“Akhhh…. tolong, tolong aku.” Suaranya merintih seakan nafasnya sudah hampir terputus.
Badannya remuk, darah segar pun bercucuran mengalir dari kepalanya yang dengan sengaja di hantampan pada ujung meja oleh seorang pria berbadan besar. Gadis itu sudah lemah tidak berdaya ia berusaha meraih pistol yang terpental di bawah meja nakas. Naas pergerakannya telah terbaca dan pria itu meraih terlebih dahulu pistol itu dan ia todongkan tepat di kepala gadis itu. Gadis itu hanya dapat pasrah jika ini memang ajalnya ia akan bersiap untuk pergi ke surga. Perlahan ia memejamkan matanya, kepalanya pun terasa pening karena banyaknya darah yang mengucur dari kepalanya dan lama-lama ia pun telah kehilangan kesadarannya.
Sepertinya Tuhan belum ingin berjumpa dengannya, nasib baik pun datang pada detik-detik terakhir kematiannya. Saat pria berbadan besar itu akan menembak kepala gadis itu tiba-tiba dari arah belakang seorang laki-laki asing telah menembak tepat di kepala baj*ngan tersebut, dan matilah seketika di tempatnya. Laki-laki asing itu mendekat pada gadis berusia 25 tahun yang bernama Alice Charlotte Rexton yang merupakan putri semata wayang Jorell Van Rexton sang pemilik perusahaan raksasa Rexton Company di Los Angeles, California.
Laki-laki asing itu merogoh ponsel di saku celananya dan segera menelpon seseorang. “Don, segera ke rumah Jorell, putrinya sekarat.” Hanya itulah yang ia ucapkan di dalam telepon lalu ia memasukkan kembali ponselnya pada saku celananya.
Laki-laki asing itu kini telah berdiri tepat di sebelah Alice, menatap lekat wajah gadis itu yang terbaring tak berdaya dengan kepala bersimbah darah. Setelah beberapa saat memperhatikannya, ia segera melangkah meninggalkan mansion mewah milik Jorell Van Rexton yang berisikan banyak mayat para bodyguard yang tewas di bantai oleh pria bajingan tadi.
“Ck, bodyguard kelas apa yang ditugaskan oleh Jorell. Mengalahkan seekor anjing jalanan saja tidak bisa.”
Kembali lagi ia merogoh ponselnya. “ Oh sepertinya para pelayan telah di sekap carilah dan selamatkanlah mereka.” Segera ia membuka pintu mobil sportnya dan membanting pintu dengan cepat, lalu meluncurlah mobil itu memecah kegelapan kota Los Angeles.
Jacob Kenneth Aldroph S, adalah pria berbahaya yang sengaja menyembunyikan jati dirinya. Di siang hari ia berjalan layaknya manusia normal pada umumnya. Dan di malam hari ia bergerak bagaikan kelelawar yang mematikan. Sejak ia meninggalkan Jesslyn dan menetap di Los Angeles, kabar darinya seakan hilang di telan bumi. Ia sengaja hidup dalam bayang-bayang tanpa seorangpun yang mengenal jati dirinya.
***
Doni telah sampai di mansion milik Jorell dan ia segera menemukan kamar untuk menyekap para pelayan di sana. Setelah ia membebaskan para pelayan Doni segera berlari ke arah lift untuk menuju lantai atas. Benar saja di saat ia menemukan kamar Alice, ia melihat gadis malang itu telah tergeletak tidak berdaya di sana. Ia segera mengangkat tubuh gadis itu dan berlari untuk membawanya ke rumah sakit.
Pagi itu Jorell telah tiba di rumah sakit setelah menerima kabar dari Doni. Jorell segera terbang dari China langsung ke Los Angeles. Matanya memerah dan tangannya mengepal ia tahu dalang di balik kejadian ini adalah rekan bisnisnya sendiri yang serakah ingin menguasai segalanya dan rela melakukan hal sekeji itu. Hatinya terasa ngilu melihat putri semata wayangnya terkapar tidak berdaya di atas tempat tidur. Doni mendekatinya dan menepuk pelan pundak Jorell.
Jorel membalikkan badannya dan menatap Doni dengan lekat. “Terimakasih telah menyelamatkan Alice.”
