NovelToon NovelToon

Meluluhkan Hati Istri Dinginku

Pasangan Dingin 01

Sekar sedikit terkejut saat mendapati rumahnya yang ramai oleh beberapa orang. Sebagian jelas ia mengenalnya tapi beberapa yang lain belum pernah ia temui sama sekali.

Sekitar pukul 16.00, Sekar yang baru saja pulang dari perkumpulan karang taruna di komplek rumahnya itu langsung berhenti di depan pagar. Beberapa mobil berderet rapi dan orang-orang juga mengenakan pakaian yang rapi yang ada di sana membuatnya sangat heran.

" Ma, mama. Mbak Sekar udah pulang!" teriak seorang bocah lelaki yang mengenakan kemeja putih dipadukan celana kodok itu begitu keras, sehingga seorang wanita paruh baya keluar dari sana. Bocah berusia sekitar 5 tahun itu berlari ke depan dan menarik tangan Sekar.

" Bisma, apaan sih pakai narik-narik begini? Sakit tahu," tukas Sekar cepat sambil berusaha menepis cengkeraman erat sang adik.

Ya, Bisma Triguna Dewandaru adalah adik dari Sekar. Jarak mereka memang lumayan jauh. Tapi meskipun begitu, Sekar sangat menyayangi sang adik. Pun sebaliknya.

Saat Sekar hendak masuk lewat pintu depan oleh Ida-- ibu dari Sekar langsung dilarang. Tangan Sekar seketika ditarik untuk dibawa masuk melalui pintu samping.

" Ma, ini ada acara apa sih? Kenapa ada rame-rame begini? Memangnya siapa yang datang, kok pada rapi-rapi bener," tanya Sekar dengan ekspresi kebingungan.

" Udah, nggak usah banyak tanya. Sekarang buruan masuk kamar, dan ganti baju. Nanti ikut mama untuk menemui tamu. Udah manut yo, biar cepet," Jawab Ida cepat. Ia menuntun snag putri untuk lekas melakukan apa yang dia katakan tadi.

Sekar mengerutkan keningnya, ia merasa ada sesuatu yang tidak beres dengan rumahnya hari ini. Tapi soal apa itu dia tidak tahu. Tahu begitu, dia tidak akan pulang cepat, begitulah kira-kira yang ada di pikiran gadis tersebut.

Sekitar 15 menit Sekar selesai mandi dan berganti pakaian. Tapi saat keluar kamar, pakaiannya diprotes oleh sang mama.

" Jangan pakai celana jeans begini, tidak sopan."

Lagi, Sekar tidak mengerti dengan ucapan Ida. Ia kembali masuk, dan kali ini Ida juga mengekor. Ida lalu membuka lemari dan memilihkan baju untuk putrinya.

Sekar jelas terkejut saat sebuah dress selutut berwana coklat tua dengan bunga-bunga kecil itu diberikan kepadanya untuk dipakai. Baju feminin itu sungguh sebuah benda yang sangat Sekar hindari. Bahkan ia menaruhnya di bagian paling bawah lemarinya.

" Mama kok nemu aja sih baju ini. Mah, jangan pakai ini ya. Sekar sangat tidak percaya diri kalau pakai baju model sepeti ini," keluh Sekar.

" Pakai, kamu itu perempuan. Berbusana lah yang seperti perempuan. Jangan berbusana seperti laki-laki. Kemana-mana pakainya celana terus," tukas Da cepat.

Sekarang bibir Sekar sudah mengerucut. Dengan berat hati dan tidak ikhlas dia mengganti bajunya dengan pakaian yang dipilihkan sang mama. Bahkan Ida juga merapikan rambut Sekar serta memoles wajah putrinya.

Gadis itu sungguh pasrah. Ia membiarkan sang ibu melakukan apapun yang ingin dilakukan kepada dirinya. Meskipun hatinya merasa sangat tidak tenang saat ini, tapi dia tidak bisa berbuat apapun.

Di ruang tamu seorang pemuda tampak begitu tenang. Tidak ada rasa gugup sama sekali. Ia lebih kepada rasa pasrah dengan apa yang akan kedua orang tuanya lakukan.

