Saga sedang bersama komandannya mayjen Lingga rahadi, ia di panggil ke ruangan beliau.
"Ga" panggil Lingga sembari menatap anggotanya itu, "apa kamu punya pacar?" lanjut Lingga bertanya to the point.
Sontak Saga kaget mendengar itu, tak biasanya atasannya itu mengulik kehidupan pribadinya. Seketika tubuh tegapnya menegak dan memandang komandannya. "Siap, tidak komandan."
Lingga tertawa melihat itu, "di ruangan ini hanya kita berdua, saya mau kamu ngomongnya gak usah formal gitu sama saya kalau kita lagi berdua begini. Ayo duduk" Lingga menyuruh Saga duduk di kursi depan meja kerjanya.
"Siap ndan." Saga pun duduk.
"Bagus kalau kamu gak ada pacar. Kenapa kamu gak nyari pacar?" tanya Lingga mengorek.
"Siap, gak mau aja Ndan."
"Apa berita yang saya denger itu bener?" tanya Lingga memastikan.
"Berita apa Ndan?" Saga tidak tahu.
"Kalau kamu tertariknya ehm...sama laki-laki!" jawab Lingga.
Mendengar ucapan Lingga seketika Saga membulatkan matanya.
"Ada-ada saja berita itu Ndan, itu bohong" tepisnya. "Saya gak ada niat pacaran ndan" lanjutnya.
"Kenapa? Tanya Lingga penasaran.
"Insyaallah Saya mau langsung nikah aja kalau sudah ada jodohnya."
"Kenapa gak bernminat pacaran?"
"Karena gak ada waktu untuk itu ndan, pekerjaan saya juga pasti sulit untuk berkomunikasi kalau saya pacaran. Insyaallah kalau sudah ada jodohnya mau langsung pengajuan saja."
"Kalau saya boleh tahu tipe calon istri idamanmu itu bagaimana?"
"Yang jelas baik agamanya."
Lingga mengangguk-anggukkan kepalanya paham dengan ucapan Saga.
"Kalau saya bilang saya mau menjodohkan kamu bagaimana?" ucap Lingga yang membuat Saga langsung menatapnya.
"Untuk saya?" tanya Saga memastikan kalau dirinya tidak salah dengar.
Lingga mengangguk kepalanya "saya mau menjodohkan kamu dengan anak saya."
Saga membulatkan matanya karena kaget.
Apa dia tidak salah dengar dengan apa yang di ucapkan komandannya barusan?
"Menjodohkan saya dengan anak komandan?" tanya Saga memastikan kembali kalau dirinya tidak salah dengar.
"Iya, saya berpikir kalau kamu laki-laki yang cocok untuk anak saya. Ya... Memang ibadah anak saya masih bolong-bolong, tapi saya yakin kalau kamu bisa membimbingnya."
Saga masih kebingungan, bingung harus menjawab apa.
Lingga paham akan hal itu "saya beri kamu waktu untuk berpikir."
________________________
Nada adalah anak tunggal dari orangtua tunggal bernama Lingga rahadi. Nada hanya memiliki ayah, dan ibunya telah lama meninggal semenjak sang ibu melahirkan Nada.
Ayahnya adalah seorang tentara berpangkat mayjen. Kalau Nada, ia sudah kuliah selama 4 semester di fakultas kedokteran. Sementara usianya baru menginjak 20 tahun saat ini.
Bukannya menyuruh Nada menyelesaikan pendidikannya terlebih dahulu, Lingga malah sibuk menjodohkannya dengan anggota Lingga di kesatuan.
Tentu saja Nada menolaknya mentah-mentah, di pikir zaman Siti Nurbaya apa gimana? Main jodoh-jodohin segala. Nada benar-benar tidak habis pikir dengan pikiran papanya.
"Toh nak Saga itu orangnya baik, akhlaknya juga bagus, dan ibadahnya apalagi. Dimana lagi kamu dapatin laki-laki seperti dia? " ucap Lingga sedikit frustasi.
"Ya walaupun begitu papa gak bisa dong jodohin aku sembarangan kayak gitu. Apa lagi pasti tu tentara item, dekil, tua lagi. Ogah Nada pa. Papa aja sana nikah sama dia" tolak Nada.
