Rava Tristian Nugraha
Usiaku saat ini 22 tahun. Aku putra dari pasangan papa Adi Nugraha dan mama Imelda putri. Saat ini aku menjabat sebagai Ceo di perusahaan papaku yaitu Pt. Nugraha Grup. Oh ya aku punya seorang kk perempuan namanya Vinda Putri Nugraha dia saat ini tinggal di luar negri bersama suaminya. Aku juga punya sahabat namanya Dinda Kartika Putri Diansyah. Dia itu lucu, asyik, nggemesin, tapi makannya banyak, tapi sayang sampe saat ini dia masih jomblo. Aku juga punya kekasih namanya Luna Aura olivia dia memang gadis biasa saja tapi bagiku dia luar biasa. Dia mandiri bisa hidup sendiri. Yah dia yatim piatu. Pertama kali aku melihat dia entah mengapa aku langsung terpesona ku fikir aku langsung jatuh cinta. Waktu itu aku lagi jalan sama Dinda di sebuah taman aku melihat dia sedang mengajari anak- anak jalanan , melihat dia tersenyum entah kenapa aku merasa nyaman. Sejak saat itu aku terus memikirkan dia entah kenapa aku jadi menyesal kenapa tidak langsung minta no hp nya. Keesokannya kami bertemu kembali di sebuah cafe ketika aku sedang makan siang tanpa basa basi aku minta no hp nya . Sejak saat itu aku dan dia mulai dekat sampai akhirnya kami jadian. Mama dan Papaku juga belom tau soal hubungan kami. Ku fikir belom waktunya mereka tau. Setiap kali aku mengajak Luna untuk bertemu orang tauku dia slalu bilang belom siap. Dia slalu bilang takut tidak di trima oleh orang tuaku..
Dinda Kartika Putri Diansyah
Usiaku saat ini masih 18 tahun , saat ini aku masih kuliah di salah satu Universitas Jakarta . Aku putri dari pasangan Dicky Agus Diansyah dan Dewi Safitri . Aku juga punya kk namanya Alvano Airil Diansyah, dia sayang banget sama aku , usianya 22 tahun. Mungkin karna aku adik satu - satunya kali ya. Oh ya dia masih jomblo. Dia slalu bilang kalau nanti cari istri harus bisa sayang sama adiknya juga. Aku juga punya sahabat namanya Rava Tristian Nugraha. Aku slalu merasa nyaman saat berada di dekatnya. Aku mulai merasa ada perasaan lebih di dekatnya setiap aku berada di dekatanya oh tuhan jantungku rasanya kaya lari maraton. Tapi aku slalu mencoba menepis perasaanku ini . Aku sadar dia sudah punya kekasih namanya Luna, aku juga kenal sama dia. Setiap apapun yang mereka lalui pasti rava slalu cerita. Sebenarnya hatiku rasanya kaya di tusuk-tusuk jarum, sakit sekali. Luna memang cantik, mandiri,dewasa tidak sepertiku . Aku bahkan slalu di bilang manja sama kak Rava.
Luna Aura Olivia
namaku Luna usiaku saat ini 20 tahun. Aku bekerja di salah satu cafe di kota ini. Aku anak yatim piatu. Dari kecil aku d besarkan di panti asuhan. Mereka bilang orang tuaku meninggal kecelakaan. Dan dari saudara- saudara dari mama dan papaku tidak ada yang merawatku mereka bilang aku pembawa sial. Jadi makanya aku di besarkan di panti.
Aku punya kekasih namanya Rava Tristian Nugraha, namanya cakep bukan. Aku sangat mecintainya, tapi terkadang aku suka minder dengannya dia begitu sempurna, sementara aku. Tapi dia slalu bisa menghiburku, ah senyumnya begitu manis bukan. Bagaimana aku tidak terpesona dengannya.
bersambung...
perkenalan dulu ya teman2 ini karya pertamaku
Kediaman Nugraha
waktu menunjukkan pukul 07.30 Wib.
tok.. tok.. tok.. tok.. bunyi ketukan pintu, membuat seorang pria yang saat ini masih bergelung dalam selimut tebalnya, menggeliat merasa terganggu.
