Minggu pagi yang cerah, tak secerah raut antusias seorang wanita berdaster dengan rambut dicepol asal.
Jari lentiknya dengan kuku terawat lincah menscroll ponsel berlogo buah dengan seri yang memiliki 2 lensa kamera.
"Yaang.. liat deh, reuni angkatan sekolah kita dimajuin. Terus tempatnya juga pindah ke.. haaa... Hotel Rits Calton.. waaaa...." pekik wanita bernama Dilla kegirangan mengguncang lengan sang suami yang bernama Aslan yang sedang mencuci piring.
"Ya ampun reuni di hotel? berapa bayarnya coba? di kafe aja udah ratusan ribu per orang, lah ini hotel. Kamu aja yang dateng lah. Bisa langsung habis gajiku besok" gerutu Aslan tanpa menghentikan kegiatannya mencuci piring.
"Ya udah sii, kalo gak mau dateng. Padahal GRRATISS LOOH" timpal Dilla menekankan kata kata terakhirnya.
"Hah, gratis? Jaman sekarang mana ada yang gratis?" Aslan mengambil alih ponselnya karena terkejut. Dia ingin meyakinkan diri jika apa yang disampaikan sang istri benar adanya.
"Ih, main serobot aja. Cuci tangan dulu. Kotor kan jadinya" cebik Dilla merebut kembali ponselnya dan membersihkannya dengan menggunakan ujung kaos singlet yang dikenakan Aslan.
"Siapa yang ngedanain? perasaan tiap taun yang nyumbang itu itu aja, dan segitu segitu aja. Sisanya kita kita yang patungan" tukas Aslan seraya melanjutkan kegiatan mencuci piring yang tak pernah habis.
"Bodo amat. Yang penting aku harus tampil paling cantik, paaaling elegan" cetus Dilla bersemangat.
"Bagi duit. Aku mau perawatan di salon biar minggu depan kinclong dateng ke hotel" lanjutnya menengadahkan tangan.
Aslan sudah menduga akan hal itu. Dia memutar bola matanya karena jengah dengan sifat boros Dilla.
......................
"Kamu yakin dengan hal ini?" tanya seorang pria berperawakan proporsional dengan stelan jas berwarna light grey.
Pria itu bernama Rico. Seorang pewaris tunggal dari keluarga tersohor di negeri ini.
Viki mengangguk dengan tatapan menerawang kearah luar jendela. Menatap hamparan awan putih yang berundak. Mereka tengah berada di pesawat menuju negara kelahiran mereka.
Viki sebenarnya sangat enggan untuk kembali.
Mengingatkannya pada tragedi paling menyedihkan selama hidupnya.
"Apa perlu aku temani?" tanya Rico mengecup sebelah punggung tangan Viki dan dijawab gelengan kepala.
Mereka langsung menuju Hotel tempat reuni diadakan. Waktu menunjukkan pukul 4 sore waktu setempat dan acara dimulai 1 jam lagi, namun terlihat beberapa orang yang Viki kenali wajahnya sewaktu SMA dulu sudah berdatangan dengan ekspresi antusias.
"Wuaaah.. gak nyangka reuni kita tahun ini di hotel bintang 5. Berasa jadi horang kayah.." celetuk salah satu wanita bergaun sebatas lutut berwarna salem dengan tatanan rambut dibuat elegan sedemikian rupa. Tak ketinggalan make up tebal ala ala kondangan menjadi syarat utama para wanita.
Viki melangkah dengan penuh percaya diri. Tak ada yang menyadari identitasnya sebagai salah satu anggota reuni sekolah yang menyewa aula grand ballroom.
Viki dan Rico berpisah. Mereka menuju tempatnya masing masing. Mereka akan mempersembahkan kejutan yang sangat spesial.
"Apa semua sudah siap?" tanya Viki memastikan pada kru dari EO yang dia sewa.
"Sudah, nona" sang kru meyakinkan.
"Viki, apa kamu yakin akan melakukan ini?" tanya wanita yang mendekat saat melihat kedatangan Viki. Dia adalah Rosie, teman satu angkatan Viki saat itu namun berbeda kelas. Dan dialah EO yang Viki tunjuk untuk mengurusi reuni tahun ini.
"Tentu saja saya yakin. Bukankah mereka akan sangat senang?" jawab Viki dengan tenang dan mantap.
"Tapi video video itu-"
"Kita semua butuh hiburan, bukan?" Viki tertawa manis dan renyah seraya kembali ke tempat duduk yang sudah diatur.
