NovelToon NovelToon

Perjalanan Hidup Anin

Bab 1

Anin seorang gadis yang kini telah menyelesaikan masa belajarnya di bangku SMA. Anin merupakan anak pertama dari pasangan Papa Yusuf dan Mama Hilda. Anin tidak mempunyai adik maupun kakak. Ya, Anin terlahir sebagai anak tunggal dari Papa Yusuf dan Mama Hilda.

Awal-awalnya kehidupan Anin sangatlah harmonis. Bahkan para tetangga mereka sampai terkagum-kagum dengan keharmonisan keluarga Anin. Tapi siapa yang menyangka itu hanya pandangan luar saja. Nyatanya Anin dan mamanya hanya tinggal berdua.

Beberapa tahun lalu papa Anin memutuskan untuk meninggalkan Anin dan juga istrinya itu. Entah apa alasannya Anin juga tidak mengerti. Mamanya juga hanya bisa pasrah dengan keputusan Papanya Anin.

Memang, sejak dulu Papa dan Mama Anin tiap hari pasti bertengkar. Hingga kini, saat Anin niatnya akan menyampaikan keinginannya untuk melanjutkan kuliah harus ia tunda. Melihat kondisi kedua orang tuanya yang tinggal terpisah, membuat Anin ragu untuk menyampaikan keinginannya itu.

"Ma.... Mama nggak papa?" Begitulah kira-kira perkataan Anin. Meskipun ia tahu hati mamanya sangat sedih dan sakit kali ini. Tapi Anin mencoba untuk ikhlas menerima semua cobaan ini.

"Mama nggak papa kok nak. Mama mau istirahat dulu ya.!" ucap mama Anin kemudian ia naik ke atas tempat tidurnya dan merebahkan tubuhnya yang melemah.

Anin akhirnya memutuskan untuk keluar dari kamar mamanya dan kembali ke kamarnya.

*****

PoV Anin

Tadinya aku mengira aku bisa berbicara kepada papa dan juga mama soal kelanjutan pendidikan aku. Tapi saat aku hendak menemui orang tua ku yang ku lihat mama sudah menangis seperti memohon-mohon pada papa. Sedang papa sibuk memasukkan beberapa helai pakaiannya ke dalam tas.

Ada apa ini? Kenapa papa sampai mengemasi barang-barangnya seperti itu? Beribu pertanyaan terkumpul dalam pikiran ku. Aku tidak ingin langsung masuk dan bertanya begitu saja. Ini kehidupan kedua orang tuaku, aku takut jika aku tiba-tiba masuk dan bertanya. Sedang ku lihat wajah papa begitu merah. Menandakan papa sangat marah kali ini.

Tapi apa permasalahannya...?

Lamunanlu buyar saat papa keluar dari kamar, ia melirik ke arahku sejenak dan tanpa berkata sedikitpun ia langsung melenggang pergi begitu saja. Kulihat mama masih terduduk lesu setelah kepergian papa. Ku coba mendekat ke arah mama dan kupeluk ia, seakan aku memberikan kekuatan untuk mama.

"Ma.... Mama nggak papa?" Begitulah kira-kira perkataan Anin.

Diam...hening... tak ada jawaban.

Hingga beberapa menit kemudian, mama memelukku, sangat erat. Aku bisa membayangkan perasaan sedih mama kali ini.

Ini memang sudah biasa aku saksikan. Tapi kali ini berbeda dengan sebelumnya. Kini aku hanya menjalani hidup berdua saja dengan mama tanpa figur papa lagi.

*****

Setelah aku memastikan mama tertidur, aku kembali ke kamarku. Di kamar ini, kembali aku mengingat momen kebahagiaan keluargaku bersama mama dan papa. Tapi hari ini dunia seakan menamparku dengan begitu hebatnya. Hanya mama yang sekarang aku punya. Papa sudah meninggalkan kami. Meskipun aku belum tahu apa alasannya. Biarlah aku menunggu jawaban dari mama.

Niatku yang ingin menyampaikammn soal kelanjutan kuliahku terpaksa aku undur. Aku tidak ingin meminta yang berat-berat. Aku tidak ingin menyusahkan mama.

Saking asyiknya bergulat dengan pikiran sendiri membuatku terlelap. Satu jam, dua jam, hingga tiga jam berlalu aku masih bermain di dunia mimpiku. Dimana aku bertemu teman-teman baru dan bisa kuliah seperti yang lainnya.

Seketika.....

Tok....tok...tok....

Aku terbangun kala mendengar suara ketukan pintu kamarku. Aku mengerjapkan mata, ternyata aku terlalu lama tidurnya. Aku bergegas bangun dan segera menemui mama yang mungkin sedari tadi memanggilku.