" Dari pada kamu begitu terus, mending kamu segera menikah kembali. Tidak pantas bagi dirimu untuk menangisi wanita yang bahkan tidak tahu bersyukur!"

Aryo hanya terdiam di posisi duduknya. Ingatannya kembali ke beberapa hari yang lalu. Secara tiba-tiba Suseno--bapak dari Aryo ingin menjodohkan dirinya kepada putri dari temannya. Ia awalnya menolak tapi kata-kata Suseno membuat Aryo bungkam. Terlebih Asriati, sang ibu mendukung penuh keputusan suaminya.

" Gimana mas Daru, apa sekalian saja kita tetapkan tanggal pernikahan Aryo dan Sekar."

" Apa? menikah?"

Sekar terkejut mendengar ucapan seorang pria yang berusia seperti ayahnya. Tapi oleh Ida, tangan Sekar di tarik sebagai kode dia disuruh diam terlebih dulu.

" Nah ini Mas Suseno, Mbak Asriati, anak saya yang mbarep ( sulung), namanya Sekar Arum."

Dengan sangat canggung Sekar menyalami kedua orang tua yang bernama Suseno dan Asriati begitu senang. Terlebih Asriati, ia tidak henti memuji cantiknya calon menantunya.

" Walaah cantik sekali, cantik kan Yo?"

" Hmmm."

Hanya seperti itulah tanggapan Aryo. Dia sungguh enggan sebenarnya, tapi atas dasar terpaksa. Mau tidak mau dia harus mengikuti semua yang diperintahkan oleh kedua orang tuanya.

" Jadi sebaiknya kita adakan pernikahan mereka di minggu pertama awal bulan. Itu hari baik," usul Daru.

" Aah aku setuju mas. Tapi Mas Daru dan Mbak Ida sudah tahu kan status Aryo," tanya Suseno memastikan.

" Tenang saja, kami sudah tahu kok. Tidak masalah. Lagian 'itu' belum terlaksana bukan?"

Semua terkekeh mendengar selorohan Daru. Setelah pembicaraan tersebut, hal selanjutnya adalah pemasangan cincin. Sungguh Sekar ingin sekali lari, tapi tidak bisa ia lakukan. Pun dengan Aryo, rasanya ia malas sekali menatap gadis yang saat ini ada di depannya.

Beruntung bukan dia sendiri yang harus menyematkan cincin di jari Sekar. Asriati lah yang melakukan itu, jadi Aryo terbebas dari bersentuhan dengan gadis yang baru dia lihat tersebut.

Dan rupanya bukan hanya Aryo saja yang lega, Sekar pun merasakan sebuah kelegaan karena ia tidak perlu bersentuhan dengan pria yang belum pernah ia kenal sama sekali.

" Baiklah karena pernikahan kalian dilakukan minggu awal di bulan depan, jadi langsung aja pingitan dilakukan. Sekar sementara ini tidak perlu ke Rumah Sakit Mitra Harapan. Cukup di rumah saja."

Perintah Daru sangat jelas untuk sang putri. Sekar sungguh tidak bisa berkata apapun. Acara pun berlanjut dengan makan bersama semua sanak saudara yang hadir di situ.

" Sungguh sial benar nasibku ini. Baru aja pulang maen, kok tiba-tiba dilamar lalu dinikahkan. Tapi tadi Pak Suseno bilang tentang status Aryo. Memangnya apa status dari pria itu sebelumnya?" Sekar bergumam lirih dan nyaris tidak bersuara. Ia sepintas melirik pria yang akan jadi calon suaminya itu. Sekar bisa tahu bahwa pria itu pun tidak menginginkan pernikahan ini. Tapi mereka sama-sama tidak mampu untuk menolaknya.

TBC

Pasangan Dingin 02

Aryo sungguh kesal kepada bapak dan ibunya. Dia jelas tidak menyangka bahwa kedua orang tuanya akan memutuskan pernikahan secepat itu. Ia pikir hanya akan bertunangan dulu, tapi tiba-tiba sudah langsung menetapkan tanggal.