"Saga itu anggota papa nak, dia bukan orang sembarangan. Papa kenal baik anak itu bagaimana. Papa jodohin kamu karena papa cuma mau yang terbaik buat kamu Nada, karena yang papa punya itu cuma kamu" Tutur Lingga masih lembut walaupun terlihat bahwa dirinya sudah sangat frustasi untuk membujuk putrinya.
"Tapi tetep aja pa" Nada masih tetap kekeuh pada pendiriannya.
"Gak ada tapi-tapi" ucap Lingga penuh penekanan, tidak ingin di bantah lagi.
Nada kesal, sungguh kesal dengan Lingga. Ia pun pergi dari hadapan papanya dan mengambil kunci motornya.
"Mau kemana kamu?"
"Minggat!!" pekik Nada keras.
"Nada papa belum selesai berbicara nak" Lingga berteriak berharap Nada mendengar dan menghentikan niatnya.
Tapi Nada tetaplah Nada si anak keras kepala. Dia malah pura-pura tuli dan tetap pergi dari rumah meninggalkan Lingga.
Lingga tidak mengejar anaknya yang katanya ingin 'minggat' itu. Karena ia tau, walaupun Nada katanya akan 'minggat' dia tidak akan benar-benar melakukan itu. Dia hanya akan menenangkan pikirannya saja.
"Seandainya aja mama masih ada, pasti mama gak bakalan setuju sama kemauan papa ini" batinnya.
Nada membelah jalanan yang cukup padat itu menuju cafe tempat ia biasa nongkrong dengan sahabat-sahabatnya.
Sesampainya di cafe, Nada hanya diam. Ketiga sahabatnya pun langsung menyadari perubahan sifat gadis itu apa lagi wajahnya yang juga menunjukkan bahwa ia memiliki beban hidup dan sedikit mengguratkan kekesalan.
"Lo ada masalah apa?" Tanya Raiden yang sejak tadi memang sudah memperhatikan Nada.
"Ah gak tau, pusing gue!" ucap Nada ngegas, sambil memijat pangkal hidungnya yang terasa sakit.
Nada pun memanggil pelayan kafe yang untuk memesan makanan.
Dan tidak lama setelah itu pesanan Nada datang. Membuat mata para sahabatnya itu membola sempurna karena kaget.
Bagaimana tidak? Meja mereka di penuhi dengan makanan yang di pesan oleh Nada.
"Gak makan seminggu lo? Sampe meja penuh begini" tanya Dimas matanya masih tidak bisa beralih dengan meja mereka yang penuh dengan makanan.
"Kalau ini bukan gak makan seminggu, tapi gak makan sebulan" lanjut Tasya.
"Udah deh, pada diem tu mulut, gak usah ngebacot. Mau gue jadiin lauk apa gimana?" ucap Nada mulai memakan hidangan yang tersaji.
Dimas bergidik ngeri mendengar perkataan Nada. "Lo kalau lagi mode marah nyeremin. Berasa kayak Sumanto, doyannya makan orang" ledek Dimas.
Nada melirik Dimas dengan tatapan yang sangat tajam. Membuat Dimas langsung menempel pada Tasya karena takut akan lirikan mata Nada yang menakutkan itu.
"Habis lo sendiri ini?" tanya Raiden memastikan.
"Ya gak bego, emang lambung gue lambung gajah" Moza memasukkan makanan lagi kedalam mulutnya. "Kalian ikut makan juga, ambil yang kalian mau. Gue traktir"
Lanjutnya dengan mulut di penuhi makanan.
Tanpa menolak, mereka langsung menyerbu makanan yang sudah tersaji di atas meja.
"Gitu dong, Nada memang yang terbaik" Dimas mengacungkan kedua jempolnya.
Nada sudah menyelesaikan tugas mengisi perutnya "AKKK!!" ia bersendawa dengan keras. "Kenyangnya" ucap Nada sambil mengelus perutnya.
"Iih, lo gak ada jaim jaimnya si jadi cewek, jorok banget," cibir Dimas.
"Akh, bodo amat, ketimbang kemayu."