Kreett....

"Ma..." ucapku saat sudah kubuka pintu dan tampak dihadapanku mama dengan kondisi mata lembab dan sayu. Kasihan sekali mamaku.

"Maaf ya nak, mama jadi ganggu istirahat kamu." ucap mama lagi. Dan lagi mama masih bisa menampilkan senyum terbaiknya dihadapanku. YaAllah betapa kuatnya wanita dihadapanku ini.

Aku langsung memeluk mama. Aku menangis dalam pelukan wanita yang sudah rela berkorban demi aku. Mama yang merasakan aku tengah menangis, akhirnya ia juga ikut menumpahkan air matanya yang sedari tadi ia mencoba tahan.

"Maafkan mama nak.." ucap Mama

"Mama nggak perlu minta maaf, mama nggak salah. Mama jangan khawatir, masih ada Anin yang bakal selalu ada disamping mama."

Kembali aku memeluk mama, hingga beberapa saat kami melepaskan pelukan itu dan kembali mengobrol di ruang keluarga.

Mama duduk di ruang keluarga sambil menyalakan televisi. Aku yakin itu hanya pengalihan mama saja. Aku gegas ke dapur untuk membuat dua gelas teh dan juga menyiapkan cemilan.

Setelah semua sudah tersaji, gegas aku kembali ke ruang keluarga tak lupa membawa nampan berisi dua gelas teh dan setoples cemilan.

"Ma...ini minum dulu tehnya ya, biar perasaan mama lega sedikit." ucapku dan memberikan mama segelas teh hangat.

"Makasih ya nak." ucap mama sambil menyeruput sedikit demi sedikit teh yang kuberikan tadi.

Terdengar hembusan nafas kasar yang keluar dari mulut mama. Aku yakin sekali mama masih memikirkan masalahnya.

"Alhamdulillah, tehnya enak sayang." ucap mama lagi.

Aku hanya membalas perkataan mama dengan senyuman. Aku juga ikut menikmati teh dan juga cemilan yang aku bawa.

Aku dan mama masih saling terdiam, hanya fokus menikmati segelas teh dihadapan kami berdua. Hingga tiba-tiba....

"Anin, gimana soal kelanjutan sekolah kamu sayang? Apa kamu sudah dapat informasi soal kampus?" Ucap mama yang membuatku terkaget.

Deg...!

"Emmm.. Ma, Anin kayaknya nggal usah kuliah. Anin berencana mau langsung kerja saja."

"Maksud kamu gimana nak? Tidak...tidak... Kamu harus kuliah sayang. Apa karena masalah ini kamu mengurungkan niatmu itu?"

Jlebbsss

Lagi dan lagi perkataan mama benar. Apa yang tengah aku pikirkan langsung ia ucapkan begitu saja?

"Nggak kok ma." ucapku tapi itu hanya bohong. Aku tidak mau membuat mama susah.

"Kamu itu sudah 17 tahin bersama mama sayang. Jadi mama bisa tahu kamu ini bohong atau jujur." ucap mama sambil terkekeh.

Ini benar mama? Akhirnya aku bisa membuat mama tertawa meski sebentar saja.

"Anin, mama janji pada diri mama sendiri. Mama akan memberikan yang terbaik buat kamu nak. Kamu anak mama satu-satunya. Kamu harus kuliah, gapai cita-cita kamu selagi mama masih ada. Sekarang kita hanya berdua saja. Mama yang akan mencarikan biaya untuk kuliah kamu."

"Tapi ma..."

"Tidak ada tapi-tapian Anin. Ini permintaan mama satu-satunya sama kamu nak."

"Terimakasih ya ma. Anin sayang sama mama. Mama sehat selalu ya, jangan pernah ninggalin Anin. Anin takut sendiri." ucapku sambil memeluk mama.

"Iya nak. Sudahi sedih-sedihnya sayang. Gimana kalau sekarang kamu siap-siap gih sana. Kita makan diluar yuk.!"

"Mama sudah baikan kah? Sampai ngajak aku makan diluar."

"Mama akan mencoba ikhlas sayang. Mungkin takdir mama dan papa kamu hanya sampai disini. Yang terpenting sekarang bagi mama itu kamu." Ucap Mama lagi

Akhirnya aku kembali ke kamar dan bersiap-siap. Rasanya sudah lama aku tidak makan diluar bersama mama. Belakangan ini mama terlihat sibuk dengan pekerjaannya.

*****

Kini aku dan mama sudah berada di sebuah rumah makan, pengunjungnya tidak terlalu ramai, jadi aku dan mama lebih leluasa memilih tempat duduk.

Akhirnya aku memilih duduk di meja paling ujung. Memang aku dan mama mempunyai kesamaan jika makan di tempat seperti ini, kita memilih duduk di paling ujung.