Pemuda, eh duda 25 tahun itu ingin sekali marah. Tapi sungguh tidak bisa amarah itu keluar dari mulutnya. Ia hanya menampakkan raut wajah tidak suka.

" Kenapa, kamu tidak terima?" ucap Suseno sambil melipat kedua tangannya di depan dada. Ia menatap sinis kearah putra semata wayangnya itu.

" Kan bukan seperti ini perjanjian awalnya. Bapak katanya cuma mau melamar dulu, tapi kenapa ini langsung menetapkan pernikahan. Pak, aku dan gadis itu belum saling mengenal. Bagaimana kita bisa menikah?"

Suseno membuang nafasnya kasar. Agaknya sang putra sedang mengalami hilang ingatan. Aryo lupa bahwa mengenal seorang wanita dalam jangka waktu lama tetap tidak menjamin sebuah hubungan yang baik dan awet.

" Jangan berlagak amnesia kamu Yo. Kamu lupa, bahwa Rima, wanita yang baru saja sehari kamu nikahi tiba-tiba pergi meninggalkan rumah. Hanya karena alasan masih ingin melanjutkan studi dan tidak ingin terikat pernikahan. Kamu lupa, wanita yang begitu kamu cintai, sampai-sampai kamu mengabaikan ucapan bapak dan ibu itu sudah meninggalkan dirimu. Menikah baru sehari, pesta baru saja selesai, dan dia malah pergi."

Aryo seketika tertunduk, mulutnya kembali bungkam dengan setiap kalimat yang diucapkan oleh Suseno. Semuanya tidak ada yang salah karena itu adalah fakta. Fakta yang sangat kecut dan menyakitkan dalam 25 tahun kehidupannya.

Rimawati Gunawan, seorang wanita yang telah Aryo pacari selama kuliah di universitas. Mereka berpacaran kurang lebih 4 tahun, dan akhirnya memutuskan menikah.

Namun, sebuah kenyataan pahit harus Aryo terima saat sang istri pergi di malam pertama mereka. Dan setelah dua bulan lamanya baru Rima muncul lalu meminta sebuah perceraian.

Sakit hati Aryo begitu pula dengan Suseno dan Asriati. Mereka seperti dipermainkan oleh wanita tersebut. Dan yang membuat Suseno geram Keluarga Gunawan sama sekali tidak memberikan penjelasan apapun. Bahkan saat putri mereka meninggalkan kediaman Suseno, Gunawan sebagai ayah tidak berkata apapun. Mereka seolah-olah menutupi kelakuan Rima.

" Sudahlah Yo, kali ini biarkan kami memilihkan seorang istri untukmu. Sekar adalah gadis yang baik dan cerdas. Diusianya yang baru 19 tahun, dia sudah membantu sang ayah di rumah sakit. Dewandaru adalah seorang dokter yang hebat. Tapi Sekar tidak mau mengikuti jejak sang ayah, dia hanya mau membantu pengelolaan manajemen Rumah Sakit Mitra Harapan."

" Apa yang dikatakan bapakmu benar Yo, Sekar adalah pilihan yang tepat untuk jadi pendampingmu. Percayalah, feeling seorang ibu tidak akan salah, dan ibu yakin Sekar akan jadi istri yang baik dan kamu cintai. Mungkin bukan sekarang, tapi nanti. Ibu yakin kamu akan sangat mencintainya."

Aryo membuang nafasnya kasar. Sepertinya bapak dan ibunya begitu yakin akan hal itu. Tapi saat ini dia hanya bergeming dan bergumam pelan, " Mana bisa mencintai kalau tidak mengenali?"

Aryo lalu memilih masuk ke kamar. Ia mengambil salah satu dari koleksi piringan hitam miliknya untuk diputar. Sebuah album dari The Beatles ia nyalakan melalui gramophone. Aryo pun ikut bersenandung mengikuti band asal Inggris tersebut sambil mengganti pakaiannya.

" Rima, mengapa kamu begitu tega kepadaku? Jika kamu memang belum ingin menikah, mengapa kamu menikah dengan aku waktu itu? Apa kau tidak tahu Rim, betapa sakit hatiku saat di malam pertama kita kamu pergi? Aku hanya berpikir, apa kesalahan yang aku perbuat hingga kau memperlakukan aku begini."

