NovelToon NovelToon

Belenggu Sangkar Sahabatku

Wanita Paling Bahagia Sedunia

"Ayang, aku mau itu!" pinta seorang wanita bernama Darra ketika melihat sebuat dress yang sangat cantik dan berkilauan. Matanya begitu terpesona melihat dress itu hingga dia langsung meminta pada sang kekasih untuk membelikannya.

"Ambil aja sesuka hatimu, By. Pokoknya apa pun yang kamu mau hari ini, kamu bebas untuk membelinya," ucap pria bernama Arav yang merupakan kekasih Dara.

"Aaa ... Makasih, Ayang. Aku cinta kamu, muachh ...."

Darra merasa sangat senang memiliki kekasih seperti Arav yang tidak pernah menolak keinginannya bahkan selalu memberikan kasih sayang yang luar biasa kepadanya.

Siapa sih, wanita yang tidak ingin dimanja, diperhatikan, bahkan diberikan cinta kasih sebesar itu? Kemungkinan tidak ada, apalagi pada hakikatnya seorang wanita selau ingin diperlakukan istimewa oleh pasangannya.

Arav Mahendra adalah CEO tampan dan sukses yang memiliki perusahaan berlian dengan usia 32 tahun. Dia sangat mencintai kekasihnya bahkan rela memberikan semuanya, kalaupun isi dunia ini dapat dia beli maka seluruh dunia akan diberikan pada Darra.

Selesai membeli gaun tersebut, mereka kembali berjalan sambil bergandeng tangan tanpa melepaskan satu sama lain layaknya cinta yang tidak ingin usai.

Mereka berjalan dari satu toko ke toko lain hanya untuk membeli apa yang Darra inginkan. Mungkin sebagian besar orang yang melihat wanita seperti Darra akan beranggapan sebagai wanita matre atau wanita gila harta. Namun, untuk Arav tidak. Sematre apa pun wanita itu adalah hal yang sangat wajar. Semua tergantung bagaimana cara pria itu memperlakukannya.

Mungkin, untuk pria seperti Arav yang memiliki segalanya tidak akan merasa keberatan membelikan barang-barang dari harga murah sampai yang fantastis. Lain cerita dengan pria yang memiliki penghasilan jauh di bawahnya sudah pasti sangatlah sensitif.

Jangankan membelikan dress yang Darra inginkan, terkadang uang parkir saja tetap masih diperhitungkan ketika hubungan mereka usai. Intinya apa pun yang dibelikan harus dikembalikan, baik berupa barang atau uang sekali pun. Dikarenakan mereka tidak ingin rugi, berbeda dengan jalan pikiran orang dewasa dan matang seperti Arav ini.

Arav tidak masalah berapa pun nominal uang yang dikeluarkan selagi kekasihnya selalu tersenyum bahagia itu sudah lebih dari cukup. Justru ketika Darra jalan dengannya tidak meminta apa-apa, pria itu akan langsung marah dan ngambek melebihi wanita PMS.

Setiap mata memandang selalu terpesona akan kecantikan Darra Putri Wijaya yang merupakan wanita karier berusia 26 tahun. Darra bekerja sebagai sekretaris disalah satu perusahaan. Kecantikan Darra memang benar-benar tidak dapat diragukan kembali, sampai-sampai membuat banyak hati terpikat padanya tanpa mengenal terlebih dahulu.

Kecantikan paras Dara memiliki aura tersendiri yang sangat kuat untuk memikat. Pria mana sih, yang tak ingin memandanginya. Tidak ada bukan? Sudah cantik, manis, ramah, murah senyum, sopan, anggun pula. Tidak mungkin dong, mata keranjang para pria mampu melewati pemandangan indah begitu saja. Ibaratkan sebuah makanan pasti akan sangat mubajir.

Tidak hanya itu, bentuk tubuh tinggi semampai, bola mata asli berwarna cokelat pekat tanpa memakai soflen dengan hiasan bulu mata lentik dan hidung mancung menjadikan Darra terlihat lebih cantik secara alami. Sehingga, dia tidak harus repot-repot melakukan operasi atau lain sebagainya hanya demi mempercantik diri.

Kulit putih gading yang Darra dimiliki biasanya cenderung dimiliki oleh orang Asia atau negara luar negeri. Akan tetapi, tidak menutup kemungkinan wanita itu juga memiliki kulit yang putih, bersih, dan sangat cerah akibat perawatan rutin.

Setelah selesai belanja di Mall dan menghabiskan uang dengan jumlah yang sangat fantastis mereka pergi meninggalkan lokasi tersebut menuju ke sebuah Apartemen elite yang berada di pusat kota.