Setelah 1 jam berlalu, akhirnya rasa lapar yang sedari tadi membuatku pusing dengan suaranya kini sudah lega dan sudah terisi.

Aku diajak jalan-jalan sama mama. Hingga malam pun tiba. Kami memutuskan untuk pulang. Karena sepertinya mama juga sudah sangat lelah. Besok ia harus kerja.

Setibanya di rumah, mama langsung pamit pada ku dan langsung masuk ke kamarnya. Biarlah mama menenangkan dirinya dulu. Aku tahu ini pasti berat buat mama.

Aku juga memutuskan untuk masuk ke kamar dan segera bersih-bersih. Setelah aku mengganti bajuku dengan baju tidur aku langsung menuju tempat tidurku. Tak lupa aku mengambil ponselku dari dalam tas yang tadi aku bawa dan berjalan menuju tempat tidurku.

Kulihat ponselku ternyata ada pesan yang belum sempat aku balas. Bukan belum sempat balas memang sedari pergi aku tidak membuka ponselku.

Satu pesan dari Rika

"Anin, lo udah bilang belom sama orang tua lo soal kuliah? Gue tadi udah ngobrol tau sama orang tua gue dan mereka setuju dan kabar gembiranya orang tua gue ngijinin kita sekampus kalau perlu sejurusan. Keren kan gue.."

Begitulah kira-kira isi pesan dari Rika. Ya, Rika teman baikku sejak masuk SMA, tapi meskipun kita teman baik tapi aku tidak pernah menceritakan permasalahan aku ke dia. Kata mama biarlah masalah kita, cukup kita dan Tuhan yang tahu.

Kembali lagi ke Rika.

Langsung aku membalas pesan dari Rika. Semoga saja ia belum tidur.

"Sorry ya Rik, gue tadi habis jalan-jalan sama mama. Ponsel aku di tas terus tadi."

Send...

"Oke nggak papa beib. Jadi gimana soal kuliah?"

"Aku lanjut kok Rik. Alhamdulillah kali ini kita masih dikasi kesempatan untuk sama-sama lagi."

"Ahhhhh seneng deh. Ohya tadi aku sudah sempat search di medsos, dan untuk kampus yang mau kita tuju, penerimaan mahasiswa barunya terbuka minggu depan."

"Oh ya? Cepat juga ya.."

"Kemungkinan kita minggu depan ke kampus itu deh Nin, biar kita bisa cari informasi yang lebih akurat dan terpecaya."

"Iya Rik. Terserah kamu. Nanti aku beritahu mama dulu. Tapi nanti minggu depan jemput ya."

"Aman itu beb. Yaudah gue mau lanjut videocallan sama ayang dulu. Babay Anin semoga tahun ini lo nggak jomblo yaa.."

Tak kubalas lagi pesan dari temanku itu. Langsung ku letakkan ponselku di atas nakas disamping kasurku. Dan tak lama mataku terpejam.

*****

Bab 2

Seminggu kemudian, kini tiba saatnya Anin dan juga Rika bersiap-siap untuk ke kampus. Jarak dari rumah Anin ke kampus sekitar satu jam. Jadi Rika sepagi-pagi mungkin sudah datang menjemput Anin di rumahnya.

Tap...

Tap....

Tap....

Terdengar langkah kaki yang membuat Rika menoleh ke sumber suara. Rika seketika menghentikan main ponselnya karena yang sedari tadi ia tunggu akhirnya datang juga.

"Maaf ya telat Rik. Lo juga sih kepagian banget ini kitanya." ucap Anin saat sudah berada di samping Rika.

"Heh, jarak dari rumah ke kampus aja itu sejam. Jadi nggak papa dong kalau kita berangkat jam segini." ucap Rika lagi seakan ia tidak mau salah.

Pertengkaran mereka terhenti saat mendengar suara mama Anin.

"Duh ini anak gadis kok pagi-pagi sudah bertengkar aja sih?" Tanya mama Anin yang muncul dari arah dapur.

"Ini nih ma si Rika, kepagian banget dia mau ke kampus. Paling mau nyari cogan lagi nih anak." ucap Anin yang masih kesal pada Rika.

Sedangkan Rika yang disebut namanya apalagi bawa-bawa kata cogan segera membekap mulut Anin.

"Rik, tangan lo bau jeruk nipis aelah." Ucap Anin tapi nyatanya ia hanya bercanda saja. Ia hanya suka melihat raut kekesalan dari bestienya itu.

"Sudah-sudah, mending kalian berdua sarapan dulu gih. Rik, makan dulu ya baru kalian berangkat."

