Dalam sebuah mobil, terdapat seorang wanita cantik yang sedang memikirkan sesuatu yang entah apa itu.
"Bagaimana caranya agar aku dapat menemukan kedua orangtuaku?" gumamnya sembari fokus dengan setirnya. Ya! Dia sedang mencari kedua orangtuanya yang sudah menghilang sejak dia masih sekolah. Kedua orangtuanya menghilang pada saat kejadian yang terjadi pada saat itu, kapal pesiar yang mereka tumpangi tenggelam bersama dengan kedua orangtuanya yang hilang entah kemana. Walau sudah diyakini jika kedua orangtuanya sudah meninggal, tapi bagi dia adalah tidak, dia tidak akan percaya sebelum mendapatkan barang bukti. Setelah kejadian itu, seluruh aset kekayaan kedua orangtuanya telah jatuh ke tangannya dan sejak saat itu juga dia sudah mulai mengelola perusahaan milik keluarganya karena dia adalah anak semata wayang sekaligus cucu satu-satunya.
Tanpa sengaja, ia melihat seorang wanita paruh baya yang masih terlihat cantik sedang dihalangi oleh beberapa preman, sedangkan sang sopir dari wanita itu sudah tumbang, terlihat juga salah satu dari preman itu sedang menggenggam sesuatu benda tajam yang akan ia arahkan ke arah wanita paruh baya itu.
Sebelum dia turun untuk membantu, dia sudah menelepon pihak kepolisian untuk meminta bantuan. Setelahnya dia turun dari mobilnya lalu mendekat ke arah mereka.
"Jangan kurang ajar dengan orang yang lebih tua dari kita!" katanya datar.
Semuanya sontak langsung menatapnya "Jangan ikut campur nona manis".
"Pergilah nak! Jangan membahayakan dirimu" ucap wanita itu.
Wanita itu hanya menatapnya santai, setelahnya dia menatap para preman dengan datar "Lepaskan mereka atau kalian tanggung sendiri akibatnya!".
Sontak preman tersebut terkekeh remeh "Benarkah?" perlahan namun pasti ia berjalan mendekati wanita cantik itu. Sedangkan anak buah dari preman itu diberikan kode untuk menahan supir sekaligus wanita paru baya itu agar tidak kabur.
"Jangan meremehkan ucapanku Tuan!" gayanya dengan kedua tangan yang terlipat didepan dada.
Preman itu tersenyum licik, perlahan benda tajam yang sedang ia genggam kini ia arahkan ke wanita cantik itu. Belum sempat ia menyakitinya, datanglah segerombolan polisi yang sudah ditelepon oleh wanita itu sebelumnya.
Para preman langsung kabur, akan tetapi mereka sudah dikepung. Bahkan dengan mudahnya polisi menangkap mereka karena ada bantuan dari wanita cantik itu.
"Terimakasih nona atas bantuannya, dia ini adalah buronan yang sudah kami cari selama dua tahun terakhir" ucap salah satu polisi yang ada disana.
Wanita itu mengangguk dengan senyuman cantiknya "Saya juga berterimakasih karena bapak sudah datang tepat waktu".
"Baiklah, kalau begitu kami permisi nona".
Wanita cantik itu kembali mengangguk, setelah polisi pergi. Wanita yang ditolongnya tadi mendekatinya, lalu menggenggam kedua tangannya.
"Terimakasih nona, saya sangat berhutang kepadamu. Saya tidak tahu apa yang akan terjadi jika tidak ada nona tadi".
"Nyonya jangan memanggil saya nona" dia menjedanya sembari melepas genggaman tangan itu, lalu tersenyum ke arah wanita paruh baya itu "Perkenalkan, nama saya Brixzia Agatha William. Panggil saja saya Zia" Ya! Dia adalah Brixzia Agatha William! Wanita cantik berumur 24 tahun! Telah hidup sendiri dan mandiri sejak dia berumur 17 belas tahun! Bahkan diumur seperti itu, dia sudah melanjutkan karier keluarganya hingga sekarang.
Wanita baya itu tersenyum lembut "Kalau begitu jangan memanggil saya nyonya, panggil saja saya Tante. Perkenalkan nama Tante Bella Rodriguez".
"Sekali lagi terimakasih Zia" lanjutnya.
