...Hei Gaiss, kalian bisa pollow IGeh akooh biar bisa lihat visual mereka... Pasha_Ayu14 yaaa jangan lupa......
...🏔️🏔️🏔️🏔️...
🏔️🏔️🏔️🏔️
^^^🏔️🏔️🏔️🏔️^^^
Bandara SH terlihat padat seperti hari-hari sebelumnya. Aroma tubuh ribuan manusia bercampur aduk menjadi satu.
Meski demikian kacau aroma di sekelilingnya, Snowy rindu cuaca hangat Indonesia. Bukan, lebih tepatnya panas.
Snowy white rain, nama gadis 25 tahun itu, cantik parasnya tak dia sia-sia karena Snow memanfaatkan itu untuk mengoleksi berbagai jenis pria.
Bule Eropa, Asia, bahkan pria timur tengah, pun sudah ada yang pernah menjadi kekasih gadis bermata biru itu.
Snowy White Rain, gadis cantik bertubuh mungil, berambut sedikit pirang sebahu. Dan ya, dia suka bentuk tubuhnya yang sekarang.
Lebih kurus dari sebelumnya. Snow terobsesi memiliki tubuh kecil, demi sang pacar yang entah ada berapa pria tampan.
Meski memiliki banyak pacar di antero penjuru dunia. Playgirl sejati itu tak berniat menikah, apa lagi memiliki keturunan.
Tidak asyik kalau tubuhnya harus gendut dan tidak ada lagi yang mau meliriknya. Menjadi jomblo lebih Snowy takuti dari apa pun.
Semenjak putus dari Mahesa Bakhtiar, si cowok dingin yang dulu sempat menjadi tunangannya, Snowy tak mau lagi terlibat hati dengan yang namanya cinta.
Dia bahkan masih mengingat bagaimana cara Mahesa mengacuhkannya. Cukup tahu saja, Snowy tak mau bodoh lagi karena cinta.
Pastinya kecantikannya, menggemaskannya, bahkan kecerdasan dan kelicikannya berasal dari sepasang makhluk rupawan.
Rega sang ayah memiliki darah campuran Indonesia - Inggris. Dan Vanessa sang ibu memiliki darah campuran Jawa - Thailand - Rusia.
"Hello Sayang." Rega mencium pipi mulus putrinya bergantian dengan Vanessa.
"Mom, i love you. Papi, i mis you!" Snowy memeluk ke dua orang tuanya bergantian.
Setelah berhasil menyelesaikan program pendidikan S1 S2 S3 dalam waktu singkat, akhirnya Snowy pulang ke tanah kelahiran.
Koper merah muda itu Rega tarik, Snowy cukup duduk di atasnya seperti anak TK. Dan memang semanja itulah Snowy White Rain.
Sementara Vanessa berjalan di sisi sang ayah. Hingga ketiganya berakhir pula di sebuah mobil berjenis SUV.
Dari bandara SH, Snowy diajak mampir ke butik mahal. Rega sang ayah mendatangi kasir untuk melakukan pembayaran.
Sementara Vanessa menarik Snowy masuk dan memperlihatkan banyak gaun yang berbeda-beda model. "Kamu coba ya Snow."
"Wah, wah mau ada acara apa ini?" Snowy rasa, tumben sekali ibunya berlaku manis.
Biasanya, marah-marah, bawel, over nasehat, jangan boros, jangan banyak pacar, jangan ini, jangan itu. Larangan seputar menjadi wanita Indonesia diperingatkan padanya.
"Ada resepsi pernikahan, Sayang." Vanessa lalu melekatkan gaun itu pada tubuh Snowy.
Dia terpaku sebentar, dan agaknya gaun ini harus dicoba lebih dulu. Hanya menempel saja tak bisa jamin gaun itu muat.
"Siapa yang mau nikah?" Snowy tak dapatkan jawaban ibunya. Vanessa mulai sibuk meraih gaun lainnya untuk di lekatkan pada gadis itu.
"Flory mau nikah lagi?" Snowy pikir, mungkin sepupunya yang akan menikah lagi.
"Ikut saja besok. Ini surprise." Vanessa tersenyum sambil membalikkan badan putrinya agar bisa menggapai resleting di bawah tengkuk wanita itu.