Aryo termenung, jika dibilang sakit hati pastilah sakit. Sungguh dia tidak habis pikir. Bagaimana wanita yang sangat dicintainya begitu tega melalukan hal seperti itu.

🍀🍀🍀

Seminggu berlalu. Tepat Hari Senin tanggal 7 November 1975 keduanya bersiap untuk menjalankan prosesi pernikahan. Aryo dan Sekar mengenakan pakaian khas jawa. Kebaya berwarna hitam dengan kain beludru dan juga sanggul dengan 7 pentul menghiasi kepala Sekar.

Roncean melati juga dipakaikan pada kepalanya. Dan untuk Aryo, roncean melati di kaitan pada keris yang dipakai di bagian pinggan belakang.

Gagah dan anggun, sepasang pengantin tersebut benar-benar menjadi raja dan ratu sehari. Semua kolega dari dua keluarga datang dan menyaksikan pernikahan putra-putri orang terpandang kala itu.

RS Mitra Harapan dan Universitas Nusantara berbesanan, sungguh kabar yang luar biasa membuat semua ramai. Masa itu belum ada media sosial namun berita tetap bisa tersiar dari mulut ke mulut terutama dikalangan dua keluarga dari 2 instansi besar itu.

" Saya terima nikah dan kawinnya Sekar Arum Dewandaru binti Dewandaru dengan seperangkat alat sholat dan emas seberat 75 gram dibayar tunai."

" Sah!!"

Kalimat akad telah usai di ucapkan maka keduanya resmi menjadi suami dan istri, baik secara agama maupun negara. Semua tampak bahagia kecuali kedua mempelai. Baik Aryo maupun Sekar sama sekali tidak memiliki senyum di bibir mereka. Namun, keduanya pandai berkamuflase saat tamu menyapa dan memberikan selamat, senyum langsung mengembang di bibir mereka.

" Apa kau tahu, aku terpaksa menikahi kamu," ucap Aryo dingin kepada Sekar.

" Laah, memangnya situ saja yang terpaksa, aku pun sangat terpaksa menerimamu. Kalau bukan desakan kedua orang tuaku aku tidak ingin menikah denganmu " jawab Sekar tak kalah dinginnya.

Entahlah pernikahan apa yang akan mereka arungi nanti. Tapi yang jelas keduanya saat ini sama-sama tidak menginginkannya. Semua hanyalah karena perjodohan.

Di sisi lain Suseno dan Dewandaru tengah berbicara berdua. Mereka sebenarnya sedikit mengkhawatirkan kedua anak mereka.

" Apa kita keterlaluan ya mas?" tanya Seno kepada Daru.

" Aku rasa tidak. Biar Aryo tidak berlarut dalam kesedihannya dan Sekar lebih terkontrol. Aku khawatir terhadap anak perempuanku itu yang suka sekali kegiatan di luar rumah. Apalagi teman-temannya banyak yang lelaki. Dalam perkumpulan karang taruna di komplek sini, hanya dua saja perempuannya. Aku sungguh merasa was-was Mas Seno."

" Mas Daru benar. Semoga mereka bisa menjalani pernikahan ini dengan baik."

Kedua ayah itu saling berdoa dan meyakinkan diri mereka masing-masing bahwa pernikahan Aryo dan Sekar akan berhasil. Bukankan doa orang tua itu akan tembus ke langit? Seperti itulah pikiran Suseno dan Dewandaru.

Mereka sangat tahu, putra dan putri mereka tidak memiliki cinta sama sekali. Tapi keduanya juga yakin bahwa Aryo dan Sekar bisa mengarungi pernikahan ini dengan baik dan pastinya berhasil.

TBC

Pasangan Dingin 03

Hari itu juga Sekar diboyong ke rumah keluarga Suseno. Ia sangat kaget, ia pikir barang 2 atau 3 hari lagi baru akan pergi meninggalkan rumah. Tidak tahunya hari itu juga selepas acara pesta selesai Sekar harus segera meninggalkan rumahnya. Terlebih dia melihat sebuah koper besar sudah disiapkan oleh Ida--sang mama.

