Pov: Kania
Miaw, miaw.. terdengar suara HP dari dalam saku ku. Sambil berjalan dengan langkah yang lebih cepat, Aku merogoh saku untuk mengambil HP ku. Aku liat di layar ponsel ternyata yang meneleponku adalah Ibu. Aku segera mengangkat telepon ibu.
"Iya ma?" Jawabku di telepon.
"Kania... kenapa bekal makanannya ga kamu bawa? Repot ke mama jadinya kan.." Aku menepuk kening.
"Aduh! Iya maaf ma.. soalnya Kania buru-buru ma.. takut telat.." Jawabku. Aku segera mengakhiri teleponku dengan mama. Dengan langkahku yang cepat, Aku menuju ke dalam kelasku.
Buk!
Tanpa disengaja, Aku menabrak seseorang. Hingga iya jatuh ke lantai. Mungkin, karena tertabrak dengan badanku yang gendut hingga iya kehilangan keseimbangan. Aku segera meminta maaf padanya.
"Maaf.. Aku ga sengaja.." Aku mengulurkan tanganku Dan berniat menolong pria itu. Sialnya iya malah menepis tanganku. Jelas saja Aku sangat terkejut dengan sikapnya.
"Ga perlu! Aku bisa berdiri sendiri!" Ujarnya sembari bangun dari jatuhnya. Mataku memandang mengikuti gerakannya.
"Dasar cewek gendut! Kalau jalan liat-liat! Jadi kotor kan, baju Aku gara-gara kamu!" Ucapnya sembari membersihkan bajunya yang tidak terlihat kotor.
"Aku kan sudah minta maaf.. apa kurang cukup? Lagian baju kamu tidak kotor kok.." Sungut ku dongkol. Pria itu melotot kepadaku. Iya berjalan mendekatiku. Seraya berkata.
"Berani kamu sama saya? Rupanya kamu belum tau siapa saya, hah?" Ucapnya angkuh.
"Ih, siapa juga yang mau tau kamu! Ogah kali.. bye.." Aku pun berlalu pergi meninggalkan pria autis itu.
Namaku Kania. Aku merupakan seorang siswa baru disini. Aku seorang siswa pindahan dari SMA sebelah. Aku pindah ke sekolah ini, karena desakan dari orang tuaku. Alasan mereka karena sekolah ini lebih elite dan berkualitas. Cukup terbilang bahwa sekolah ini memang sekolah yang paling favorite deretan pertama di kotaku.
Pertama kali Aku masuk ke sekolah ini, Aku merasa aneh dengan diriku. Setiap kali Aku melewati lorong sekolah, mereka yang yang Aku lewati tertuju padaku. Aku merasa tidak enak hati jika dilihatin seperti itu. Apa karena tubuhku yang gendut? Sementara ruang kelasku masih jauh. Sekolah ini sangatlah luas. Kelasku terletak di paling ujung.
***************
Seorang guru telah masuk ke dalam ruang kelas. Iya pun menyuruhku untuk masuk ke dalam kelasnya.
"Anak-anak.. Hari ini kalian akan mempunyai teman baru. Kania, silahkan perkenalkan diri kamu!" Aku mengangguk dan segera memperkenalkan diri.
"Hai.. perkenalkan namaku Kania.. Aku sangat akrab dipanggil Kanya. Aku seorang pindahan dari SMA sebelah. Terimakasih.." Pak guru kemudian menyuruhku untuk duduk di bangku yang telah ditentukan. Aku berjalan melewati lorong bangku yang lain. Tiba-tiba saja.
Buk!
Aku terjatuh ke lantai. Kakiku seperti tersandung. Aku merasa ada yang sengaja menghalangi jalanku dengan kakinya.
"Hahahaha.. " Mereka semua tertawa karena Aku terjatuh dengan bunyi yang cukup keras.
"Sudah, sudah cukup!" Tegur pak guru. Aku segera bangun dari jatuh, segera menduduki kursi bangku. Aku sedikit kesal, Aku tau ini pasti ada yang sengaja buat Aku jatuh.
Pelajaran pun telah dimulai. Aku melihat sekelilingku. Mereka diam-diam menatapku dengan tatapan sinis dan mencurigakan. Hem.. kira-kira apa yang mereka rencanakan ya?
.
.
