NovelToon NovelToon

SUAMI KONTRAK MILIK GADIS KONGLOMERAT

Bab 1 - Jangan Percaya Mitos

Novel ini adalah Spin off dari Novel JANDA MUDA KESAYANGAN BUJANG, biar tidak bingung, silahkan baca juga kisah JMKB itu, ya. Makasih

Prolog

Florencia terpaksa harus mencari suami kontrak demi memuluskan jalan sang adik yang akan menikah. Dia tidak enak hati menyuruh adiknya yang sudah dilamar untuk menunda pernikahan mereka sampai menunggu ia menikah terlebih dahulu. Sementara dia sendiri belum mempunyai kekasih, apalagi mempunyai target menikah dalam waktu dekat.

Sampai akhirnya Florencia menemukan ide menyewa seorang pria untuk menjadi suami kontraknya, agar adiknya bisa segera menikah. Pria itu bernama Daniel Garcia, pria berdarah Indonesia-Spanyol yang ia jumpai pertama kali di dalam sebuah lift di apartemennya.

Bagaimana lika-liku perjalanan sandiwara pernikahan Florencia dengan sang suami kontrak? Apakah mereka akan mengakhiri kontrak pernikahan itu setelah batas waktu yang ditentukan berakhir? Atau mereka berdua malah saling tertarik dan saling jatuh cinta satu sama lain? Atau, justru Daniel akan memanfaatkan Florencia, setelah ia mengetahui ternyata Gadis adalah seorang Milyuner?

***

Pengenalan tokoh

FLORENCIA ANANTA GUMILANG ( 22 tahun )

Anak sulung pengusaha retail ternama Bintang Gumilang. Sejak remaja, ia mengagumi orang kepercayaan sang Papa, Gagah Prasetyo Hadiningrat. Namun, karena Gagah sudah berumah tangga, obsesinya untuk memiliki Gagah ditentang oleh keluarganya. Pertengkaran dengan sang Papa yang melarang niatnya menjadi orang ketiga dalam rumah tangga Gagah, tanpa ia duga membuat kondisi kesehatan sang Papa drop dan akhirnya meninggal dunia.

Rasa bersalah karena meninggalnya sang Papa, membuatnya memutuskan pergi dari rumah dan melanjutkan kuliahnya di Amerika. Dia merelakan Gadis, adiknya yang masih SMA untuk mengurus perusahaan retail tersebut, demi menyelamatkan perusahaan itu dari rencana licik kedua adik tiri Papanya yang ingin menguasai harta warisan orang tua mereka.

DANIEL GARCIA ( 28 Tahun )

Pria berdarah campuran Indonesia-Spanyol. Dia berprofesi sebagai pelukis dan senang berpindah-pindah tempat untuk mencari ide-ide sebagai objek lukisannya. Dia kemudian ditawari pekerjaan sebagai suami kontrak Florencia dengan bayaran yang sangat menggiurkan.

**********************************

Florencia melihat story di akun media sosial chatting milik Gadis. Adiknya itu memposting kebersamaan dengan kekasihnya yang bernama Haikal. Wajah adiknya yang berselisih dua tahun lebih muda darinya itu nampak bahagia. Dia tak menyangka di bawah bimbingan Gagah, selama tiga tahun, Gadis yang baru menginjak usia dua puluh tahun sudah menjelma sebagai seorang CEO muda yang mampu bersaing di dunia bisnis. Apalagi Gadis mempunyai kekasih yang banyak membantu dan mendampingi Gadis dalam mengurus perusahaan retail milik almarhum Papa mereka.

Florencia mendesah dengan berat. Jika mau jujur, sebenarnya ia merasa cemburu dengan adiknya itu. Kini Gadis sudah menguasai urusan pekerjaan di perusahan orang tua mereka. Adiknya itu pun mendapatkan pria yang disukai oleh Gadis. Sementara dirinya? Lihatlah, dia masih berkutat dengan kuliahnya. Ditambah setelah tiga tahun berlalu setelah penolakan dari Gagah Prasetyo, Florencia tidak pernah menyimpan perasaan ataupun mencoba menjalin hubungan dengan pria lain.

