NovelToon NovelToon

Tamat

Capitolo 1: Primo

•Buona Lettura•

Roma, Italia

DOR... DOR... DOR... DOR...

Empat peluru yang berhasil membunuh satu orang. Michael tersenyum melihat lawannya tak mampu melawan dirinya. Inilah kehidupan Michael Morrone yang tidak ada habis-habisnya membunuh dan membunuh. Michael menaruh kembali pistolnya di balik jasnya yang berwarna hitam.

Selamat tinggal bedebah.

Michael menaruh sebuah peledak di balik tubuh mayat itu. Setelah menaruh peledak tersebut Michael bergegas keluar dari kamar hotel. Michael sengaja tak menutup pintu hotel itu kembali. Michael berjalan santai tanpa rasa bersalah. Michael masuk ke dalam sebuah lift.

Di dalam lift Michael tampak santai sambil bermain ponsel miliknya. Dan tak lama kemudian lift yang Michael tumpangi sudah tiba di lantai paling bawah. Pintu lift pun terbuka secara otomatis. Michael menyimpan ponselnya kembali di balik jasnya dan berjalan keluar dengan tangan kiri yang masuk ke dalam saku.

DUAR... DUAR...

KRINGGG...

Bunyi ledakan dan bunyi alarm siaga berbunyi di waktu yang sama. Michael tersenyum mendengar suara ledakan yang begitu indah dan merdu. Sedangkan para tamu hotel berteriak histeris mendengar suara ledakan. Para penjaga hotel dan resepsionis hotel tampak terkejut mendengar suara ledakan mereka semua turut menenangkan situasi sembari membawa para tamu ke luar hotel.

Michael tampak tersenyum melihat orang yang berlari terbirit-birit keluar. Sungguh pemandangan yang sangat indah. Michael tampak berjalan santai seolah-olah tidak terjadi sesuatu di sekitarnya. Ia berjalan menuju ke arah mobilnya yang terparkir di pinggir jalan.

CEKLEK

Michael menutup pintu mobilnya. Ia mengambil sebuah botol minum yang tergeletak di samping kursi.

GLUK...

"Ahh, segarnya" lega Michael disaat kerongkongannya di aliri air mineral yang segar.

Michael menaruh botol minumnya di sampingnya. Ia menyalakan mobilnya dan lansung melaju ke apartemen.

Singkat cerita Michael telah sampai di apartemen termewah di Roma. Ia keluar dari mobilnya tak lupa mengunci mobilnya kembali.

Michael berjalan masuk ke dalam apartemen. Seperti biasa situasi apartemen yang Michael tempati sangatlah ramai. Banyak para pengunjung kelas atas nampak sibuk mengantri di meja resepsionis hotel.

Michael melangkah berjalan kearah lift. Tidak lama kemudian lift itu terbuka lebar. Michael lansung melangkah masuk. Di dalam lift ia menunggu sampai tiba di lantai teratas.

TINGGG...

Michael tiba di lantai teratas. Ia berjalan keluar menuju kamarnya. Setibanya di kamar ia membuka pintu hotel itu dan menutupinya kembali.

Michael merebahkan dirinya diatas ranjang yang empuk. Ia mengusap mukanya kasar. Dirinya begitu bosan dan kesepian mengingat umurnya telah 30 tahun. Teman-teman Michael sudah memiliki istri bahkan anak. Michael merasa iri melihat teman-temannya begitu bahagia bersama keluarga mereka. Sedangkan dirinya, sungguh miris.

Michael mengambil ponselnya di balik jas. Ia menelpon anak buahnya.

"Kirim senjata kimia ke dermaga Rusia!."

"Baik Signore (Tuan)."

Michael mematikan sambungannya. Ia menaruh ponselnya diatas nakas. Ia beranjak dari ranjang lalu menuju ke kamar mandi. Setidaknya dengan mandi bisa menghilangkan rasa bosan dan kesepian. Jika Michael merasa bosan dan kesepian ia lebih baik mandi sembari ditemani air yang mengalir dari atas kepala sampai kebawah kakinya.

Michael memilih untuk tidak berendam. Ia memilih untuk berdiri dengan shower yang berada diatas kepalanya. Michael melepaskan jasnya dan menaruhnya di tempat pakaian kotor. Pistol yang tadi ia gunakan Michael menyimpannya diatas bath up. Michael melepaskan semuanya kini tidak ada sehelai pakaian pun yang melekat ditubuhnya.

Michael berjalan ke arah shower. Lalu ia menyalakannya. Ia mengatur air shower itu menjadi air dingin. Air dingin itu mulai mengalir ke semua tubuh Michael. Sensasi dingin mampu menghilangkan sedikit demi sedikit rasa bosan dan kesepian yang melekat pada dirinya. Michael memejamkan matanya. Rasa dingin itu tak sama sekali terasa menyentuh hatinya yang dingin.

