Hai Perkenalkan nama ku Farhan, sekarang usia ku Empat belas tahun, tepat seminggu yang lalu Nenek ku meninggal, dialah yang mengasuh ku, dialah sosok nyata sebagai Ibu dan Ayah untuk ku, sebab Aku tidak mengenal ke dua orang tua ku.
Menurut cerita Nenek, Ibu ku yang melahirkan ku meninggal saat usia ku delapan bulan, dan Ayah ku sendiri meninggalkan ku saat Aku di usia 1setengah tahun.
Entahlah! Apa kah Ayah ku masih hidup atau sudah meninggal, Aku juga tidak tau. Yang ku tau! Sekarang Aku hanya seorang diri, setelah Nenek Meninggal satu minggu yang lalu.
"Hem.....
Kadang Aku berpikir, kenapa Aku harus terlahir didunia ini! Melihat orang lain yang seumurku, mempunyai Ibu dan Ayah, Bisa sekolah, dapat kasih sayang, sementara Aku? Bagai Anak Ayam yang kehilangan Induk-nya.
Sejak kecil, Aku sudah harus membantu Nenek ku, untuk menghasilkan uang, untuk memenuhi kebutuhan hidup kami, Aku juga sekolah hanya Sampai lulus SD. Karna memang keadaan kami yang miskin, dan Nenek Waktu itu sudah sakit sakitan.
Sekarang Aku harus bertanggung jawab akan diri ku sendiri, aku harus bisa mencari penghidupan ku, Hari ini di pusaran Makam Nenek dan Ibu ku, kubulatkan tekad ku untuk melangkahkan kaki sejauh mungkin, Merantau ke Kota besar, meninggalkan Tempat dimana Aku di lahirkan, dimana Aku di besarkan.
Terimakasih Nek, Sudah menjaga ku, sudah membesarkan ku, Aku tidak akan pernah Lupa Nek akan kebaikan mu, Aku berjanji Nek, suatu saat nanti, Akan kubuat pertanda untuk Makam mu.
Ya Allah, lindungi lah hamba mu ini, kemanapun kaki ku melangkah, lindungi lah hamba mu ini dari orang orang jahat, mudahkan lah hamba mu ini agar bisa dapat kerjaan, Amin.
Berbekal tas ku yang sudah buruk ini, yang berisi baju baju ku, dan Photo indah, Photo diri Ku waktu bayi bersama Ibu dan Ayah,kutinggalkan tanah kelahiran ku, Aku akan mengadu nasib di Kota, Aku akan memulai lembaran baru, Aku hanya berserah kepada Tuhan saja.
Jika Tuhan berkehendak, mungkin suatu saat nanti! Aku akan mengetahui akan Ayah ku, apa masih hidup atau sudah meninggal.
Aku pun melangkah kan kaki ku, meninggalkan Makam Nenek dan Ibu ku, Aku menyusuri jalan dengan berjalan kaki, Aku tidak peduli akan panggilan orang orang, tekad ku sudah bulat!
Terlihat oleh mata ku sebuah Mobil Truk, Aku lalu memberanikan diri menghentikannya
"Om, boleh ikut menumpang ke kota?
"Oh..boleh boleh Dek, ayo naik, adek mau ke mana?
"Mau merantau Om"
"Hahaha.... Adek ini bisa aja bercandanya, masa merantau? Kena marah Ibu mu atau Ayah mu kali! Makanya mau minggat"
"Engga Om, Ibu ku dah meninggal, Ayah ku juga aku gak tau kemana, Aku benar benar mau merantau kok Om"
"Trus tujuan mu kemana?
"Kemana saja Om, kemana Kaki ku melangkah nanti"
"Oh iya, nama mu siapa dek?
"Farhan Om"
"Dek Farhan, ini ada uang 50 ribu, gunakanlah sebaik mungkin"
"Makasih Om"
Kulihat ketulusan dari Om Supir truck itu, saat Aku mengatakan Ibu ku sudah meninggal dan Ayah ku tidak tau dimana, air matanya menetes mendengarnya. Makasih Om, Aku akan ingat kebaikan mu.
Kulanjutkan perjalanan ku kembali, dengan menumpang Truk yang lain, yang akan ke kota besar.
Ikuti ceritanya, sampai Aku tiba di kota Jakarta, kota penuh harapan.
