangan paling ujung di rumah itu.

ku ikuti Ken hingga akhirnya sampai di dapur.

"Bu."sapa ku,sambil mencium tangan ibu nya Ken.

"Iya nak. Kapan sampai?ibu lagi bikin ayam goreng ni."

"Satu jam yang lalu Bu,langsung di ajak Ken ke sini."jawabku sedikit malu.

"Iya Nak,tadi ibu yang bilang sama Ken kalo kamu udah nyampe langsung ajak ke sini. Makan dulu ya baru balik."

"Iya Bu," jawabku sambil membantu menyiapkan makanan di atas meja. Ken masuk ke dalam mungkin bermain game karena itu hobinya .

Dalam hati aku bersyukur,ternyata ibu nya Ken menerima ku dengan baik. Di anggap dan diperlakukan seperti anaknya sendiri.

"Ken,ajak makan bapakmu di samping lagi berkebun."

"Iya Bu,"sahut Ken dari kamar.

"Sekalian bilang sama Bapak ada calon mantu ni." Kata ibunya Ken sambil tersenyum melihatku.

Aku hanya tersenyum malu mendengar kata-kata calon ibu mertua sambil terus menata lauk di atas meja.

Terlihat Ken keluar melalui pintu samping sambil tetap memegang hp nya.

Tiga menit kemudian terdengar suara Ken sedang mengobrol yang ku tahu itu pasti suara bapaknya Ken.

"Eh Nak Kinly,kapan tiba? tanya calon bapa mertua ramah.

Ya,calon bapa mertua ku ini sudah mengenalku karena saat masih bersama Ken di Bali kami pernah bicara Via Video Call.

"udah dari tadi Pah," langsung di jawab sama ibu nya Ken.

"Kinly yang bantuin ibu masak di dapur Pah. Makanya ibu cepat selesai masaknya."

"Wah,sungguh mantu idaman."kata bapaknya Ken tersenyum memuji.

lagi aku hanya bisa tersenyum malu sambil melirik Ken.Terlihat Ken ikut tersenyum senang padaku.

"Ayok makan Kin,tadi bapak udah cuci tangan di samping."

"iya Pah," jawabku sambil ikut duduk di samping Ken.

Ibunya Ken segera menyendok nasi ke atas piring suaminya. Segera setelahnya kami pun menyendok nasi ke piring masing-masing dan makan bersama.

"kata Ken,kinly dapat kerjaan di sini ya? Dan udah dapat kost buat tinggal ?" calon bapa mertua kembali membuka obrolan.

"Iya Pak,tadi dari kost sebentar langsung ke sini,dan besok sudah mulai kerja.

"Oiya Kin,Ken sudah punya bisnis kecil-kecilan sekarang,tolong di bantu ya dia,biar bisa mengatur keuangan. Ken soalnya sedikit boros orangnya. Takutnya kalo ngga kamu bantu malah bangkrut bisnisnya padahal baru merintis. Sambil berkata begitu Bapak mertua melirik Ken.

"Iya bener Pah,aku memang butuh bantuan kinly untuk mengelola keuangan. Takut kalo aku yang pegang uang banyak malah habis buat belanja." sahut Ken mengiyakan.

"Nah,denger sendiri kan Kin? Itu orangnya ngaku juga kalo tidak bisa mengelola keuangan." tambah ibu nya Ken.

"Iya Pah,Ma." jawabku tersenyum kikuk.

masalah keuangan yang menurut ku sangat sensitif. Namun tanpa banyak berpikir Bapak dan ibu nya Ken mempercayakan ku untuk mengelola bisnis yang baru di rintis. Padahal aku baru berstatus pacar bukan istri Ken. Sungguh aku merasa orang tua Ken sudah menganggap ku bagian dari keluarga mereka.

Acara makan yang awalnya aku pikir menegangkan malah berlangsung dengan keakraban keluarga Ken. Aku memang sedikit kurang sukah bersosialisasi,mungkin itulah mengapa aku tumbuh menjadi pribadi yang kaku ketika berada dalam lingkungan baru.

 Terbiasa hidup di kekang oleh Paman dan Bibi membuatku nyaman di rumah dan jarang ikut bersosialisasi.

Berbeda dengan Ken,ia orangnya mudah bergaul dan sangat di sukai oleh orang baru. Di tambah lagi Ken memiliki wajah yg rupawan menurun dari ibunya yang cantik. Karena itu Ken memiliki banyak teman ketimbang diriku.