...💜💜💜...

Sesampainya di parkiran Apartemen elite, Arav segera turun secepat mungkin hanya untuk membukakan pintu untuk kekasih tercinta. Betapa manisnya pria itu, ada saja tingkah laku yang selalu membuat Darra semakin jatuh hati padanya.

"Silakkan turun, Tuan Putri yang cantik jelita, salam hormat dari kekasihmu yang tampan rupawan juga baik hati ini," ucap Arav sedikit membungkukkan tubuh setelah membuka pintu mobil.

Darra terkekeh geli mendengar drama yang dilakukan oleh sang kekasih, "Hihih ... Apa sih, Ayang. Udah akhh, jangan bercanda terus. Perutku sakit tahu, seharian kita ketawa udah kaya anak ABG baru jatuh cinta."

"Harus dong, kalo gak gitu, nanti cintamu bisa-bisa berkurang untukku. Oh, tidak bisa. Pokoknya aku harus terus menyirami cinta di dalam hatimu itu supaya terus bermekaran dan tidak layu sedikit pun."

Darra memutar mata sedikit meledek Arav akibat sifatnya sangat berlebihan. Wanita tersebut membalas uluran tangan kekasih, kemudian turun dari mobil dengan wajah bahagia memeluk lengan pria yang memiliki aroma parfum khas sampai membuatnya candu.

Setibanya di depan pintu Apartemen, Darra langsung menempelkan kartu khusus untuk masuk dengan kode tanggal jadian mereka. Selepas pintu terbuka lebar keduanya masuk bersamaan. Apartemen yang sangat mewah dan cantik ini merupakan hadiah dari Arav tepat di hari jadian mereka yang ke-1 bulan seminggu yang lalu.

Tanpa basa-basi wanita itu segera berlari kecil menaiki anak tangga menuju meja rias dan mengeluarkan beberapa dress cantik yang ditempelkan di depan tubuhnya. Sementara Arav duduk di tepi ranjang memperhatikan gerak-gerik wanitanya sambil meminum air yang ada di atas meja kecil.

"Wahh, cantik ya, Rav? Sumpah, kekasihmu ini memang jago sekali menghabiskan uang. Lain kali, belikan aku dress sama toko-tokonya aja biar gak boros, oke, Rav?"

Degh!

Arav langsung terkejut mendengar kata-kata Darra, untung saja dia tidak tersendak ketika sedang minum. Tatapan matanya begitu tajam menatap punggung Darra, wajah yang terlihat bahagia kini berubah menjadi datar.

"Kenapa sama mukamu, kok, sedih, Rav? Apakah ada yang salah denganku?" tanya Darra, memasang wajah jahil.

"Rav, Rav, Rav aja terus ... Iya, Rav, Rav, Rav!" sindir Arav, membuat Darra terkekeh. Melihat wajah kesal Arav, wanita itu segera menaruh kembali dressnya dan mendekati sang kekasih.

Darra duduk tepat di atas pangkuan Arav. Di mana pria tersebut segera memalingkan wajah tanpa ingin menatap sang kekasih. Darra tertawa lucu sambil melingkarkan kedua tangan di leher pria tercinta membuatnya sedikit kesal.

"Udahlah, sana. Jangan dekat-dekat, sumpah malas banget aku kalau udah dengar kata-kata itu. Berapa kali sih, aku bilang, aku gak suka kamu----"

Perkataan Arav terhenti ketika sang kekasih langsung membungkam bibirnya. Mereka melakukan permainan lidah dengan penuh cinta tanpa kekerasan. Sebenarnya, Darra sangat tahu kalau Arav tidak suka dipanggil nama. Dia lebih menyukai dipanggil 'Ayang' daripada nama yang tidak memiliki arti romantis sama sekali.

Kurang lebih lima menit mereka bermain, Darra menyudahi semua itu. Dia berdiri berniat untuk membersihkan tubuh ke kamar mandi, tetapi tangannya malah ditarik hingga terjatuh tepat di atas Arav dalam keadaan mereka tiduran.

Kedua bola mata saling memancarkan keindahan cinta mereka yang sangat manis. Tangan Arav perlahan mengelus rahang hingga ke belakang leher Darra membuat tubuhnya mulai merasa tegang. Dengan sedikit dorongan, bibir Darra kembali menyentuh bibirnya.

Tak sadar kini posisi mereka sudah bergantian, Arav berada di atas tubuh Darra dengan pandangan mereka yang tidak teralihkan sedikit pun. Napas sang wanita sudah mulai tidak beraturan ditambah dengan dada yang naik turun membuat mata sang pria langsung terfokus pada satu titik gunung kembar.