Michael segera mematikan shower. Lalu menoleh ke kanan. Sekilas ia menatap dirinya di pantulan cermin. Air yang mengalir dan berjatuhan satu per satu.

"Kenapa hidup ini terasa membosankan dan kesepian. Bahkan air pun tak sudi menemaniku?" batin Michael.

"Kenapa diriku tidak pernah merasakan kasih sayang? Bahkan orang tuaku saja dibunuh secara kejam! Ini sangat tidak adil!" isak Michael.

Meskipun dirinya kaya dan berkuasa. Namun ia memiliki rasa sakit hati yang mendalam. Michael merasa tertekan batinnya. Ia sama sekali tidak merasakan rasa kasih sayang tulus. Ia hanya mendapatkan rasa kasih sayang palsu.

"Padre, Madre, Michael merindukan kalian..." ucap Michael dengan gemetar sembari menahan air mata yang sedari tadi meronta ingin keluar.

•Continua•

Capitolo 2: Indifeso

•Buona Lettura•

Setelah acara mandi selesai, Michael memakai setelan jas berwarna hitam. Mengingat dirinya suka berwarna hitam yang artinya hidup penuh kegelapan dan kesunyian.

Setelah memakai setelan hitamnya. Michael menatap dirinya di depan cermin.

Kegelapan dan kesunyian selalu menemani diriku.

Tak lupa Michael memasukkan pistolnya dibalik jasnya. Setelah semuanya siap Michael bergegas keluar dari kamar apartemen.

CEKLEK

Michael menutupi kembali pintu tersebut. Ketika ia hendak melepaskan kartu hotel.

DOR... DOR...

Dua peluru yang hampir saja mengenai dirinya. Michael lansung menghindar dan mengeluarkan pistolnya di balik jas. Michael membalas tembakannya ke arah dua pelaku yang menembaki dirinya.

DOR... DOR...

Michael bersembunyi dibalik tembok sebagai pelindung. Namun kedua orang itu cukup pintar menghindari balasan serangan dari Michael.

Bedebah selalu mengganggu saja.

Michael nampak sedang berpikir. Sangat tidak mungkin melawan mereka berdua yang ada dirinya mati ditangan musuh. Namun pikirannya terganggu oleh sebuah granat yang berguling-guling disampingnya. Sontak Michael mengambil granat itu dan melempar kembali ke arah musuh.

DUAR...

Namun granat itu meledak saat Michael melemparnya. Alhasil granat itu tak mengenai para musuh. Michael harus mencari solusi di keadaan seperti ini.

DOR... DOR... DOR... DOR...

Para musuh menembaki Michael secara brutal dibalik tembok. Michael merasakan peluru panas itu berhasil menembus pundaknya dan bagian perutnya. Hancur sudah pertahanan Michael. Dirinya terjatuh pingsan.

Sedangkan para kedua pelaku itu menghampiri Michael. Mereka berdua berjongkok di hadapan tubuh Michael.

"Dia sudah mati sepertinya" ucap pelaku itu sembari menatap darah segar yang mengalir dari mulut dan pundak Michael.

"Kurasa seperti itu, dasar lemah" ejek pelaku satu laginya seraya mengacungkan jari jempolnya kebawah kepada Michael.

"Misi telah selesai, mari kita pulang saja!" titah pelaku seraya berdiri dari jongkoknya.

"Baiklah" ujar pelaku satu laginya ikut berdiri.

Mereka berdua lansung pergi dan meninggalkan lokasi kejadian.

Michael terkapar tak berdaya. Empat peluru berhasil meruntuhkan pertahanan dirinya. Kini Michael pingsan dengan darah mengalir terus keluar. Dan keadaan di lantai atas sangatlah sepi. Namun alarm siaga lansung berbunyi. Para penjaga apartemen berlari ke arah lift menuju lantai teratas.

TINGGG...

Para penjaga hotel berlari keluar dan memeriksa sekitar. Sangat sulit bagi mereka, mengingat apartemen ini sangat luas. Tiba-tiba mereka dikejutkan satu pria dengan keadaan mengenaskan.Tanpa basa basi mereka semua mengecek pria itu.

"Dia masih hidup" ucap salah satu penjaga apartemen dengan memegang denyut nadi pria itu.

"Apalagi yang kita tunggu! Bawa dia sebelum hal buruk menimpa dirinya!" titah satu penjaga apartemen itu dengan sigap mengeluarkan satu tandu.

"Baik, angkat dia perlahan-lahan" penjaga itu mengangkat pria itu dengan perlahan-lahan dibantu oleh penjaga lainnya.

Setelah itu mereka semua berlari tergesa-gesa menuju lift. Tak lama kemudian pintu lift terbuka lebar. Mereka semua lansung masuk dan satu penjaga menekan tombol lantai 1.

