Angelia Edward Snowden, remaja kelahiran 2006 yang saat ini tengah duduk di bangku SMA kelas 3 jurusan IPA. Dia terkenal sebagai wanita yang sangat anti pada laki-laki.
Untuk itulah, banyak juga orang yang percaya bahwa dia adalah wanita yang tidak normal. Namun dia tidak pernah perduli dengan omongan orang di sekitarnya. Karena memang menurutnya laki-laki hanya makhluk paling menyebalkan dan dia sangat membenci sosok laki-laki kecuali ayah dan adiknya.
"Angel, Aku dengar besok sekolah kita akan mengadakan pergelaran seni di aula. Mau ikut nggak?" Tanya Sofi. Sahabat satu-satunya Angel sejak SD.
"Nggak deh Cop. Males Aku tuh. Lebih baik aku belajar" ucap Angel. Cop adalah panggilan Angel pada Sofi.
"Astaga ngel. Belajar-belajar Mulu. Nikmati dulu lah masa-masa kita kelas 3 ini. Kapan lagi kan. Baru juga naik kelas 3, baru ajaran baru juga ngel. Jangan aneh-aneh. Pokoknya harus ikut aku ke pergelaran seni besok. Lagipula besok itu ada banyak dedek emes anak kelas 1. Sekalian cuci mata kita" ucap Sofi. Ngel adalah panggilan Sofi untuk Angel.
"Ogah banget. Yang seumuran aja aku nggak minat. Apalagi yang bocah Cop" ucap Angel dengan wajah datarnya seperti biasa saat membicarakan laki-laki. Dia bener-bener sangat anti pada laki-laki.
"Terserah deh. Yang penting besok kamu harus nemenin aku. Kalau nggak. Udah nggak mau lagi aku temenin kamu ke toko buku atau apapun itu" ucap Sofi, karena memang Angel sangat tidak bisa sendiri saat keluar rumah. Mungkin karena traumanya yang masih membekas hingga saat ini.
"Astaga. Ngancam ya mbok. Ya udah ya. Besok aku temenin. Tapi ingat, nggak boleh aneh-aneh" ucap Angel kemudian sambil menjulurkan jari kelingkingnya.
"Iya-iya. Mau aneh gimana coba? Kan mau cuci mata doang. Siapa tahu ada yang nyantol" ucap Sofi sambil sumringah bahagia kemudian menautkan jari kelingkingnya di tangan Angel. Namun senyum di wajahnya mengisyaratkan bahwa dia sedang memikirkan sebuah rencana.
"Dasar emang. Kakak kelas tidak kau dapat, adek kelaspun jadi" ucap Angel sambil menggeleng melihat tingkah sahabatnya yang memang sangat berbeda jauh dengannya.
Angel tidak pernah berniat untuk menyukai laki-laki manapun. Bahkan dia tidak pernah membayangkan untuk menikah nantinya. Menurutnya laki-laki semua sama dan jahat.
"Kecuali dady dan Erick" batin Angel kemudian mengingat papa dan adik kesayangannya itu.
Dia memang tidak terlalu dekat dengan adik dan Dady nya. Namun dia sangat menyayangi kedua laki-laki di keluarganya itu.
Disisi lain, Steffan, salah satu murid baru kelas 1, sedang membawa tumpukan buku ke ruang guru. Yups, dia dipilih menjadi ketua kelas, jadi dia harus melakukan salah satu tugasnya sebagai ketua kelas tersebut.
Sebenarnya, Dia tidak berniat menjadi ketua kelas, namun teman-temannya malah memilihnya. Alhasil sekarang dia malah harus mengantar buku tugas teman sekelasnya ke ruang guru dengan wajah kesal karena tugas ini membuatnya tidak bisa ke kantin dengan cepat.
"Hey, lo kenapa? Muka lu jelek amat" ucap Zaky, sahabat karibnya sejak SD.
"Gue kesel banget, masak dipilih jadi ketua kelas. Padahal gue udah nolak. Tetep aja disuruh" ucap Steffan.