Di perjalan menuju Kota, Aku merenung akan semua yang pernah di ceritakan oleh Nenek Ku akan kisah Hidup ku, Kisah Ibu yang melahirkan Ku. Waktu itu di malam hari, Aku dan Nenek sedang membuat adonan Kue, untuk bekal jualan Ku dan Nenek besok hari, saat itu Aku bertanya tentang sosok Ibu ku kepada Nenek.
"Nek, Ibu ku itu kayak gimana sih Nek, ceritain dong. Aku pun seolah memohon sama Nenek"
"Ibu mu itu sangat baik Farhan, dulu waktu mudanya Cantik kayak Nenek, hehehe....
"Ih...Nenek, kok malah bercanda sih, Farhan kan serius Nek"
"Hem... Nenek pun mulai Cerita
"Dulu, alm Ibu mu sangat baik Farhan, dia itu sangat peduli sama Nenek mu ini. jadi dulu, sebelum Ibu mu menikah, dia pernah merantau ke Kota, trus kerja di pabrik, Ibu mu selalu ngirim uang buat Nenek. Setiap Lebaran, Ibu mu selalu pulang bawa Roti yang banyak, trus beliin baju lebaran buat Nenek mu ini"
"Trus Nek?
"Jadi, Ibu mu waktu itu ternyata sudah punya pacar di kota, Nenek gak dikasih tau loh! Tapi lama kelamaan akhirnya Nenek tau"
"Kok bisa tau Nek? Emang dikasih tau Ibu?
"Engga' kan waktu itu Nenek ke Kota diajak Ibu mu, dan tinggal seminggu di kosan Ibu mu, jadi pernah suatu saat Nenek lihat ada Laki yang ngantar Ibu mu pulang kerja, trus Ibu mu itu cium tangannya Laki itu, dari situlah Nenek tau.
"Pas Ibu mu masuk ke dalam kosan, Nenek Nanya, Laki laki itu siapa? Eh... Ibu mu malah malu dan senyum senyum, trus Nenek langsung bilang ke Ibu mu, itu pacar mu? Kenapa engga kenalin ke Ibu? Akhirnyakan Cu! besoknya Ibu kamu ngenalinya ke Nenek, Namanya Ramdan, itulah nama Ayah mu"
"Ah... Nenek, Aku kan pengen dengar soal Ibu aja"
"Yee.... Kan kamu itu ada gara ada Ayah mu Cu! Masih mau dengar engga?
"Ya mau Nek"
"Jadi mereka akhirnya menikah, trus tinggal di kota, tapi ga berselang lama, Ibu mu di PHK dari kerja pabriknya, tau ga di PHK Cu?
"Engga Nek, apa sih di PHK? Oh iya Nek, memang Farhan gak ada Kakek dan Nenek dari Ayah ya?
"Ada Cu, tapi Nenek sendiri gak tau keberadaan mereka dimana, dan belum pernah bertemu dengan Keluarga dari Ayah mu, Karna dulu yang Nenek tau dari alm Ibu mu hubungan mereka gak di restui, gak mau mereka Ibu mu jadi Menantunya, dan Waktu Ibu dan Ayah mu menikah kan di Kampung ini, jadi gak ada satu pun Keluarga dari Ayah mu yang datang, gitu Cu. Oh iya Di PHK itu diberhentiin dari kerjaannya Cu, jadi ga boleh kerja lagi"
"Oh.... Gitu ya Nek, trus Nek?
"Ya karna Ibu Mu di PHK, akhirnya dia pulang kampung, sementara Ayah mu masih tetap kerja di kota, Waktu Ibu mu pulang, dia sudah hamil, sudah ada Kamu Cu! di perutnya, trus akhirnya Ibu kamu kerja jadi buruh tani, Ayah mu pulang ke kampung itu cuman 1 kali dalam 2 bulan, lalu ga berapa bulan, Ibu mu di kampung, kamu Lahir"
"Ayah berarti engga lihat Aku lahir dong Nek?
"Ya engga lah, kan Ayah mu, kerja di Kota, besoknya baru Ayah mu lihat kamu! Dia ijin pulang sama bos nya"
"Trus Nek?
"Pas kamu Lahir, Ibu mu langsung kasih nama mu Farhan, ehh... Saat Umur mu masih 8 bulan, dan kamu masih harusnya dapat ASI, Ibu mu malah meningal. Ayah mu pun akhirnya pulang, karna ingin melihat istrinya untuk yang terakhir kali, sebelum di Makam kan"
"Trus Aku Nek gimana?