Jam istirahat telah tiba. Aku merapikan buku pelajaran ku terlebih dahulu dan memasukkannya ke dalam tas. Aku pun berniat untuk keluar kelas. Tiba-tiba saja..
Brak!
Aku terlihat kaget. Karena tiba-tiba saja tangan seseorang menggebrak bangku mejaku. Mataku melihat tangan itu dan terus ke atas hingga wajah. Ternyata dia adalah seorang cewek. Dia tersenyum dengan mengangkat ujung bibirnya yang sebelah. Terlihat dia tersenyum sinis padaku.
"Anak baru ya.. Kenalin Aku pinky. Seorang queen di kelas ini." Ujarnya sembari duduk di atas bangku mejaku.
"Iya.. terus?" Tanyaku tidak mengerti. Cewek yang disebut sebagai pinky itu pun merubah posisinya menghadap ke arahku. Kemudian, Iya menaikkan kakinya ke atas pahaku. Terlihat telunjuknya sedang menunjuk ke arah sepatunya. Iya berkata.
"Anak baru! Sepatuku kotor nih.. kamu bersihkan dong!" Dia menyuruhku untuk membersihkan sepatunya. Aku hanya tercengang melihat sikapnya yang sok.
"Aku ga mau!" Aku menolak perintah Pinky. Terlihat wajah Pinky memerah dan melotot ke arahku. Tangan Pinky langsung mencengkram kedua pipiku dengan tangan satu.
"Heh! Berani kamu menolak perintah saya, hah?" Cengkraman Pinky terasa sangat kuat. Aku berusaha melepaskan cengkraman itu. Dan Aku berhasil melepaskan cengkraman tangan Pinky.
Pinky tidak berhenti di situ saja. Iya menarik kerah bajuku dengan sekuat tenaganya. Aku pun menghempaskan tangan Pinky Dan berkata.
"Lepaskan!" Aku pun langsung berdiri dan melotot ke arah Pinky.
"Aku bukan pembantu kamu! Sorry saya tidak ada waktu untuk melayani kamu!" Ujarku dan berlalu meninggalkan Pinky.
"Heh!" Kali ini teman Pinky yang tiba-tiba menarik rambutku dari belakang. Aku juga memegangi rambutku yang ditarik olehnya karena terasa sakit. Aku tetap berusaha untuk tenang dan sambil berfikir untuk melepaskan diri dari mereka.
Kedua tanganku memegang erat tangannya dan Aku pun memutarkan badan Aku. Aku juga menggunakan kaki Aku untuk menendang bagian perutnya. Alhasil iya melepaskan kedua tangannya. Dan Aku terlepas darinya.
Teman Pinky merasa kesakitan karena menerima tendangan dariku.
"Kasih dia pelajaran!" Ujarnya kepada teman-teman Pinky yang lain sambil menunjuk ke arahku.
Mereka bertiga pun maju dan ingin menyerang Aku. Tampa berfikir panjang, Aku mengambil salah Satu tas seorang siswa dan memukulkannya kepada mereka satu persatu. Mereka pun langsung memiringkan badan mereka menahan sakit. Aku pun membersihkan kedua tangan Aku yang tidak kotor. Aku tersenyum sinis dengan mengangkat ujung bibirku. Aku pun berkata.
"Kalau mau buli, kalian salah lawan." Aku pun berlalu pergi meninggalkan mereka.
...****************...
Pov: Author.
Pinky hanya bisa melotot. Karena Kania bisa melakukan perlawanan kepada gengnya. Pinky tidak menyangka kalau cewek gendut yang terlihat cupu itu ternyata tidak mudah ditindas. Pinky merasa kesal karena iya tidak dapat dikalahkan. Pinky pun memarahi mereka.
"Kalian kenapa bodoh sekali sih? Melawan orang satu aja ga bisa!" Marah Pinky.
"Awas kamu Kania!" Ujarnya sembari menunduk dengan mata yang memandang ke depan penuh kemarahan.
.
.
Pinky tidak putus asa untuk membalas Kania. Kania dilaporkan kepada wali kelas atas dasar pembulian. Di depan wali kelas, Pinky dan teman-temannya beradu acting agar wali kelas percaya kepada mereka bahwa Pinky telah dibuli open Kania.
Sialnya jadi seorang Kania. Wali kelas Malah percaya dengan fitnahan Pinky dan teman-temannya. Jelas saja Wali kelas merasa marah kepada Kania. Iya pun memerintahkan salah satu siswa untuk memanggil Kania.