"Kamu beruntung banget, Dis." Florencia menatap lekat pria tampan yang menjadi kekasih adiknya itu. Florencia berpikir, mungkin jika kala itu ia bertahan di Jakarta, dan ia yang menghandle perusahaan milik sang Papa, bisa jadi dialah yang mendapatkan pria seperti yang didapat oleh adiknya.

Ddrrtt ddrrtt

Keasyikan Florencia menatap foto kekasih Gadis terpecah saat suara dering ponselnya berbunyi. Dia melihat nama sang Mama yang muncul di layar ponselnya itu.

"Halo, Ma. Mama belum tidur?" tanya Florencia, saat ini di New York baru menunjukkan pukul sepuluh pagi, sementara waktu Jakarta saat ini sekitar jam sembilan malam.

"Belum, Flo. Tadi ada orang tua Haikal datang kemari, mereka baru saja berpamitan," sahut Farah, Mama dari Florencia dan Gadis.

"Orang tua Haikal? Ada apa mereka datang ke rumah, Ma? Apa mereka ingin  melamar Gadis?" Penasaran hati Florencia mengetahui keluarga kekasih adiknya itu mengunjungi Mamanya. Dia menganggap jika kunjungan itu untuk membahas soal kelanjutan hubungan Gadis dan Haikal ke jenjang yang lebih serius.

"Kurang lebih seperti itu, Flo. Sekarang ini usia Haikal sudah menginjak dua puluh tujuh tahun. Sangat wajar kalau mereka menginginkan Haikal secepatnya melepas masa lajang," ujar Farah.

"Lalu, apa sudah ditetapkan tanggal berapa pernikahan mereka, Ma?" Florencia tertarik membahas soal rencana pernikahan adiknya dengan Haikal.

Suara de sahan nafas Farah terdengar jelas di telinga Florencia. Florencia merasa ada yang mengganjal hati Mamanya itu hingga membuatnya, "Kenapa, Ma?"

"Adikmu tidak ingin menikah dulu, sebelum kamu menikah, Flo." jawaban Farah terdengar lirih.

Florencia melebarkan bola matanya mendengar perkataan Farah. Gadis ingin menunggunya menikah lebih dulu? Come on, bagaimana mungkin itu bisa terjadi, sementara dirinya saja saat ini tidak punya kekasih? pikir Florencia.

"Gadis ingin menunggu aku menikah, Ma? Tapi, aku belum mau menikah sekarang, dan aku juga tidak tahu kapan aku akan menikah." Florencia menganggap permintaan adiknya itu sangatlah konyol.

"Mama rasa permintaan adikmu itu lumrah, Flo. Kamu adalah kakaknya, wajar kalau Gadis ingin kamu yang menikah lebih dulu. Adikmu itu tidak ingin melangkahimu, Flo." Farah memberikan alasan kenapa Gadis ingin menunggu Florencia yang menikah pertama.

"Memangnya kenapa kalau Gadis mau melangkahiku menikah lebih dulu, Ma? Apa aku akan terkena apes karena hal itu? Ayolah, Ma. Ini jaman modern, jangan terlalu percaya hal-hal seperti itu." Florencia mengajak sang Mama berpikiran realistis agar tidak terlalu mengikuti mitos-mitos yang berlaku di dalam masyarakat.

"Bukan seperti itu, Nak. Rasanya tidak enak dipandang orang jika Gadis menikah lebih dulu, apalagi usia Gadis baru dua puluh tahun, takutnya akan mengundang pandangan negatif terhadap hubungan Gadis dengan Haikal jika Gadis yang lebih dulu menikah." Farah kembali menjelaskan agar Florencia juga mau menerima alasannya.