"Ah siapa sih mengganggu saja, ini masih pagi aku masih sangat ngantuk. Menyebalkan". tanpa menghiraukan suara itu dan kembali terpejam.
tok... tok.. tok.. tok.. kembali berbunyi ketukan pintu
"Rava sayang ini mama nak. Bangun ini sudah siang nak. Bukankah hari ini kamu ada meeting pagi. Cepat bangunlah mama dan papa tunggu di bawah ya."teriak Imelda dari balik pintu kamar Rava
"Dam'n it shit... aku hampir lupa hari ini aku ada meeting. Ya, ma sebentar, nanti Rava nyusul". jawab Rava sambil buru- buru bangkit ke kamar mandi.
Imel menuruni anak tangga dan berjalan mendekat ke arah meja makan di mana sang suami Adi nugraha tengah duduk di sana.
"Rava mana ma..?". tanya papa Adi
"Baru bangun pa. Mungkin lagi mandi sudah biarkan saja nanti juga dia nyusul."
"anak itu kenapa bisa kesiangan. Apa semalam dia bergadang. Hari ini kan ada meeting pagi ma"jawab papa Adi sambil menutup koran yang ia baca.
"sudah .. yang sabar biarkan saja. Mungkin dia sedang merasa lelah." mama Imel mencoba menenangkan suaminya.
"Ya sudahlah lah.. papa berangkat dulu ya ma". pamit papa Adi sambil mencium dahi istrinya
Tidak lama setelah itu terlihat Rava dengan stelan jas yang rapi, berjalan menuruni tangga dan mendekat ke arah meja makan.
"Morning mama sayang" ucap Rava sambil mencium pipi mamanya.
"morning juga sayang.. Sarapan dulu ya mama sudah siapkan susu dan nasi goreng kesukanmu.."
" Mama emang paling the best.. tapi Papa mana ma?" tanya Rava
"papa mu sudah berangkat dari tadi" jawab mama imel.
"Oh ya ampun aku kan ada meeting, aku buru- buru.. mah aku langsung berangkat aja ya" kata Rava sambil melirik arloji yang melingkar di tangannya..
"lho.. nak sarapan dulu nak".
" mama aku benar- benar buru-buru ini sudah hampir telat. Nanti Rava sarapan di kantor aja ya ma.. daaa mama.."ucap Rava sambil berlalu pergi
sementara mamanya hanya mengelengkan kepala melihat kelakuan putranya..
Rava telah sampai di samping mobilnya dan hendak membuka pintu mobilnya namun tiba' tiba...
"kak Rava...".
Rava berjingkat kaget sambil mengelus dadanya.
" Oh ya ampun jantungku mau copot rasanya. Hey Dinda apa- apaan sih kamu tiba- tiba nongol aja udah kaya jaelangkung aja datang gak d jemput pulang gak di antar". omel Rava.
Dinda mengerucutkan bibirnya kesal, "ya ampun cantik- cantik gini masa di bilang jaelangkung sih kak. Masih cantikan Dinda kemana - mana kali kak Rava. Bahkan lee min hoo aja klepek - klepek kalau lihat Dinda." jawab Dinda.
"Ada apa ..? aku buru - buru ni. Sudah sana minggir. Kalau ada perlu nanti saja ya." tanya Rava sambil kembali mencoba membuka pintu mobilnya.
"ihh kak Rava aku tuh mau numpang mobil kak Rava. Emmm anterin ke kampus ya.. si mang Asep kan lagi pulang kampung. Kak Rava tau sendiri Dinda kan gak di bolehin bawa mobil sendiri.. kak Vino juga udah berangkat ngantor sama papa Dinda kesiangan" Rayu Dinda dengan gaya sok imutnya..
" tidak.. tidak.. aku sedang buru-buru . Aku gak mungkin sempat nganterin kamu. Kamu naik taksi aja biar aku pesenin". tawar Rava.