"Haha. Ya udah sih. Terima aja nasib lo. Kalau lo mau, pindah ke kelas gue aja. Mumpung ketua kelasnya udah ada dan gue bisa nyontek lagi kalau ulangan" ucap Zaky.
"Kelakuan ya lo. Inget udah SMA. Belajar yang bener" ucap Steffan sambil menjitak kepala Isya.
"Aduhh, senang amat lu ya jitak kepala gue. Gimana gue mau pinter kalau kayak gini" ucap Zaky dengan wajah cemberut.
"Emang dasarnya aja lu oon" ucap Steffan sambil tertawa kemudian kabur meninggalkan Isya.
"Ehhh, awas ya lu" teriak Zaky, namun Steffan sudah tidak terlihat karena dia masuk ke ruang guru.
***
"Btw Angel, ke kantin yuk. Gue laper banget nih" ucap Sofi.
"Boleh. Aku laper juga. Ayok" ucap Angel, kemudian mengemas buku-buku pelajarannya dan memasukkannya ke kolom mejanya.
Mereka berdua pun pergi ke Kantin, melewati lorong anak IPS yang terkenal selalu rame itu.
"Aduh feelingku nggak enak ni Cop" ucap Angel pada Sofi.
"Kok bulu kudukku merinding ya ngel. Yuk cepet Yuk" tambah Sofi sambil melihat ke arah rambut tangannya.
Mereka pun berjalan lebih cepat melewati gerombolan anak-anak IPS yang tengah duduk di depan kelasnya.
"Heyyyyyy" teriak seseorang yang terdengar sangat familiar di telinga mereka.
"Aduh, tuh kan bener" ucap Sofi kemudian.
"Lari Cop" ucap Angel kemudian menarik tangan Sofi.
Dengan cepat kilat, Angel dan Sofi langsung berlari menuju kantin. Mereka mengabaikan beberapa pasang mata yang melihat mereka saat ini.
"Ayang Sofi tunggguuuuuuu. Astaga kenapa mereka berlari" ucap Rony. Dia pun pergi mengejar Angel dan pujaan hatinya.
Siswa-siswi lain yang ada disana, hanya bisa menggeleng melihat tingkah mereka.
Mereka sudah biasa seperti itu. Dan bukan rahasia umum lagi jika Rony menyukai Sofi sejak lama. Namun tentu saja, Sofi tidak menyukainya, makanya sekarang dia berlari untuk menjauhi Rony.
"Angel aku capek angelllll" ucap Sofi dengan suara terengah-engah. Mereka saat ini di depan ruang guru, yang jaraknya cukup jauh dari kelas mereka. Mungkin karena terlalu bersemangat menghindari Rony, mereka tidak sadar jika sudah berlari sejauh ini.
Angelpun melihat ke sekelilingnya. Dia melihat ada gundukan semak-semak tidak jauh dari tempatnya berdiri sekarang. Dengan langkah cepat dia menarik Sofi masuk ke dalamnya.
"Kita sembunyi disini dulu" ucap Angel.
Sofi pun langsung mengangguk sambil berusaha mengatur nafasnya. Berbeda dengan Angel yang terlihat sudah biasa berlari sejauh itu. Yups, dia memang atlet bela diri yang sudah berhasil meraih banyak mendali untuk sekolahnya. Itu juga yang menjadi alasan kenapa banyak laki-laki segan untuk mendekatinya, walaupun memang Angel juga sangat anti dengan laki-laki.
"Lah kemana mereka?" Ucap Rony sambil melihat ke sekitar dimana dia tidak menemukan siapapun disana. Dia menggaruk kepalanya yang tidak gatal sambil berusaha mencari pujaan hatinya.
"Huuuuhhhh. Ayang Sofiiii" ucap Rony dengan wajah sedih, kemudian kembali ke kelasnya. Sebenarnya dia sangat tahu jika Sofi tidak menyukainya. Namun dia terkenal dengan tekadnya yang kuat saat menginginkan sesuatu. Alhasil, saat beberapa kali di tolak Sofi pun, dia tidak pernah menyerah untuk mengejar Sofi.