"Ma, tidak usah memikirkan apa kata orang, dong! Lagipula, Gadis dan Haikal tidak seperti itu, kan?" Florencia tidak setuju pendapat Mamanya, "Nanti aku akan bilang ke Gadis agar dia tidak usah menunggu aku menikah, Ma." Florencia berniat berbicara sendiri dengan adiknya, agar Gadis tidak perlu merasa tidak enak hati padanya jika memang ingin melangkahinya menikah lebih dulu.

Dari cerita Mama dan Gadis, dan tentu saja setelah ia tahu jika Haikal adalah adik ipar dari Gagah, Florencia dapat meraba jika Haikal adalah pria yang baik. Dia beranggapan, jika Gadis secepatnya menikah dengan Haikal, Mama dan adiknya ada yang melindungi selain Gagah, yang selama ini menjaga keluarganya, terutama setelah Papanya meninggal.

"Oh ya, Mama ada apa telepon malam-malam?" Florencia menanyakan maksud dan tujuan sang Mama menghubunginya. Sebab ia yakin tujuan Mamanya menelepon bukan karena ingin membahas masalah Gadis juga Haikal.

"Mama mau tanya, kapan acara wisuda kamu, Flo? Mama mau suruh Gadis siapkan tiket untuk Mama pergi ke sana dari sekarang," jawab Farah.

"Bulan depan, Ma. Mama mau ke sini sendirian? Minta antar Gadis saja, Ma. Jangan pergi sendiri." Florencia khawatir jika Farah melakukan perjalanan jarak jauh sendiri.

"Iya, nanti Mama bilang sama Gadis. Ya sudah kalau begitu Mama tutup dulu teleponnya. Kamu jaga diri baik-baik di sana, Flo." pesan Farah.

"Iya, Ma. Bye ..." Florencia pun mengakhiri panggilan telepon dengan sang Mama.

*

*

*

Bersambung ...

Happy Reading❤️

Bab 2 - Jodoh Tak Akan Tertukar

Setelah mengangkhiri percakapan dengan Mamanya, Florencia mencoba menghubungi Gadis. Dia ingin meyakinkan agar adiknya tidak perlu merasa tidak enak hati apalagi sampai merasa bersalah, hanya karena Gadis ingin menikah lebih dulu darinya

Bagi Florencia, pernikahan Gadis nantinya justru membuat beban di pundaknya terlepas. Karena sang Mama sudah mendapatkan menantu, dan kemungkinan besar akan segera mendapatkan cucu. Setidaknya dirinya tidak terlalu dikejar-kejar untuk segera menikah, hingga ia bebas menikmati masa mudanya lebih lama.

Florencia mencari kontak telepon milik sang adik. Ketika ia sudah menemukan kontak Gadis, barulah ia menyambungkan panggilan telepon dengan adiknya yang ada di Jakarta.

"Halo, Assalamualaikum, Kak Flo." Suara Gadis terdengar di telinga ketika sambungan telepon mereka terhubung.

"Waalaikumsalam, sedang apa kamu, Dis? Sedang sama Haikal, ya?" tanya Florencia, mengira adiknya itu saat ini masih bersama sang kekasih, sebab Farah tadi menceritakan jika keluarga Haikal baru pulang dari sana. Tapi, dia menduga jika Haikal tidak langsung ikut pulang, karena di Jakarta saat ini adalah Malam minggu, dan jam belum menyentuh angka sepuluh malam.

"Aku baru masuk kamar, Kak." jawab Gadis.

"Cieee, yang baru didatengin calon mertua ... jadi kapan janur kuning akan melengkung di rumah, nih?" ledek Florencia menggoda Gadis sambil terkekeh.

"Kak Flo tahu dari mana?" Nada bicara Gadis terdengar terkejut saat Florencia menyindir soal kedatangan keluarga Haikal.

"Mama baru saja telepon aku," sahut Florencia, "Jadi kapan kalian akan menikah, Dis?" tanya Florencia kembali.

"Aku tunggu Kak Flo nikah dululah ..." jawab Gadis, seperti yang diceritakan oleh Farah tadi, jika Gadis tidak ingin melangkahi Florencia dalam urusan pernikahan.