Setelah selesai acara makan yang diselingi perbincangan hangat,ku bantu sebentar calon ibu mertua membereskan meja dan mencuci piring. Jam menunjukkan pukul tujuh malam,waktunya aku pamit untuk pulang ke kost.

"Pah,Bu,saya pamit pulang." Izinku pada ke dua orang tua Ken.

"Iya nak.Jangan lupa bantu Ken ya. Biar makin rajin dia berusaha. Nanti setelah balik dari kerja kalo ngga capek main ke sini lagi.

"Iya Bu." jawabku sambil melangkahkan kaki keluar rumah.

Ken sudah menungguku di atas motor.

Bapak dan Ibu Ken mengantarku sampai di depan rumah. Bergegas aku naik ke atas motor,karena Ken sudah menungguku lama.

"Hati-hati ya nak, kata ibunya Ken sambil melambaikan tangan. Bapaknya Ken hanya tersenyum melihat kami.

"iya Bu."jawabku sambil membalas lambaian tangan calon ibu mertua ku.

Motor segera melaju dengan kecepatan sedang.

"Gimana Bapak dan Ibu Yang?" Ken membuka pembicaraan.

"Ternyata orang tuamu ramah ya sayang? Puji ku pada Ken.

"Iya Ibu dan Bapak memang menyukaimu,kan mereka sendiri yang menyuruhku mengajakmu ke rumah."

"Iya,aku percaya sekarang." Sahutku sambil tersenyum bahagia.Tentunya tak terlihat oleh Ken,karena ku sembunyikan wajahku di belakang tubuhnya agar tak terlihat dari kaca spion motor.

Dulu Ken sudah pernah bercerita bahwa ibu nya sangat menyukaiku saat pertama kali bertemu. Aku tak percaya,merasa itu mungkin hanyalah kata-kata bualan dari Ken agar Aku senang. Aku berpikir orang tua Ken menginginkan calon mantu yang selevel,sama-sama berasal dari keluarga terpandang dan berpendidikan tinggi.

Namun hari ini ku saksikan sendiri,betapa orang tua Ken sangat rendah hati,tak memandang orang lain dari harta. Aku sangat beruntung dipertemukan dengan calon mertua seperti ini. Sejak dulu bayanganku adalah mungkin saja kelak aku mendapatkan mertua yang tak akan menghargai ku karena berasal dari keluarga sederhana dan Yatim Piatu. Bibi ku saja bisa memperlakukanku tidak baik,apalagi orang lain pikir ku.

"Sudah sampai."

Suara Ken membuyarkan lamunanku.

"Ah iya." segera aku turun dari motor.

Ken ikut turun dari motor dan mengantarku sampai depan kost.

"Ingat besok jangan telat ya. Hari pertama kerja."kata Ken sambil meraihku dalam pelukan dan mengecup keningku sebentar.

"Iya yang." jawabku tersenyum malu. Pipiku terasa hangat. Aku rasa bila saat itu siang hari mungkin saja pipiku akan terlihat merah oleh Ken.

"Baiklah,sampai jumpa besok ya. Jangan merasa sepi. Nanti sampai rumah aku telpon lagi."

Ken menatapku lembut dan beranjak menuju motornya.

Sejenak aku merasa tak ada yang aneh dari Ken. Ia masih tetap setia denganku. Perlakuannya masih tetap sama seperti dulu padaku. Segera ku tepis kegelisahanku mengingat isi DM dari wanita yang tak ku kenal.

"Ya," hanya itu jawabanku pada Ken. Aku terlampau malu mengingat baru kali ini lagi sangat dekat dengan Ken semenjak delapan bulan tak bertemu dengannya. Delapan bulan kami LDR karena Ken terlebih dahulu balik untuk memulai usaha. Aku dan Ken pertama kali bertemu saat berkuliah di Bali. Setelah lulus S1 Aku melamar kerja di Bali sedangkan Ken masih Kuliah karena ia terlambat masuk satu tahun dari ku. Setelah mendapat gelar S1,Ken langsung di suruh pulang oleh orang tuanya untuk memulai bisnis.

Masih di Bali aku sudah dikenalkan pada orang tuanya Ken,Ibu nya karena sering Ke Bali sehingga pernah sekali bertemu. Sedangkan Bapak nya baru saat ini bertemu langsung.

Terdengar bunyi motor dihidupkan. Sejenak lamunanku buyar. Aku melihat Ken masih menatap ke arahku sebelum melaju pergi. Ku lambaikan tangan pada Ken. Ia tersenyum dan segera memacu kendaraan roda dua nya.