"Iya, tapi gak gitu juga begok. lo mah spesies cewek lain sendiri" Raiden ikut mencibir Nada.
"Lain gimana?" tanya Nada.
"Bar-bar" ucap Raiden dengan kekehan di akhir.
Plak!
Nada memukul kepala Raiden dengan keras.
"Asu lo Nad, kalau gue geger otak gimana?" pekik Raiden mengelus kepalanya yang terasa sakit.
"Heleh, baru gitu doang kok gak bakalan sampai geger otak begok" ucap Nada sepele.
"Eh, udah-udah. Kok malah ribut sih?!" Tasya berusaha menengahi. "Lo ada masalah apa sih nada? Cerita dong siapa tau kita bisa bantu" lanjut Tasya ia masih penasaran.
Nada menatap wajah ketiga sahabatnya yang juga menatapnya menunggu jawaban dari mulut gadis itu. Jujur saja, mereka juga penasaran dengan apa yang di alami Nada. Nada menghela nafas kasar sebelum menceritakan masalahnya.
"Gue mau di jodohin papa sama anggotanya di kesatuan."
"APA?!!" kompak ketiga sahabat Nada memekik kencang karena kaget. Setelahnya mereka saling menatap.
"Kuping gue sakit setan! Lo betiga kompak mendadak budek apa gimana?!"
"Pala lo peang, mana ada orang budek secara bersamaan" ucap Dimas.
Nada enggan menanggapinya.
"Kita gak salah dengarkan?" tanya Tasya memastikan.
"Gak kalian gak salah denger."
Mereka mulai menghujami Nada dengan berbagai pertanyaan dan mengapa papa Nada ingin menjodohkannya dengan anggotanya? Nada pun mulai menjelaskan semuanya kepada sahabat-sahabatnya itu.
"Jadi intinya lo terima atau gak perjodohan itu?" tanya Raiden.
"Ya gak lah, memangnya ini zaman Siti Nurbaya. Lagian gue gak kenal sama tu tentara. Ya kalau ganteng kalau jelek, wah rugi gue. Lo padakan tau gue tu pencinta cogan."
"Eh tapi ya Nada, tentara walau sekalipun tentara jelek, item tapi bodynya oke punya, bodynya bikin kaum Adam iri anjir" ucap Dimas membayangkan tentara yang pernah ia lihat.
"Itu mah lo yang suka dengki" sarkas Raiden pada Dimas.
"Terus ya Nad, kalau yang di jodohin sama lo gantengnya kayak kapten Yoo si jin di Drakor dots atau manis kayak kapten Ryu di Drakor cloy gimana? Hayo lo" lanjut Tasya ikut menimpali. Mengandai-andaikan wajah tentara itu seperti pemeran di Drakor yang pernah ia tonton bersama Nada. "Gak ada salahnya Nada buat nerima, coba ketemu aja dulu. Kalau gak cocok baru batalin. Sekalian tu status jomblo lo yang udah mendarah daging plus karatan mana tau bisa luntur" lanjut Tasya dengan di akhiri kekehan.
"Wedhus!!" pekik Nada kesal ia melempar sedotan yang ada di gelasnya yang sudah kosong kearah Tasya.
Tasya tergelak, melihat reaksi Nada.
"Lagian gue tu bukan gak mau cari pacar ya, tapi kalian kan tau bapak gue gimana. Bisa bisa kalau gue bawa pulang cowok, bakal di gorok tu cowok dan gue bakalan di gantung di tiang bedera. Ogah gue mah."
...Jangan lupa like and comment👇...
Kegiatan nongkrong Nada dan ketiga sahabatnya sudah selesai. Tasya dan Dimas sudah terlebih dahulu pulang, sementara Nada dan Raiden masih di tempat parkir.
"Lo gak pulang Nad?" tanya Raiden melihat Nada masih duduk termenung di atas motornya.
"Ya pulanglah."
"Tapi lo bilang lo mau minggat sama bokap lo" ujar Raiden mengucapkan apa yang Nada bilang di dalam cafe tadi.