"kak Rava tega banget sih nyuruh Dinda naik taksi. Udah gak mau ni anter Dinda lagi, mentang - mentang udah punya pacar Dinda nebang aja gak boleh. Ya sudah aku tinggal bilang aja sama tante Imel bilang aja kak Rava pelit sudah punya pacar gak mau anter Dinda lagi" ancam Dinda.
"eh.. tunggu- tunggu.. Oke oke aku anterin sekarang masuk.. Dasar bisanya ngancam sama ngadu.",
Dinda bersorak senang, "nah dari tadi kek begini jadikan kita gak perlu berdebat.." ucap Dinda sambil masuk ke dalam mobil dan memasang seat belt nya.
"Brisik .. tutup mulutmu"..
jawaba Rava dengan tegas. Sehingga membuat Dinda reflek menutup mulutnya dengan telapak tangannya .
Rava mulai melajukan kendaraannya dengan kecepatan tinggi. Hingga membuat Dinda gemetaran.
"Oh ya ampun.. Ya Tuhan lindungi Dinda. Dinda belom mau mati, Dinda masih ingin hidup. Dinda belom menikah, Dinda kan juga pengen punga keluarga yang bahagia. Bahkan Dinda belom merasakan punya pacar Ya tuhan Dinda masih jomblo. Kasihani Dinda ya Tuhan.. kalo mau ambil nyawa kak Rava saja Dinda belom mau"..cerocos Dinda dengan suara gemetar namun tiba- tiba.
"shitttt..."suara rem berehenti tepat di depan kampus Dinda.
"untunglah Dinda selamat.. kak Rava ini bawa mobil apa bawa pesawat sih kaya terbang tau. Kalau mau mati jangan ajak- ajak Dinda dong Dinda kan masih pengen hidup. Karna Dinda kan..."
"cukup.. diam.. aku sudah tidak punya waktu lagi untuk mendengar ocehanmu yang gak berguna itu. Sekarang aku minta kamu turun karna aku sudah telat, okey.."jawab Rava
" oke..Dinda keluar terimakasih kak Rava.." ucap Dinda sambil membuka seat belt nya dan hendak keluar namun tiba - tiba Rava memanggilnya..
"oh ya Dinda...."panggil Rava
"iya kak Rava.."
"Jangan doakan aku mati. Tapi doakan aku di beri umur panjang. Kau tau bukan aku masih muda aku juga ingin menikah dengan Luna mempunyai kelurga yang bahagia sama seperti mimpimu. Ya sudah masuklah" ucap Rava
" ya kak Rava. Kakak hati- hati ya". jawab Dinda dengan senyum getirnya. Entah kenapa mendengar Rava menyebut nama Luna hatinya begitu sensitif mukanya langsung menjadi sendu.
" ya Tuhan kenapa perasaan apa ini kenapa begitu sakit rasanya. Ku fikir ini hanya perasaan biasa aja bukan perasaan cinta. Tapi kenapa rasa ini tida bisa hilang dari hatiku. Tolong beri aku cara untuk menghilangkan perasaan ini. Sungguh sangat menyakitkan... sudahlah aku tetap harus semangat bukan aku harus buat mama dan papa bangga".. ucap Dinda dalam hati. sambil berjalan menyusuri halam kampusnya..
.
.
.
bersambung....
maaf banyak typo.. tulisannya masih acak2an..
PT. NUGRAHA GROUP
Sebuah mobil mercy berwarna berhenti di loby perusahaan Nugraha. Rava Tristian Nugraha, seorang Ceo yang masih muda tapi kepintarannya dalam melanjutkan bisnis yang di bangun oleh papanya dari nol tidak di ragukan lagi, berkat kepemimpinannya saat ini perusahaannya bisa berkembang pesat.
Dia berjalan masuk dengan santai.
"Selamat pagi Tuan Rava". begitulah sapaan para karyawan, Rava hanya membalasnya dengan senyuman tipis hampir tak terlihat.
Tok.. tok.. tok..
"ya, masuk..". jawab Rava
ceklek.. suara pintu terbuka . Ternyata sang asisten Rava .. dia bernama Aldo..