Setelah melihat Rony pergi menjauh, keduanya langsung keluar dari tempat persembunyian.
"Hmmmmm. Aku sangat lelah ngel. Kapan sih kita lulus biar kita nggak gini terus" ucap Sofi dengan wajah frustasi.
"1 tahun lagi Cop" ucap Angel sambil membersihkan rok sekolahnya.
"Huhhh. masihhh lama" ucap Sofi sedih.
"Kalau mau cepet. Kamu terima saja dia. Jadi tidak akan lari-lari lagi seperti ini" ucap Angel.
"Kurang ajar. Ogah. Dia memang pinter, tapi nggak good looking" ucap Sofi.
"Hmm. Menurutku dia lumayan Cop. Wajahnya mirip artis Indonesia. Manis juga" ucap Angel.
"Hah" ucap Sofi sambil meletakkan tangannya di Dahi Angel.
"Nggak sakit kok. Kamu kenapa Ngel. Tumben amat muji cowok. Mana sih Rony lagi. Kayaknya otakmu lagi geser dah" ucap Sofi
"Serah kamu dh Cop. Yok ke kantin. Aku laper banget" ucap Angel kemudian menarik tangan Sofi.
Steffan yang baru keluar dari ruang guru, langsung terdiam saat melihat dua wanita sedang bergandengan menjauhi ruang guru. .
"Cantik. Dan wajahnya tidak asing" ucapnya pelan.
-Bersambung-
"Ngel, Lo pulang sama gue ya" ucap Sofi.
"Hmmm. Nggak bisa Cop. Hari ini aku dijemput sama kak Karin Cop. Mau ditemenin ke mall katanya" ucap Angel.
"Yakin Loh?" Ucap Sofi yang tampak ragu jika sahabatnya di jemput oleh kakaknya.
"Iyaa, aku udah pastiin kok kalau itu kak Karin. Aku juga udah bilang buat cuma berdua aja. Nggak boleh ada yang lain" ucap Angel.
Sofi pun mengangguk. Walaupun dia masih ragu karena memang biasanya dia akan selalu memastikan sahabatnya pulang dengan aman.
"Ya udah. Kamu harus kabarin aku nanti pokoknya. Nggak pakai nolak" ucap Sofi.
"Siap Bos. I love you. Muachhh muachh. Hati-hati ya" ucap Angel dengan senyum dan anggukan kepalanya.
"Ishhh, gila ya. Btw, i love you too. Haha" ucap Sofi dengan senyum centil. Mereka pun jalan terpisah, Angel ke gerbang depan, sedangkan Sofi ke parkiran mobil
"Pokoknya kabarin aku ya Ngel. Awas ja" teriak Sofi, yang membuat langkah Angel berhenti. Entah kenapa Sofi masih tidak rela melepas sahabatnya itu keluar bersama kakaknya.
"Iyeee, bawelllll" ucap Angel sambil tersenyum pada Sahabatnya.
Setelah itu, Angel pun melanjutkan langkahnya ke gerbang depan, tempat kakaknya sedang menunggu sekarang. Namun tepat dua langkah dia berjalan, seorang remaja laki-laki menghampirinya.
"Ehhhh" ucap Angel karena hampir menabrak laki-laki tersebut.
"Sorry-sorry" ucap Steffan.
"Hmmm, it's oke" ucap Angel kemudian hendak melanjutkan langkahnya.
"Eh Angel ya" ucap Steffan.
Angel yang merasa terpanggil langsung menghentikan langkahnya.
"Bagaimana dia tahu namaku" batin Angel.
"Ada yang bisa dibantu?" ucap Angel sambil melihat ke arah laki-laki tersebut dari atas sampai bawah. Dia menelisik laki-laki tersebut dari ujung kaki sampai ujung kepala. Bukannya gimana-gimana. Tapi menurutnya laki-laki ini terlihat asing.