"Ya gak minggat beneran dong Bambang! Lo kan tau sendiri gue sama papa cuma berdua. Gue cuma punya bokap, bokap gue juga gitu, cuma punya gue. Gak mungkin gue beneran minggat ninggalin dia. Gue cuma mau nenangin diri gue sendiri aja."
Raiden manggut-manggut "jadi sekarang lo udah tenang belum?" Raiden menatap wajah teduh Nada.
"Ya udah lumayan tenanglah. Ini juga berkat lo dan yang lain, thanks" Nada mulai memakaikan helm di kepalanya dan menaikkan standar motornya.
Raiden menganggukkan kepalanya. "Gak usah sungkan buat cerita semua masalah lo sama kita Nad. Lo itu gak sendiri, ada kita yang selalu ada buat lo, ingat itu."
Nada menarik kedua sudut bibirnya membentuk sebuah senyuman.
"Mau gue anterin pulangnya Sampai rumah lo?" tanya Raiden sebelum mereka benar-benar pergi.
"Ah gak perlu, gue bisa pulang sendiri kok. Lagian kita beda arah, entar lo kejauhan muternya."
"Ya gak papa kali, lagian ini udah malam, lo perempuan. Entar lo kenapa napa lagi."
"Dih, lebay lo. Biasanya juga gue pulang sendiri, toh sampai juga sampai rumah" ucap Nada keras kepala.
"Lo tu perempuan dodol" ucap Raiden sedikit jengkel dengan keras kepalanya nada. Mau bagaimana pun Nada itu perempuan dan dia sangat khawatir.
"Lah tadikan lo sendiri yang bilang kalau gue cewek bar-bar gimana sih?!"
Raiden berdecak. "Terserah lo deh" ia benar-benar khawatir dengan gadis satu ini.
"Ya udah yuk balik" Nada mulai menghidupkan mesin motornya.
Raiden dengan berat hati menganggukkan kepalanya menyetujui ucapan Nada.
Merekapun mulai pergi dari area tempat parkir cafe tersebut.
Nada menyusuri jalanan menuju rumahnya. Jalanan yang tadinya ramai perlahan-lahan mulai sunyi.
"Dih, kok tiba-tiba nih jalanan mendadak sunyi sih. Jadi keliatan serem. Anjir, gue jadi merinding" gumam Nada merasakan atmosfer yang sudah berubah.
Nada seperti di terpa kesialan, ada dua orang pria berboncengan bertubuh besar tengah membuntuti motornya. "Anjir, tu motor kayaknya dari tadi ngikutin gue deh. Perasaan gue jadi tambah gak enak" Nada pun memacu kecepatan motornya, berharap kedua pria itu tidak dapat mengikutinya.
Tapi harapan tinggal hanya harapan. Nyatanya mereka masih mengikuti Nada. Disaat jalanan benar-benar sunyi dan sama sekali tidak ada pengendara lain yang lewat, motor Nada di salip oleh keduanya dan berhenti menghadang jalan Nada.
Ckiiiiitttt!!!
Suara motor Nada yang tengah mengerempun terdengar di kebisuan malam saat itu. Ia bahkan sampai terjatuh dari atas motornya.
"Aduh!" keluh Nada merasakan tubuhnya seakan remuk. "Kalian mau apa?!" tanya Nada saat melihat kedua pria bertubuh besar itu menghampiri dirinya.
"Serahin kunci motor lo" todong salah satu pria itu.
Nada perlahan berdiri "Enak aja. Lo kira tu motor punya bapak lo" ucapnya lantang, padahal dalam hati ia sudah ketakutan setengah mati.
Pria itu malah mengambil belatih dari balik punggungnya dan menodongkannya pada Nada "berani juga ya lo. Lo mau mati?!"
Nada tersentak saat ujung belatih itu ada di depan matanya. Nyalinya seketika menciut, dengan perlahan ia mundur. Nada tetap pada pendiriannya tidak akan memberikan kunci motornya.
"Eh, jangan di habisi. Lo liat gak tu cewek cantik banget. Sayang banget kalau kita lewatkan gitu aja.
Rezeki nomplok nih" ucap salah satu pria itu dengan seringaian yang mengerikan di mata Nada. "Kalau udah puas, baru ni cewek kita habisin terus kita dapat motornya."