Sialnya jadi seorang Kania. Wali kelas Malah percaya dengan fitnahan Pinky dan teman-temannya. Jelas saja Wali kelas merasa marah kepada Kania. Iya pun memerintahkan salah satu siswa untuk memanggil Kania.
...****************...
pov: Kania
Aku langsung berjalan menuju ke ruang wali kelas. Sesampainya di sana, Aku langsung masuk ke dalam ruang wali kelasku. Dan Aku terkejut ketika melihat Pinky dan teman-temannya. Mereka menatap Aku dengan pandangan sinis.Aku pun segera berpaling dari mereka dan menoleh ke arah Ibu wali kelas. Aku bertanya.
"Ibu memanggil saya?" Tanyaku
"Duduk! " Perintah wali kelas. Aku pun langsung duduk di kursi yang berada di depan Ibu wali kelas.
"Kania, apa kamu tau kenapa kamu saya panggil ke sini?" Tanya wali kelas. Aku menggelengkan kepala. Perasaanku tidak enak. Aku merasa curiga kepada mereka. Jangan-jangan, mereka telah berbicara yang tidak-tidak tentangku kepada ibu wali kelas.
"Kesalahanmu sangat besar. Kamu sudah melakukan tindak kejahatan kepada mereka." Aku melotot dan tidak mengerti dengan ucapan wali kelas. Tindakan kejahatan yang bagaimana yang Ibu wali kelas maksud. Agar lebih jelas lagi, Aku bertanya.
"Maaf Bu.. tindak kejahatan yang mana ya?" Aku sudah menduga pasti mereka sudah berbicara yang tidak-tidak terhadap Ibu wali kelas. Ibu wali kelas menggelengkan kepala mendengar pertanyaanku. Seraya berkata.
"Apa kamu lupa dengan apa yang kamu lakukan terhadap Pinky dan teman-temannya? Kamu sudah membully mereka. Dengan tindakanmu yang kriminal ini, apa kamu tidak merasa bersalah? Apa kamu tau, kalau sekolah ini adalah sekolah paling ternama di kota ini. Dan aturan disini bukanlah aturan sembarangan yang dibuat. Karena kamu masih baru disini, sekarang kamu minta maaf sama mereka!" Aku terkejut dengan ucapan Ibu wali kelas. Mataku melotot dan kepalaku menggeleng. Aku menolak perintah dari Ibu wali kelas.
"Saya ga mau Bu! Karena ini bukan salah saya.. saya tidak akan melakukan ini.. kalau mereka ga mulai duluan.. mereka duluan yang membully saya! Saya hanya melakukan perlawanan saja.." Ungkap ku kepada ibu wali kelas. Ibu wali kelas menoleh ke arah Pinky dan teman-temannya. Iya bertanya kepada mereka.
"Apa benar apa yang diucapkan oleh Kania?" Mereka menggelengkan kepala dan berkata bohong lagi.
"Bohong Bu.. jelas-jelas Kania yang membuly kami.. Kania sok jagoan di kelas. Kania main perintah-perintah kepada kami.. Dan kami menolak perintah Kania, Kania langsung membuly kami Bu.." Sudah Aku duga sebelumnya. Mereka memutar balikkan fakta. Aku pun berdiri dari tempat duduk. Dan berkata marah kepada Pinky.
"Kalian jangan memutar balikkan fakta ya? Jelas-jelas kalian sendiri yang sok jagoan terhadap saya! Mereka yang berbohong Bu.." Ucapku dengan nada tinggi.
Wali kelas tampak bingung melihat perdebatan antara Aku dan gengnya Pinky. Akhirnya Ibu wali kelas juga berdiri dan berteriak.
"Sudah, cukup! Kalian ini memang benar-benar ya... bikin saya jadi pusing. Sekarang juga kalian Ibu hukum! Sekarang kalian keliling lapangan sekolah sebanyak tujuh kali dan berdiri sambil memberi hormat kepada bendera. Sampai jam pulang sekolah tiba.
" What! Berati kami suruh berjemur dong Bu?" Pinky terlihat kaget dengan hukuman yang diberikan. Aku mengangkat ujung bibirku yang sebelah. Aku tersenyum remeh kepada mereka.
"Ini hukuman terlalu mudah bagiku. Daripada Aku pernah dihukum ayah keliling kompleks sebanyak 10 kali." Gumamku.