Tanpa harus berlama-lama, keduanya mulai terhanyut di dalam permainan ranjang panas yang penuh cinta. Terlihat sekali mereka begitu menikmati sentuhan demi sentuhan, tidak ada perlawanan dari Darra ataupun kekerasan dari Arav. Itu berarti mereka memang melakukan semuanya atas dasar cinta dan keinginan masing-masing.

1 jam 30 menit telah berlalu, mereka sudah puas dengan permainan membuat Darra dan Arav langsung mandi bersama. Tenang saja, ini hanya sekedar mandi tidak ada yang lain. Cukup satu atau dua kali bermain saja mereka sudah merasa senang. Setidaknya cinta di antara keduanya sudah tersalurkan di luar bukan di dalam mahkota milik Darra.

Selesai mandi, Arav kembali merapikan pakaian dibantu oleh Darra yang masih mengenakan baju berbentuk handuk. Senyuman di wajah keduanya tidak pernah pudar, apalagi cinta yang mereka miliki sangatlah luar biasa.

"Aduh, tampannya. Kekasihnya siapa sih, hem?" goda Darra dengan tatapan yang jahil.

"Kekasih Baby Darra yang cantik, imut, baik hati, ramah, dan ...." Arav menggantungkan ucapannya membuat Darra menjadi penasaran.

"Dan, apa?" tanya Darra.

"Dan full service, fiuhh ...." Arav membisikan kata-kata itu di telinga sang kekasih sambil meniup pelan membuat wajah Darra merah merona.

"Aaa ... Ayang!" pekik Darra, kesal. Arav terkekeh geli langsung memeluknya dengan erat sambil mencium pucuk kepala kekasih tercinta.

"Udah akhh, jangan ngambek lagi, jelek tahu. Aku pulang dulu ya, udah malam juga. Belum lagi jalanan dari sini ke rumah sepi dan gelap. Pokoknya, Baby harus baik-baik di sini. Jangan nakal, jangan bandel, jangan genit, dan jangan bukain pintu kalo ada orang gak dikenal. Oke? Terus juga harus makan yang teratur dan tepat waktu, istirahat yang cukup, jangan kerja berat-berat. Kalo ada apa-apa itu bilang, mau apa-apa harus ngomong. Intinya aku gak mau Baby kenapa-kenapa. Mengerti, 'kan?"

Perlakuan seperti ini selalu membuat Darra merasa sebagai wanita yang paling bahagia sedunia. Dia hanya mengangguk tersenyum menatap wajah tampan itu, lalu memejamkan mata sekilas ketika Arav mencium keningnya.

"Aku sangat-sangat mencintaimu, Baby."

"Aku juga sangat mencintai Ayang pake banget, banget, banget. Hihi ...."

Mereka tertawa bersama kembali berpelukan sekilas, kemudian Darra mengantarkan Arav sampai ke pintu keluar. Sang pria melambaikan tangan sambil tersenyum dengan sorot mata penuh cinta. Berbeda sama sang wanita yang terlihat murung karena ditinggal, masa-masa seperti ini selalu membuatnya takut. Namun, dia tetap saja harus tersenyum supaya tidak membuat sang kekasih kepikiran.

"Besok aku akan datang ke pesta!" teriak Darra ketika Arav sudah berjalan 3 meter darinya. Pria itu menoleh dan menganggukan kepala, lalu berjalan kembali meninggalkan Apartemen.

Darra masuk ke dalam Apartemen tak lupa untuk menguncinya. Dia mulai berjalan perlahan ke arah kamar dengan perasaan sedih akibat sang kekasih harus pulang ke rumah sehingga wanita tersebut kembali merasa kesepian.

Darra menghela napas kasar sambil membaringkan tubuhnya ke atas ranjang, lalu menatap langit-langit kamar dengan tatapan penuh makna.

Besok aku harus kembali menyiapkan hati melihat mereka berdua. Hahh, sampai kapan hidupku akan terus seperti ini?

...*...

...*...

...*...

...💜>Bersambung<💜...

Mengakhiri Hubungan

Keesokan hari, setelah pulang kerja Darra langsung bersiap-siap dan berdandan senatural mungkin. Semua itu karena dia tidak menyukai make up secara berlebihan.

Dress cantik yang dibelikan oleh sang kekasih benar-benar menjadi penyempurna kecantikan Darra. Dia berdiri memantaskan diri di depan cermin rias sambil berputar secara pelahan. Senyuman manis terukir jelas di wajahnya yang berarti wanita itu sangat mengagumi tubuhnya sendiri.