Snowy mencoba satu persatu gaun yang Vanessa pilihkan. Rega datang setelah membayar belanjaan istrinya.
Sesekali Vanessa menanyakan pendapat Rega untuk gaun yang dipakai putri pertama mereka. Jawabannya selalu sama, cantik!
Gaun-gaun elegan dan beberapa jas sudah lama dipesan. Namun, baru hari ini Vanessa ambil untuk acara besok pagi.
"Gaun untuk mu, Sayang." Kembali Vanessa memberikan satu gaun yang berbeda.
"Wow. Cantik," puji Snowy.
Snowy suka detil leher yang rendah. Kulit mulusnya bisa terekspos tentu saja, setelah ini akan lebih banyak pria yang jatuh pada pesonanya.
"Setelah dari sini, kita treatment ya." Ibu cantik beranak dua itu bicara tanpa benar-benar serius memandangi Snowy. Vanessa ripuh mengemasi gaun-gaun itu.
Melihat kepedulian ibunya, Snowy tersentuh, pulang dari London, dia disambut banyak hal rupanya. Treatment, gaun, dan wah ini sangat menyenangkan karena ibunya tak lagi marah marah seperti tahun-tahun sebelumnya.
"Snow memang beruntung punya Mom yang masih muda." Snowy melingkarkan tangannya ke tubuh sang ibunda dari belakang.
"Oh, maksudnya Snow nggak beruntung punya Papi yang udah tua, gitu?" sergah lelaki bercambang itu.
"Aih, sensitif kayak merek testpack!" Snowy terkikik, Rega sang ayah memang lebih tua belasan tahun dari ibunya, Rega hot Daddy milik Vanessa Disaga.
"Snow Sayang Papi, biar udah tua tapi masih ganteng dan awet muda." Snowy memeluk pria itu sambil tertawa. Cinta pertama gadis itu, bermuka masam rupanya.
🏔️🏔️🏔️🏔️
^^^🏔️🏔️🏔️🏔️^^^
"Ini ngapain sih beliin jas begini?!" Pria yang menekuk wajahnya bernama Mahesa. Dan yang memakaikan dasi kupu-kupu itu ibunya.
Mahesa lajang di usianya yang sudah 26 tahun, dan dia jomblo sedari putus dari Snowy, adik kelas yang dulu pernah mengejar cintanya.
Mahesa sedari SMA dikenal anti cewek, tak pernah pacaran. Sekalinya tunangan itu pun karena dipaksa orang tuanya.
Sampai di delapan bulan berstatus sebagai tunangan Snowy. Dia membuat kesalahan yang akhirnya membuat Snow memutuskan pertunangan bersamanya.
Menurut kabar selentingan, Snowy memiliki banyak kekasih. Sedang dirinya masih saja jomblo bahkan sampai detik ini.
Orang orang mengatakan, Mahesa ini penyuka sesama jenis. Tapi, belum ada yang bisa membuktikan dugaan dugaan miring temannya selama ini.
Saat ini, meski tak suka berdasi dan berjas, pangeran tampan milik Selena itu sudah bekerja, sebagai fotografer handal juga mengelola bisnis bar yang sudah memiliki banyak cabang di provinsi-provinsi.
"Besok kita mau dateng ke pesta. Jadi kamu harus mau pake jas sama dasi. Biar tambah ganteng!"
Mahesa melempar dasi kecilnya ke sofa kamarnya. Ini aneh, sejak kapan fotografer mengenakan dasi dan jas? "Esa udah ganteng tanpa harus pake dasi!"
"Nurut Esa!" Mahesa mendengus, dia ingin menolaknya, tapi tidak mungkin bisa jika Selena sang ibu yang memaksa.
Senyum Selena seketika terbit tatkala menyadari perubahan wajah putranya. Dari yang dulu masih lucu sekarang sudah lebih terlihat dewasa.
"Anak Mama udah pantes banget jadi suami. Kamu tuh mirip Papa." Mahesa memutar bola matanya, dia tak suka jika disamakan dengan ayahnya.
Snowy cantik dengan gaun putih elegan, rambut tak dibiarkan terikat. Kakek, nenek, ayah, ibu, dan hampir seluruh keluarganya memuji akan kecantikannya.