"Gimana apanya Cu?
"Kan tadi Nenek bilang, harusnya Aku masih dapat ASI"
"Oh iya Cu, kan Ayah mu masih kerja waktu itu, jadi dia masih beliin kamu susu, tapi akhirnya Ayah mu juga di PHK, akhirnya pulang kekampung ini.
"Ayah lalu kerja apa?
"Ya sama seperti ibu mu dulu, jadi buru tani, trus karna uang Ayah mu engga ada, dan uang nenek juga engga ada, akhirnya kamu keseringan Nenek kasih air tajin, eh... Kamunya malah nangis mulu kalau malam! Sampai sampai akhirnya nenek kasih susu nenek buat kamu, hehehe...
"Ih... Nenek, emang ada waktu itu ASI nenek?
"Engga ada, tapi yang penting kamunya jadi diam, engga rewel lagi"
"Hahahaha.... (Aku pun ketawa mendengar Nenek cerita)
"kemudian gimana Nek?
"Saat umur mu 1 setengah tahun, Ayah mu akhirnya merantau lagi, trus Nenek di kirimi uang buat beli susu buat mu, Ayah mu juga 1 kali 2 bulan selalu pulang, tapi setelah 1 tahun merantau, Ayah mu engga pernah ngirim uang lagi, engga pernah pulang lagi sampai sekarang Cu"
"Hem! Dah mati kali Nek"
"Hus.... engga boleh ngomong gitu Cu! Dosa"
"Habis, Aku malah ditinggalin, Aku juga engga kenal ko!
"Iya, tapi engga boleh ngomong gitu sama Ayah mu"
"Iya deh! Trus kelanjutannya gimana Nek?
"Nenek sendirilah yang merawat kamu, Nenek jualan kue keliling, sambil menggendong kamu Cu, biar kita bisa beli beras. Untung kamu ga begitu rewel! kalau Nenek gendong kamu sambil keliling kampung ke kampung jualan Kue"
"Emang Nenek engga Capek waktu itu jualan sambil gendong Aku Nek?
"Ya capek lah Cu, tapi mau gimana? Kalau kita engga keliling kampung, ga laku kue jualan nenek"
Mendengar itu, Aku pun langsung memeluk Nenek Ku, dan kulihat air mata nenek menetes di pipinya. Aku kemudian menghapus air matanya.
Makasih ya Nek, dah merawat Farhan sampai sebesar sekarang. Ucap ku kepada Nenek, dan dia juga langsung memeluk ku, dan mencium kening ku. Itu lah, cerita Nenek tentang ku dan kedua ornag tua ku.
Aku pun sekarang tentu sudah bisa mengingat semua kebaikan Nenek kepada ku, sebab Aku sudah besar, sudah masuk SD. Keseharian Nenek, akan berjualan kue keliling kampung ke kampung dengan berjalan kaki, dan malamnya Aku selalu membantu nenek membuatkan adonan Kue, dari hasil jualan Kue ini lah, Aku dapat disekolahkan Nenek sampai lulus SD, Semua kebutuhan ku diberikan oleh Nenek ku yang sangat baik ini, seingat ku dulu, waktu Aku sudah kelas 4, Aku juga membantu Nenek jualan, membawa Kue bikinan Nenek ke sekolah untuk ku jual.
Tapi itu hanya sebentar, sebab ada guru ku yang melarang ku jualan, pernah juga teman kelas ku sengaja menjatuhkan kue jualan ku! akhirnya Aku hanya bisa membantu Nenek jualan kalau libur sekolah. Pernah juga seingat ku, Nenek pulang jualan Kue sudah malam, sekitar jam 10 an, dan Kondisi bajunya semuanya basah kehujanan, dan yang paling membuat ku sedih, waktu itu Nenek terpincang pincang jalannya, Nenek waktu itu bilang terpleset di jalan.
Tak terasa air mata ku membasahi wajah ku, sekarang itu semua hanya kenangan akan kebaikan Nenek, perjuangan Nenek untuk ku Cucu nya ini.
Tiba tiba supir truk mengagetkan ku dari Lamunan ku
"Dek, Mau turun dimana?
"Ga tau pak, ini sudah dimana Pak?
"Sekarang kita sudah di kota Pekan Baru"
"Oh... Aku turun disini aja Pak, sudah sampai kota ya?
"Emang Adek mau kemana sih?