Doni tersenyum dan menundukkan pandangannya. “Berterima kasihlah kepada Tuhan karena kuasanya lah kami di tuntun untuk menyelamatkan putrimu tuan.” Doni mengangkat kembali kepalanya lalu menatap Jorell dengan tatapan hangat.
Doni adalah pemilik perusahaan ELA’S yang bekerja sama dengan perusahaan Jorell. Merasa berada pada visi misi yang sama keduanya menjadi begitu akrab. Dan kerap kali Jorell meminta bantuan Doni untuk menemani ia ke acara-acara penting dan Alice pun sudah mengenal Doni karena pria itu sering makan malam di mansionnya.
“Dia putriku yang berharga.” Mata Jorell berembun menatap sayu wajah putrinya yang terlihat pucat.
“Aku tahu tuan. Dia gadis yang kuat dan akan segera sadar untuk memelukmu.” Ucap Doni dengan suara lembutnya.
Setelah beberapa saat mengobrol dengan Jorell, Doni memutuskan untuk meninggalkan rumah sakit. Ia segera memacu mobil mewahnya menuju ke rumah Jacob yang berada di pinggiran kota Los Angeles. Setibanya di sana ia mendapati Jacob telah membaca koran sambil duduk di sofa kebesarannya.
“Kau sudah seperti bapak-bapak tua renta Jac.” Doni duduk di sofa yang berada di depan Jacob.
“Apakah kamu lupa ingatan. Aku memanglah seorang bapak beranak satu.” Jacob melipat korannya dan meletakkannya di atas meja.
“Kenapa kau bisa berada di rumah Jorell malam itu?” Doni menyandarkan tubuhnya dengan rilex dan kedua tangannya ia letakkan pada sandaran sofa.
“Sudah lama aku mengawasi gerak-gerik Jordan, dan malam itu aku merasa akan mendapatkan bukti kejahatannya jadi aku sengaja mengikutinya dan nyatanya boom sesuai dugaanku.” Jacob meraih kopi di atas meja dan menyesapnya dengan nikmat.
“Jangan pergi sendiri Jac, setidaknya ajaklah dua atau tiga bodyguard bersamamu.” Doni memajukan badannya sambil membungkuk dan merapatkan kedua tangannya menatap lekat ke arah Jacob.
Jacob hanya tersenyum ia tahu jika Doni sangat mengkhawatirkannya. “Kau tahu setelah dikhianati oleh salah satu orang kepercayaanku rasa-rasanya aku tidak mampu lagi percaya dengan orang lain.”
“‘Aku tahu.” Doni menghela panjang nafasnya.
“Hai uncle Doni. I miss you so much.” Embun Valerie Alexandria, gadis kecil berusia enam tahun itu berlari dan langsung melompat ke dalam pelukan Doni.
“I miss you too my princess.” Valerie melonggarkan pelukannya lalu ia menilik wajah Doni dan mengembangkan senyum manisnya.
“Uncle Don makin hari makin tampan saja. Maukah uncle menikahiku?”
“Dia akan menjadi tua renta dan reot saat kau tumbuh dewasa nanti.” Ucap Jacob menyela pembicaraan mereka berdua.
“Daddy, jangan ikut campur urusan kami berdua.” Valerie mengerucutkan bibirnya. Ia datang menghampiri Jacob dan langsung mengecup pipi Jacob.
“Good morning daddy.” Valerie kini duduk di pangkuan Jacob dan tersenyum dengan manja.
“Mandilah princess kau sangat bau.” Ucap jacob menggoda putrinya.
“Uncle jangan pergi dulu kita harus bermain bersama aku sangat merindukanmu. Oke?” Valerie berjalan mundur menjauh dari Jacob dan Doni.
Doni pun mengangguk sambil tersenyum tanpa menjawabnya. Sejak ia kecil hanya Jacob dan Donilah yang berada di sampingnya hingga saat ini. Ia juga tidak pernah menanyakan perihal ibunya yang ia tahu dady yang sangat ia cintai akan terluka jika ia mengucapkan pertanyaan keramat itu. Otaknya di tuntut untuk berpikir secara dewasa di usianya yang masih sangat belia. Namun gadis kecil itu tumbuh dengan sangat baik karena Jacob memberikannya kasih sayang yang berlimpah ruah bagaikan mata air yang tak pernah mengering.