"Iya tante makasih sebelumnya loh jadi repot deh tante pagi-pagi masak." ucap Rika dengan lembut.

Anin dan Rika kini fokus makan. Tak ada pembicaraan di antara mereka. Hampir tiga puluh menit, akhirnya kegiatan sarapan mereka sudah selesai. Kini keduanya pamit dan segera melakukan perjalanan mereka.

*****

Tak terasa, kini sejam terlewati dan keduanya sudah tiba di kampus yang mereka tuju. Anin maupun Rika terkagum dengan suasana kampus yang ada di hadapan mereka. Tak mau berlama-lama lagi, keduanya langsung menuju salah satu gedung di kampus itu.

Saat tiba di gedung tersebut keduanya semakin bingung.

"Anin, kita mau ngapain nih? Kok gue jadi oon gini ya?" Tanya Rika sambil celingak celinguk entah apa yang ia cari

"Lo itu kesini mau kuliah Rika." ucap Anin. Sebenarnya Anin mengetahui jika bestienya ini sedang mencari cogan. Dasar Rika.

"Coba tanya deh Nin, daripada kita kek patung doang disini." perintah Rika.

Tak mau berdebat terlalu lama dengan Rika, akhirnya Aninlah yang pergi mencari informasi. Karena baru pertama kali ia ke kampus ini, tanpa sadar Anin sudah melupakan Rika. Ia berjalan keliling tanpa ia sadar jika Rika ia tinggalkan di lobby.

Saat sedang mencari tiba-tiba Anin di kejutkan dengan orang yang menepuk bahunya.

"Rika.. Lo apa-apaan sih.! Lo kan tau gue nggak suka digituin. Rik..."

"Astaga maaf kak saya pikir tadi teman saya."

Ternyata Anin mengira yang menepuk bahunya itu Rika, ternyata mahasiswa di sana.

"Maaf ya dek, saya lancang tadi. Soalnya saya perhatiin kayak orang bingung. Apa ada yang bisa saya bantu.?" Tanya pria itu.

Anin diam entah kenapa ia tiba-tiba hilang fokus sampai-sampai ia tidak mendengar ucapan dari pria itu.

"Oh ya kenalin saya Kak Gilang. Nama kamu siapa?" Tanya pria itu lagi

"Hah?" Jawab Anin

"Emm maaf kak, saya permisi dulu." ucap Anin dan hendak pergi dari hadapan pria itu.

"Tunggu dulu...!!" ucap pria itu

Anin dengan berat hati menghentikan langkahnya dan berbalik.

"Jika kamu bingung, saya bisa bantu." ucapnya lagi

"Ahh nggak perlu kak, teman saya sudah dapat informasi. Kalau begitu saya permisi kak." ucap Anin dan benar-benar pergi dari hadapan pria itu.

*****

Rika sedari tadi pusing mencari Anin, ia sudah mencoba menghubungi Anin tapi tidak ada jawaban. Saking lelahnya, Rika memilih menunggu Anin di kursi lobby saja. Toh pasti Anin akan lewat di area lobby.

"Anin...!!!" teriak Rika

Anin yang merasa namanya di panggil segera menkleh ke arah suara. Ternyata Rika. Ia langsung mendekat ke arah Rika dan tanpa bicara lagi, Anin menarik tangan Rika untuk segera pergi dari sana.

"Eh...apaan nih?" Tanya Rika yang bingung dengan sikap Anin

Tak ada jawaban sama sekali dari Anin, hingga keduanya sudah tiba di parkiran, Anin masih diam. Rika segera menghempaskan tangannya dari genggaman Anin.

"Lo kenapa sih Nin? Kayak habis liat hantu aja lo. Asal kamu tahu ya Anin ku tersayang, urusan kita belum selesai, malah ditarik pulang."

"Maaf ya Rik."

"Emang tadi kamu ketemu hantu ? Sampe narik-narik segala."

"Aku tadi ketemu cowok, keknya mahasiswa disini. Dia tadinya mau bantuin aku, tapi aku malah pergi."

"Ya ampun Anin, lo harusnya gercep dong, apalagi cowok nih. Lo kan masih jomblo, siapa tau aja dia jodoh lo. Ya kan? Ah pasti seru tuh judulnya Seniorku calon imamku." ucap Rika dengan gaya halunya.

Anin yang kesal dengan Rika tanpa berpikir dua kali ia memukul lengan bestienya itu.

"Ih Anin sakit tau. Ntar aku laporin kamu sama ayang aku." ucap Rika dengan nada manjanya.

"Udah deh Anin, mending sekarang kita masuk lagi. Urusan kita belum selesai. Ayo buruan." ucap Rika dan tanpa menunggu jawaban dari Anin ia kembali membalas ia menarik tangan Anin mengikuti langkahnya.