"Cantik sih, tapi sayang belum jadi istri orang hihi ....,"

Darra menghibur dirinya sendiri, walaupun hati terasa tidak tenang. Hari ini Darra harus kembali memasang badan tanpa tahu kapan peperangan akan segera selesai.

Selepas berdandan, Darra langsung mengambil tasnya dan pergi meninggalkan Apartemen menuju sebuah acara pesta besar sedang berlansung. Tepat pukul 7 malam lewat 25 menit, dia sampai di sebuah gedung ternama dan bertemu oleh orang-orang penting.

Senyuman manis, keramahan, dan suaranya yang lembut membuat Darra disambut dengan hangat oleh semua orang. Sampai akhirnya, dia menarik napas sekilas dan berjalan mendekati seseorang.

"Hai, Tasya. Selamat ya, atas pernikahanmu yang ke-3. Pokoknya doa terbaik selalu aku panjatkan untukmu. Sekali lagi selamat," ucap Darra memeluk sahabat kecilnya yang baru bertemu kembali.

Mereka berpelukan sekilas sambil mencium pipi kanan dan kiri sebagai ritual para wanita ketika bertemu. Wajah Tasya terlihat sangat cantik dan begitu bahagia atas pernikahannya membuat Darra tersenyum.

"Terima kasih, Dar. Aku kangen banget sama kamu. Aku doain kembali semoga kamu bisa mendapatkan pria yang baik, yang tampan, yang kaya, pokoknya sempurna semua-semuanya," ucap Tasya melepaskan pelukannya, lalu memegang kedua tangan Darra penuh senyuman.

"Aamin ... Terima kasih, Sya. Semoga doamu di dengar sama Tuhan biar aku gak sendiri terus hihih ...."

"Harus dong, oh, ya. Gimana kabar ibu sama adikmu, apakah mereka baik-baik aja?" tanya Tasya sambil mengajak sahabatnya untuk duduk di kursi sang suami yang kosong.

"Baik, kok. Mereka semua sehat, adikku juga sudah masuk kuliah. Paling sekitar kurang lebih 1 tahun lagi deh, dia lulus S1. Bilangnya mau lanjut S2, tapi lihat nanti semoga aku sehat terus biar bisa menafkahi ibu dan adikku."

Tasya menatap kagum terhadap sahabat kecilnya ini. Dari dulu, kehidupan Darra memang sangat memprihatinkan. Berbeda sama dirinya yang sudah hidup enak dari kecil, apalagi keluarga Tasya semua menetap di luar negeri. Hanya dia sendiri yang tidak menetap karena mendapatkan suami orang sini.

"Hebat ya, kamu, Dar. Aku aja boro-boro bantu keluarga, nyusahin iya, hihi ... Tahu sendiri, aku ini gila banget sama barang-barang mewah apalagi selama aku jadi model. Huhh, pengeluaranku sendiri aja berkali-kali lipat dari suamiku, untung dia gak pernah marah. Dia selalu mendukung apa pun itu selagi aku bahagia. Akhhh, beruntung sekali aku bisa dapetin dia. Pokoknya aku tidak akan pernah melepaskannya meskipun, aku ma*ti lebih dulu, aku tetap akan buat perjanjian supaya dia tidak nikah lagi hihi ...."

Darra tertawa kecil mendengar curhatan Tasya. Terlihat sekali betapa egoisnya wanita itu karena tidak ingin membiarkan sang suami mendapatkan kehidupan kembali setelah dia tiada. Darra juga mengenal suami Tasya yang menurutnya memang baik, sangat baik bahkan sikapnya penuh lemah lembut terhadap wanita. Jadi, wajar saja bila sahabatnya begitu tergil-gila untuk mencintai sang suami.

Tapasya Mustika adalah model cantik dengan prestasi yang cukup banyak dengan usia 27 tahun. Tasya sering kali menjadi idola para pria karena kecantikan, keanggunan serta hatinya yang baik. Namun, siapa sangka. Ternyata wanita cantik itu sudah memiliki suami.

Jika dilihat-lihat kecantikan Tasya memang 2 kali lipat jauh di atas Darra. Hanya saja yang membedakan cuma satu yaitu, Tasya merubah fisiknya dengan bantuan khusus dari dokter kecantikan, sedangkan Darra murni tanpa perubahan satu pun anggota tubuhnya. Dia cuma melakukan perawatan kecantikan secara rutin yang memang semua wanita lakukan.

Selesai bercerita Tasya kedatangan tamu spesial dari pihak model tempatnya bekerja, sehingga Darra memutuskan untuk menyingkir sejenak memberikan ruang pada sahabatnya dengan alasan ingin menikmati hidangan yang ada di pesta.