"Pasti anak baru" batin Angel karena melihat seragam yang masih baru dan terlebih dia tidak tahu jika Angel membenci laki-laki.
"Boleh minta akun IG nggak?" Ucap Steffan kemudian. Angel yang mendengar itu mengerutkan dahinya.
Dia memang terbiasa mendengar pengakuan laki-laki. Terutama orang-orang yang tidak mengenalnya dengan baik.
"Sorry. Aku nggak punya IG" ucap Angel kemudian berlalu meninggalkan Steffan begitu saja.
Melihat Itu, Steffan langsung mengejar Angel.
Dia menarik tangan Angel hingga membuat pemiliknya langsung menepisnya dengan kasar.
"Jangan pegang-pegang ya. Kamu anak baru tapi udah nggak sopan sama kakak kelas" ucap Angel dengan raut wajah kesal.
"Eh itu, Maaf maaf. aku belum selesai bicara" ucap Steffan kemudian.
"Bukan urusanku. Aku sibuk. Jadi jangan pernah coba bicara denganku lagi" ucap Angel kemudian pergi begitu saja.
Steffan yang mendapatkan perlakuan seperti itu langsung terdiam. Ini kali pertama dia tertarik pada wanita dan kali pertamanya juga mendapatkan perlakuan seperti ini. Biasanya dia yang selalu dikejar-kejar oleh wanita, tapi sekarang apa yang terjadi. Dia hanya ingin minta akun IG saja tidak bisa.
"Jutek banget jadi cewek. Tapi aku suka. Cewek menarik. Angel Angel Angel. Aku pastikan kamu akan jadi pacarku" ucap Steffan sambil tersenyum memandang Angel yang sudah menghilang dari pandangannya.
Tiba-tiba seorang siswa lain menghampirinya.
"Hey Bro. Ngapain Lu?" Tanya Reza
"Tentu saja mengejar pujaan hati kak" ucap Steffan dengan senyum yang lebar.
"Fan fan. Gue kan udah bilang, dia wanita tergalak di dunia. Dia tidak menyukai laki-laki. Percuma lu deketin. Percaya deh sama aku. Dia nggak akan bisa lu dapetin" ucap Reza mencoba menasihati Steffan.
"Hmm. Aku tahu. Tapi Sepertinya, itu membuatku semakin penasaran padanya" ucap Steffan dengan senyum di wajahnya.
"Lu ini aneh banget. Padahal banyak loh yang suka sama lu. Kenapa malah cari yang susah di dapat" ucap Reza lagi.
"Cinta itu kadang datang tanpa permisi kak. Kita nggak bisa memilih untuk jatuh cinta kepada siapa. Kakak juga, kenapa suka sama kak Sonya. Padahal banyak wanita yang lebih cantik di dunia ini" ucap Steffan tidak mau kalah. Sonya adalah kakak Steffan yang saat ini kuliah di London.
"Ya kan Beda. Kakak kamu itu pujaan hatiku. Hmmm, udah lah. Btw, besok jadi ya tampil di acara pergelaran seni. Nanti kamu nyanyi sambil main gitar" ucap Reza.
"Iyaa kak, gampang" ucap Steffan sambil mengacungkan jempolnya.
***
Saat ini, Angel tengah terdiam di bangku sebelah kemudi. Sedangkan kakaknya fokus menyetir mobil.
"Kak, nanti boleh mampir ke toko olahraga dulu nggak?" Tanya Angel.
"Boleh dong, nggak mau mampir ke toko make up juga?" Tanya Karin.
"Kakak mau beli make up? Ayo aja" ucap Angel.
"Buat kamu lah sayang. Udah gede gini, tapi lihat mukamu, polosan gitu" ucap Karin.
"Aku mau pakai make ataupun enggak tetap cantik kak. Nanti kalau aku pakai make up, banyak yang suka kan ribet" ucap Angel kemudian.
"Ya bagus dong. Jadi kamu tidak akan jomblo lagi. Apa nggak capek jomblo dari lahir?" tanya Karin.