BALU NIII😆
IKUTAN LOMBA CERITANYA
MOGA BERKENAN CERITANYA😘
SEPERTI BIASA TAP LIKE, VOTE, N' GIFT YA MAK EMAK KESAYANGAN😍
"Cepetan dong udah mulai ini, aaahh... lelet amat sih. Dibilangin sewa mobil aja" gerutu Dilla yang dibonceng oleh Aslan dengan motor matic nya.
"Kamu pikir sewa mobil sport kek sewa odong odong. Enak pake motor bisa nyalip nyalip kalo macet kek gini" timpal Aslan.
"Lagian ini juga gara gara kamu sih, pake ngajak ribut tukang yang lagi ngebangun rumah depan" lanjut Aslan mengungkit kesalahan awal mereka terlambat.
"Si tukang kuli nya yang nyebelin. Masa orang mau liat liat gak boleh, malah marah marah kan kesel jadinya. Baru jadi kuli aja belagu" ketus Dilla tak mau disalahkan.
"Ya siapa yang gak bakalan marah kalo keramik yang baru dipasang, masih basah, terus kamu injek seenaknya" tukas Arsen kesal dengan argumen Dilla yang keukeuh tak mau disalahkan.
......................
"Rico.. kamu Rico kan?" sapa seorang wanita yang sedari tadi melirik kearahnya.
Rico mengangguk seraya tersenyum ramah membalas sapaannya. Kaca mata yang membingkai mata nya ia angsurkan, membuat si wanita menggigit sebelah bibirnya.
Sikap sederhana seperti itu membuat kadar ketampanannya bertambah.
"Aku Ayu, kamu inget gak? siapa sangka kamu sekarang gagah ganteng gini ya" lanjut wanita itu.
Rico kembali tersenyum lantas menjawab "Siapa yang gak inget sama salah satu siswi tercantik" ucapnya santai membuat wajah Ayu merona. Dia bahkan menyelipkan rambutnya kebelakang telinga seraya mengulum senyum.
Siapa yang tak tersanjung dipuji lelaki gagah, tampan, juga tampak kaya.
"Kamu juga yang patahin kaca mata aku waktu itu, bagaimana aku bisa lupa" lanjut Rico membuat senyum malu malu Ayu menjadi senyum getir.
"A ahh.. iya.. itu.. itu masa lalu.. aku minta maaf ya.. oh iya, kamu tau gak cewek yang duduk sendirian disana itu siapa? kok aku gak inget di sekolah kita ada yang cantik banget kek gitu" ucap Ayu dengan kikuk lantas mengalihkan percakapan dengan menunjuk kearah dimana Viki tengah duduk sendirian dengan elegannya.
"Kamu gak kenal dia?" tanya Rico dibalas gelengan kepala.
"Sayang sekali. Padahal saya berniat untuk mendektinya, tapi saya takut dia tak mau dekat dengan laki laki gendut dan item seperti saya" ucapnya menyayangkan. Namun ucapan itu tak lain adalah bentuk sindiran bagi Ayu yang menjulukinya seperti itu.
Ayu yang merasa tersindir beberapa kali pun memilih meninggalkannya sambil menggerutu kesal. Dia pikir reuni kali ini yang berbeda dari tahun tahun sebelumnya bisa membuatnya mendapatkan jodoh. Pasalnya, peserta reuni kali ini lebih banyak dari biasanya. Mungkin karena mereka tak diharuskan membayar alias gratis.
Saat tiba waktunya acara dimulai, seorang pembawa acara yang secara khusus disediakan oleh pihak EO pun membuka acara. Kata kata sambutan dan selingan candaan membuat para peserta reuni merasa terhibur. Ditambah disediakannya camilan dan minuman bagi masing masing orang membuat pujian dan rasa puas mereka semakin membanjiri ruangan megah itu.
"Tuh kan, udah keburu mulai. Eh ,kita duduk dimana nih, keknya penuh deh. Kamu sih lelet jalanin motornya, gak kebagian duduk kan" Dilla terus menggerutu. Gendang telinga Aslan sudah menebal dengan gerutuan sang istri. Diapun memilih mengabaikannya.
Saat kru penyambut peserta reuni bertanya pada Dilla mengenai identitasnya, pandangan Aslan menangkap sosok berlian diantara kerikil tengah duduk sendirian di pojok bagian belakang, sebelah kaki jenjangnya menyilang pada kaki yang lain dengan postur tegak nan elegan dengan ekspresinya yang hanya menampilkan senyum tipis.
"Aslan, ayo sini cepetan. Nanti gak kebagian snack" pekik Dilla mendesis sambil menarik sebelah tangan Aslan dengan tergesa kearah tempat duduk yang telah diatur untuk mereka.