"Aku ke sana dulu ya, laper nih. Hihi ...." Darra mengusap perutnya membuat Tasya terkekeh.

"Makan yang banyak, kalo perlu bungkus takut besok kamu gak bisa makan kaya dulu jaman-jamanmu susah hihi ...."

Entah Tasya sedang bercanda atau memang menyindir, Darra tidak tahu. Dia cuma tersenyum, lalu pergi begitu saja tanpa memikirkan perkataan sahabat kecilnya. Darra tidak marah dikarenakan apa yang dikatakannya memang benar, dulu kehidupan wanita itu sangatlah menyedihkan.

Untuk itu Darra selalu bersyukur atas perubahan ekonomi yang sangat drastis. Dia mampu membiayai sang adik sekolah, membuka butik untuk ibunya usaha dan memperbaiki rumah yang dulu hanya terbuat dari kayu kini sudah terlihat sangat bagus persis rumah diperkotaan.

Darra tersenyum melihat Tasya dari jarak jauh. Di mana sahabatnya tersenyum lebar dengan segala kebahagiaan di dalam hidup yang begitu beruntung. Satu kata yang mampu dia ucapkan di dalam hati yaitu, 'maaf'.

Langkah kaki kembali berjalan melewati semua hidangan dan minuman tanpa menyentuhnya sedikit saja. Entah ke mana kaki itu membawa Darra pergi, setidaknya dia ingin menjauhi keramaian yang semakin membuat hatinya merasa sedih.

Sampai seketika langkah Darra terhenti di rooftop gedung dengan suasana yang sangat sepi hanya terdengar suara alunan musik dari acara pesta sahabatnya.

Mata wanita itu menatap ke arah langit, kedua tangan memegang batas beton rooftop dan perlahan air mata menetes di pipinya.

Tuhan, kapan semua ini akan berakhir? Kenapa Kau tega menanamkan sifat jahat ini di dalam diriku? Di mana Darra yang dulu baik, ceria, dan tidak pernah menyakiti orang. Terus kenapa Kau berikan ujian sesulit ini, kenapa!

Suara hati Darra bergetar ketika semua memori mulai berputar menjadi satu cerita, yang mana dialah pemeran penjahatnya.

Di saat Darra sedang mencurahkan isi hatinya pada Sang Pencipta, tiba-tiba dia dikejutkan oleh sebuah tangan kekar yang melingkar erat di perutnya membuat Darra menoleh ke arah kanan melihat pria yang tidak lain adalah sang kekasih.

"Ayang?" ucap Darra sangat pelan.

"Aku cari-cari ternyata kamu di sini, berapa kali aku coba hubungin kenapa tidak diangkat. Ada apa?" tanya Arav lembut sambil menempelkan dagunya di pundak sang kekasih hingga pipi kiri dan kanan mereka saling menempel.

Secepat mungkin Darra menghapis sisa air mata dalam keadaan tenang, tetapi percuma saja Arav sudah melihat semuanya.

"Seberapa banyak kamu menghapus air mata itu, tetap akan runtuh ketika hati dan pikiranmu dalam keadaan tidak baik-baik saja. Aku selalu bilang bukan, jangan memikirkan semua terlalu jauh. Cukup jalani saja apa yang kita jalani sekarang, aku janji. Aku akan membuat keputusan terbaik di antara kita!"

Mendengar perkataan Arav, Darra langsung melepaskan tangan yang ada di perutnya. Kemudian dia berbalik menatap wajah Arav dengan penuh keseriusan.

Suasana mulai tegang, membuat Arav terdiam memperhatikan sorot mata sang kekasih yang sudah dipenuhi oleh air mata. Tinggal sekali kedip saja sudah dipastikan berlian mahal itu akan jatuh kembali di wajah kekasih tercinta.

"Aku tidak bisa, Rav. Aku tidak bisa! Kita harus segera mengakhiri semua ini cukup sampai di sini. Aku tidak mau kembali menyakiti sahabatku terlalu dalam. Percayalah, dia sangat mencintaimu, begitu juga denganmu. Kalian harus secepatnya kembali memperbaiki semua yang sudah renggang sebelum hancur berantakan. Aku tidak mau lagi menjadi duri di dalam rumah tangga kalian. Hatiku sangat sakit, tidurku tidak nyenyak, bahkan aku selalu ingat pada ibuku. Bagaimana jika Ibu tahu apa yang anaknya lakuin di sini, pasti Ibu akan sangat sakit hati karena telah gagal mendidikku. Ibu hanya tahu anaknya ini orang baik, penurut, dan tidak suka menyakiti orang lain. Namun nyatanya apa? Tidak, Rav, tidak! Anaknya ini sudah sangat jahat karena telah merebut laki orang!"