Zia tersenyum "Saya akan mengantarkan Tante pulang sekaligus mengantarkan supir Tante kerumah sakit. Mobil Tante akan diurus oleh orang bengkel".
"Terimakasih banyak Zia, begitu mulia hatimu" balasnya Bella.
***
Ketika sedang dalam perjalanan menuju rumah sakit, Bella tak hentinya menatap wanita cantik yang belum lama ini telah membantunya "Brixzia Agatha William, wanita cantik mulia dan baik hati. Apa aku jodohkan saja dia dengan putraku?" batinnya.
"Saya baru mengingatnya, ternyata Tante ini adalah Nyonya Bella Rodriguez istri dari Tuan Jordan Alexander. Sungguh beruntung saya bisa bertemu dengan Tante!" puji Zia.
Bella terkekeh geli "Kamu bisa saja, kamu ini pemilik perusahaan BW Company ya? Perusahaan yang sudah berdiri bertahun-tahun lamanya".
Zia tersenyum "Saya bukan pemilik, lebih tepatnya penerus".
"Haha sama saja! Itu namanya pemilik! Tante turut prihatin atas kejadian beberapa tahun lalu ya?".
Wanita cantik itupun mengangguk "Ternyata memang sudah tersebar ke seluruh media ya Tante? Saya tidak tahu jika kejadian itu akan disiarkan ke awak media".
Bella pun mengangguk "Sudah seperti itu jika kita adalah tokoh publik yang paling menonjol, hal kecil tentang kita tapi sangat besar bagi mereka".
"Iya! Saya setuju dengan perkataan Tante".
"Apa kamu sudah memiliki kekasih atau suami?" tanya Bella mendadak.
Zia pun terkekeh geli "Saya murni masih single Tante. Untuk menjalani hubungan sebatas kekasih saja belum pernah saya lakukan".
Mendengar itu sontak membuat Bella semakin senang "Wahh benarkah? Kalaupun kamu di minta untuk menikah, apa jawaban kamu?".
"Bisa saja saya terima, tapi tergantung dari hati, sikap dan seperti apa orang itu" jawabnya.
Bella mangut-mangut paham "Maaf ya jika Tante banyak sekali bertanya".
Zia kembali terkekeh geli "It's Okay Tante, that's fine for me".
***
Semua urusan kini telah selesai, supir dan mobil juga sudah sudah selesai. Setelah perbincangan yang sangat panjang, akhirnya Bella memutuskan untuk pulang. Sebelum itu, wanita tersebut akan meminta sesuatu yang terbilang mustahil bagi Zia.
Saat ini keduanya berdiri didekat mobil milik Bella "Tante hati-hati dijalan".
"Terimakasih ya!".
Zia membalasnya dengan sebuah anggukan kepa saja.
"Zia, apa...emmm...apakah Tante...boleh meminta sesuatu darimu?" ucapnya dengan hati-hati.
Perkataannya mampu membuat Zia kebingungan "Katakan saja, Tante mau minta apa?".
Bella menatapnya intens "Menikahlah dengan putraku".
Sontak mendengar hal itu mampu membuat Zia terperanjat ditempatnya "Me-menikah? Apakah Tante Bella sedang bercanda?" batinnya.
"Zia? Bagaimana?".
"Emm...Tante bilang apa ya tadi? Saya tidak mendengarnya dengan baik" bohongnya.
Bella menghela nafas panjangnya "Menikahlah dengan putraku".
"Me-menikah Tante?" tanyanya memastikan.
Tanpa ragu Bella mengangguk.
Zia pun tersenyum paksa "Tapi Tante, pernikahan itu bukanlah sebuah permainan yang bisa kita ajak main. Kita tidak bisa mengatakan hal yang lantang dan juga menerima dengan lantang. Saya minta maaf jika perkataan saya terbilang tidak mengenakkan hati tante, tapi maaf Tante, saya tidak bisa menerimanya" jelasnya.
Bella hanya tersenyum "Tante mohon ya? Menikahlah dengan putra Tante".
Dengan terpaksa Zia tersenyum sembari menggeleng pelan "Maaf Tante, say-...".
"Tante akan membantumu mencari keberadaan kedua orang tuamu" potongnya yang mampu membuat Zia terdiam.
"Kamu sedang mencari mereka bukan?" lanjutnya.