"Tuan, anda sudah di tunggu di ruang meeting ". Ucap Aldo dengan sopannya .
"hem.. baiklah kita langsung saja menuju kesana" .
"maaf semua saya hampir telat, baiklah mari kita mulai meeting hari ini." ucap Rava dengan seriusnya .
Rava memimpin jalannya meeting dengan lancar. Akhirnya meeting berjalan lancar.
Rava kembali ke ruangannya .
****
Di sebuah cafe terlihat seorang wanita yang saat ini tengah sibuk mengecek laporan bulanan dengan seriusnya, bahkan waktu sudah hampir menunjukkan jam makan siang , namun dia belom beranjak dari tempat duduknya. Ya dia Luna Aura Olivia karna berkat kerja kerasnya saat ini dia sudah di percaya menjabat sebagai manager di cafe tersebut.
Drrt..drrrt..
Tiba- tiba bunyi suara hp bergetar. Terlihat nama Rava di layar hp segaralah dia memencet tombol hijau.
"ya hallo." jawab Luna
"hallo sayang lagi sibuk ya dari tadi tidak ada kabar?".tanya Rava
"hemm ya beginilah sayang, kau tau bukan bagaimana pekerjaanku kalau tiap akhir bulan".
"aku tentu tau sayang. oh ya apakah kamu makan siang? ini sudah waktunya makan siang bukan? jangan bilang kamu mau melewatkan makan siangmu?" tanya Rava
"sepertinya begitu aku hampir lupa makan siang, nanti sajalah tunggu ini semua selesai".
" Ya ampun. Tidak ada kata nanti. Aku akan segera datang kesitu. Kita makan siang bareng kebetulan aku belom makan siang" ucap Rava
"eh sayang tidak usah, bukankah kamu sibuk?" tanya Luna
"aku tidak suka penolakan" jawab Rava dengan tegas.
tut.. tut.. bunyi panggilan telah berakhir.
"hemm bagaimana aku tidak jatuh hati padanya coba dia begitu manis" batin Luna dengan senyum manisnya.
****
dret..dret.. bunyi suara hp bergetar.
"sayang, aku sudah di luar. Kita makan siang di luar saja ya" . ucap Rava
"baiklah, tunggu sebentar" jawab Luna sambil mematikan telponnya. Lalu dia membereskan berkas- berkasnya . Dan berjalan keluar menemui kekasihnya .
"hay sayang, yuk masuk" ajak Rava sembari membukakan pintu mobil untuk Luna.
"kita mau makan siang di mana, jangan jauh- jauh sayang. Pekerjaanku belom selesai"
"kita makan siang di restauran dekat- dekat sini saja"
"hem baiklah". jawab Luna dengan pasrah
sampailah di sebuah restoran yang memang banyak di gemari para kaum muda.
Luna dan Rava segera duduk . Dan memanggil seorang pelayan.
"selamat datang di restoran kami. Boleh di lihat menunya. Silahkan mau pesan apa Tuan dan Nona?"tanya pelayan dengan ramah
"hem aku samain aja lah sama kamu sayang" ucap Luna
"oke.. saya pesen nasi dan ayam saus mentega 2 porsi lalu minumannya jus jeruk s
aja juga 2 ya, baiklah itu saja" jawab Rava
"baiklah tunggu sebentar pesanan anda akan segara kami antar". ucap pelayan
" hem oh ya va kau tau restoran di sini dari siapa? aku bahkan tidak tau kalo di sebelah restoran yang suasana seperti ini, nyaman sekali." tanya Luna dengan senyumnya
"sebenarnya ini restoran favoritku dan Dinda, kau tau bukan dia itu badan kecil tapi makannya banyak. Dia mana cukup kalo makan hanya satu menu. Dia itu lucu sekali, bahkan kadang sampai- sampai punyaku dia makan."ucap Rava dengan mengingat kelakuan Dinda kalau lagi makan
" ohh begitu.."jawab Luna
pembicaraan mereka terhenti karena seorang pelayan datang mengantarkan makanan yang mereka pesan. Lalu mereka mulai menikmati makanannya.