Arav terdiam mendengarkan semua perkataan yang sedang sang kekasih utarakan. Pria itu sangat tahu, semua kata-kata menyakitkan tersebut dapat keluar ketika kondisi Darra tidak baik-baik saja.

Sekuat apa pun kekasihnya mengatakan semua itu, sorot mata tidak dapat dibohongi. Mungkin kehadiran cinta mereka yang salah datang karena terlambat, tetapi takdir Tuhan tidaklah salah. Arav sangat percaya hubungan terlarang ini terjadi atas campur tangan Tuhan, jika tidak semua tidak akan terjadi.

Dara menangis sesegukkan ketika apa yang dirasakan keluar tanpa disaring, apakah itu akan menyakiti sang kekasih atau tidak. Arav hanya tersenyum, lalu meluknya begitu erat. Tangan Darra memukul dada pria tersebut untuk menunjukkan bahwa dia begitu marah dengan takdir.

Satu sisi Darra tidak ingin berpisah dari Arav, tetapi di sisi lain dia tidak sanggup hidup bahagia di dalam penderitahaan sahabatnya sendiri.

Baru 1 bulan lebih Darra menjalani hubungan terlarang bersama Arav rasanya sudah sangat sakit, membuat dia tidak tidak sanggup malanjutkan semua lebih jauh lagi.

Di saat Arav sedang berusaha menenangkan sang kekasih tanpa berkata apa-apa, tiba-tiba saja seseorang datang menghampiri mereka membuat keduanya langsung spontans melepaskan pelukan satu sama lain.

Dara dan Arav berbalik menatap ke arah orang itu dalam keadaan sangat terkejut sama apa yang mereka lihat. Kedua tubuh mereka langsung mematung begitu saja dengan detak jantung yang hampir terhenti ketika seseorang berhasil memergokinya.

...*...

...*...

...*...

...💜>Bersambung<💜...

Kecurigaan Tasya

Kedua mata mereka terbuka lebar ketika terkejut melihat seorang anak kecil datang berlari ke atas rooftop dan berhenti melihat kemesraan itu. Entah, Darra harus merasa senang atau tidak karena rahasianya masih aman terkendali.

"Loh, loh, ehhh ... Kalian kenapa pada main di sini, ayo, ikut Om ke bawah, yuk! Di sini bahaya loh, jangan main ke sini lagi, ya. Janji?"

Arav langsung mendekati anak kecil itu yang ternyata sedang bermain kejar-kejaran bersama sahabatnya. Untuk menjaga rahasia mereka, pria tersebut segera menggiring anak-anak turun dari rooftop dan memberikan beberapa pesan supaya mereka tidak bermain di tempat bahaya seperti ini.

Hanya selang beberapa menit saja, Arav kembali naik ke atas rooftop setelah menyaksikan semuanya aman. Dia berjalan medekati Darra menghapus sisa air matanya dan menggenggam kedua tangan, sesekali menciumnya secara bergantian.

"By, dengarkan aku, ya. Semua ini bukan salah kamu, tapi salah diriku. Aku yang memulai semuanya dan aku juga yang membuatmu terjebak di dalam situasi ini. Berarti orang jahat yang kamu maksud itu bukan dirimu, tetapi aku sendiri. Paham?"

"Tidak, aku, Rav. Aku yang jahat, bukan kamu. Aku yang udah---"

Jari telunjuk Arav menempel di bibir Darra, lalu dia menggelengkan kepala berulang kali pertanda kalau pria itu tidak ingin mendengar perkataan sang kekasih.

"Kamu sudah cukup banyak berbicara, Sayang. Sekarang, gantian aku yang berbicara, oke?"

Arav menatap lekat wajah kekasihnya yang terlihat penuh ketakutan, dilema, dan kegelisahan. Ya, memang semua itu wajar karena hubungan mereka yang terlarang, tetapi Arav tetap tidak ingin hubungan ini kandas sampai kapan pun.

"Aku paham, kamu pasti merasa sangat bersalah sama istriku, aku ngerti. Aku juga merasakan hal seperti itu, tapi mau gimana lagi, By? Seandainya Tasya tidak mengabaikanku dan melakukan tugasnya sebagai istri dengan baik, mungkin aku tidak akan merasakan kesepian. Kamu bayangi aja, setiap hari dia selalu pulang larut malam kadang dalam keadaan mabuk, kadang dalam keadaan kelelahan. Di hari libur pun dia memilih menyibukkan diri dengan berbelanja atau ngumpul sama teman-teman model lainnya. Namin, di saat aku berangkat kerja apakah dia menyiapkan semuanya untukku? Tidak, Darra, tidak! Hubungan yang aku dan Tasya jalani hanya sekedar status di buku nikah dan KTP, selebihnya tidak ada!"