"Ngomong-ngomong siapa yang mau nikah? Mami belum kasih tahu loh." Snowy sedari kemarin bertanya itu, tapi tak dijawab ibunya.
"Kak Esa, Sayang."
"Apa?!" lonjak Snowy melotot. Begitu tega senyuman Vanessa saat mengutarakan itu.
"Loh, kenapa?" Rega tertawa melihat respon sontak putrinya.
"Kalian becanda hah?" Raut muka gadis itu mengecut seketika. Tadi moodnya baik, entah lah mendengar berita ini Snowy tak baik sama sekali. "Ngapain ngajakin Snow ke pernikahan mantan sih haaaaah?"
"Emang kenapa?" Vanessa masih sempat-sempatnya membetulkan tatanan rambut Snowy yang sumpah ingin sekali dia acak-acak sendiri. "Snow cemburu?"
"Dih, sorry!" Gadis itu tertawa sekilas dengan wajah yang aneh. "Snowy cemburu? Hellooooo, kayak nggak ada cowok lain ajah!"
Di masa lalu Mahesa selalu acuh padanya, mungkin saja tidak normal. Dari sekian banyak pria, hanya Mahesa yang tak pernah menunjukkan sikap sukanya.
Sudah jelas, Mahesa suka sesama jenis. Atau mungkin impoten. Yah, sejenis itu mungkin, aaah kenapa pikiran Snowy kacau.
"Sudah siapkan? Kita masuk." Rega menggiring putri dan istrinya masuk, Snowy sempat ingin melarikan diri tapi Rega menarik kerah gaun gadis itu. "Snow..."
"Papi, gaun Snowy nanti rusak." Vanessa protes. Dia usahakan Snowy sempurna pagi ini tapi Rega semudah itu menariknya.
"Snow nggak betah di sini. Lagian sama siapa sih Kak Esa nikah? Sama cowok juga?"
"Kalo pengen tahu, masuk makanya!" Rega jadi kesal, dia paksa Snow masuk walau kondisi wajahnya mulai masam.
Tiba di dalam, kepala Snowy sibuk mengedar menyisir pandangannya ke segala arah. Ini gila, konsep dekorasi pernikahan Mahesa benar-benar sesuai dengan impiannya.
Elegan, mewah, didominasi campuran warna-warni lembut. Di pintu masuk balai pernikahan, ada inisial SM yang menyambut.
"Jadi siapa yang mau nikah sama cowok nggak normal itu hmm? So Lee min? So Lee Hin? Apa So Mad?"
"Jangan ngomong sembarangan." Rega menjewer telinga anaknya yang bawel. Lagi dan lagi yang dipikirkan Vanessa hanya dandanan gadis itu.
"Nyatanya tuh cowok nggak normal!" ketus Snowy kekeuh. "Sama Snow yang cantik dan kaya ajah nggak tertarik, apa lagi sama orang lain!"
Mendengar itu, sontak Rega menghela napas berat, tapi ia maklum jika putrinya mewarisi kesombongannya. Like Rega like Snowy and Sky, bukan?
🏔️🏔️🏔️🏔️
^^^🏔️🏔️🏔️🏔️^^^
"Snowy yang menikah?!!!!!!!"
Mahesa terperanjat mendengar penuturan ibunya. Baru saja dia mengetahui jika ternyata dia akan menghadiri acara pernikahan mantan satu- satunya.
"Hmm," angguk Selena. Dasi kupu-kupu yang menancap di kerah leher putranya dia coba untuk rapikan. "Kita harus ke dalam," ajaknya.
"Ettt..., mau ke mana?" Roland sang sahabat, membegal jalan Mahesa. Bisa-bisanya sudah serapi itu mau pergi ngeluyur begitu saja.
"Gue males ketemu Snow!" ketus Mahesa yang lekas ditertawakan Roland, Dewa, Gladys, dan King; sahabat-sahabatnya.
Bahkan, hingga di usia ke 26 tahun mereka masih menjadi teman sejati. Saling dukung, dan yah inilah yang membuat Mahesa tak merasa kesepian dengan status jomblonya.
"Kenapa? Masih ada rasa?" tanya King.
"Kalo Lo keluar, berarti Lo masih ada rasa sama Snowy," timpal Dewa.