TINGGG...

Lift yang mereka tumpangi telah tiba di lantai bawah. Mereka semua bergegas berlari keluar dari apartemen. Banyak para tamu apartemen melihat hal itu. Mereka semua menatap iba ke arah Michael.

"Apa kau sudah menghubungi rumah sakit?" tanya penjaga apartemen sembari berlari.

"Sudah, bahkan ambulan telah sampai" jawab penjaga apartemen itu dengan kedua tangan mengangkut tandu.

Mereka semua berlari dengan cepat kearah ambulan. Mengingat keadaan pria ini sekarat.

Tak lama kemudian sebagian penjaga apartemen ikut ke dalam ambulan, dan sebagiannya lagi tidak ikut.

Dan ambulan pun berjalan sangat cepat menuju rumah sakit.

Rumah Sakit

Mereka semua keluar dari ambulan. Para perawat dan dua penjaga apartemen mendorong brankar ke arah kamar ruang operasi.

"Mohon maaf signore, silahkan menunggu diluar" ucap perawat itu lansung menutupi pintu ruangan operasi.

Mereka berdua mengangguk dan menunggu diluar.

2 ore dopo...

"Atas nama keluarga signore Michael Morrone?" tanya dokter itu pada dua penjaga apartemen.

"Bukan, kami berdua hanya penjaga apartemen" jawab salah satu penjaga apartemen.

Dokter itu mengangguk. Kemudian ia berkata lagi "Apakah keluarga signore Michael Morrone ada?."

Mereka berdua menggeleng tidak tau.

"Baiklah, dari saya lihat pasien mengalami luka tembak pada bagian pundak dan lambung. Untung saja luka itu tidak terlalu cukup serius. Sehingga kami dapat menanganinya" jelas sang dokter itu.

Kedua penjaga apartemen itu bernafas lega mendengar penjelasan sang dokter.

"Baiklah saya permisi dulu" pamit dokter itu lalu berjalan keluar meninggalkan mereka berdua.

"Dan satu lagi signore boleh menengok pasien" ucap dokter itu tanpa menoleh ke arah mereka berdua dan berjalan meninggalkan mereka berdua.

"Apa kita harus masuk kesana?" tanya penjaga itu bingung kepada temannya.

"Kurasa harus, bagaimana pun kita harus menghubungi keluarganya" jawab penjaga apartemen itu.

"Baiklah."

Mereka berdua masuk ke dalam ruang operasi.

CEKLEK

Kedua penjaga hotel itu melihat keadaan korban tadi dengan keadaan terkapar lemah. Mereka berdua melangkah ke arah pria itu tidak lupa menutup pintu.

"Signore" penjaga apartemen itu menepuk lengan pria itu. Sementara temannya ia menunggu reaksi dari pria itu.

Michael berusaha membuka matanya perlahan-lahan. Mata Michael terbuka sempurna. Spontan ia merasa aneh kenapa semua ruangan berwarna putih? Apakah dirinya sedang di surga bersama orang tuanya?.

"Akhirnya anda sadar signore" ucap mereka berdua bersamaan.

Michael menoleh ke arah samping. Ia melihat dua pria asing yang sama sekali ia tidak kenal. Sekilas ia mengingat kejadian tadi yang menimpa dirinya.

"Apa mau kau!" sinis Michael ke arah mereka berdua.

Kedua penjaga apartemen itu terkejut mendengarnya.

"Maaf kami penjaga apartemen yang membawa signore ke rumah sakit".

"Omong kosong! Kau yang menembaki diriku bukan! Jawab bedebah!" bentak Michael. Ia sudah tidak peduli dengan keadaan dirinya.

"Tenang signore, kami hanya penjaga apartemen saja" ujar penjaga apartemen itu sembari menyentuh lengan Michael.

Michael menepis lengan penjaga apartemen itu dengan kasar. Ia tidak mau disentuh.

"Jika kalian penjaga apartemen, hubungi para mafiosoku!" titah Michael.

Kedua penjaga apartemen itu nampak terkejut mendengarnya.

"Maaf signore, kami tidak mengerti".

"Ck dasar bodoh" cibirnya.

"Kalian cari ponselku!" titah Michael.

Kedua penjaga apartemen itu mengangguk. Mereka berdua mencari ponsel milik signore Michael. Tidak membutuhkan waktu yang lama ponsel milik Michael berhasil ditemukan.

"Ini signore" penjaga apartemen itu menyodorkan ponsel milik Michael.

Michael lansung menerimanya dan menelpon para mafiosonya.

•Continua•

Capitolo 3: Ragazza Forte

•Buona Lettura•

Para mafioso Michael telah tiba dirumah sakit. Bahkan puluhan mobil berjejer rapih memenuhi parkiran. Mario Adkins yang merupakan tangan kanan Michael. Bisa dibilang Mario sangat diandalkan, bahkan berbagai misi yang ia selesaikan dengan mulus tanpa lecet.