Setelah motor Ken tak terlihat lagi,barulah aku masuk ke dalam kost. segera pintu ku kunci dan mulai rebahan. Tubuhku terasa lumayan capek. Segera ku ambil hp yang sejak tadi ku taruh di saku celana sambil menunggu telpon dari Ken sengaja ku buka aplikasi Facebook.

Mengenang kembali semua perjalanan cinta kami yang tersimpan dalam akun Facebook. Aku dan Ken membuat Satu akun Facebook untuk kami gunakan berdua. Semua kenangan dari awal kami bertemu hingga saat ini tersimpan dengan baik dalam aplikasi tersebut. Aku bahagia mengingat semuanya. Enam tahun berpacaran,dan hari ini aku dikenalkan pada ke dua orang tuanya,ku rasa ia memang telah memilihku.

Pembicaraan Serius Dengan Calon Mertua

 Puas mengenang masa-masa indah bersama Ken,sejenak teringat akan Paman dan Bibi. Entah apa yang terjadi di rumah setelah aku pergi dari rumah. Jujur aku menyayangi mereka. Menjadikan mereka orang tua ku sejak menjadi yatim piatu.

Mereka tempat ku berkeluh kesah meskipun aku tau tak mungkin sepenuhnya mereka bisa membantu. Mencoba tetap menghargai dan menghormati mereka meskipun sering tak cocok. Perbedaan pola pikir antara mereka dan diriku membuat kami tak pernah akur.

Paman dan Bibi menganut kepercayaan zaman dulu dalam membesarkan anak bahwa,anak perempuan harus di rumah membantu menyelesaikan pekerjaan rumah tangga,keluar untuk bersosialisasi dengan teman pun di batasi.

Berbeda dengan pola pikir yang ku anut mengikuti perkembangan zaman sekarang,anak perempuan bebas berekspresi tidak harus diam di rumah bekerja menyelesaikan pekerjaan rumah. Pernah hidup di kota besar membuat ku merubah pola pikir dan ingin hidup lebih berkembang.

Ku hubungi nomor Paman Via WhatsApp, berdering tapi tak diangkat. Tak menyerah ku hubungi lagi nomor Bibi. Sama juga berdering tapi tak diangkat. Sudah pasti mereka masih marah pada ku. Namun tetap aku tak ingin Paman dan Bibi marah ber larut-larut.

Niatku ingin meminta maaf dan sedikit memberi pengertian agar Paman dan Bibi mengerti dengan keputusan yang ku ambil.

Aku sudah dewasa,tak ingin lagi menjadi beban orang lain. Apalagi Paman dan Bibi masih memiliki banyak tanggungan. Mungkin niat mereka tetap ingin aku hidup berdekatan agar bisa di pantau karena aku anak gadis. Tapi mereka lupa bahwa aku sudah dewasa,bukan lagi anak-anak yang masih butuh pengawasan ketat.

Lagi sibuk memikirkan Paman dan Bibi,hp ku berdering,panggilan dari Ken.

"Yang,belum tidur?"

"Belum,masih nunggu telpon dari kamu baru tidur."

"wah pacarku ini,setia sekali. Bahagianya aku memiliki pacar setia."

"Iss,ini hal biasa Ken. Tak usah berlebihan memujiku." sedikit menggerutu ku jawab gombalan Ken.

"Iya,iya. jangan marah Yang. Aku sukah menggodamu. Biar ngga kepikiran Paman Sama Bibi aja terus."

"Oiya yang,besok balik dari tempat kerja ku jemput ke rumah peternakan ya, sekalian kamu mulai perkenalan dengan bisnis yang aku rintis. Kan nanti kamu Yang,yang bantuin aku mengelola keuangan. Intinya kamu bendaharanya."

"Oke Yang,kebetulan aku kesepian di sini belum punya teman. Besok aku ikut kamu,aku juga penasaran gimana sih cara pacarku menjalankan bisnisnya."Goda ku pada Ken.

"Yang jelas kamu akan semakin jatuh cinta pada pacar pengusaha mu ini Yang." balas Ken sambil terkekeh.

"Ih,percaya diri sekali kamu Yang,biar nanti aku yang menilai mu."

"Harus dong,itu salah satu syarat menjadi pengusaha Yang. Gimana mau berkembang usahaku kalo aku sebagai pemiliknya seorang pemalu. Nanti mau jualan malah takut duluan sama pembeli. Kan ngga lucu yang."

"Iya, dua jempol pokonya buat pacarku yang percaya diri ini."jawabku sambil tertawa kecil.