Keduanya kembali masuk ke dalam.gedung tersebut. Saat Rika sedang bertanya-tanya, Anin tanpa ia sadar pria tadi mengikutinya.

"Ternyata namanya Anin. Hmmm manis juga." ucap pria itu dan segera pergi sebelum Anin melihatnya.

*****

PoV Gilang

Namaku Gilang aku seorang mahasiswa di salah satu universitas *****. Aku mengambil jurusan **** di kampus itu. Kini sudah Tiga tahun aku kuliah. Lebih tepatnya kini tengah semester 7.

Hari ini, aku akan ke kampus. Kebetulan hari ini aku akan mengurus keperluan untuk magang dan pengurusan skripsiku. Disaat aku tengah menunggu dosen pembimbing ku tiba-tiba arah mata ini tak sengaja melihat ke arah seorang gadis. Saat ku dalami wajahnya tiba-tiba aku mengingat kekasihku dulu bernama Nina. Kekasihku Nina meninggalkan aku untuk selamanya karena penyakit yang di deritanya.

Hingga saat aku melihat gadis itu, kenapa aku mengingat kekasihku Nina? Apa dia benar-benar Ninaku? Gadis pujaan hatiku yang selama ini aku merindukannya. Apakah rasa rindu yang selama ini ku pendam akan ku labuhkan pada Nina ku?

Seketika aku tersadar...

"Astagfirullah..!!"

Ninaku sudah tenang bersama Allah. Tapi siapa gadis itu? Aku harus mengikutinya.

Dengan rasa penasaranku yang tinggi, aku mencoba mendekatinya. Tapi ternyata tak semudah itu untuk mendekatinya. Saat ku bertanya padanya, ia malah pergi. Karena masih penasaran, akhirnya aku mengikuti tanpa sepengatahuannya.

Dan ternyata ucapannya tadi benar. Ia bersama temannya. Tak peduli, yang penting bagiku adalah dia. Karena dia rasa rinduku pada Nina sedikit terobati. Kenapa wajahnya sangat persis dengan Ninaku.

Saat ku intip obrolannya dengan temannya, ternyata ia sedang mencari informasi di kampus. Karena aku tidak mau kehilangannya akhirnya aku memutuskan kembali ke fakultas dan menemui salah satu pegawai bagian penerimaan mahasiswa baru.

Setelah membujuk dengan berbagai macam cara, akhirnya keinginanku di setujui. Rasanya aku tidak sadar akan menanti hari itu tiba.

*****

Kembali pada Anin dan Rika....

Kini keduanya sudah kembali ke gedung, saat mereka tengah kebingungan sosok bapak-bapak datang menghampiri keduanya.

"Selamat pagi dek..!" ucap bapak itu dengan sopan.

"Iya pak selamat pagi juga." jawab Rika

"Kalian ini mau daftar mahasiswa baru ya?" Tanya bapak itu langsung.

Disisi lain, Rika berbisik pada Anin membuat bapak tadi bingung.

"Suuut.. Nin ada yang aneh nggak menurut lo?" Tanya Rika

"Perasaan nggak deh. Kenapa emangnya?" tanya Anin

"Duh, bestikuuu ini bapak-bapak kok bisa tau ya tujuan kita kesini? Apa jangan-jangan bapak ini cenayang ya? Hiiii ngeri banget sih.." oceh Rika

"Ish mulut lo itu mau dilakban. Namanya juga sudah profesional. Udah deh, mending diiyain aja."

"Iya pak, kita lagi nyari informasi." Jawab Anin

"Baik, mari ikut bapak ke dalam." ucapnya dan berjalan ke salah satu ruangan.

Keduanya berhenti di satu meja.

"Oh jadi kalian ya yang mau daftar?" ucap ibu-ibu itu entah siapa namanya.

"Emmm iya bu."

"Kalian bisa klik link yang ini, nanti tinggal kalian lanjutin proses pendaftarannya. Dari jadwalnya perkiraan jadwal tes tertulis dan wawancara akan diadakan sekitar tiga pekan lagi." ucapnya lagi dan hanya dibalas anggukan oleh keduanya.

Setelah urusan selesai, saat keduanya mau pamit, ibu tadi menahan tangan Anin.

"Teruntuk kamu, nanti saat isi formulirnya pilih jurusan xxxxx dan untuk kamu pilih jurusan xxxx." ucap ibu tadi.

Tanpa mencurigai sedikitpun, dan tetap berpikir positif keduanya mengiyakan dan segera pamit undur diri.

Keduanya langsung pulang kerumah, nanti saat dirumah saja keduanya baru mendaftar.