“Apakah Jorell mempercayai jika kau yang membantunya?” Ucap Jacob tiba-tiba.
“Apalagi yang perlu di ragukan. Bahkan kamera cctv sudah hancur sebelum kau datang. Pikirkan baik-baik keselamatanmu jangan gegabah dan bertindak sendirian.” Gerutu Doni.
“Doni Marcello. Semakin tua kau semakin cerewet saja.”
Mendengar perkataan Jacob Doni hanya terkekeh. Jarak umur keduanya hanya selisih dua tahun. Dan Doni merasa Jacob sudah seperti adiknya sendiri ia terlalu mengkhawatirkan Jacob dan mulutnya akan terus mengomel dan bergumam tanpa henti.
Jacob pun berdiri ia meletakkan kedua tangannya ke dalam saku celananya dan berjalan meninggalkan Doni. “Mau kemana kau?” Ucap Doni.
“Pergi menagih hutang pada Jorell karena sudah menyelamatkan nyawa putrinya.”
“Apa kau gila?”
“Diamlah, kau bermain saja dengan Valerie” Jacob melambaikan tangannya ke udara tanpa menoleh ke belakang, dan dalam sekejap tubuhnya menghilang di balik tembok.
Alice Charlotte Rexton
Beginilah kira-kira gambaran Alice
Alice mulai mengerjap-ngerjapkan matanya setelah tiga hari tidak sadarkan diri akibat terlalu banyaknya darah yang keluar dari kepalanya. Jorell sangat terenyuh melihat hal itu, matanya pun berkaca-kaca dan dengan segera ia memeluk putrinya itu. Setelah beberapa menit dokter dan perawat segera masuk ke dalam ruangan untuk memeriksa keadaan Alice. Pintu ruangan pun terbuka dan munculah Doni dari sana.
“Berterima Kasihlah kepadanya, dia lah yang telah menyelamatkanmu Alice.” Jorell mengusap pelan puncak kepala Alice.
Bola mata Alice berputar mengikuti arah pergerakan Doni yang mendekatinya. Alice masih terdiam ia hanya menatap ke arah Doni dan memperhatikannya dari ujung kepala hingga kaki, terus saja begitu hingga membuat Jorell menyentuh pundak Alice.
“Ada apa Alice?” Mendengar ucapan ayahnya Alice segera menghentikan tatapannya terhadap Doni.
“Terimakasih.” Ucap Alice lirih karena tubuhnya masih sangat lemah.
Doni hanya tersenyum dan mengangguk kecil. Dan Jorell menepuk pelan pundak Doni memberikan isyarat lewat matanya untuk meninggalkan Alice sebentar karena ia harus berbicara dengan dokter mengenai kondisi Alice.
Doni hendak membalikkan badannya dan akan duduk pada sofa yang berjarak tidak jauh dari ranjang Alice. “Dimana pria yang menyelamatkanku itu?” Mendengar perkataan Alice sontak langkah Doni terjeda.
Kini mata Doni pun membulat dan ia berusaha menelan kasar ludahnya. “Ah sial Alice menyadari keberadaan Jacob waktu itu.” Gumamnya dalam hati.
Doni segera merubah mimik wajahnya dan membalikkan badannya, lalu melangkah di sebelah ranjang Alice. “Mungkin kepalamu ter-”
“Aku akan mencari tahu sendiri tentang pria itu.” Potong Alice.
Doni pun hanya mematung di tempatnya, dan merekahkan senyumnya yang terlihat canggung di depan Alice.
***
Doni sudah duduk di meja besarnya dan berkutat dengan berkas-berkas yang sangat membuatnya cukup pusing. Tiba-tiba teleponnya berdering dan setelah berbicara sesaat ia menutup kembali panggilan teleponnya. Dan tak lama setelah itu pintu ruangannya pun terbuka. Doni segera bangkit dari tempat duduknya dan menyambut tamu pentingnya hari itu yang tidak lain adalah Jorell Van Rexton. Setelah berjabat tangan Doni mempersilahkan Jorell untuk duduk di sofa yang berada di dalam ruang kerjanya itu.