"Cepat kerjakan!" Bentak Ibu wali kelas. Aku dan geng Pinky pun segera melakukan apa yang diperintah oleh Ibu wali kelas.
.
.
Kami pun melaksanakan hukuman yang diberikan oleh Ibu wali kelas. Meskipun bukan salahku, Aku tetap menjalani hukuman ini. Yah, tapi lumayan lah. hitung-hitung ini adalah olah raga untukku. Supaya tumpukan lemak yang ada di badanku terbakar.
Selesai keliling lapangan sebanyak tujuh kali, Aku berjemur di bawah teriknya sang surya dengan menghadap kepada sang merah putih sambil memberi hormat.
"Hem.. hukuman ini melelahkan juga ternyata." Aku mendengar keluhan Pinky yang ada di sebelahku. Pinky mengeluh karena iya tidak tahan dengan panasnya terik.
"Aduh.. bisa gosong kulitku kalau begini caranya.. mana perawatan Aku mahal banget lagi.." Keluh Pinky sembari mengelus lengannya. Aku hanya membuang nafas. Dan melirik mereka sinis.
"Alay! Ngakunya aja sok jagoan.. hukuman yang begini saja mewek!" Aku memajukan bibir bawahku. Terkesan mencibir mereka.
"Heh CEDUT (cewek gendut)! Ini semua gara-gara kamu ya? Kalau sampai kulitku jadi gosong, kamu harus tanggung jawab! Awas lu!" Ancam Pinky. Aku tidak mau kalah dengannya. Aku menjawab kata-katanya.
"Lah, kok Aku? Harusnya Aku yang protes sama kalian.. kenapa Aku ikut-ikutan di hukum? Ini kan, salah kalian.. Kalian duluan kan, yang bully? Hu.." Ucapku meledek. Pinky melotot kepadaku. Seraya berkata.
"Kalau kamu menuruti kemauanku.. kamu ga akan dibully.." Ujarnya dengan wajah marah. Aku tersenyum remeh kepada mereka. Dan Aku berkata.
"Hah, apa kamu bilang? Nurutin kemauan kamu? Hello... dengar ya.. que, alias queen kw... memangnya saya ini pembantu kalian? Budak kalian? I am sorry ya.. lebih baik saya berjemur daripada jadi budak kalian!" Ujar ku tidak mau kalah.
Tiba-tiba saja Pinky menarik rambutku dari samping. Aku teriak kesakitan karena ditarik oleh Pinky. Pinky dan teman-temannya tertawa. Jika Aku melawan, maka Ibu wali kelas akan menghukum Aku untuk kedua kali. Tidak sengaja Aku melihat Ibu wali kelas sedang berjalan. Akun seger teriak minta tolong.
"Argh... tolong... Ibu.. Ibu wali kelas... tolong saya.." Aku berteriak. Ibu wali kelas langsung menoleh ke arah ku. Dan iya pun langsung menghampiri kami.
.
.
"Ada apa lagi sih ini?" Marah Ibu wali kelas.
"Liat ini Bu.. perbuatan Pinky.. masak Dia menarik rambut saya Bu? Kan, sakit kalau ditarik bu.." Pinky menggelengkan kepala. Mengelak apa yang Aku adukan.
"Bohong Bu.. itu ga benar.." Elaknya.
"Ibu liat sendiri kan tadi.. kalau Pinky menarik rambutku?" Ucapku.
"Sudah, sudah.. kalian ini belum kapok saya hukum ya? Mau saya tambah lagi hukumannya?" Ujar Ibu wali kelas.
"Loh.. kenapa ditambah lagi Bu? Kan, yang di bully saya Bu.." Ucapku. Ibu wali kelas tidak punya alasan untuk menghukum Aku yang kedua kali. Karena memang benar. Ibu wali kelas melihatku secara langsung ketika Aku dibully oleh Pinky.
"Pinky.. kali ini Ibu tambah hukuman kamu! Kamu. Kamu harus Scot jump sebanyak 10 kali." Ujar Ibu wali kelas. Pinky melotot ketika hukumannya ditambah.
"what?" Pinky menoleh ke arahku. Dan Aku menjulurkan lidahku mengejek Pinky.
"Sudah cepat lakukan!" Perintah Ibu wali kelas. Pinky menoleh ke arahku. Iya seperti menaruh dendam padaku. Terserah deh, bodoh amat.