Mendengar ucapan mereka Nada seketika berlari menjauh dari sana. Ya kali dia dengan senang hati memberikan tubuhnya yang sudah di jaga mati matian oleh dirinya pada 2 cowok bergajulan seperti mereka.
Namun Nada kalah cepat, dengan segera pria yang tadi memegang senjata tajam mencekal tangan Nada.
"TOLONG!!!" teriak Nada dengan keras, berharap ada orang yang mendengarnya.
"Lo teriak aja sekeras dan sekuat mungkin. Gak bakalan ada yang denger."
Salah satu dari mereka membuka helm yang masih terpasang di kepala Nada "buset beneran cantik anjir nih cewek. Bener-bener rezeki nomplok mah ini" ucap salah satunya setelah berhasil membuka helm Nada dan melihat wajah Nada yang tenyata sangat cantik. Ia membelai pipi Nada dengan wajah mesumnya itu. Membuat Nada bergidik ngeri. Dengan sisa keberanian yang dia punya Nada menggigit tangan pria yang menyentuh wajahnya tadi.
"Lepas anjir!" umpat pria itu. Tapi Nada enggan melepaskannya.
"Cewek sialan lepasin tangan temen gue" pria yang sejak tadi memegangi Nada menjambak rambut gadis itu. Membuat Nada meringis menahan sakit namun masih enggan melepaskannya.
"Dasar jalang!"
Plak!!
Pria yang di gigit jarinya dengan enteng memukul kepala Nada. Kepala Nada terasa pusing tidak Karuan karena itu.
"Berani banget lo sialan! Rasakan itu, itu balasan karena berani gigit tangan gue" ucap pria itu penuh kekesalan.
"Udah gak usah banyak bacot, udah langsung kita eksekusi aja. Gue udah gak tahan ini anjir!"
Nada masih meresapi rasa sakit yang menimpa dirinya tangan pria itu sudah membuka paksa baju kemeja yang Nada kenakan. Membuat semua kancingnya terlepas. Memperlihatkan bra berwarna yang ia kenakan.
"Tolong... Hiks, hiks" rintihnya ketakutan melihat betapa berutalnya kedua pria itu membuka baju kemejanya. Ia meronta-ronta dengan sisa tenaganya sambil terisak.
Para preman itu menyeringai menatap Nada. Nada sudah seperti makanan yang siap untuk di santap oleh kedua singa yang sedang kelaparan menatap tubuhnya.
Tangan mereka mulai terulur untuk menyentuh pay*d*ranya namun sebelum tangan mereka sampai tiba-tiba entah dari mana seorang pria muncul tepat di belakang kedua pria m*sum itu. Dan pria itu adalah Saga. Yang kebetulan lewat dan mendengar suara teriakan Nada.
Melihat gadis itu tergeletak di tanah dengan keadaan yang tidak Karuan membuat emosi Saga membuncah.
"Bangsat!!" umpatnya.
Bugh!!
Bugh!!
Suara pukulan dari Saga untuk kedua pria berengsek itu begitu nyaring. Kedua pria itu di hajar habis-habisan oleh Saga sampai terkulai tidak berdaya di atas tanah.
Samar-samar Nada melihat pria dengan pakaian serba hitam itu datang menghampirinya, setelah itu Nada pun pingsan tidak sadarkan diri.
Saga menatap Nada yang sudah tidak sadarkan diri dengan pakaian yang sudah berantakan. Tubuh putih mulusnya yang hanya menggunakan bra berwarna hitam terekspos sangat jelas.
"Astagfirullahaladzim, astagfirullahaladzim, astagfirullahaladzim" berulang kali Saga beristighfar sambil menutup kedua matanya.
Saga membuka Hoodie hitam yang ia kenakan lalu memakaikannya ke tubuh Nada yang hanya mengenakan tentop itu.
"Maafkan hambamu ini ya Allah. Saya hanya berniat menolong gadis ini" Saga meminta ampun pada Tuhannya. Mengingat pria ini begitu lurus tidak pernah neko-neko. Kok neko, menyentuh seorang gadis saja dia tidak pernah dan ini kali pertama untuk itu.