Jorell pun menjatuhkan tubuhnya pada sofa empuk berwarna hitam itu. “Bisa ceritakan padaku kenapa kau berada di rumahku malam itu? Kini tatapan Jorell berubah menjadi serius. Sorot matanya pun terlihat tegas dan berwibawa.
“Anda menuduhku sebagai pelaku utama?” Doni mengangkat satu kakinya dan menyilang dengan elegan sambil menyatukan kedua tangannya dengan siku yang bersandar pada lengan sofa.
Sebuah senyum menyungging di wajah Jorell, ia menundukkan sedikit kepalanya dan tangannya merogoh pistolnya yang ia selipkan di dalam jas. Melihat gelagat Jorell sontak Doni juga merogoh pistolnya yang ia selipkan di belakang pinggulnya. Kini mereka berdua saling menodongkan pistol dan wajah keduanya pun mulai menegang.
“Tidak ada yang kebetulan anak muda. Pastilah semua sudah direncanakan.” Tatapan mata Jorell seakan bersiap untuk meledakkan kepala Doni.
Doni pun hanya mengulas senyum manisnya pada wajah tampannya itu. Tak lama kemudian seorang pengawal Jorell masuk dengan tergesa-gesa lalu membisikkan sesuatu pada telinga Jorell. Dan mata Jorell pun membulat menatap lurus ke arah Doni.
“Kita sudahi main todong menodongnya tuan?” Doni mengangkat kedua tangannya ke udara sebelum meletakkan pistolnya di atas meja.
Jorell pun mengikutinya, ia juga meletakkan pistolnya di atas meja. “Maafkan aku anak muda, aku hanya khawatir pada putriku.” Jorell melemparkan senyum ramahnya bak tak ada hal apapun yang terjadi sebelumnya.
“Jadi anda sudah tahun dalangnya?” Ucap Doni dengan nada rendah.
Jorell terkekeh. “Jordan dia ingin merebut proyek yang kita garap dan memberiku peringatan lewat Alice.”
“Setelah ia memutuskan untuk mundur pada perebutan proyek itu satu bulan yang lalu, saat itu aku mulai mengawasinya karena hal yang sangat tidak mungkin ia mundur secara cuma-cuma tanpa merencanakan sesuatu. Dan saat itu juga aku di tuntun ke rumahmu lalu menemukan Alice yang tidak berdaya dibuatnya.” Doni kembali mengulas senyumnya.
“Sekali lagi terimakasih sudah menyelamatkan putriku. Jordan menyewa mantan tentara bayaran untuk menghabisi Alice.” Jorell mengeraskan rahangnya mengingat akan perbuatan Jordan.
Setelah beberapa saat berada di sana Jorell memutuskan untuk pulang. Setelah Jorell keluar dari ruangan itu Doni mendongakkan wajahnya dan ia bersandar lesu pada sofa yang ia duduki. Menghela nafas panjangnya dan memejamkan matanya sesaat beberapa detik kemudian ponselnya pun bergetar. Sebuah pesan masuk di sana.
Mari bekerja sama anak muda. Musuh kita sama, maka kita adalah sekutu.
Doni meletakkan ponselnya di atas meja dan kembali memejamkan matanya seperti posisi di awal.
***
Siang itu Jacob sudah berada di depan gerbang sekolah Valerie, ia berdiri dan bersandar pada mobilnya. Menunggu putri kecilnya yang sangat cerewet itu, tak lama kemudian Valerie berjalan keluar dari gerbang bersama dengan seorang temannya.
“Hai daddy.” Valerie berlari kecil dan langsung berlari memeluk Jacob yang seraya mencondongkan tubuhnya lalu di berikan kecupan di pipinya oleh Valerie.
“Hai Sarah.” Sapa Jacob kepada teman putrinya.
“Hai uncle.”
“Menunggu jemputan atau mau sekalian uncle antar pul-”
“Sarah.” Ucapan Jacob pun terjeda saat seorang gadis dengan tubuh langsing dan tinggi tiba-tiba datang menghampirinya.
Melihat Jacob yang berdiri di depan Sarah mata gadis berusia 25 tahun itu langsung melotot seakan ingin melompat keluar, mulutnya sedikit menganga seakan air liurnya siap untuk terjatuh. “Ah ****. Dia sangat mempesona” Gumamnya lirih.