"Ngapain tunggu aku nikah? Kalau kamu sudah siap nikah, nikah saja duluan. Kakak tidak masalah kalau kamu ingin mendahului Kakak, Dis!" Florencia mencoba menasehati Gadis agar jangan ragu jika memang sudah siap melepas masa lajang untuk mengarungi bahtera rumah tangga dengan Haikal. Karena saat ini usia Haikal sudah sangat matang. Dia justru khawatir Haikal merasa jenuh menunggu Gadis terlalu lama.

"Tidak, Kak. Pamali kalau aku duluan yang nikah. Kak Flo saja duluan, deh. Lagipula aku masih muda, baru dua puluh tahun." Namun, ternyata Gadis juga tidak mudah dipengaruhi oleh Florencia. Gadis tetap pada pendiriannya yang menghormati sang kakak dan akan menikah setelah kakaknya menikah.

"Kamu memang masih muda, tapi Haikal? Umur Haikal berapa sekarang? Dua puluh tujuh, kan? Kalau kamu tetap bersikukuh tunggu Kakak nikah, sementara Haikal didesak keluarganya untuk cepat-cepat menikah juga, yang ada kamu akan ditinggal Haikal, lho, Dis! Siapa tahu nanti Haikal cari cewek lain yang sudah siap dia ajak menikah." Florencia berusaha menakuti dan mempengaruhi adiknya agar Gadis berubah pikiran.

"Iiih, Kak Flo jahat banget, deh! Masa doainnya seperti itu!?" keluh Gadis memprotes sikap sang kakak, "Kak Flo saja yang cepat cari jodoh terus menikah. Jangan maksa aku nikah duluan." Gadis malah menyuruh kakaknya untuk segera mencari pasangan.

"Kalau yang menikahi Kak Gagah, Kakak tidak akan nolak." Florencia mengucapkan kalimat yang membuat sang adik langsung beristighfar.

"Astaghfirullahal adzim! Move on dong, Kak! Hari gini masih saja mengharapkan suami orang," sindir Gadis, menganggap Florencia belum bisa melupakan Gagah. Padahal Gagah sudah bahagia dengan istrinya. "Kak Gagah sudah bahagia, jangan diusik-usik, Kak. Apalagi sekarang Kak Airin sedang hamil lagi," sambungnya menceritakan soal rumah tangga Gagah.

"Tidak usah cerita soal itu, deh! Bikin badmood saja!" protes Florencia seraya memutar bola matanya.

"Lagian, Kak Flo pakai nyinggung soal Kak Gagah segala," balas Gadis menyalahkan Florencia yang lebih dahulu menyinggung soal Gagah.

"Kamu sendiri, kenapa buru-buru pacaran dulu?" Florencia tak mau kalah, ganti menyalahkan Gadis.

"Ketemu cowok ganteng dan baik, rajin ibadah pula, rugi banget kalau didiamkan saja. Daripada diambil orang, mending digaet duluan, deh." Dibarengi dengan tawa, Gadis beralasan.

"Oh ya, Dis. Nanti kamu temani Mama ke sini, ya! Kamu harus datang di acara wisuda Kakak bulan depan." Florencia berharap keluarganya bisa hadir di acara wisudanya nanti.

"Oke, Kak. Oh ya, Kak Flo mau lanjut kuliah Magister?" tanya Gadis kemudian.

"Hmmm ... entahlah, Dis. Mungkin nanti lanjut Magister, tapi Kakak akan istirahat dulu," sahut Florencia, merasa perlu mengistirahatkan otaknya beberapa waktu dari urusan perkuliahan.

"Kak Flo pulang saja ke Jakarta, bantu aku mengurus perusahaan Papa, Kak." bujuk Gadis. Gadis ingin Florencia juga ikut berperan serta dalam mengurus dan membesarkan perusahaan peninggalan almarhum Papa mereka. Sebab mereka hanya dua saudara wanita, tak ada laki-laki di keluarganya. Terpaksa mereka yang harus memegang tongkat estafet melanjutkan bisnis retail milik Papa mereka.