"Sekali lagi ampuni saya ya Allah."
___________________
Mata jernih dengan bulu mata lentik milik Nada perlahan terbuka, ia perlahan menatap langit-langit ruangan itu yang terlihat tidak seperti langit-langit yang ada di kamarnya.
Kepalanya terasa sakit. Nada mencoba menatap sekitar melihat infus yang menggantung di atasnya. Ternyata ia berada di rumah sakit.
"Kamu sudah sadar?" suara berat dengan penuh wibawa itu mengalihkan Nada dan menatapnya. Ternyata seorang pria berwajah tampan, bertubuh tegap, gagah, kekar, hidung mancung, mata cipit dan bibir tipis berwarna merah muda membuat Nada terpesona. Ia bahkan sejenak melupakan apa yang sebelumnya terjadi pada dirinya.
"Apa gue udah mati ya? Kok ada manusia sesempurna itu sih? Malaikat kah?" batinnya.
"Fiks, gue udah mati" gumamnya.
"Jangan menatap seseorang yang bukan mahrammu seperti itu" ucap Saga dengan suara berwibawanya. Itu membuat Nada sadar dari lamunannya. Dan kesal dengan ucapan pria itu.
"Sok banget sih ni cowok" batin Nada kesal.
Nada membuang pandangannya dari pria itu "siapa suruh punya muka ganteng begitu?" gerutu Nada pelan tapi masih dapat di dengan oleh Saga.
"Barusan kamu bilang apa?" tanya Saga dengan suara tegasnya dan bersedekah dada.
"Aku bilang apa? Aku gak bilang apa apa tu" Nada malah berkilah.
"Karena kamu sudah sadar, kamu bisa hubungi keluargamu. Saya pergi dulu. Assalamualaikum" pria itu pun berbalik melangkah menuju pintu keluar.
"Tunggu!" pekik Nada membuat Saga menghentikan langkahnya.
"Ehm... Terimakasih" ucapnya malu malu.
"Iya" jawab pria itu singkat, tepat, dan padat. Seperdetik Saga menatap Nada setalah itu ia pergi keluar dari dalam ruangan itu meninggalkan Nada.
Jantung Nada rasanya sedang dangdutan di dalam sana. Sebelumnya belum pernah ia merasakan hal seperti itu.
"Kepala gue yang di pukul, tapi jantung gue yang dag dig dug. Kena serangan jantung kah?" gumam Nada.
Nada mengingat wajah pria yang baru beberapa menit lalu keluar dari dalam ruangannya.
"Gantengnya gak ada obat tu cowok."
"Ah, guekan jadi over dosis, over dosis ini membuat gue jadi tambah gila dan jadi syuka" kata-kata Nada seperti orang bodoh. Ia bahkan gelinjangan di atas brankar sangking gilanya.
Ya ampun, lemah sekali hatimu Nada.
"Seharusnya tadi gue tanya namanya siapa. Akh, dasar bego banget lo Nada" kesalnya pada diri sendiri kakinya sambil menendang-nendang di udara karena kesal.
Dan mulai saat itu wajah Saga selalu terbayang bayang di benaknya. Dan pagi itu di habiskan Nada dengan mengingat wajah Saga yang tampannnya masyaallah dan beruntungnya Nada di tolong olehnya.
__________________
Sangking asyiknya Nada memikirkan Saga pagi tadi ia sampai lupa untuk menghubungi Lingga—papanya. Dan siang tadi ia baru memberikan kabar pada Lingga dan mengatakan bahwa ia di rumah sakit sekarang.
Ya tau sendirilah bapak-bapak kalau tau anak gadisnya gak pulang satu malam, khawatir ya gak karuan. Di tambah lagi saat Lingga menghubungi Tasya katanya Nada sudah pulang, tapi tak kunjung sampai rumah, baru siang tadi anaknya mengabarinya mengatakan bahwa kemarin malam ia mengalami kecelakaan dan malah masuk rumah sakit pula. Jangan tanya panik dan khawatirnya mayjen satu ini bagaimana.
Dengan segera Lingga langsung pergi menjenguknya.