"Sudah cepat lakukan!" Perintah Ibu wali kelas. Pinky menoleh ke arahku. Iya seperti menaruh dendam padaku. Terserah deh, bodoh amat.
...****************...
pov: Kania
Aku anak baru di sekolah favorit ini. Baru satu hari masuk disini sudah diterpa musibah. Sekolah ini memang sangat elit. Tapi penghuninya amburadul. Sebenarnya, Aku lebih suka dengan sekolahku yang dulu. Meskipun elitnya dibawah sekolah ini, tapi penghuninya berkualitas. Aku banyak teman di sekolahku yang lama. Mereka semua ramah dan baik kepadaku. Berbeda dengan disini. Siswanya pada sok. Mereka suka membentuk geng dan suka bully sama yang lemah. Aku tidak suka itu.
Kalau bukan karena orang tuaku yang minta untuk Aku sekolah disini, Aku ga akan pernah mau untuk sekolah disini.
.
.
Jam pulang sekolah pun telah tiba. Lumayan capek juga berlama-lama berdiri dengan berjemur. Panas juga rasanya. Tapi, ga apa-apa.. hitung-hitung olahraga diet.
Aku dan juga geng Pinky pun selesai menjalani hukuman. Terlihat Pinky dan teman-temannya yang loyo. Ya, iyalah kelihatan loyo.. Karena dikasih diskon hukuman sama Ibu wali kelas.
"CEDUT, urusan kita belum selesai.. Awas kamu!" Pinky mengancam Aku. Dan Aku pun menantang ancaman tersebut.
"Ok, siapa takut.." Pinky kelihatan marah dan penuh dendam. Aku pun berlalu dari mereka.
...****************...
Sesampainya di rumah, Ibuku sudah duduk di sofa dan menunggu Aku pulang sekolah. Ibuku bertanya.
"Bagaimana disekolah pertama kamu hari ini? Sekolah baru, pasti senang kan?" Ujar Ibuku. Aku mendengus kesal sembari sedikit melempar tas ku ke sofa. Aku langsung menghempaskan bokongku ke sofa. Aku berkata kepada ibuku.
"Hari ini sangat menjengkelkan sekali Bu.. Aku tidak suka sekolah di tempat itu.." Ungkap ku kesal. Ibuku terkejut dan menaikkan alisnya yang sebelah.
"Loh.. kenapa gitu?" Tanya Ibu.
"Temannya ga ada yang asik.. pada gesrek semua." Ucapku cemberut.
"Hem.. gesrek gimana maksud kamu?" Ibu penasaran.
"Aku dibully di sekolah Bu.. dan yang lebih parahnya lagi.. Aku melakukan melakukan perlawanan di panggil ibu wali kelas. Karena mereka yang membully Aku memutar balikkan fakta. Jadi Aku kena hukum deh, sama Ibu wali kelas.. padahal Aku baru masuk pertama loh.. di sekolah itu.." Kataku pada ibu.
"Terus.. kamu diam saja gitu ketika kamu difitnah? Terus yang kena hukuman cuma kamu saja? mereka tidak?" Tanya Ibu.
"Ya.. Aku membantah fitnah mereka lah Bu.. Dan akhirnya, Ibu wali kelas menghukum kami semua.. Ah.. pokoknya Aku ga mau sekolah di sana!" Aku menolak untuk sekolah di tempat yang mengerikan itu.
"Kenapa harus tidak betah sih? Jangan karena bully kamu tidak betah di sana.. Kalau kamu dibully, ya lawan dong.. asal jangan kamu duluan.. masalah dipanggil sama wali kelas ataupun siapa, ya ga masalah.. daripada kamu babak belur? Kamu harus tetap sekolah di sana.. Karena itu sudah menjadi keputusan papa kamu.." Ujar Ibu. Aku hanya menganggukkan kepala. Dan Aku pun langsung beranjak dari sofa. Aku pun masuk ke dalam kamar Aku.
...****************...
Papa memanggilku untuk masuk ke dalam ruang kerjanya. Entah mengapa papa memanggilku. Aku segera menuju ke ruang kerja papa.
Terlebih dahulu Aku mengetuk pintu ruangan. Dan papa mempersilahkan Aku masuk ke dalamnya. Wajah papa terlihat sangat datar dan sulit di tebak. Ada apa sebenarnya, apa Aku buat salah lagi?