Florencia mendesah, dia belum berani terjun langsung mengurus perusahaan besar milik Sang Papa. Berbeda dengan Gadis yang sudah mulai terjun langsung bekerja di kantor BDS sejak usia tujuh belas tahun. Setidaknya, Gadis tidak hanya belajar secara teori saja, namun sudah menjalankan prakteknya hampir tiga tahun ini dengan bimbingan dan pengawasan Gagah.

"Kamu pikir mudah berada dalam satu kantor dengan Kak Gagah?" Florencia beralasan soal Gagah.

"Hmmm, aku biasa saja berada dalam satu kantor dengan Kak Gagah. Bahkan menyenangkan, kok. Kak Gagah banyak mengajariku banyak hal soal perusahaan," sahut Gadis mengomentari perkataan sang kakak.

"Kamu tidak menyimpan rasa suka pada Kak Gagah, makanya kamu bisa bicara seperti itu." Florencia membalas.

"Makanya Kak Flo move on, dong! Pria di dunia ini banyak, kok. Yang lebih dari Kak Gagah juga pasti banyak. Tapi, Kak Flo belum ketemu saja dengan orangnya." Gadis selalu menasehati Florencia. Meskipun usianya lebih muda dua tahun dari kakaknya, Gadis tak segan menasehati Florencia.

"Eh, kalau istri Kak Gagah itu punya adik cowok berapa orang, sih?" Tiba-tiba Florencia menanyakan soal adik ipar Gagah selain Haikal. Siapa tahu Haikal masih punya saudara laki-laki lain, pikirnya

"Kenapa memangnya tanya-tanya itu, Kak? Kak Haikal tidak punya saudara laki-laki lain. Kak Haikal hanya dua bersaudara dengan Kak Airin." Gadis menjelaskan seputar keluarga kekasihnya.

"Kamu tahu, Dis? Kalau saat itu Kakak yang bekerja di BDS, Haikal itu tidak mungkin jadi pacar kamu, tapi jadi pacar kakak. Hahaha ..." Florencia iseng meledek adiknya. Namun, ia juga sempat berpikir seperti itu. Mungkin jika saat itu dia yang mengambil alih pekerjaan di BDS, bukan tidak mungkin dia lah yang akan dekat dengan Haikal.

"Idiiiihhh, pede banget, sih, Kak!? Yang namanya jodoh itu tidak mungkin tertukar. Walaupun bukan aku yang kerja di BDS, belum tentu Kak Flo akan menjadi pacar Kak Haikal. Sebab, Tuhan itu sudah menggariskan kalau Kak Haikal itu jodoh milik aku!" tegas Gadis, sangat percaya diri jika Haikal dengan Florencia tidak mungkin berjodoh, sebab Haikal memang sengaja Tuhan kirimkan hanya untuknya.

*

*

*

Bersambung ...

Happy Reading❤️

Bab 3 - Jangan Jadi Pelakor

Graduation Day yang akan diselenggara oleh kampus tempat Florencia kuliah akan dilaksanan esok lusa. Sore ini keluarga Florencia akan tiba di negeri Paman Sam. Florencia sendiri yang menjemput sendiri kedatangan keluargamya di Bandara Internasional John F Kennedy. Dia tidak ingin keluarganya tersesat sampai ke apartemennya. sebab Mama dan adiknya jarang sekali datang ke New York. Sementara apartemen tempat tinggal Florencia berjarak sekitar satu kilometer dari kampusnya

Senyuman mengembang di bibir Florencia saat melihat kemunculan Farah, Gadis dan seorang pria yang wajah sangat familiar karena sering ia lihat di story WA adiknya. Florencia sedikit berlari umtuk menyambut Farah dengan merentangkan tangan ingin memeluk sang Mama.

"Ma ..." Florencia memeluk erat tubuh ringkih sang Mama yang hampir tiga tahun ini tidak ia jumpai secara langsung. Mereka hanya berkomunikasi menggunakan media telepon selama ia menetap di New York.