Darra mendengarkan semua keluhan Arav dengan menatap wajah yang mulai berubah. Awalnya pria tersebut terlihat tenang, tetapi sekarang tidak lagi.

"1 tahun pernikahan aku masih bisa merasakan kehangatan tubuhnya, kasih sayang bahkan manjanya dia ketika tidak ingin jauh dariku. Namun, tahun kedua semua perlahan mulai berubah ketika aku mengizinkan dia terjun ke dalam dunia permodelan kelas atas. Semua aku lakuin demi kebahagian dia yang ingin sekali dikenal oleh banyak orang melalui televisi, majalah, atau apa pun itu. Dia juga berjanji akan menjalani dua peran sekaligus, tanpa mengabaikanku. Tapi, mana? Ya, aku tahu setiap kali aku meminta jatah dia tidak pernah menolak. Selelah apa pun, dia tetap melayaniku dengan sangat baik aku akui itu. Namun, apakah setiap suami hanya butuh sentuhan? Tidak, Sayang. Jika aku cuma butuh semua itu lebih baik aku hidup sendiri dan jajan sepuasnya di luar, daripada aku harus terikat hubungan yang rasanya sama seperti sendiri!"

Tatapan Arav kepada Darra sangatlah mendalam, membuat sang kekasih tidak sanggup mendengar jauh lebih mendalam bagaimana kondisi pernikahan mereka. Dia mampu merasakan betapa sakitnya menjadi Arav ketika butuh perhatian dari sang istri, tetapi diabaikan. Cuma, semua itu tetap tidak membenarkan hubungan mereka. Salah tetaplah salah.

"Jika memang aku harus memilih, lebih baik aku menceraikan Tasya daripada aku harus kehilangan wanita baik sepertimu! Tidak peduli berapa banyak pasang mata yang menatapku buruk, tetap pilihanku jatuh pada dirimu. Aku tidak takut bangkrut ketika semua media sosial mengumumi keburukanku, asalkan satu. Aku tidak ingin kehilanganmu! Kalau sampai aku kehilanganmu, lebih baik aku sendiri seumur hidupku. Akan aku tutup semua pintu supaya tidak ada satu wanita pun yang masuk, kecuali dirimu! Jadi, aku mohon sama kamu, Sayang. Please ... Jangan tinggalin aku, aku tidak mau kehilanganmu, aku mohon!"

Arav langsung memeluk Darra, meneteskan air mata membuat sang kekasih semakin berat untuk menyudahi semua hubungan mereka. Inilah yang membuat Darra benci pada dirinya sendiri. Hanya dengan melihat pria tersebut menangis atau memohon, maka hati yang sudah bertekad untuk mengakhiri kembali menjadi bimbang.

Pada akhirnya, mereka kembali baikan dan Darra tidak jadi memutuskan hubungannya demi sang kekasih. Dia tidak ingin melihat Arav bersedih, apalagi kebahagiaan sang pria berada ditangannya.

Mereka kembali tersenyum dan meninggalkan rooftop secara bergantian agar tidak meninggalkan jejak. Selepas itu Arav kembali mendekati sang istri yang sedang duduk sambil memainkan ponsel.

"Astaga, Sayang! Kok, lama banget dari kamar mandinya, aku baru selesai pemotretan loh, tadi juga ada beberapa model terkenal datang, cuma mereka udah pulang. Terus juga---"

"Perutku sakit, Sya. Jadi, maaf kalo lama dari toiletnya." Arav tersenyum kecil menatap istrinya dan duduk tepat di sampingnya.

"Oh, gitu. Sayang sekali ya, padahal tadi mereka mau foto sama kamu juga, tapi kamu malah sakit. Ya, udah deh, kapan-kapan aja. Gimana kalo kita dansa aja, yuk?"

Tasya tersenyum, lalu mengedipkan mata kepada sang suami. Arav hanya tersenyum menganggukan kepala membuat Tasya langsung memeluknya begitu erat.

"Aaa ... Makasih, Sayang. Tambah sayang sama kamu, deh."