" Ya Allah, apa ini adalah wujud dari sebuah pengusiran secara terang-terangan?" gumam Sekar pelan yang masih terdengar oleh kedua orang tuanya.

Daru dan Ida seketika menepuk pelan kedua lengan Sekar. Gadis itu memang kadang suka sembarangan dalam berucap dan yang pasti tidak pandang bulu. Lihatlah, di sana ada suami juga kedua mertuanya dan Sekar dengan santainya mengucapkan hal tersebut.

( sampai di sini paham ye, koplaknya Andra nurun dari siapa dan dinginnya Radi & Dika nurun dari siapa. Astaga Othor kenapa bisa ngakak kalau inget.)

" Maaf ya Mas Seno, Mbak As, Sekar memang suka kelewatan dan sesukanya sendiri. Semoga setelah menikah bisa pelan-pelan berubah," ucap Ida kepada kedua besannya sedikit tidak enak dengan kelakuan putrinya itu.

" Tidak masalah Mbak Ida, sepertinya rumah akan ramai kalau ada nak Sekar. Soalnya putraku ini sungguh seperti nasi kering alias kaku," jawab Asriati santai.

Tibalah mereka mengantarkan Sekar ke mobil milik Aryo. Aryo dan Sekar akan naik mobil dengan cara terpisah. Barang milik Sekar pun sudah dimasukkan di bagasi dan juga di bagian kursi belakang. Setelah dilihat, ternyata bukan sebuah koper saja, masih ada beberapa tas miliknya yang terlihat penuh.

" Aku sungguh diusir oleh orang tuaku. Sungguh tega mereka terhadapku," ucap Sekar dramatis menirukan dialog sebuah fillm.

Aryo yang mendengar hanya memutar bola matanya malas. Wanita yang ia nikahi hari ini sungguh berbeda dengan wanita yang ia nikahi sebelumnya. Sekar dan Rima adalah dua sosok wanita yang berbeda. Rima adalah wanita yang anggun dan Sekar sangat kelihatan sekali merupakan sosok wanita yang sembarangan.

" Hidupku akan berat berdampingan dengan wanita ini," keluh Aryo lirih.

Ia lalu menyalakan mobil Chevrolet Chevelle SS-454 keluaran Amerika tersebut dan bersiap untuk melaju. Tapi sebuah gedoran kaca mobil membuatnya urung untuk tancap gas.

" Mbak ... jangan pergi mbak. Aku ikut ... Mbak Sekar!"

Rupanya itu adalah Bisma. Adik laki-laki Sekar yang masih berusia 5 tahun itu menangis dan merengek tidak memperbolehkan Sekar pergi.

Meskipun usia keduanya terpaut jauh, Sekar memang sangat dekat dengan Bisma. Otak Sekar jelas langsung bekerja, ia memiliki ide bagus kali ini agar tidak jadi ke rumah sang suami.

" Pa, ma, kasihan Bisma. Tidak bisakah besok saja yang pergi?"

" Halah, tidak usah memperdulikan adikmu. Bisma kan memang begitu. Sudah Nak Aryo, segera berangkat. Nanti takutnya bapak dan ibu mu mencari kalau tidak segera sampai."

Wajah Sekar langsung muram, rupanya menjadikan Bisma sebagai alasan tidak lah mempan. Aryo pun langsung menginjak pedal gasnya dan pergi dari rumah sang mertua. Sedangkan Bisma yang masih meraung langsung diangkat oleh Daru dan dibawa masuk ke dalam rumah.

" Sudah Bisma, nanti kapan-kapan kita main ke rumah Mbak Sekar dan Mas Aryo," bujuk Dewandaru.

Bisma seketika terdiam saat Daru mengatakan hal tersebut. Dia sungguh merasa kehilangan tapi bocah itu belum bisa mengungkapkannya.