“Amber Zendaya.” Amber langsung menyodorkan tangannya ke arah Jacob yang masih memasang wajah datarnya.
“Jacob.” Jacob pun menjawab dengan singkat dan segera menarik tangannya yang ditahan oleh Amber saat berjabatan.
“Ah iya dia adikku Sarah bukan anakku, aku wanita single berusia 25 tahun yang cukup mapan karena karirku sangat sukses di dunia modeling.” Ucapnya dengan wajah yang menggoda.
Jacob hanya bersedekap sambil menyandarkan tubuhnya pada mobil, ia tidak ingin bersuara karena merasa tidak penting dengan ucapan gadis bodoh di hadapannya itu.
“Apakah Kamu kakak Valerie?” Tanya Amber.
“He is my daddy.” sahut Valerie spontan.
Jacob pun terkekeh dan mata Amber membulat seketika. “What, are you serious?” Amber memiringkan kepalanya seakan tidak percaya.
“Apa aku terlihat cukup muda untuk memiliki anak nona?” Ucap Jacob datar.
“Ah ti-tidak, ah iya.” Amber mulai gugup dan wajahnya pun memerah menahan malu.
Jacob membuka pintu mobilnya dan Valerie pun langsung masuk ke dalamnya. “Bisakah anda minggir nona jika tidak ingin tertabrak.” Ucap jacob lirih di sebelah telinga Amber.
Amber yang masih terpaku melangkah mundur agar Jacob dapat lewat. Valerie pun membuka kaca mobilnya dan melambaikan tangannya kepada Sarah teman baiknya itu. Dalam sekejap mobil itu pun menghilang.
“Daddy jangan mencari ibu yang seperti itu, dia terlihat sangat gatal dengan laki-laki. Aku tidak suka.” Ucap Valerie tiba-tiba sambil melipat tangannya di dada dan mengerucutkan bibirnya.
Jacob pun langsung melirik ke arah kaca spion dan memperhatikan wajah putri kecilnya itu. “Siap my princess.” Jacob pun terkekeh sambil menggeleng-gelengkan kepalanya , ia merasa bahwa Valerie sudah dewasa dan sangat pintar sekali untuk protes mengenai hal apapun.
Dalam perjalanannya ponsel Jacob pun berbunyi ia segera melihat di layar dashboard mobilnya dan terpampang nama Doni. Jacob segera mengenakan air pods pada satu telinganya dan menjawab panggilan Doni.
“Alice tahu jika bukan aku yang menolongnya saat itu.”
Jantung Jacob pun bergemuruh matanya membulat dan rahang mengeras. Inikah akhir dari persembunyiannya. Ia tahu betul siapa Alice, gadis itu tidak dapat dianggap remeh karena ia mewarisi otak liciknya dari Jorell. Ia akan berusaha mencari tahu atau bahkan menguliti hingga ke intinya jika mencari tahu akan sesuatu.
Dalam ruang gelap yang sangat pengap di sanalah saat ini Jacob berada, hanya ada sebuah lampu kecil yang menyala menunjukkan cahaya remang-remang. Ia sedang membongkar sebuah pistol dan membersihkannya dengan teliti di setiap bagian. Tangannya terus bergerak dan pandangannya menatap fokus pada setiap bagian yang ia bersihkan. Di ruangan itu banyak sekali berjajar beberapa macam pistol dan belati. Setelah selesai ia langsung merakit kembali pistol itu. Tanpa mengisi peluru di dalamnya ia menekan-nekan pelatuknya untuk mencoba fungsinya. Itu adalah salah satu pistol yang ia sukai, pistol itu sudah beberapa kali meregang nyawa musuh-musuhnya termasuk bajingan yang menyerang Alice waktu itu.
“Sempurna.” Gumam Jacob dengan lirih.
Setelah selesai dengan kegiatannya ia segera keluar dari ruangan yang menyesakkan itu. Ia menutup pintu ruangan itu dan menekan tombol sehingga lemari buku yang ada di kamarnya bergeser menutupi pintu rahasia tersebut. Kini Jacob sudah berada di dalam kamarnya, samar-samar ia mendengar suara Valerie yang sedang tertawa Jacob yang penasaran langsung saja keluar untuk memastikan dengan siapa Valerie sedang bergurau padahal hari sudah malam.