"Angel masih kecil kak. Belum boleh pacaran" ucap Angel lagi.
"Segede gini masih kecil? Astagaa. Dahlah terserah kamu Angel. Awas jadi perawan tua nanti" ucap Karin.
"Dh kak. Nggak usah bahas yang nggak penting. Oya, Arini mana kak? Kangen" ucap Angel. Arini adalah keponakan Angel.
"Di rumah sama bibi dan bapaknya. Kalau kangen ya tinggal ke rumah lah. Kamu nih, nggak pernah ke rumah kakak lagi. Masak kakak aja yang harus ke rumah buat ketemu kamu" ucap Karin dengan ekspresi penuh arti.
"Hmmm, kakak tahu kan aku ngelatih anak-anak silat juga. Belum lagi harus les dan belajar buat ujian. Rumah kakak kan jauh banget. Kalau ada pintu Doraemon, pergi aku setiap hari kak. Haha" ucap Angel dengan wajah terlihat kikuk.
"Iya iyaa, Yang penting kalau ada apa-apa bilang sama kakak ya. Jangan dipendam sendiri" ucap Karin yang membuat Angel terdiam sesaat.
"Hmmm. Iya kak" ucap Angel pelan. Hingga mereka berdua pun terdiam.
Namun tiba-tiba, sekelebat, memori masa lalu itu muncul kembali hingga membuat dadanya sesak.
"Oya Kak, tasku mana? Aku lupa ngabarin Sofi" ucap Angel mencoba mengalihkan pikirannya.
"Itu di belakang" ucap Karin.
"Aku kebelakang bentar ya kak" ucap Angel kemudian bergerak ke kursi belakang.
Namun entah kenapa Karin merasakan jika saat ini Angel sedang menyimpan sesuatu.
Di belakang, tanpa sepengetahuan Karin, Angel sedangkan mengusap air matanya yang jatuh.
"Kenapa sih, harus datang tiba-tiba kayak gini. Dia tidak pantas aku pikirkan" batin Angel. Lalu mengusap pipinya yang basah kembali.
"Angel. kamu baik-baik saja?" Tanya Karin.
"Hmm, iya kak. Ini lagi chat Sofi" ucap Angel.
"Kakak sarankan kamu cari pacar ya Ngel. Biar nggak sama Sofi Mulu. Kalian itu udah kayak perangko" ucap Karin.
"Apaan sih kak. Biarin sih. Orang sama sahabat sendiri" ucap Angel.
"Iya deh iya" ucap Karin memilih untuk tidak berdebat dengan adiknya.
-Bersambung-
"Menjadi aku tidak semudah itu,
Mempunyai keluarga yang lengkap, tapi selalu merasa sendiri,
Bukannya tidak ingin berbagi, Tetapi karena jika berbagi malah akan membuat masalah dan membuat mereka sedih, buat apa. Aku bisa sendiri. Bisa memendam sendiri dan menyelesaikannya sendiri." batin Angel.
Dia langsung dengan cepat menghapus air matanya yang membasahi pipinya.
"Angel, Udah nggak?" Tanya Karin karena tidak menemukan adiknya kembali ke bangku depan.
"Udah kak. Aku sekalian balas chat Sofi tadi. Sorry sorry" ucap Angel dengan senyuman di wajahnya.
Karin pun mengangguk kemudian kembali fokus melihat ke depan.
"Oya Angel. Boleh nggak kakak minta tolong?" Tanya Karin.
"Minta tolong apa kak?" Tanya Angel.
"Boleh nggak, minta tolong bilang sama mami papi, Kakak butuh uang buat modal bisnis kakak. Nggak banyak sih. Tapi...." ucap Karin. Namun dia tidak berhasil menyelesaikan kalimatnya karena keburu Angel menyela.
"Ha? Kerjaannya kak Karin emang sekarang kenapa? Kak Karin dipecat?" Tanya Angel penasaran. Karena ini bukan seperti kakaknya yang dia tahu. Kak Karin yang dia tahu sangat mandiri dan tidak pernah meminta apapun pada kedua orang tuanya.