"Kemana aja Pak, mau nyari kerjaan"
"Ini kan sudah malam, mending kamu tidur disini, di Pull ini, besok pagi baru pergi"
"Emang boleh Pak?
"Ya boleh lah, dari pada kamu ga jelas kemana, apalagi ini sudah jam 11 malam, kamu lapar ga?
"Iya pak"
"ya udah Bapak pesan Indomie rebus ya"
"Iya Pak makasih Pak"
Aku pun memakan Indomie rebus yang dibelikan Bapak Supir, perut ku pun terasa nyaman, tidak berbunyi lagi! Aku kemudian tidur di Mushollah pull dari mobil truk itu, paginya Aku pamit ke Si Bapak Sopir, dia lalu menasihati Aku agar hati hati, lalu aku dikasih uang 50 ribu, seperti tadi Bapak sopir truk yang pertama kutumpangi.
Terimakasih Pak.
Ku langkahkan kaki menyusuri jalanan Kota Pekanbaru, sambil ku gendong tas buruk ku yang berisi baju baju ku, Mata ku seolah terpana melihat ramainya kendaraan yang lalu lalang, keramaian orang yang lalu lalang.
Aku melangkah tampa arah dan tujuan, hanya bermodal keyakinan dan keberanian diri saja, karna merasa haus dan sedikit lapar, aku pun berhenti di sebuah warung pinggir jalan, dan membeli sebotol air mineral dan roti dua ribuan.
Sambil kuberanikan diri untuk bertanya ke penjaga warung soal kerjaan.
"Bu, mau nanya, disini kalau cari kerjaan dimana ya Bu?
"Mau cari kerja? Kerja buat siapa dek?
"Buat saya Bu"
"Buat adek? Adek mau cari kerja?
"Iya Bu, Saya perantau Bu, baru semalam sampai di kota ini"
"Adek perantau? Umur kamu berapa?
"Tiga belas tahun Bu"
"Walah Dek, mana ada yang mau pekerjain kamu, kamu kan masih kecil dek"
"Ya udah deh Bu"
Aku pun melanjutkan langkah kaki ku, Aku tidak ingin jadi putus asa gara omongan Ibu penjaga warung itu, tak teras hari sudah mulai siang, dan cuaca juga sangat panas, Aku akhirnya berteduh dibawah pohon rindang, sambil mata ku menatap keramain Kota Pekanbaru. Memang ini lah pertama kali ku melihat keramaian seperti ini, karna Aku berasal dari sebuah desa terpencil.
Mata ku juga melihat banyak anak seusia ku yang berjalan beramai ramai dengan seragam SMP nya, seolah berharap, Aku lah salah satu dari mereka. Kaki ku pun kembali kulangkahkan, tidak jauh kulihat di depan mata ku ada banyak bapak bapak tukang becak motor, Aku pun mendekatinya, dan bertanya ke salah seorang dari mereka.
"Pak, mau nanya"
"Iya kenapa dek?
"Kalau mau cari kerja dimana ya Pak?
"Cari kerja?
"Iya Pak"
"Adek mau cari kerja? Umur kamu berapa?
Masih Tiga belas tahun Pak"
"Wahh.... Susah dek cari kerja untuk se usia mu, emang kamu dari mana? Kok bawa tas segala"
"Dari kampung Pak, baru semalam sampai disini, numpang truk"
"Wah... Bapak kurang tau dek, coba kamu tanya tanya ke tukang rumah makan, mana tau mau mempekerjakan kamu; kan kamu bisa kan cuci cuci piring?
"Iya Pak bisa Pak, Iya udah ya Pak, Makasih Pak"
"Iya iya, hati hati di jalan ya"
Aku pun kembali menyusuri jalanan, ucapan si Bapak tukang becak tadi seolah memberi ku harapan, sambil berjalan, mata ku pun melihat lihat dimana ada rumah makan, agar Aku bisa nanya kerjaan.
Dan kulihat, ada sebuah rumah makan padang, Aku pun bergegas ke sana, tapi karna sedang rame yang mau makan disana, akhirnya ku urungkan niat ku, dan nanti kalau sudah sepi, baru akan aku tanya, akhirnya kuputuskan meneduh kembali dibawah pohon pinggir jalan.
Ada sekitar Satu jam aku berteduh sambil menatap natap keramaian, kulihat rumah makan itu sudah mulai sepi. Aku pun langsung kesana, sesampai disana, mungkin dikiranya Aku mau beli.