*****

Sejam perjalanan kini keduanya sudah tiba di halaman rumah Anin. Rika ikut masuk kerumah Anin. Ia mungkin akan pulang sore.

Saat tengah fokus isi formulir, tiba-tiba Rika menghentikan kegiatannya membuat Anin bingung.

"Udah selesai daftarnya? Tanya Anin.

"Belum.."

"Lah terus kok berhenti?"

"Daritadi gue mikir, kok jurusannya malah ibu-ibu tadi yang atur sih?"

"Mungkin kuota mahasiswanya tinggal itu doang kali yang belum full." Anin masih berpikiran positif.

"Masa sih?"

"Sudah nggak usah dipikirin. Yang penting sekarang kita selesaiian ini dan bersiap untuk ujian nanti."

Keduanya kembalu melanjutkan aktifitasnya. Hingga beberapa menit berlalu, proses pendaftaran mereka sudah Acc. Tinggal menanti ujian tiga pekan lagi.

*****

Bab 3

Tiga minggu Anin habiskan dengan belajar. Ia tidak ingin menyia-yiakan kesempatan ini. Seperti sekarang ini, Anin masih di kamarnya belajar. Ia bahkan jarang membuka ponselnya kecuali jika ada pesan ataupun telpon.

Kreet.....

Suara pintu berbunyi pertanda akan ada yang masuk membuat Anin menghentikan kegiatan belajarnya.

"Duh anak mama ini rajin banget sih sampai nggak keluar-keluar kamar." ucap sang mama yang sudah berada di samping Anin.

"Iya ma, soalnya jadwal ujianku lusa."

"Iya mama tahu, tapi jangan terlalu keras gini juga. Mama nggak mau kamu kenapa-napa."

"Nggak kok ma. Ini juga bentar lagi Anin udahan dulu belajarnya."

"Ya sudah jangan lupa banyak berdoa biar dimudahkan." ucap mama dan berlalu keluar dari kamar Anin.

Sesuai perkataannya tadi, Anin menyudahi belajarnya. Dan kini ia tengah bersantai di atas tempat tidurnya.

Tak butuh waktu lama, Anin tidur juga.

*****

Di sisi lain....

Rika sedari tadi mencoba menghubungi Anin tapi tidak ada respon sama sekali.

"Duh mana sih nih anak. Apa jangan-jangan di tidur? Telpon tante Hilda aja deh."

Rika segera mencari kontak mama Anin dan memencet logo memanggil pada layarnya.

"Halo assalamualaikum tante, ini Rika tan."

"Waalaikumussalam. Oh iya nak. Ada apa nak? Tumben telpon tante."

"Maaf ya tan, jadi ganggu. Ini tan dari tadi Rika coba telpon ke nomornya Anin tapi nggak di respon."

"Mungkin dia nggak denger kali. Tadi saat tante ke kamarnya dia sibuk belajar. Mending kamu kesini saja deh, sekalian kita makan malam bareng-bareng.:

"Wah serius tan? Lumayan makam gratis dan enak malam ini."

"Kamu ada-ada aja Rik. Ya sudah tante tutup ya telponnya. Tante tunggu ya."

Tutt.....

Setelah selesai menelpon Rima segera bersiap-siap dan segera meluncur menuju kediaman Anis.

Tak butuh waktu lama, kini Rika sudah ada di rumah Anin. Tadi ia sudah sempat mengecek langsung ke kamar rupanya Anin sedang tidur. Karena bosan dan bingung mau ngapain, akhirnya Rika menyusul ke dapur. Disana terlihat mama Anin masih sibuk dengan urusan perdapuran.

"Loh Anin mana Rik?" Tanya mamanya

"Masih tidur tuh di kamarnya."

"Anin seharian belajar terus ya? Apa Anin nggak capek ya?"

"Tante juga heran. Bahkan ia jarang bantuin tante juga."

"Wah ternyata cogan kemaren membawa dampak baik buat Anin." gumam Rika dan tanpa sadar Mama Anin mendengarnya.

"Cogan? Anin ketemu cogan? Tanya mamanya Anin. Ia begitu kaget dan terheran-heran. Karena selama ini yang ia tahu, Anin paling anti sama laki-laki.

"Rik kasih tau tante dong.

"Oke. jadi kemaren ada senior kayak pengen bantuin Anin. Tapi ternyata si Anin malah pergi. Malahan kita belom selesai mendaftar tapi si Anin malah buru-buru minta pulang tan. Keselkan aku jadinya tan. Jadi aku dan Anin coba masuk lagi ke dalam."

"Tapi nih ya tan, ada yang ganjal sih menurut aku."

"Kenapa memang Rik?"

"Masa nih ya tan, aku sama Anin di suruh pilih jurusan yang udah ditentuin sama ibu-ibu di situ. Aneh kan tan?"