"Yang, udah ngantuk ni,mau tidur. Apalagi besok hari pertama kerja. Takut telat."kataku ingin mengakhiri obrolan bersama Ken.

"Oiya yang,hampir lupa.Good night ya sayang ku. Jangan lupa mimpi aku.hehehe." goda Ken lagi.

"Iya selamat tidur. Sampai jumpa besok." sahutku pada ken.setelahnya langsung ku matikan panggilan telpon. Sungguh aku masih malu membalas setiap Ken menggodaku. Namun aku senang dengan sifatnya yang sukah menggoda ku dan periang seperti ini. Adakalanya juga ia akan menjahili ku. Hal inilah yang terkadang membuatku sangat merindukannya di saat berjauhan.

Sebelum rasa kantuk datang menyerang teringat pakaian buat kerja besok belum ku siapkan. Segera ku buka lemari dan mengambil baju serta celana yang menurut ku pantas untuk di gunakan saat kerja.

Pekerjaan ku saat ini adalah bendahara di sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat atau yang biasanya di sebut LSM. Sama seperti yayasan yang di pimpin oleh calon mertuaku. Namun berbeda untuk bagian pelayanannya.

Bekerja di tempat seperti itu tidak menggunakan seragam,cukup menggunakan pakaian bebas rapih dan sopan.

Setelah menyiapkan pakaian yang sekiranya menurut ku pantas di gunakan besok, Aku pun bergegas untuk tidur. Tak lupa ku ucapkan syukur pada Tuhan sebelum benar-benar terlelap.

Pagi yang cerah,tepat pukul 6.00 aku terbangun. Dengan penuh semangat ku rapihkan tempat tidur. Membuat sarapan sebentar dan tepat pukul 7.00 bergegas aku mandi. 1 jam ku gunakan untuk mandi dan merias diri. Akhirnya pukul 8.00 aku berangkat. Sengaja berangkat lebih awal agar karena hari ini adalah awal aku mulai bekerja.

Jarak tempat kost dan tempat kerja tidaklah jauh. Hanya butuh 20 menit. Alamat tempat kerja sudah dari awal di beritahu oleh Ken. Kebetulan waktu SMA aku di kota. Jadi sudah sangat hafal letak-letak kantor.

staff di kantor sudah tiba beberapa . Semuanya sangat ramah. Mereka tanpa gengsi menyapaku,mengajak berkenalan. Ada Gracia,Lestari,Yandri dan yang lain aku lupa namanya. Lagian masih baru belum bisa ku hafal nama mereka semuanya.Biarlah nanti seiring waktu berjalan dengan sendirinya akan ku ingat nama-nama mereka.

Hari pertama bekerja lumayan menyenangkan. Meski sedikit ada rasa gugup karena baru pertama kali bekerja tapi aku sangat sukah pada orang-orang yang bekerja di sini. Mereka semua sangat baik. Aku rasa bakalan lama kerja sama mereka.

Pukul 3.00 sore waktunya pulang. Seperti janjinya kemarin Ken menghubungi dan akan menjemput ku di kost untuk melihat rumah peternakan tempat ia membangun bisnis.

Hanya mampir sebentar menyimpan tas di kost dan memarkirkan motor,aku langsung mengikuti Ken yang sudah menungguku beberapa menit yg lalu.

"Gimana kerjanya hari ini Yang? "tanya Ken sambil tetap fokus melihat ke arah depan.

"lumayan menyenangkan Yang. Aku sukah teman-teman di sana baik-baik semuanya." Dengan wajah berseri ku ceritakan perasaanku bekerja di hari pertama.

"Syukurlah Yang kalo kamu merasa cocok di sana. Aku pun ikut senang. Jadi aku ngga kepikiran lagi nanti.Kalo tiba-tiba aku ngga bisa bantu kamu Yang,ada teman yang bisa kamu minta tolong."

"Iya Yang,semoga bisa terus seperti ini sama teman-teman di sana."jawabku sambil melihat Pemandangan di samping kiri kanan.

Kami melewati jalan yang di pinggir kiri dan kanan terdapat sawah-sawah. Ternyata menyenangkan sekali perjalanan menuju rumah peternakan.

Tak berapa lama kami tiba di rumah peternakan. Di sana terdapat kandang ayam petelur dan juga pedaging. Dua orang karyawan yang selalu siap membantu Ken. Sedang asik mengamati,terdengar bunyi mobil mendekat. Ah ternyata Bapak dan Ibunya Ken.

"Wah,kita keduluan calon mantu ni Pah,"Goda ibu Ken.