"Gimana kamu, Flo? Sehat-sehat, kan?" Farah mengusap kepala putrinya yang jauh lebih tinggi darinya.

"Sehat, Ma." jawab Florencia, kemudian ia berganti berpelukan dengan Gadis. Namun, pandangan matanya melirik ke arah pria tampan di belakang Gadis. "Hmmm, maunya dikawal terus sama pacar, nih?" sindir Florencia merespon keikutsertaan Haikal dalam kepergian Farah dan Gadis ke New York.

"Iyalah, kan buat menjaga dan mengawal aku sama Mama," sahut Gadis memberi alasan mengajak Haikal.

"Hahaha ... jadi kamu pacaran sama dia cuma buat jadi bodyguard doang?" Florencia mencibir.

"Flo!" Farah dengan cepat menegur Florencia karena menganggap anaknya itu keterlaluan menyamakan Haikal dengan bodyguard.

"Iri bilang, Bos! Makanya buruan cari pacar!" Namun, Gadis menanggapi cibiran sang kakak dengan santai, bahkan ia balas meledek Florencia yang sampai saat ini belum menemukan kekasih karena belum dapat move on dari Gagah. Gadis malah melingkarkan tangannya di lengan Haikal dan bergelayut manja di lengan kekar kekasihnya itu.

Florencia memutar bola mata dengan mencebikkan bibirnya mendengar sindiran telak adiknya itu. Dia lalu mengulurkan tangan ke arah Haikal, karena ia pun baru pertama kali bertatap muka langsung dengan Haikal.

"Hai, aku Flo. Calon kakak ipar kamu." Dengan percaya diri, Florencia memperkenalkan dirinya sebagai kakak dari Gadis.

Haikal menyambut uluran tangan Florencia hingga mereka saling berjabat tangan dan Haikal pun menyebutkan namanya. "Haikal." Dibarengi senyuman, Haikal memperkenalkan dirinya.

Florencia menatap wajah Haikal yang memang harus ia akui cukup tampan. Pantas saja jika adiknya begitu tergila-gila pada sosok Haikal.

"Bukan mahram! Jangan lama-lama pegangan tangannya!" Melihat sang kakak tak juga melepas jabatan tangan dengan Haikal, Gadis segera bertindak. Dia bahkan langsung menepis tangan Florencia yang tidak cepat melepas bersentuhan tangan dengan Haikal.

"Ngaca dong, Dis! Memangnya tadi kamu sendiri nempel-nempel begitu, apa namanya?" Florencia membalas Gadis dengan mencibir sikap manja Gadis pada Haikal.

"Kalian ini, tidak di Jakarta, tidak di negera orang, berdebat saja bisanya." Melihat kedua anak perempuannya yang berdebat, Farah langsung melerai.

"Anak bungsu Mama, tuh!" Florencia melempar kesalahan pada Gadis.

"Eh, aku itu cinta damai, Kak. Kak Flo saja yang sering bikin huru-hara," bantah Gadis cepat.

"Astaghfirullahal adzim ... sudah, sudah! Malu dilihat orang bertengkar di tempat ramai begini." Kembali Farah menegur kedua anaknya itu.

"Mana ada yang mengerti apa yang kita obrolin, Ma." Florencia terkekeh mendengar ucapan Mamanya tadi. "Kita langsung ke mobil, yuk!" Florencia merangkulkan tangannya di pundak sang Mama. Posturnya yang lebih tinggi dari Farah membuatnya lebih nyaman merengkuh tubuh Mamanya.

"Yuk, Kak!" Sementara Gadis kembali merangkul lengan kokoh Haikal, mengikuti langkah Florencia dan Mamanya.