"Aneh sih iya, tapi kamu jangan berpikir negatif. Sudah mending sekarang kamu ke kamarnya Anin gih, cek apa dia udah bangun apa belum."

"Siap Komandan."

Mama Hilda hanya menggeleng kepala melihat tingkah Rika. Ya, Rika sahabat Anin sejak SMA dan kini hubungan mereka semakin dekat seperti saudara. Mama Anin sudah menggangap Rika seperti anaknya sendiri. Apalagi Rika ia jarang mendapat perhatian dari mamanya. Kedua orang tuanya terlalu sibuk bekerja hingga melupakan Rika.

*****

Di tempat lain....

Rika mencoba membangunkan Anin yang ternyata masih tidur. Setelah sekian cara akhirnya Anin bangun juga.

"Aish.." kata itu pertama kali dikatakan oleh Anin

"Bangun Nin, lama amat sih tidurnya."

"Ngapain kesini?"

"Ya mau numpang makan lah."

"Udah mending sekarang lo mandi, terus kita makan malam bareng."

"Hemmm udah sana keluar." usir Anin

Rika langsung keluar dari kamar Anin dan kembali ke dapur.

"Rika gimana nak? Anin udah bangun?"

"Udah kok tan."

"Rik sini duduk sama tante."

"Ada apa tan? Kok roman-romannya serius bener dah."

"Kamu ini bisa aja deh. Gini Rik, mulai sekarang kamu jangan manggil dengan sebutan tante lagi ya, tapi kayak Anin manggil mama." ucap Mama Anin dengan lembut sambil mengelus kepala Rika.

Rika yang mendapat perlakuan seperti itu dari mama sahabatnya segera berhambur memeluk mama Anin. Lama pelukan itu. Mama Anin ikut memeluk gadis di sampingnya.

"Udah jangan sedih lagi ya, kan masih ada mama, masih ada Anin. Kamu jangan lupa untuk selalu mendoakan kedua orang tua kamu ya. Biar gimanapun, mereka masih peduli kan sama kamu?".

"Iya ma, tapi Rika butuh perhatian mereka tapi dimata mereka dengan uang semua masalah selesai tanpa mereka memikirkan aku maunya gimana."

"Sudah jangan sedih lagi. Nanti cantiknya hilang loh."

"Ah mama bisa aja. Makasih ya ma."

"Sama -sama sayang."

Kembali keduanya saling berpelukan hingga keduanya tidak menyadari kedatangan Anin.

"Duh romantis banget sih. Ada apa nih tiba-tiba pelukan?"

"Nggak papa kok nak. Ya sudah kalian makan gih."

"Oke ma." ucap keduanya serempak

Anin belum menyadari perubahan panggilan Rika pada mamanya. Keduanya menikmati makan malam tanpa ada pembicaraan diantara mereka. Hingga acara makan selesai, setelah membereskan bekas makan keduanya duduk di ruang keluarga.

Malam itu ketiga menghabiskan malam penuh canda tawa. Tak terasa sudah jam 10 malam, Rika harus segera pulang. Saat Rika sudah pulang, Anin segera ke kamarnya. Mamanya sedari tadi sudah masuk duluan di kamarnya.

Dikamarnya Anin tengah berpikir. Entah kenapa Anin merasa ada yang aneh tapi ia sendiri bingung apa.

Tak ingin terlalu memikirkan, Anin memutuskan untuk tidur.

*****

Hari ujian yang dinanti oleh Rika dan juga Anin tiba. Hari ini sepagi mungkin keduanya sudah siap untuk berangkat ujian. Dengan berbekal doa dari seorang Ibu keduanya melajukan kendaraan membelah jalanan yang masih sepi.

Sejam kemudian, keduanya sudah tiba di kampus. Setelah memarkirkan motor keduanya melangkah masuk menuju ruangan mereka. Ternyata ruangan ujian Anin dan Rika berbeda. Mau tak mau keduanya berpisah.

Anin berjalan menyusuri tangga demi tangga untuk bisa sampai di ruangan ujiannya. Langkahnya terhenti saat merasa ada yang menahan lengannya. Anin mencoba berbalik ternyata....

"Nina...kamu nina kan? Aku sangat merindukan kamu Nin." ucap pria itu.

"Maaf nama saya Anin bukan Nina." ucap Anin dan segera pergi dari hadapan pria itu.

"Tunggu...!!!" ucapnya lagi

"Maaf kak, saya ada ujian pagi ini. Permisi."

"Tunggu sebentar, bisa saya minta waktu kamu lima menit saja."

Tanpa menjawab Anin segera pergi, ia tidak mau berurusan dengan pria. Ya pria tadi adalah pria yang waktu itu saat Anin pertama kali ke kampus.