Langkahnya terhenti tak kala ia melihat Doni yang sedang bercanda dengan Valerie di ruang tengahnya. “Kau datang di malam hari begini?” Jacob berucap sambil mendekati kedua orang tersebut.
“Ups, daddy terbangun.” Valerie terkekeh melihat wajah Jacob yang tampak masam.
Jacob menatap intens pada Doni dan menggelengkan sedikit kepalanya, memberi isyarat agar mengikutinya ke ruang kerjanya. Ia tahu bahwa Doni ingin menyampaikan sesuatu. “Embun, emm Valerie kamu tidur dulu ya uncle akan membicarakan pekerjaan dengan daddy.” Doni membujuk Valerie agar segera tidur.
“Baiklah. Bilang pada daddy jangan suka begadang nanti ada lingkar hitam di matanya dan itu akan mengurangi ketampanannya.” Valerie tertawa kecil lalu ia segera mendekat pada Doni dan mencium pipi Doni sebelum berlari ke kamarnya.
“Good night uncle, good ninght daddy.” Mendengar ucapan putrinya Jacob pun terkekeh dan Doni mendorong pelan pundak Jacob dari belakang sambil ikut terkekeh.
“Gadis yang ceria, kau membesarkannya dengan sangat baik Jac. Aku bangga padamu.”
“Kau tahu aku rela memberikan segalanya untuk melindunginya bahkan nyawaku sekalipun. Jadi bantulah aku melindunginya dari kegilaan di dunia ini.”
“Pasti aku akan membantumu. Hanya kalianlah keluargaku saat ini.” Doni menepuk-nepuk pelan pundak Jacob dan ia pun mengikuti langkah Jacob yang masuk ke dalam ruang kerjanya.
Kini mereka sudah duduk berhadapan pada sofa yang berukuran sedang itu. Jacob meregangkan tubuhnya, ia duduk agak merosot dan bersandar kepalanya menatap lurus ke arah Doni, menunggu pria itu mengucapkan kata-kata.
“Apa rencanamu untuk Alice?”
“Katakan padanya bahwa aku salah satu anak buahmu yang bertugas memata-matai pergerakan Jordan.”
“Apakah ia akan percaya begitu saja? Kau tahu betapa cerdiknya gadis itu. Gadis yang sangat berbahaya dia dibentuk Jorell sebagai mesin pembunuh, instingnya pun begitu kuat. Karena semakin tua kemampuan Jorell semakin menurun jadi ia sengaja melatih Alice sejak kecil untuk menjadi pelindung serta penerus kerajaan bisnisnya di masa depan.”
“Bukankah dia putrinya?” Sahut Jacob.
“Ya, tapi Jorell tetaplah Jorell, tidak ada yang gratis di dunia ini. Itulah prinsip hidupnya yang gila. Bahkan putrinya pun harus membalas budi kepadanya.”
“Seberapa besar kekuasaannya?” tanya Jacob mulai penasaran.
“Jangan macam-macam Jac.” Decak Doni dengan wajah serius.
“Hai, aku hanya bertanya.”
“Aku tahu di balik otakmu itu menyimpan banyak kegilaan Jac, jadi jangan coba mengelabuhiku.” Doni menunjuk-nujukkan ujung jari telunjuknya pada Jacob dengan mimik wajah yang begitu kesal.
Jacob pun terkekeh melihat tingkah laku Doni yang selalu berfikir berlebihan. Ia tahu bawa Doni sangatlah mengkhawatirknnya. “Sudah selesaikah pembicaraan kita malam ini?” Jacob pun bangkit dari tempat duduknya. Dan meletakkan sebatang rokok pada mulutnya.
“Mau kemana kau malam-malam begini?” Tanya Doni dengan tatapan menyelidik.
Jacob menyunggingkan ujung bibirnya setelah menghembuskan asap rokok yang penuh dari mulutnya. “Menguji bodyguard kelas A sebelum bertugas. Mau apa lagi memangnya.” Jacob pun terkekeh dan melangkahkan kakinya. Doni segera bangkit dari tempat duduknya dan mengikuti Jacob dari belakang.