"Ada apa pa?" Tanyaku pelan.
"Kania! Apa yang sudah kamu lakukan di sekolah barumu?" Tanya papa serius. Aku mengernyitkan kening dengan pertanyaan papa.
Memangnya Aku kenapa pa?" Tanyaku pada papa.
"Kania.. papa menyekolahkan kamu di sana.. supaya belajarmu lebih semangat lagi. Karena di sana sangatlah elit. Dan aturannya juga tidak main-main. Kamu harusnya belajar yang benar di sana.. bukan malah jadi jagoan.. kamu itu perempuan.." Aku semakin tidak mengerti apa yang diucapkan papa. Apa karena kejadian tadi siang?
"Maksudnya apa pa? Sok jagoan bagaimana?" Tanyaku.
"Buat apa kamu berantem di sekolah? Buat apa kamu membully teman-teman kamu di sekolah? Itu tidak terpuji Kania.." Aku melongo dengan perkataan papa.
"Papa tau dari mana kalau Aku berantem?" Tanyaku.
"Tau darimana itu ga perlu. Yang jelas. kamu sudah membuat kesalahan Kania.. ingat, mereka itu anak orang.. jangan kamu bully.."
"Ya, ga bisa begitu dong pa.. Aku ga akan berantem kalau Aku tidak diusik. Mereka duluan yang mulai.. Aku yang dibully.. memangnya salah kalau Aku melakukan pembelaan?" Jawabku. papa pun diam setelah mendengar jawabanku. Kemudian berucap lagi.
"Tapi, ga perlu berantem juga binar.. Hindari saja mereka.. jangan diladeni.."
"Aku sebenarnya malas mau meladeni mereka pa.. karena terpaksa, ya Aku lawan aja mereka.. daripada Aku babak belur karena dikeroyok.. apa sekolah mau bertanggung jawab?" Papa hanya diam lagi. Aku sebenarnya malas untuk bahas ini. Tapi karena papa tidak mengerti.
Sebenarnya siapa yang telah melaporkan informasi palsu itu kepada papa. Apakan Ibu wali kelas yang melaporkannya? Tapi kalau Ibu wali kelas sepertinya tidak mungkin. Karena tadi kan Ibu wali kelas sudah tau sendiri siapa yang salah. Apa mungkin Pinky? Ah, rasanya tidak mungkin dia. Kenal aja baru tadi pagi. Apa mungkin ibu ya.. yang memberi tahu papa? Tapi ga mungkin juga lah ibu. Masak ibu tega memberikan informasi palsu?
Tapi ya, sudahlah.. biarin saja. Yang penting Aku sudah menjelaskan semuanya kepada papa. Semoga papa mengerti.
"Ya, sudah.. sekarang kamu kembali ke kamarmu. Jangan lupa belajar." Ujar papa akhirnya.
"Ok.. siap pa.." Aku pun langsung keluar daripada ruangan papa.
Aku tidak sengaja berpapasan dengan ibu. Hampir saja kami tabrakan. Kenapa ibu tiba-tiba berada di depan ruangan papa? Apa iya nguping pembicaraan kita?
"Aish.. Aku ga boleh suudzon pada ibu. Karena ibuku adalah Ibu yang baik."
Meskipun bukan Ibu kandung, tetapi iya baik padaku. Iya memperlakukanku seperti iya memperlakukan anak kandung sendiri. Ibu Maria adalah sosok ibu tiri idaman. Dulu, Aku sangat takut memiliki ibu tiri. Aku takut tentang Ibu tiri yang jahat. Seperti cerita teman-temanku dulu. Mendengar cerita mereka yang memiliki Ibu tiri sangatlah miris.
Tapi, survei membuktikan bahwa tidak semua Ibu tiri itu jahat. Kadang yang jahat adalah kita sendiri. Karena terlalu suudzon sama Ibu tiri.
Papaku sudah lama menikah dengan Ibu tiriku. Selama tinggal satu rumah dengan Ibu tiri, Iya belum pernah berbuat kasar padaku. Malah iya memberiku sebuah motivasi dan tentang keberanian. Jadi ga mungkin sekali bahwa Ibu tiriku memfitnahku di depan papa.
Malah, selama ini yang selalu menyalahkan Aku adalah papa. Malah papa yang mendesak ku harus mengikuti kemauannya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!