"Siapa dia? perasaan murid SMA UTAMA gak ada yang cantik kek gitu" tanya Aslan dalam hati.
"Baiklah untuk mengenang masa masa indah sekolah kita dulu, mungkin para hadirin lupa jika angkatan sekolah kita ini pada masa itu mempunyai video dokumenter. Penasaran kaaan..." ucap Rosie, pendiri EO sekaligus alumni SMA UTAMA yang Viki sewa untuk menangani reuni kali ini.
Riuh gemuruh sorak sorai membuat suasana ruangan menjadi ramai.
Rosie memberi isyarat pada salah satu kru nya untuk memutar video yang sudah diatur untuk ditampilkan pada layar besar melalui proyektor.
Degup jantung Viki mulai berdetak cepat kala satu per satu gambar dan cuplikan video pendek dari rekaman yang pernah mereka kumpulkan semasa SMA dulu di tampilkan.
Para hadirin saling menertawakan tingkah konyol mereka yang tertangkap kamera temannya. Kebahagiaan yang terpancar dari ekspresi semua orang membuat Viki menitikan setetes air mata. Dan Rico menatapnya dengan nanar. Dia merasa menyesal dahulu tak mempunyai keberanian untuk maju melindunginya, menyesal karena tekadnya muncul setelah tragedi terjadi.
Gelak tawa para hadirin perlahan surut kala layar mulai menampilkan cuplikan tentang Viki yang tengah dibully di beberapa tempat di sekolah itu.
"Eh iya, dia kemana ya? kesian juga kalo dipikir pikir"
"Hallah, anak belagu gitu ngapain dikasianin"
"Tapi kasian juga ibunya meninggal kek gitu"
"Salah dia sendiri bersikap murahan. Jijik tau sama orang munafik kek dia"
Gunjingan dan cibiran terdengar sangat jelas di telinga Viki dan Rico.
Rosie pun yang dahulu menikmati pertunjukkan Viki dibully teman temannya merasakan sakit hati kala menyaksikan kekejaman teman temannya dalam mengerjai Viki karena rasa iri. Dia pun merasa menyesal karena pernah ikut menertawakannya.
"Apa kalian ingat dengan teman kita yang satu ini?" Rosie mulai memberikan narasi pada tayangan yang tak beradab itu. Membungkam semua yang hadir.
"Apa kalian ingat dengan yang ini?" lanjut Rosie memberi isyarat pada kru nya untuk mengganti slide pada tayangan yang sangat menyayat hati.
"Hentikan.. hentikan.. jangan sakiti anak ibu.. apa yang kalian lakukan.. hentikaaan.. aaaak.. ughh..
Ibuuuu... jangan sakiti ibukuu.. jangaan.. hentikaaan... ibuuu..." tayangan itu membuat semua orang tercenung, menyaksikan tindakan anarkis yang mereka lakukan terhadap Viki dan ibunya saat itu.
Viki tak kuasa menahan laju air mata yang tertahan sejak tadi. Tenggorokannya turun naik menelan rasa sesak.
"Apa maksud semua ini?" teriak lantang seorang lelaki yang merupakan si perekam kejadian. Dia tak mau disalahkan karena merekam kejadian itu dan menikmati penderitaan salah satu murid seangkatannya. Diapun takut jika hasil rekaman itu menyeretnya kedalam jeruji besi.
"Ini untuk menyadarkan kalian jika kalian bertanggung jawab atas nyawa dari ibu kantin kita. Lihatlah kalian sekarang. Apa diantara kalian ada yang bertanya atau bahkan memikirkan bagaimana nasib teman kita setelah kehilangan ibunya dengan cara seperti itu. Dan itu disebabkan oleh perilaku kalian, perilaku kita. Adakah diantara kalian yang perduli dengannya bahkan melayatnya saat itu?" ucap Rosie.
"Baiklah, saya lupa jika kita sedang reuni. Pastinya semua orang hadir menurut absen daftar kehadiran. Dan itu artinya 'Semua Orang' , tanpa kecuali" Rosie menjeda narasinya membuat riuh para hadirin yang mulai menebak maksud yang disampaikan Rosie.
"Dan apa kalian tahu? reuni kita kali ini, beliaulah yang mendanainya, semuanya" lanjutnya membuat riuh komentar semakin ramai.
"Ya, kalian benar. Kita sambut teman kita yang sangat bermurah hati mendanai dan memfasilitasi acara ini. Inilah dia Viki Veronica"
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!