Dalam perjalanan, baik Sekar maupun Aryo hanya diam saja. Tidak ada satu kata pun dari keduanya yang keluar. Dan, hal tersebut berlangsung hingga mereka sampai di kediaman Suseno. Sekar keluar terlebih dulu dari mobil. Ia hendak mengeluarkan barangnya tapi sudah didahului Aryo dengan diam seribu bahasa.

" Sepertinya nih orang sedang sariawan. Ah bodo amat."

Sekar sengaja mengatakan hal tersebut dengan keras agar Aryo mendengarnya. Ia lalu memilih untuk melenggang masuk ke dalam tanpa menunggu Aryo.

" Assalamualaikum," Sekar masuk ke rumah dengan mengucapkan salam yang dijawab bersamaan oleh Asriati dan Suseno.

" Sudah sampai, sini dulu nduk, ada satu hal yang harus kami sampaikan."

Sekar setelah mencium tangan kedua mertuanya itu pun langsung duduk di sebuah kursi. Sepertinya akan ada hal penting yang akan disampaikan oleh Asriati dan juga Suseno.

Meskipun Sekar tidak tahu itu apa, tapi dia merasa ini bukanlah hal yang biasa. Ini pasti adalah sesuatu yang sangat penting.

" Sebelumnya kami minta maaf, entah ini sudah disampaikan oleh mama dan papa mu atau belum, tapi kami berkewajiban menyampaikan hal ini. Nak Sekar, Aryo sebenarnya adalah seorang duda."

Asriati sengaja menggantungkan kalimatnya untuk melihat reaksi sang menantu. Dan benar saja, Sekar sangat terkejut. Asriati bisa melihat itu dari raut wajah sang menantu. Berarti baik Ida maupun Daru belum memberitahukan hal ini.

" Ibu tahu kamu pasti terkejut, tapi dengarkan dulu penjelasan ibu ya nak. Aryo memang sudah pernah menikah, tapi saat saat acara selesai si wanita pergi meninggalkan Aryo dan baru dua bulan kembali. Saat kembali wanita tersebut meminta cerai dari Aryo. Jadi, ibu jamin Aryo adalah duda yang masih perjaka."

" Bapak juga yakin dan percaya bahwa Aryo bukanlah pria brengsek yang suka main perempuan. Dalam 25 tahun hidupnya hanya ada dua wanita, mantan istrinya itu dan sekarang kamu istrinya."

Sekar hanya diam, jujur dia tidak bisa menanggapi hal tersebut. Pertama dia sudah dibuat kaget oleh pernikahannya yang sangat dadakan. Bayangkan, hanya dalam kurun waktu seminggu dari lamaran menuju pernikahan. Dan yang kedua, setelah menikah dia baru mengetahui fakta bahwa pria yang menjadi suaminya adalah seorang duda yang ditinggal kabur sang mantan istri.

" Haaah, sepertinya hidup sedang bercanda dengan ku," batin Sekar.

Satu hal yang ia herankan, mengapa papa dan mamanya tidak mengatakan hal tersebut sebelumnya. Kini Sekar hanya bisa pasrah. Sepetinya kedepannya akan tidak mudah mengahadapi Aryo.

Jika yang dikatakan bapak mertuanya itu benar, maka Aryo adalah tipe pria yang setia. Kalian pasti akan bisa membayangkan, bahwa bayangan wanita itu pasti masih sellau menempel di kepala dan matanya.

Hidup bersama seseorang yang belum selesai dengan masa lalunya adalah hal yang tidak mudah. Dan kehidupan berat itu Sekar akan mulai dari sekarang.

" Semoga kuat saja ini. Aah sudahlah, selama aku masih bisa kerja maka aku akan mengacuhkan si duda itu.''

Sekar yang merasa begitu lelah langsung saja merebahkan tubuhnya di kasur milik Aryo. Ia tadi setelah berbicara dengan mertuanya langsung diantar Ida ke kamar Aryo yang akan jadi kamar mereka berdua. Sekar juga acuh saat ia melihat sebuah foto yang ada Aryo dan seorang wanita di sana.

" Bodo amat, bukankah kita menikah tidak ada rasa apapun? Maka terserahlah kamu mau seperti apa juga," gerutu Sekar.

TBC

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!