"Nina? Siapa Nina? Pacarnya kah?"

"Duh Anin ngapain du kepoin sih."

*****

Ujian tertulis berhasil di lalui Anin, tinggal menunggu ujian wawancara. Semoga hasilnya memuaskan dan ia bisa berkuliah.

Anin merogoh saku roknya dan mengeluarkan benda pipih yang sedari tadi tadi ia simpan di balik saku roknya. Ternyata ada pesan dari Rika.

"Nin kalau lo udah selesai ujian langsung ke kantin aja ya. Gue udah ada dikantin, udah gue pesenin juga makanan buat lo."

Setelah membaca pesan dari Rika, ia segera menuju ke kantin yang di maksud Rika.

Saat di pertengahan tangga lagi dan lagi Rika bertemu dengan pria itu lagi. Tapi kenapa kali ini sikap pria itu bersikap acuh.

Tak mau pusing, Anin mengabaikan dan kembali melanjutkan langkahnya menuju ke kantin. Sampai di kantin, Anin meneliti tiap meja berharap sosok yang ia cari bisa ia temukan. Dan benar saja, Rika sudah duduk di pojokan. Anin segera mendekat. Dan duduk di kursi berhadapan dengan Rika.

"Nin, napa tuh muka?"

"Hah? Muka gue napa?"

"Lo ada masalah?"

"Emm Rik, lo inget nggak soal cowok yang kemaren itu?"

"Yang mana? Oh yang pas kita lagi nyari info pendaftaran?" tanya Rika lagi dan hanya dibalas anggukan oleh Anin.

"Kenapa sama dia? Ketemu lagi ya ?"

"Iya, tadi dia sempat nahan gue."

"Terus...terus...?"

"Tapi dia manggil gue dengan sebutan Nina, kan nama gue Anin."

"Biasanya kalau kasus seperti itu, si cowok itu punya kekasih tapi wajahnya mirip sama lo kali."

"Mana ada sih kek gitu."

"Ya biasanya gitu."

Kini isi pikiran Anin berkecamuk, memang bukan sesuatu yang penting, tapi ini bisa membuat anin risih, bisa saja ini akan membuat Anin terus di dekati laki-laki. Sedangkan Anin takut dengan yang namanya laki-laki..

*****

Kini ujian wawancara tengah berlangsung. Lagi dan lagi Rika dan Anin berpisah. Hampir tiga jam berlalu, Anin sudah melewati semua ujiannya dengan baik.

Anin segera mencari bangku kosong untuk ia duduk. Rasanya hari ini begitu capek. Anin merogoh ponselnya dan mengirimkan pesan pada Rika dan juga mamanya.

Rika

"Rik, lo udah selesai tes belum?"

Send...

Mamaku sayang❤️

"Mam, alhamdulillah ujian Anin sudah selesai. Doakan ya ma semoga hasilnya memuaskan."

Send

.....

Tinggg

Satu pesan dari Rika

"Belum nih, keknya masih lama. Maaf ya jadi nungguin gue."

"Ya nggak papa. Gue nunggu di lantai 3 ya."

"Okey beb, tengkiuuu"

******

Saat tengah sibuk membaca novel di ponselnya, seketika ada yang tiba-tiba menghampirinya dan duduk tak jauh dari Anin.

Dan ternyata pria itu lagi....

Anin mencoba mengacuhkan pria di sampingnya, ia kembali fokus menikmati bacaan novelnya.

"Gimana ujiannya?" Tanyanya tiba-tiba membuat Anin menghentikan aktifitas membacanya. Tak ada jawaban dari Anin. Anin mengemasi barang bawannya dan hendak pergi dari sana.

"Tunggu Anin, please kasih saya waktu lima menit untuk bicara sama kamu." ucapnya lagi

Anin kembali diam, tatapan matanya fokus kedepan. Tanpa menoleh sedikitpun ke arah pria di sampingnya.

"Kamu mirip sekali sama dia." ucapnya seketika.

"Maaf kak, tapi saya Anin."

"Iya maafkan saya. Sebelumnya saya minta maaf jika sejak pertemuan saya sudah membuat kamu risih."

Diam. Anin tidak meresponnya sama sekali. Hingga tiba-tiba ponsel milik Anin bergetar tanda ada yang menghubunginya.

"Halo ma."

..........

"Iya ma, ini Anin lagi nungguin Rika."

...........

"Iya ma.."

........

"Maaf kak saya permisi." ucap Anin dan langsung berlalu dari sana. Entah kenapa ia merasa aneg sejak pertemuan pertama mereka.

Jika diteliti baik-baik, pria itu memang baik hanya saja Anin risih dengan caranya.

******

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!