"Iya ni Bu,tadi balik kerja langsung di jemput sama Ken." Sengaja aku jelaskan seperti itu agar aku tak terkesan ngebet pada Ken.

"Tak apa nak,lebih bagus kamu di sini biar Ken makin semangat kerjanya." Kali ini Bapak nya Ken yang menggoda. Terlihat ia tersenyum melihatku dan Ken.

Aku dan Ken hanya tersenyum malu tanpa membalas godaan Bapak dan Ibunya.

Setelah berkeliling melihat rumah bisnis Ken,ku lihat ibu dan Bapak nya sedang mengobrol serius. Ibu nya Ken langsung menoleh padaku.

"Nak, Ayo sini. Ada hal penting yang Bapak dan ibu mau katakan pada kalian berdua."

"Iya Bu,"sahutku sambil mengambil tempat di dekat ibu mertua. Ken pun ikut mengambil posisi duduk di samping Bapaknya.

"Begini nak,"Bapaknya Ken memulai pembicaraan.

"Bapak sama Ibu ingin agar Ken melakukan perkenalan di keluarga Kinly. Bukan apa-apa, Bapak sama ibu hanya ingin agar dua keluarga sudah saling mengenal."

Deg! Sejenak aku teringat akan Paman dan Bibi yang saat ini masih belum mau bicara denganku. Ini bagaimana ketika nanti ku ajak Ken ke rumah. Bisa-bisa di cuekin sama mereka.

"Bagaiman Nak Kin?" tanya ibu nya Ken penasaran.

"Seminggu lagi ya Bu,tawarku sambil dalam hati memikirkan bagaimana cara membujuk Paman dan Bibi agar hubungan kami kembali baik.

"Oke boleh Nak, secepatnya ajaklah Ken agar di kenal oleh keluargamu nak.

"iya Bu." hanya itu jawabku.

Bapak dan ibu Ken tersenyum puas melihatku.

Ken tersenyum penuh arti melihat ke arahku. Aku hanya bisa tersenyum namun dalam hati aku sangat tersentuh dengan perlakuan ke dua orang tua Ken. Mereka sangat perhatian padaku. Dan tak ingin Ken mempermainkan ku. Itu yang bisa ku pahami dari keinginan mereka untuk segera mengeratkan hubungan keluarga ku dengan mereka.

Tak terasa waktu menunjukkan pukul 5.00 sore. Aku pamit pulang ke kost dengan di antar Ken. Ken langsung pulang setelah mengantarku. Badan ku sudah sangat gerah. Waktunya untuk mandi dan segera beristirahat.

Selesai mandi,ku baringkan badan sebentar, teringat akan permintaan orang tua Ken untuk mengenalkan Ken pada keluargaku. Aku ingin segera memperbaiki hubunganku dengan Paman dan Bibi. Bagaimanapun mereka sekarang adalah orang tuaku. Segera ku hubungi nomor Bibiku. Satu kali terhubung langsung di angkat.

"Halo Kin,"sapa Bibi dari seberang.

"Halo Bi,gimana kabar Paman sama Bibi ?" tanyaku ber basa-basi .

"Kabar baik Kin,gimana kabarmu juga ?

"Baik Bi,aku sehat."

"Paman di mana Bi?" tanya ku lagi.

"Lagi ke rumah Paman Jek . Mungkin sebentar lagi balik. Mau ngomong sama Paman?

"Tidak Bi,hanya ingin tau apa Paman sama Bibi sehat-sehat ."

"Kami sehat Kin,"jawab Bibi.

"Gimana dengan kerjaan di sana Kin ?apakah kamu sukah?" tanya Bibi,terdengar suaranya sedikit kuatir

"Aku sukah Bi,banyak teman dan baik-baik semua."

"Syukurlah nak kalo kamu betah di sana." jawab bibi.

"Iya Bi, aku betah di sini jawabku.

"Oiya Bi,titip salam untuk Paman,nanti lagi aku hubungi Ya Bi."aku mengakhiri panggilan telpon karena ingin beristirahat.

Dan akhirnya,sudah selangkah lebih baik hubunganku bersama Paman dan Bibi. Aku sangat bahagia.

Untuk sementara waktu aku fokus bekerja,sambil mencari waktu yang tepat untuk memperkenalkan Ken pada Paman dan Bibi. Selain itu sambil mengumpulkan bekal agar nanti bisa membuktikan pada Paman dan Bibi aku baik-baik saja dan bisa mandiri meskipun jauh dari mereka.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!