***

Florencia mengajak keluarganya dan Haikal makan terlebih dahulu sebelum membawa mereka ke apartemennya. Mereka sudah memutuskan akan bermalam di apartemen tempat tinggal Florencia. Sebenarnya Farah berencana menginap di hotel karena Haikal ikut serta. Namun, karena Florencia memohon agar sang mama menginap di apartemennya, akhirnya Farah menuruti permintaannya. Tentu saja kebersamaan dengan keluarganya tidak ingin dibatasi tempat yang berbeda. Florencia ingin bisa berbincang sampai larut malam dalam satu kamar dengan mama dan adiknya seperti ketika mereka masih tinggal di Jakarta.

Apartemen milik Florencia sebenarnya hanya mempunyai dua kamar. Gadis akan tidur bersama Florencia, sementara Farah di kamar lainnya. Sementara Haikal sendiri akan tidur di sofa tamu. Sebenarnya Farah tidak enak menyuruh Haikal tidur di sofa dan menyuruh Haikal menginap di hotel terdekat dengan apartemen Florencia. Namun, Gadis keberatan jauh dari kekasihnya. Sejak dulu rasa cemburu wanita itu tidak pernah hilang. Dia takut Haikal akan digoda wanita lain di hotel nanti. Alhasil. terpaksa Haikal akan tidur di sofa ruangan tamu apartemen Florencia.

"Kamu bucin banget sama Haikal, Dis. Pasang gensi dikit, dong!" sindir Florencia ketika ia dan Gadis masuk ke dalam kamarnya.

"Cih, bercermin dong, Kak. Aku bucin sama pacar aku sendiri. Kalau yang Kak Flo lakukan terhadap Kak Gagah dulu itu apa?" Gadis balik menyindir dengan tangan berkacak pinggang dan menaikkan dagunya.

"Sudah, jangan bahas itu terus! Bosan!!" Florencia menaruh sling bag di atas nakas lalu menjatuhkan tubuhnya di atas tempat tidur.

"Makanya Kak Flo tidak usah menyindir duluan." Gadis merasa di atas angin karena berhasil memukul balik kakaknya. Dia pun lalu ikut menjatuhkan tubuhnya di spring bed empuk di kamar Florencia. Kedua kakak beradik itu kini berbaring bersebelahan dengan tatapan mata menatap langit-langit kamar.

"Harus Kakak akui, pacarmu itu memang ganteng, sih. Pantas saja kamu bucin banget sama dia." Florencia dengan jujur mengatakan pendapatnya tentang Haikal. Wanita mana yang tidak akan terpesona dengan ketampanan pria seperti Haikal. Apalagi selama ini baik Gadis maupun sang mama selalu menceritakan jika Haikal adalah sosok pria yang baik dan bertanggung jawab. Hanya wanita bodoh saja yang tidak sampai mengagumi Haikal.

Sontak Gadis menolehkan pandangan dengan mata mendelik ke arah Florencia. ketika mendengar kakaknya itu mengagumi Haikal. Gadis tentu tidak ingin kakaknya itu akan menyukai Haikal.

"Kak Flo jangan coba-coba jadi pelakor, ya!" Gadis memperingatkan Florencia, mengingat kakaknya itu dulu hampir ingin merebut Gagah dari Airin, membuat dirinya khawatir Florencia mempunyai niat sama seperti dulu.

"Cih, siapa juga yang niat rebut pacarmu itu." Florencia bangkit kemudian melangkah ke arah pintu balkon dan membukanya.

"Kak Flo, apa selama di sini tidak pernah dekat sama cowok, gitu? Naksir cowok bule misalnya?" Tentu Gadis merasa penasaran, selama tiga tahun tinggal di Amerika, Florencia tidak mempunyai teman dekat laki-laki. Padahal pria bule yang ia jumpai sejak di bandara sampai apartemen Florencia tampan-tampan.

Florencia mengedikkan bahunya. Dia sendiri tidak mengerti kenapa ia sulit sekali untuk menjatuhkan hatinya pada pria lain. Padahal selama di Amerika, banyak pria yang mengajaknya berkenalan dan mengatakan ingin menjadi kekasihnya.

*

*

*

Bersambung ...

Happy Reading❤️

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!