Ini yang aku bingungin dari kamu, Sya. Satu sisi aku paham cintamu sayanglah besar, jauh lebih besar dari Darra. Namun, sikapmu yang hanya ingin dimengerti membuatku mulai lelah. Setiap hubungan kekasih saja masih bisa kandas apabila tidak ada perhatian ataupun pengertian dari salah satu pasangan. Lantas, bagaimana dengan hubungan kita? Kamu sudah terlalu jauh untuk aku gapai, Sya. Apakah semua ini harus segera aku akhiri? Tapi, bagaimana dengan hatimu. Apakah aku sanggup mematahkan satu hati di antara kalian dan membuat persahabatan kalian hancur? Tapi, aku juga gak bisa membohongi diriku sendiri jika cinta yang dulu aku miliki untukmu kini telah pudar seiring perubahan pada rumah tangga kita. Maafkan aku, Sya. Aku sudah mengkhianati cinta suci kita. Hanya saja, aku lebih nyaman dengan Darra. Dia wanita yang bisa memberikanku semuanya tanpa aku minta.

Seperti itulah isi hati Arav saat ini ketika melihat sang istri memeluk sambil mencium bibirnya di depan semua para tamu. Pria itu hanya menikmati sedikit membalas membuat seseorang di dekatnya cemburu.

"Ekhem ...." Seseorang berdehem membuat Tasya dan Arav menghentikan semua itu sambil berdiri sedikit merapikan baju akibat salah tingkah.

"E,ehh ... Darra, astaga aku kira siapa," ucap Tasya pipinya merona.

"Lain kali kalo mau buka warung di dalam ya, kasihan masih banyak para tamu nanti yang ada kalian live streaming lagi hihi ...."

Melihat Darra tertawa seperti itu, Arav bisa merasakan bahwa wanita kesayangannya sedang menahan rasa sakit demi terlihat baik-baik saja di hadapan mereka.

"Akhh, bisa aja. Oh, ya, kamu mau ke mana? Udah makannya? Apa mau aku suruh bungkusin, takutnya di rumah kelaperan gak ada makanan, hem?" tanya Tasya membuat Arav langsung menyenggol lengannya.

"Jaga ucapanmu, Sya. Dia sahabatmu, jangan melukai hatinya!" sahut Arav.

"Ihh, gapapa, kok. Aku tahu, dia cuma bercanda. Aku pulang dulu ya, dahh ...." Darra tersenyum menatap kekasihnya yang sekarang bersandiwara menjadi suami sahabatnya. Kemudian, pergi melambaikan tangan yang dibalas oleh Tasya sambil tersenyum.

...💜💜💜...

Keesokan hari, tepat pukul 7 malam Darra datang ke rumah seseorang dengan keadaan wajah tersenyum. Penampilan wanita itu begitu anggun membuat penghuni rumah yang menyambutnya merasa takjub.

Tasya langsung mengajak suami dan sahabatnya untuk makan malam bersama. Mereka duduk di kursi masing-masing, di mana Arav duduk di kursi utama ditemani oleh kedua wanita yang duduk di sisi kanan dan kirinya.

Awalnya semua baik-baik saja, mereka makan dengan tenang. Namun, saat Tasya mengambil satu lauk yang paling enak untuk Darra tiba-tiba saja sesuatu terjadi.

"Sumpah, Dar, ini udang enak banget. Pokoknya sekarang kamu harus cobain biar tahu rasanya, ini semua aku pesan di restoran bintang 5 dan yang masak koki terbaik. Dijamin, rasanya gak kaleng-kaleng!"

Tasya sedikit berdiri mengambilkan udang bakar yang berada di dekat sang suami untuk menaruh di atas piring sahabatnya. Namun, dengan cepat Arav melakukan kesalahan yang membuat sang istri menjadi curiga.

"Stop, Sya. By, gak bisa makan udang!" ucap Arav penuh ketegasan membuat Tasya yang mau menaruh udang tersebut di piring Darra menjadi tidak jadi.

Darra melototkan matanya menatap Arav, begitu juga sang istri yang terkejut atas perkataan sang suami. Seakan-akan Arav jauh lebih mengenal wanita itu daripada dirinya.

"Apa tadi kamu bilang, Sayang? By, gak bisa makan udang? Apa maksudnya? Dari mana kamu tahu kalo Darra tidak suka udang? Terus, kenapa juga nama Darra diganti menjadi By? Apa jangan-jangan By itu Baby? Jika iy, itu artinya kalian berdua di belakangku ...."

Tasya menggantungkan perkataannya, menaruh udang itu kembali dan menatap satu persatu wajah mereka yang terlihat tegang. Arav menggerutu di dalam hati atas kecerobohannya, sementara Darra bingung harus menjawab apa supaya mengalihkan pikiran sahabatnya.

Apakah mereka mampu meluruskan semua kesalah pahaman itu? Atau, Tasya harus mengetahui hubungan gelap mereka berdua di belakangnya saat ini juga?

...*...

...*...

...*...

...💜>Bersambung<💜...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!