****
Di depan sebuah kampus terlihat seorang gadis sedang menunggu taksi.
"Din,kau menunggu siapa". tanya Alisa sahabat Dinda satu jurusan.
"nunggu abang-abang taksi lah. Rese ni kakakku gak bisa jemput masih sibuk. Si mang Asep kan lagi pulkam saudaranya ada yang ninggal. Aku gak di bolehin bawa mobil sendiri kan repot jadinya".sewot Dinda
"kalo gitu gimana kalo kau nebeng aku saja Din. Tapi kita cari makan siang dulu ya. Aku laper banget..."
"oke...aku juga laper banget. Aku ada restoran favorit di sana makanannya enak- enak banget kamu pasti bakal ketagihan" ucap Dinda sambil membayangkan menu makan siang hari ini.
"ya udah kalo gitu buru kamu masuk"
*****
sampailah mereka di restoran yang mereka tuju.
"akhirnya sampai juga cacingku udah pada demo ni" ucap Dinda
"emang cacing bisa demo ya Din?"tanya Alisa dengan polosnya
"Ih ngomong sama kamu mah nanti gak ada ujungnya . Susah jelasinnya? lebih baik kita langsung saja pesan makanannya."jawab Dinda
langsung saja mereka pesan makanan Dinda memesan makanan sampai tiga porsi.
tiba.. tiba dia cekikikan..
"Apa kau waras.."tanya Alisa
"ampun deh nie anak, kau fikir aku gila apa?" jawab Dinda
"habisnya kau ketawa- tawa sendiri ku fikir ada sesuatu yang konslet di tubuhmu"
"emm aku hanya teringat seseorang kalo ada dia aku pesan makanan sebanyak ini . Dia pasti sudah heboh sendiri"jawab Dinda
"ohh begitu.. kelihatannya dia begitu spesial untukmu. sudahlah kita makan saja dulu. Nanti kita ngbrol lagi..
Mereka mulai menyantap makan siangnya.
"Aduh Alisa aku ke toilet dulu ya . Aku kebelet banget."
"perlu ku antar"
"ah tidak perlu, aku sendiri saja. Kau lanjutkan saja makannya." jawab Dinda sambil berlalu pergi ke toilet
****
"ah leganya" ucap Dinda setelah dari toilet
dia kembali berjalan menuju meja dimana Alisa berada. Tiba dia melihat sepasang seorang kekasih yang sedang bercanda, terlihat raut wajah bahagia di antara mereka. bahkan seorang tengah mengusap bibir sang wanita, mungkin habis membersihkan sisa saos yang menempel.
"kak Rava dan Luna mereka makan siang di sini. Ku fikir restoran ini akan menjadi menjadi tempat makan favoritku dengan kak Rava. ih berfikir apa sih aku ini. Bukankah Luna lebih berhak segalanya dari kak Rava. Aku ini siapa? Bodoh kau Dinda . Kau terlalu memimpikan sesuatu yang tak mungkin bisa kau gapai. Mereka terlihat begitu serasi bukan. Yang satu begitu tampan yang satu begitu manis. Aku terlalu iri sama Luna, andai saja aku bisa menjadi Luna. Ya Tuhan ini sungguh menyakitkan, aku harus segera pulang."batin Dinda berkaca - kaca matanya menahan sesuatu yang mungkin sebentar lagi keluar sambil berlalu pergi
"Alisa kita pulang aja yuk, aku tiba-tiba teringat sesuatu di rumah aku harus bantuin mamaku, kebetulan hari ini mau ada tamu." ucap Dinda sambil mengambil tas dengam tergesa-gesa.
"tapikan makananmu belom habis Din.?"
"aku sudah kenyang. kalau kamu masih ingin di sini aku pulang pake taksi saja" ucap Dinda sambil berlalu pergi
"ehh tunggu Dinda. aku juga mau pulang koq". jawab Alisa
bersambung...
maaf ya tulisannya masih acak2an..
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!