"Sa-saya akan... menjawabnya na-nanti ya Tante. Kalau begitu saya permisi" pamitnya lalu pergi dari sana.
Bella menatap punggung yang mulai menjauh itu dengan seksama "Tidak bisa! Kamu harus menjadi menantuku! Kamulah yang aku cari untuk bisa merubah putraku!" gumamnya penuh tekat.
Tekat besarnya itu muncul ketika bertemu dengan Zia, wanita cantik yang begitu baik. Baginya, mungkin dengan kehadiran Zia di kehidupan putranya akan mengubah segalanya, termasuk kelakuan putranya. Dalam mata Zia, dia seperti melihat cerminan sahabatnya yang sudah dipercayai meninggalkan, kalian tahu itu siapa? Itu adalah Ibunda dari Zia, ibu dari Zia adalah sahabat dari Bella. Salah satu alasan yang membuatnya memaksa agar Zia menikah dengan putranya adalah karena ibu dari Zia adalah sahabatnya. Walau sudah diyakini meninggal dunia, tapi dia yakin bahwa kedua orang tua dari Zia masih hidup! Belum tahu dimana mereka, tapi dia yakin bahwa mereka masih hidup!
To be continued...
"Menikahlah dengan wanita pilihan mama Aaron!" ucap Bella kepada putra semata wayangnya.
Lelaki tampan nan gagah itu langsung berdiri dengan tegas, namanya Aaron Jay Alexander, lelaki tampan berumur 27 tahun.
Ia menatap sang ibunda dengan datar "No mah! No! Arron tidak mau!".
Bella pun ikut berdiri, ia menatap putranya dengan sendu "Mama moh-...".
"Sekali tidak! Itu artinya adalah tidak! Aaron tidak akan menerima itu! Aaron saja belum mengenal wanita itu! Dan Aaron belum ingin untuk menikah!" bantahnya.
Bella menghela nafas kasarnya "Kau tahu Tuan dan Nyonya William? Pengusaha terkenal yang hilang akibat kecelakaan kapal beberapa tahun yang lalu?".
Aaron sontak terdiam, jelas dia tahu karena saat itu ia masih sembilan belas tahun. Ia tahu karena ia pernah bertemu dengan kedua orang itu, kedua orang itulah yang membantunya pada saat ia sedang kecopetan di Indonesia. Pada saat itu, ia dicopet! Semuanya mereka ambil, handphone, uang, ATM dan masih banyak lagi. Semua mereka ambil, hingga datanglah kedua orang itu dengan niat membantunya hingga ia bisa kembali pulang dalam keadaan sehat!.
"Dan kau tahu siapa wanita yang mama pilih untuk menikah denganmu? Dia adalah putri dari Tuan dan Nyonya William! Wanita itu telah membantu mama dari para preman yang sempat mama ceritakan padamu kemarin" lanjutnya. Penuturannya mampu membuat lelaki itu terdiam ditempatnya. Ia mendekat lalu mengelus bahu putranya.
"Kali ini mama mohon Aaron, mama dari wanita itu juga adalah sahabat mama yang merupakan orang yang membantumu waktu kamu di Indonesia' ucapnya lagi.
Aaron masih diam, entah apa yang sedang dia pikirkan sekarang.
"Aaron? Kamu dengar mama kan?".
Aaron menghela nafasnya panjang "Mah...Aaron...Aar-...".
"Kamu ingin menolaknya? Mama mohon Menikahlah dengannya. Mama yakin kamu akan bahagia bersamanya, dia itu wanita baik-baik. Mama mohon ya?".
[Jadi wanita itu adalah putri dari om dan Tante itu? Jika begini aku tidak bisa menolaknya! Aku harus menjaga dan melindungi wanita itu, namun bagaimana? Kenal saja tidak, ketemu juga tidak pernah. Aku tidak yakin bahwa aku bisa baik terhadapnya] Batinnya.
Sementara disisi lain, Zia duduk termenung di ruang tamu sembari meminum tehnya "Menikah? Tapi aku belum berpikir sampai kesitu, ak-..." ucapannya terpotong ketika mengingat kembali pada saat Bella berkata akan membantunya mencari keberadaan kedua orang tuanya, apalagi ia tahu sendiri seperti apa keluarga Rodriguez, keluarga itu tak akan pernah gagal jika sudah dalam mencari seseorang.