Mario berlari ke arah ruangan dimana signore Michael di operasi.

Mario berhasil menemukan ruangan yang ia cari. Mario lansung masuk tanpa mengucapkan permisi.

"Siapa kalian berdua!" geram Mario sembari mengeluarkan pistolnya dibalik jas dan menodong ke arah dua orang asing itu.

Sontak kedua penjaga apartemen itu terkejut dan mengangkat kedua tangannya ke atas.

"Turunkan senjatamu Rio, mereka berdua adalah orang yang telah membantuku!" titah Michael.

Mario menurut, ia menaruh kembali pistolnya dibalik jas. Kemudian ia menghampiri signore Michael. Sementara kedua penjaga apartemen itu bernafas lega. Mereka berdua menurunkan tangan mereka.

"Kenapa bisa seperti ini signore?" tanya Mario heran.

"Panjang ceritanya" jawab Michael. Sebenarnya ia sedang malas menceritakan kejadian tadi.

"Baiklah."

Lalu Mario berkata lagi "Bagaimana keadaan signore?."

"Seperti yang kau lihat."

Mario mengangguk.

"Kalian berdua boleh pulang."

"Baik signore, kami permisi dulu" pamit mereka berdua lalu meninggalkan ruangan operasi.

"Mario aku punya tugas untukmu."

"Apa itu signore?" tanya Mario.

"Selidiki insiden penyerangan ini, aku ingin kau memeriksa apartemen yang aku tempati!" titahnya.

"Baiklah signore, ada lagi?."

"Cukup, laksanakan tugasku dengan baik atau tidak kepalamu ku penggal" peringat Michael dengan nada sedikit mengancam.

"Siap, saya akan melaksanakannya dengan baik signore" ujar Mario mantap. "Kalau begitu saya permisi dulu signore" pamit Mario lalu beranjak keluar dari ruangan operasinya.

Kini tinggalah Michael sendirian. Kesepian kembali melanda dirinya.

Andaikan saja diriku mempunyai seorang istri. Diriku tidak akan kesepian lagi.

Dilain tempat...

Seorang gadis yang sedang sibuk menyirami tanaman di sore hari. Ia menjemur dirinya tepat diatas matahari. Namun gadis itu tidak merasa kepanasan mengingat matahari tidak terlalu terik.

"Fiuh, beres juga ya akhirnya" ucap gadis itu seraya menyeka keringat yang mulai bercucuran dari keningnya.

Perkenalkan namaku Cilla Putri. Aku merupakan seorang gadis yatim piatu. Orang tuaku meninggal disaat aku berumur 15 tahun. Kini umurku sudah menginjak 18 tahun. Diriku berusaha mengikhlaskan kedua orang tuaku. Sedikit demi sedikit aku mulai terbiasa hidup sendirian dan mandiri. Namun aku tidak mempunyai pekerjaan sama sekalipun. Mengingat diriku hanya tamat pendidikan menengah atas. Masa remajaku penuh kesedihan. Disaat aku bersekolah tak ada satu pun orang-orang yang mau berteman denganku. Bahkan aku sering dibully anak yatim piatu. Aku menangis mendengarnya, tetapi aku harus kuat menjalani hidup. Aku merasakan penderitaan hal itu selama bertahun-tahun. Aku hanya seorang gadis yang miskin, bahkan aku sangat bersyukur bisa makan dan memiliki tempat tinggal di desa.

"Lebih baik aku memasak nasi dulu aja" Cilla pergi masuk kedalam rumah kecilnya.

Setelah memasak nasi, Cilla pergi kearah dapur yang terletak di luar halaman. Ia sering kali memasak menggunakan kayu dengan api. Hari ini Cilla akan memasak tempe balado. Bisa dibilang Cilla sangat pandai dalam memasak meskipun umurnya masih belasan tahun.

"Lalalala" Cilla menyanyi sambil memasak.

Cilla lebih senang hidup di desa dibandingkan hidup di kota. Ia bisa merasakan sejuknya angin desa tanpa polusi.

TELOLET... TELOLET... TELOLET...

Saat Cilla sedang menuangkan tempe balado ke piring, ponsel Cilla berdering. Cilla menaruh wajannya diatas meja dan mengambil ponsel nokia versi jaman dulu yang tergeletak di atas meja.

"Halo bibi."

"Hai Cilla, nanti datang ke warung yah, antarkan 5 kotak kue ke toko nanti yaa Cilla."

"Oke bi."

"Oke Cilla, bibi matiin yaa."

TUT... TUT... TUT... TUT...

Cilla kembali menaruh ponselnya disamping.

Semangat Cilla kau pasti bisa.

•Continua•

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!