Mahesa cukup lama terdiam, dia tak ingin menunjukkan ekspresi apa pun karena dia tidak sama sekali cemburu apa lagi masih memiliki rasa. Bahkan, dia tak pernah punya sedikit pun rasa pada Snowy sedari dulu.
"Udah masuk!" Dewa mendorong teman sejawatnya masuk ke dalam gedung yang didekorasi dengan sangat elegan.
"Apaaa?! Menikah?!" Seketika gedung pernikahan mewah itu gonjang-ganjing. Ada beberapa perabot yang terjatuh karena pekikan suara Mahesa dan Snowy.
Snowy tak menyangka jika hari ini dia akan dihadapkan pada pernikahan. Terlebih, Esa yang harus menjadi mempelai prianya.
Ya, Mahesa Bakhtiar, sebut Esa sebagai panggilan kesehariannya. Masih jelas Snowy ingat ketika Mahesa menolak surprise yang dia siapkan di hari ulang tahun pria itu.
Sampai detik ini Snowy benci lelaki yang terus saja mengacuhkannya. Bahkan tak pernah terlihat suka padanya.
Lantas, dengan tiba-tiba Rega sang ayah mengatakan hari ini, di gedung megah ini, dia yang akan menjadi mempelai wanita dari Mahesa Bakhtiar.
Tak kalah terkejut, Mahesa pun sama tidak tahu menahu soal rencana pernikahan yang entah ide siapa ini. Konyol dan gila, dia tak sekalipun bermimpi menikah dengan Snowy.
Play girl, bar-bar, banyak bicara, licik, dominan dan lain sebagainya yang membuat Mahesa urung cinta meski Snowy dikenal cukup cantik bagi mata semua orang.
"Tidak!" Snowy dan Mahesa menolak secara bersamaan. "Aku tidak mau menikah!"
"Tanda tangan!" Rega menyodorkan lembaran kertas yang diberikan materai. Di sana tertulis sebuah determinasi yang aneh.
Poin satu, Snowy bukan lagi bagian dari X-meria group. Hanya anak, tidak termasuk pewaris.
Poin ke dua, beberapa tempat bisnis hiburan yang dikelola keluarga Mahesa yaitu bar elit yang maju di mana-mana sudah menjadi hak milik Rega karena bar itu sedang masa bangkrut dan Rega lah yang saat ini memiliki 70% saham mayoritas.
Kemudian apa bila Mahesa tak mau menikah dengan Snowy maka secara otomatis Mahesa akan kehilangan beberapa bisnisnya.
Semua ini dilakukan demi kebaikan bersama, sebab Rega yakin Snowy bertransformasi menjadi play girl tidak lain tidak bukan karena cintanya pada Mahesa tak sampai.
Rega juga melihat, selama ini Mahesa bukan pria yang memiliki banyak kekasih apa lagi bermain wanita. Mahesa kandidat yang cocok dijadikan menantu idaman.
Adanya konflik bisnis Selena yang mulai gonjang-ganjing, Rega si pemimpin X-meria group menggunakan kesempatan ini untuk menyatukan sepasang mantan kekasih itu.
Esa menatap nyalang ibunya yang dia anggap cukup egois. "Jadi Mama atur ini demi bisnis Mama maju lagi?"
"Tapi ini demi kebaikan kamu, Esa."
Wanita itu tidak terpaksa sama sekali, karena dia pikir selama ini Mahesa juga menyukai Snowy, hanya belum mau mengatakannya saja.
"Kalian kok jahat sih!" Snowy tak terima. Dia melirik kecil wajah Mahesa yang agaknya kecewa pada Selena.
Pastinya, itu semua karena Mahesa tak pernah mau menikah dengannya. Dan jika begitu, Snowy pun tak mau menikah dengan lelaki yang tak bisa menerimanya.
"Snowy menolak!"
"Tanda tangan dan bersiap untuk menyaksikan harta warisan mu berpindah tangan ke Om Daru." Rega berikan ultimatum.
"Apa?!" Snowy melotot penuh.
"Terima kasih, Bang." Daru, adik Vanessa yang usianya seusia Snowy melempar senyum nyengir pada iparnya.
"Om tega?!" Snowy mendeliki Daru yang agaknya santai dengan hal tersebut.
"Siapa yang nggak suka warisan, Snow? Setelah kamu nggak setuju menikah, aku yang akan kaya raya sendirian."