"Tapi...apa aku terima saja? Agar supaya kemungkinan besar aku akan bertemu dengan papa dan juga mama" ucapnya lagi, ia melepaskan gelasnya ke atas meja, lalu kembali merenung.
[Apakah aku benar mengambil jalan ini? Aku melakukan ini hanya untuk bertemu papa dan mama, tapi apa harus dengan cara menikah? Aku bahkan tidak mengenal seperti apa pria itu, bagaimana jika dia kasar terhadapku? Jika seandainya dia sudah menjadi suamiku dan dia sangat kasar, tidak mungkin aku memilih untuk bercerai. Aku selalu ingat dengan perkataan papa mama dulu, bahwa jika suatu saat aku menikah, mau seburuk dan sejahat apa suamiku nanti aku tidak boleh meminta cerai ataupun bercerai, karena perceraian itu sangat dibenci oleh pencipta langit dan bumi ini. Sampai sekarang aku akan tetap mendengar dan melakukan apa yang dikatakan papa mama dulu, aku janji ketika aku menikah nanti, aku tidak akan berpisah! Aku akan setia kepada suamiku! Aku janji pah, mah]. Batinnya.
Berpindah ke Aaron dan juga Bella, sedari tadi Aaron terus diam. Lelaki itu sangat enggan membuka suaranya membuat sang ibunda kesal sendiri dibuatnya.
"Aaron! Jangan diam saja kamu!" protesnya.
Aaron menatap ibunya dengan kernyitan di dahinya "Sabar dong mah! Aaron sedang berpikir! Lagian bagaimana bisa Aaron menikah dengan wanita yang belum Aaron kenali?".
Bella menghela nafas panjang "Tadi kan mama sudah katakan".
"Aaron harus melihatnya dulu mah, barulah Aaron memberikan jawabannya.
***
{Hallo Zia! Besok ada waktu luang tidak?} isi pesan yang dikirimkan untuk Zia.
{Kebetulan besok jadwal Zia kosong semua Tante} Balas Zia.
{Kita ketemuan di cafe biasanya ya? Besok datang saja pukul setengah tujuh malam. Tante tunggu, see you u cantik!}.
Zia membaca pesan itu sembari tersenyum {Oke Tante! See you too Tante!}.
To be continued...
Sejak sejam yang lalu, Zia sudah tiba di cafe yang dijanjikan. Katanya jam tujuh, sekarang sudah jam delapan Bella belum muncul juga.
"Aku pergi saja, sepertinya Tante Bella sedang ada urusan" diapun hendak untuk berdiri, namun tertahan dengan datangnya Bella bersama dua pria yang belum dia kenali.
"Maaf ya, Tante terlambat. Ada sedikit masalah tadi" sesal Bella.
Wanita cantik itu tersenyum lembut "Baru saja aku ingin pulang karena aku pikir Tante sedang ada urusan".
Bella menggeleng "Perkenalkan ini suami dan anak Tante".
"Ahh" wanita itu mengangguk paham, lalu berdiri sembari mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan "Perkenalkan nama saya Brixzia Agatha William, panggil saja Zia".
Jordan membalas jabatan tangan itu "Panggil saya om ya?".
Zia kembali mengangguk, selanjutnya ia menatap lelaki yang sedang menatapnya dengan tatapan sedikit datar. Dia tersenyum "Nam-...".
"Tidak perlu mengatakannya! Nama saya Aaron!" potongnya.
Zia tersenyum kaku, lalu kembali duduk.
"Aaron jangan seperti itu!" protes Bella.
"Saya tidak apa-apa kok Tante" balas Zia dengan senyuman cantiknya.
Bella tersenyum ke arahnya "Tidak sayang, anak Tante harus diingatkan kembali. Jangan bersikap seperti itu kepada calon istrinya".
Mendengar itu mampu membuat Zia melongo "Ca-calon istri? Tante?".
"Iya! Kamu akan menikah dengan Aaron" balas Bella.
"Tapi Tante, Zia belum menjawab apa-apa".
Aaron menghela nafas kasarnya, ia menatap wanita cantik itu dengan datar "Kau terima saja untuk menjadi istriku! Tidak perlu basa basi! Saya dan keluarga saya akan membantumu untuk bertemu dengan Om Nick dan Tante Alyssa".