"Bukan begitu sayang. Tapi kebutuhan kakak sekarang terus bertambah. Jadi mau bangun bisnis" ucap Karin dengan pandangan mata tetap lurus ke depan.
"Kak, ini bukan kakak. Ada apa kak? Jujur sama Angel" ucap Angel.
Karin terdiam sesaat. Dia pun menghela nafasnya. Dengan berat hati, dia pun jujur pada Angel.
"Hmmmm, tapi jangan bilang siapapun ya" ucap Karin kemudian langsung menghentikan mobilnya di trotoar jalan yang terlihat sepi.
Angel langsung mengangguk.
"Mas Mu, dipecat dari kerjaannya. Sekarang kami bingung harus bagaimana. Jadi niatnya mau bangun bisnis. Tapi modal masih sangat kurang" ucap Karin.
Angel pun terdiam sesaat. Bukan karena terkejut kakak iparnya dipecat. Tetapi dia bener-bener tidak suka mendengar cerita apapun tentang orang itu.
Apalagi sampai membahas seperti ini. Entah kenapa dia malah bersyukur sekarang mendengar bahwa Richard dipecat. Egois memang, tapi karena kebenciannya pada Richard suami kakaknya itu yang membuatnya seperti ini.
"Kenapa bisa dipecat kak?" Tanya Angel kemudian.
"Entahlah, dia tidak memberi tahukan alasannya. Tapi apapun itu, kakak percaya jika dia difitnah di kantornya" ucap Karin.
"Hmmm, lalu kenapa bukan kakak saja dengan kak Richard yang minta ke papi Mami, kenapa harus aku?" Tanya Angel mulai merasa kesal.
"Papi Mami sangat menyayangi mu Angel. Apapun yang kamu minta pasti dituruti. Lagipula, kakak nggak mau mereka tahu kalau Mas Richard dipecat" ucap Karin.
"Maaf kak. Aku nggak bisa. Itu urusan rumah tangga kakak. Aku nggak bisa ikut campur. Lagi pula papi juga masih di New York. Kakak tahu sendiri, aku nggak mungkin mengganggunya" ucap Angel.
"Angel. Tolonggg" ucap Karin dengan wajah memelas.
"Maaf kak, kakak minta tolong Erick saja" ucap Angel.
"Hmmmm. Baiklah" ucap Karin kemudian menyerah untuk membujuk adiknya.
"Ternyata ini yang membuat kak Karin mengajakku pergi ke Mall. Aku pikir dia merindukanku" batin Angel.
Namun Angel memilih untuk tidak memperdulikannya. Sudah biasa dia mendapatkan perlakuan seperti itu.
"Diabaikan dan selalu merasa sendiri" batin Angel.
***
Mereka pun sampai di mall yang dimaksud. Senyum Angel langsung mengembang saat melihat kartun kesayangannya sedang berdiri di depan mall.
"Kak, sepertinya ada pameran doraemon disana. Aku kesana bentar ya kak" ucap Angel merengek seperti anak kecil.
"Angel. Kakak tidak bisa keluar lama, kakak harus ke kantor lagi jam 2" ucap Karin yang tentu saja berhasil membuat wajah Angel tampak murung.
"Hmmm, iya deh kak" ucap Angel dengan wajah sedih.
"Atau gini saja. Kamu temenin kakak dulu. Habis itu kamu boleh kesana sepuasnya. Nanti kakak telpon supir buat jemput" ucap Karin yang tentu saja berhasil membuat Angel semakin sedih.
"Hmm.. Aku berani nggak ya jalan-jalan sendiri. Tapi kapan lagi ada pameran kayak gini" batin Angel sambil melihat sekeliling dengan wajah yang tampak ragu.
"Ya udah deh Kak. Nggak apa-apa nanti Angel telpon mama buat jemput ja. Kak Karin kerja aja" ucap Angel.