"Dasar spek saudara yang suka minjem seratus!" Snowy menginjak Omnya hingga meringis kesakitan karena ujung heels mengenai ujung kakinya.
"Jadi gimana?" tawar Rega kembali. "Kalian boleh berdiskusi. Waktunya hanya dua puluh menit." Rega bangkit dari sofa, untuk menatap Snowy sambil membetulkan dasinya.
"Pernikahan ini tidak murah. Selain kalian akan malu. Kalian juga akan kehilangan harta warisan. Menurut Papi, menikah dan memberi cucu untuk Papi itu hal yang lebih mudah dari pada harus luntang-lantung di jalanan."
Selena mendekati putranya, membisik sesuatu di telinga Mahesa. "Esa, bisnis Mama satu-satunya. Akan pindah ke tangan Om Rega, Sayang. Kamu masih tega buat nolak pernikahan ini?"
Mahesa mengetus. "Tapi Esa bukan barang yang bisa dibarter!"
"Bukan, bukan barter. Tapi Snowy calon yang baik untuk mu Sayang, percayalah."
Sejatinya, Selena paham kenapa Mahesa menjadi makhluk yang paranoid. Cinta masa lalu dirinya dan ayah Mahesa membuat Mahesa trauma.
Pernikahan bukan hal yang ingin Mahesa gapai, Mahesa laki-laki bebas, Mahesa yakin bisa hidup sendiri meski tanpa wanita, apa lagi gadis seperti Snowy.
"Kalian bicara dulu, diskusi dulu dengan kepala dingin." Rega, Vanessa, Selena pergi meninggalkan kedua makhluk rupawan itu.
Dua puluh menit waktu yang diberikan Rega, tapi sudah sepuluh menit waktu yang mereka buang sia-sia. Keduanya diam tak bicara satu pun kata, hanya aksi saling lirik saja yang ada.
Bicara dari mulai mana dulu? Itulah yang sebenarnya dipikirkan oleh mereka. Sungguh, kikuk, kaku, beku, Mahesa tak bisa pilih kata jika bukan Snowy yang lebih dulu bicara.
Namun, sepertinya gadis itu sudah tidak mau lagi bicara panjang lebar seperti yang dilakukan dulu saat masih mengejar cinta Mahesa.
"Jadi gimana?" Giliran ada keberanian untuk berucap keduanya bersamaan. "Kau dulu!" Dan itu pun secara bersamaan pula. Mereka seperti kembar identik.
"Kamu dulu saja!" Snowy segera menimpa ucapannya tadi. "Kamu maunya apa? Jelas aku menolak menikah sama kamu!" ketusnya.
"Tapi ayah kamu mau mengambil satu- satunya bisnis keluarga ku!" tukas Mahesa. "Kalian orang kaya, benar-benar luar biasa!"
Sindiran Mahesa membuat Snowy menarik sudut bibirnya. "Jadi gimana mau nikah apa enggak hah?!" tanyanya sok tak butuh.
Mahesa terdiam sejenak. "Ya sudah nikah saja! Lagian nggak ada pilihan lain!" katanya.
Itu hal yang cukup menjengkelkan bagi seorang Snowy white rain. "Kamu terpaksa?"
"Kamu juga terpaksa kan?" tukas Mahesa.
"Ya jelas lah!" Snowy tertawa menjengkelkan sambil memutar manik birunya. "Pacar Snowy masih ada di mana-mana kali, ngapain ngarep nikah sama kamu!"
"Jadi apa maunya?" Mahesa kesal karena Snowy yang sekarang selalu memanggil sebutan kamu, bukan Kak Esa seperti dulu.
"Ok, kita nikah tapi tidak boleh saling cinta, gimana?" Snowy usul. "Di luar sana, Snowy masih punya banyak pacar!"
"Berapa banyak?" Entah lah, Mahesa jadi penasaran dengan informasi itu.
"Mungkin dua puluh."
Mahesa mendelik, tapi kemudian dia meredup mata dengan memicingkan kelopaknya, dia berpikir, dia akan lakukan sesuatu untuk play girl kecil yang gila ini.
"Ok!" Mahesa akhirnya menyeletuk kan kata- kata itu. "Kita menikah!" ajaknya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!