Zia terkejut, om? Tante? Apa Aaron mengenal kedua orang tuanya? Atau apa? Dia menatap Aaron dengan bingung "Om dan Tante? Apa ka-...".
"Sudah jelas saya mengenal kedua orang tuamu! Sekarang jawab saya! Apa kau mau menjadi istri saya? Saya jamin, pernikahan akan saya gelar secara terbuka!" ucap Aaron langsung to the point.
Wanita cantik itu menelan salivanya paksa, dia menatap ketiganya bergantian dengan Jordan dan Bella yang mengangguk ke arahnya.
Aaron memutar bola matanya malas beriringan dengan nafas yang ia Hela secara kasar "Jawab saja iya atau tidak! Jangan terlalu drama kamu!".
"Aaron! Apa begitu caramu!?" tutur protes Jordan pada putranya.
"Apa sulitnya untuk menjawab iya dan tidak hm?".
[Kenapa lelaki ini begitu aneh? Tapi, bagaimana bisa dia mengenal papa mama?] batinnya bertanya.
"Ja-...".
"Iya!" ucap Zia tak sengaja, sontak ia melipat mulutnya kedalam karena sudah salah menjawab.
Bella pun kesenangan ketika mendengar jawaban wanita cantik itu "Iya? Kamu mau menikah dengan putra Tante? Ya Tuhan! Tante sangat senang mendengarnya!".
Aaron hanya memperlihatkan raut wajah tak ber ekspresi, sedangkan Zia sedang merutuki dirinya karena salah sebut [Bagaimana bisa aku salah sebut? Bagaimana ini?] batinnya.
***
Sejak tiba di kediamannya, Zia terus melamun di halaman kolam renang, disana dia berdiri dengan kedua tangan yang terlipat didepan dada "Apa yang harus aku lakukan? Tidak mungkin jika aku harus mengatakan tidak, aku sudah terlanjur menjawab iya! Bodoh sekali diriku ini, bisa-bisanya aku salah sebut!" gumamnya.
"Ini non capuccino pesanan nona" kata bibi sembari memberikan capuccino itu.
Zia menerimanya dengan senyuman cantik miliknya "Terimakasih bi!".
Bibi itu mengangguk "Ketika nona sudah menikah nanti, apakah nona tidak akan tinggal disini lagi?". Bibi itu sudah tahu akan pernikahannya nanti, bibi itu juga sudah dia anggap seperti ibunya sendiri karena sudah dari kecil bibi tersebut bekerja dengan keluarganya.
Zia kembali tersenyum "Mungkin saja iya bi, tapi Zia tidak tahu nanti kedepannya. Pokoknya jika Zia sudah tidak dirumah ini lagi, bibi harus menjaga rumah ini ya? Bibi tahu sendiri jika rumah ini adalah satu-satunya peninggalan papa mama, dirumah ini juga Zia memiliki kenangan terindah".
"Tentu non! Bibi selalu setia dengan keluarga ini! Kalau tidak dengan bantuan Tuan dan Nyonya mungkin bibi sudah menjadi gelandangan diluaran sana" balas bibi itu yang membuat Zia tersenyum begitu lembut. Orang tua Zia adalah orang baik-baik, karena kebaikan merekalah yang membuat mereka tak memiliki musuh.
"Kalau begitu bibi permisi non" pamitnya dengan Zia yang mengangguk mengizinkan.
Sepeninggalan bibi itu, Zia kembali termenung sembari terus meminum cappuccino panas miliknya. Entah apa yang dia pikirkan saat ini, yang jelas dia sendiri tak begitu menyangka jika mungkin sebentar lagi dia akan menyandang status sebagai istri dari Aaron Jay Alexander sekaligus menantu dikeluarga Alexander! Awalnya dia mengira bahwa Aaron lelaki itu akan meminta pernikahan agar supaya dilakukan secara tertutup! Ternyata dia salah, tanpa dia duga lelaki itu akan melakukannya secara terbuka! Dan dengan ini juga otomatis semua akan tahu jika dia yang akan menjadi istri dari lelaki yang terkenal dengan keangkuhan, kesombongan dan juga dikenal sebagai lelaki dengan seribu pintu es! Dia sendiri tak bisa menebak, apakah pernikahannya ini akan bahagia? Ataukah sebaliknya? Dia mungkin hanya bisa pasrah demi bisa bertemu dengan kedua orang tuanya.
To be continued...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!