"Mau makan disini atau di bungkus dek?
"Engga ko Bang, Aku ga mau beli makan, Aku mau nanya kerjaan"
"Kerjaan?
"Iya Bang, ada kerjaan ga Bang disini? Jadi tukang cuci piring"
"Engga ada Dek, lagian yang punya rumah makan ini juga bukan saya"
"Oh... Emang dimana Bang yang punya-nya? Biar aku tanya ke dia"
"Wah.... Jauh dek rumah-nya, lain kali aja datang ya"
"Iya deh Bang, makasih ya Bang"
"Iya, iya, Adek udah makan?
"Belum Bang"
"Abang bungkus ya"
"Jangan Bang, Aku gak ada uang soalnya"
"Gratis kok Dek, tapi cuman pake telor aja, tunggu sebentar ya, biar Abang bikinin dulu"
"Makasih Bang"
Sebungkus Nasi padang pake telor dadar pun kuterima dari si Abang itu, dan juga es teh di plastik, ini lah untuk pertama Perut ku kemasukan Nasi, sejak aku meninggalkan Kampung halaman ku. Sebenarnya Aku ada uang Seratus tiga puluh ribu, tapi Aku takut langsung habis, Tiga puluh ribu aku bawa dari kampung, Lima puluh ribu dikasih supir truk yang pertama Aku tumpangi, dan Lima puluh ribu dikasih supir truk yang ke dua, yang kutumpangi sampai ke kota ini.
Aku kembali berteduh dibawah pohon rindang, sambil memakam nasi pemberian si Abang yang baik tadi.
"Hem...kenyang juga"
Aku kembali melangkahkan kaki ku, tiba tiba ada yang menarik tas ku dengan paksa! aku pun terjatuh, dan tas yang berisi baju baju ku pun raib dibawa-nya! dengkul ku pun terluka karna membentur bebatuan saat terjatuh, Aku pun menangis, sekarang pakaian yang kupunya hanya yang kupakai saat ini, beruntung uang ku ada di dompet kecil milik ku, dompet anak anak yang terbuat dari kain, termasuk Photo keluarga ku, photo kami bersama alm Ibu, Aku waktu bayi, dan Photo Ayah, untung berada di kantong celana Ku.
Aku terduduk lemah di trotoar jalan, kulihat Dengkul kiri ku berdarah, dan aku kembali berjalan sedikit terpincang pincang.
Seorang ibu ibu tiba tiba menghampiri ku, dan bertanya
"Kenapa Dek?
"Aku habis di rampok orang Bu"
"Di rampok?
"Iya, tas ku berisi baju baju ku ditarik paksa tadi"
"Kasihan, kakinya sakit?
"Sedikit Bu"
"Ayo Ibu temani ke klinik yo, biar kaki mu di obati"
"Ga usah Bu, makasih, gak apa apa kok"
Aku kemudian mempercepat langkah ku, walau kaki ku sakit, karena takut nanti dibawa ke klinik, dan dalam pikiran ku, Aku nanti di suntik.
Tak terasa hari sudah sore, dan Kumandang Adzan Magrib sudah terdengar
Allahu Akbar
Allahu Akbar
Aku kemudian menuju sumber suara itu, untuk sholat dan istirahat. Sehabis sholat, Aku duduk di sudut Masjid, merenungi Nasib ku, dimana hari ini Aku tidak dapat pekerjaan, yang ada malah kehilangan tas yang berisi pakaian ku. Kaki ku pun terasa sangat pegal, karna seharian ini berjalan kaki mulai dari pagi tadi, tampa sadar, Aku pun tertidur di sudut masjid, sambil senderan ke tembok.
Kemudian Aku terbangun, dan kulihat Jam di Masjid sudah menunjukkan pukul Sepuluh malam, perut ku juga terasa sedikit lapar, akhirnya kulangkah-kan kaki ku mencari warung, untuk membeli air minum dan roti yang harga dua ribuan, setelah Aku membelinya, lalu ku isi perut ku dengan Roti itu, karan Aku sedikit takut karna sudah malam, Aku kembali ke masjid kuputuskan malam ini bermalam di sana, dompet kecil ku langsung kumasuk-kan ke dalam celana ku, takut nanti ada yang ambil dari kantong celana ku pas Aku ketiduran.
Sebelum tidur, kembali kurenungkan perjalanan ku hari ini, dan berharap esok akan lebih baik, berharap esok Aku akan dapat kerjaan.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!