“Aku akan ikut denganmu.”
Jacob tidak menjawab dan terus malangkahkan kakinya. Setelah beberapa saat kini mobil Doni sudah berada di depan sebuah mansion tua yang terletak di pinggiran hutan. Jacob menurunkan kaca mobilnya dan penjaga gerbang segera membukakakn gerbang untuk mereka. Doni memarkirkan mobil mewahnya di halaman depan. Setelah turun dari mobil seseorang telah berdiri untuk menyambut kedatangan mereka.
“Selamat datang tuan.” Jeremy membungkukkan badannya menyambut kedatangan Jacob. Dan Setelah itu ia langsung menepuk pundak Doni sambil mengembangkan senyumnya.
“Apa kabar Jeremy? Lama tidak berjumpa.” Doni pun tersenyum dan langsung merangkul pundak Jeremy.
“Kau terlalu sibuk hingga tidak pernah menyempatkan datang kemari. Lihatlah perutmu berubah menjadi berlemak.” Jeremy menggoda Doni sambil mengelus-elus perut Doni.
Doni pun terkekeh dan melepaskan rangkulannya lalu mendorong pelan pundak Jeremy. “Ingin menguji kemampuanku?” Ucap Doni.
“Mari naik ke atas ring dan berduel, akan ku layani kau hingga pagi datang.” Keduanya terkekeh dan terus berjalan mengikuti langkah Jacob yang sudah berjalan terlebih dahulu.
Begitulah cara mereka bersenang-senang, mereka akan saling beradu hantam di atas ring. Sekelompok manusia-manusia yang hidup di dunia hitam. Hidup dalam kegelisahan dan kewaspadaan sepanjang waktu tapi tetap mereka lakoni. Hitam adalah lambang kegelapan namun mereka semua memilih menyukai warna itu. Bau amis dari darah adalah aroma yang sering mereka cium. Entah darah para musuh atau darah saudara serta darah mereka sendiri. Mereka dibentuk menjadi mesin pembunuh yang tidak kenal rasa takut dan tidak kenal rasa sakit. Begitulah mereka, namun di balik dunianya yang begitu keras mereka saling memiliki rasa setia yang tinggi antara satu sama lain. Karena bagi mereka seluruh anggota di sana adalah keluarga yang harus dilindungi dan saling melindungi.
Sebuah perusahaan yang membentuk para bodyguard kelas A yang bertugas menjaga dan melindungi para konglomerat maupun pejabat-pejabat kelas atas. Karena di balik kekayaan mereka di setiap detiknya mereka merasa was-was nyawanya terancam dan kepalanya diburu oleh para musuh. Inilah realitanya, dunia yang penuh tipu daya. Dimana kau semakin berada di atas, disanalah kau akan semakin banyak diburu.
Tidak ada yang tahu jika mansion tua ini adalah tempat berlatih dan tempat terbentuknya para bodyguard yang mematikan. Karena memang sangat tersembunyi dan dirahasiakan dari dunia luar. Biasanya Doni akan menawarkan kepada para koleganya yang membutuhkan penjagaan oleh para ahli dan terpercaya. Tanpa ada yang tahu jika pembentukan perusahaan ini berada di bawah naungan Jacob. Nama Doni lah yang tersohor dan yang muncul di mana-mana, atau yang pertama kali di cari oleh para orang-orang yang ingin mencari bodyguard. Tidak ada yang pernah mengenal nama Jacob. Dan tidak ada yang tahu jika Doni adalah mantan salah satu bodyguard kepercayaan Jacob.
Bahkan perusahaan eksport dan import ELA’S Company yang dijalankan oleh Doni saat ini merupakan perusahaan yang didalangi oleh Jacob. Ia sengaja menyembunyikan identitasnya dan meminta bantuan pada Doni untuk memimpin perusahan tersebut. Jacob sangat hidup tertutup di negara barunya yang ia tempati saat ini. Bahkan teman-teman ataupun orang kenalannya hanya tahu jika ia bekerja sebagai pekerja freelancer yang berfokus di bidang digital marketing. Sehingga Jacob hanya menghabiskan waktunya di rumah. Tidak ada yang tahu jika di malam hari ia akan berubah menjadi seekor serigala yang siap menerkam mangsanya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!