"Oke-oke, ya udah ayo" ucap Karin kemudian.
Angel pun mengikuti kakaknya yang pergi entah kemana. Dia hanya mengekor seperti anak bebek yang mengikuti induknya.
Hingga "Drrrrtttttt" Hp Karin bunyi. Karin yang nama suaminya yang tertulis disana langsung mengangkatnya tanpa ragu.
"Hallo Mas" ucap Karin.
"Kamu dimana? Arini nangis terus nih. Cepat pulang" ucap seseorang dari seberang telpon yang Angel sangat kenali suaranya. Siapa lagi kalau bukan Richard, suami kakaknya.
"Aku masih di mall sama Angel ini mas. Ajak main-main lah Mas. Habis ini aku ke kantor lagi soalnya" ucap Karin yang terdengar sedikit kesal.
"Ini anakmu ya Rin" ucap Richard dari seberang telpon.
"Itu anakmu juga ya mas" ucap Karin menahan amarahnya.
Setelah itu panggilan telponpun langsung diputus secara sepihak.
"Kak, ada apa?" Tanya Angel.
"Biasa, Arini nangis. Kayaknya mau dibeliin mainan lagi karena liat temen2nya disekolah" ucap Karin.
"Hmmm, atau kita belikan saja Kak? Arini minta apa?" Tanya Angel.
"Nggak dek. Biarin saja. Kakak nggak mau terlalu manjain dia" ucap Karin yang membuat Angel mengangguk mengerti.
Mereka pun langsung menuju tempat kue. Aroma harum kue semerbak memenuhi penciuman Angel.
"Ishh jadi laper" batin Angel.
"Siapa yang ulang tahun kak?" Tanya Angel kemudian.
"Untuk acara ulang tahun kantor besok dek" ucap Karin.
Angel pun mengangguk paham.
"Yuk bantu kakak pilih" ucap Karin.
Angel dengan senang hati langsung melihat-lihat beberapa kue yang ada di etalase.
Matanya pun langsung tertuju pada kue berwarna putih dengan ukiran emas disekelilingnya.
"Mewah banget" ucap Angel.
"Yang ini aja gimana kak?" Tanya Angel.
"Wah, boleh boleh" ucap Karin. Karin pun langsung menuju salah satu pegawai disana dan menyampaikan maksudnya untuk memesan kue dengan motif sama untuk acara besok.
Sedangkan Angel Kembali melihat-lihat beberapa kue disana. Matanya benar-benar fokus mengagumi setiap desain kue yang menurutnya sangat indah. Hingga
"Brukkk"
"Awww" ucap Angel. Kepalanya terbentur sesuatu.
"Astaga, maaf-maaf" ucap Angel pada seseorang yang dia tabrak.
"Eh nggak apa-apa kok. Aku juga salah kare..." belum ucapannya selesai. Laki-laki tersebut langsung terdiam karena melihat wanita yang baru saja minta maaf padanya.
"Angel" ucapnya.
"Hah, kamu? Kamu yang tadi di sekolah itu kan?" Tanya Angel sambil memegang kepalanya.
"Yups bener sekali. Ketemu lagi. Apa ini tandanya kita..." ucapannya dengan wajah penuh senyum.
"Sial. Itu tandanya aku sangat sial hari ini. Kamu nggak apa-apa kan? Oke baguslah, Aku pergi dulu. Bye" ucap Angel tanpa memberikan waktu untuk Steffan berbicara. Kemudian dia berlalu begitu saja meninggalkan Steffan yang malah tersenyum mendengar ucapan Angel barusan.
Namun baru saja sampai pintu keluar, langkah Angel langsung terhenti karena Steffan menggenggam tangannya lagi.
"Kenapa lagi?" ucap Angel sambil menepis tangan Steffan.
"Ini, ketinggalan" ucap Steffan sambil memberikan hp nya pada Angel.
"Ha?. maksudnya?" tanya Angel.
"IG lo" ucap Steffan sambil tersenyum.
-Bersambung-
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!