"Pokoknya mulai hari ini dan seterusnya kamu gak boleh keluar malam lagi."
"Iih, papa kok gitu sih?!" rengek Nada terdengar manja sekaligus kesal.
"Papa bilang gak ya gak Nada" ucap Lingga tegas tanpa ingin di bantah.
Kalau sudah begini mau bagaimana lagi? Nada mau gak mau ya harus nurut sama bapaknya. Kalau gak entar di suruh sikap taubat.
Ogah!
...Jangan lupa like and comment👇...
Di sepertiga malamnya Saga melakukan shalat istikharah, bersujud meminta petunjuk pada Tuhannya, untuk menentukan keputusan yang akan ia ambil dalam menemukan belahan jiwanya.
"Ya Allah, jika memang dia yang engkau pilihkan untukku duniaku dan akan membawaku ke surgamu, mudahkan segalanya, tunjukkan jalannya untukku, berkahi aku. Amin."
Ia meneteskan air matanya di atas sajadah, semoga Allah membukakan jalan untukknya menemukan makmumnya, menyempurnakan agamanya, dan yang akan menemani sepanjang hidup. Untuk urusan hati dan jodoh ia selalu mengikutkan Allah di dalamnya karena ia tidak ingin salah langkah untuk ibadah panjang yang satu ini.
"Khusyuk banget bang doanya" ucap Abhian yang tiba-tiba bangun ingin buang air kecil dan melihat Saga duduk di atas sajadah baru selesai menunaikan sholat malamnya.
Saga bangkit dari sajadah dan melipatnya. Ia tidak menanggapi ucapan Abhian, Abhian melenggang masuk kedalam kamar mandi.
"Doain apa sih bang?" tanya Abhian lagi setelah keluar dari kamar mandi.
"Rahasia" ucap Saga tenang.
Abhian mendengus ia tahu mengorek informasi dari Saga sama saja perbuatan sia sia. Dia akan menutup mulutnya rapat-rapat. Abhian pun membaringkan tubuhnya kembali di atas ranjang dan melanjutkan tidurnya.
___________________
Saga akhirnya bertemu dengan Lingga kembali siang ini, memberikan jawabannya tentang perjodohan kemarin.
"Lapor komandan, saya siap menerima perjodohan yang anda bawa untuk saya. Laporan Selesai" ucapnya lantang dan tegas.
Lingga pun tersenyum, raut wajahnya terlihat sangat bahagia mendengar jawaban itu. Lingga menepuk pundak pria yang berpangkat Lettu itu berulang kali sangking senangnya.
"Nanti saya akan adakan pertemuan dan saya akan memperkenalkan anak saya padamu. Kamu wajib mengetahui bagaimana sosok calon istrimu"ucap Lingga yang di angguki Saga.
Kedua sudut pipi pria itu terasa kaku ingin tersenyum mendengar Lingga mengucapakan anaknya sebagai calon istrinya.
Sungguh ia tidak pernah membayangkan akan menikah, padahal ibunya selalu memintanya untuk mencari istri tapi Saga tetap Saga. Entah apa yang ia tunggu hanya saja ia masih enggan mencari gadis untuk di jadikan istri dan di jadikan teman hidupnya. Ada beberapa petinggi yang menawarkan untuk menjodohkannya dengan putri mereka tapi Saga menolak halus semuanya kecuali Lingga, entah apa yang membuat pria itu sedikit goyah dan memikirkan ucapan Lingga dan kini memberikan jawabannya dengan mantap.
___________________
Sinar matahari mulai memasuki ruangan kamarnya, memuat Nada terusik dan terbangun dari tidurnya. Ia menatap langit-langit kamarnya, bayangan kejadian 2 hari lalu yang menimpanya kini kembali terbayang di benaknya. Bukan kejadian saat bersama 2 pria berengsek itu tapi ia kembali terbayang oleh pria tampan, bertubuh tinggi tegap dan gagah itu. Ia teringat saat suster memberikan Hoodie berwarna hitam saat akan pulang bahkan Hoodie itu ia bawa tidur di sebelahnya. Ia kembali mengingat malam itu ia tidak mengenakan Hoodie malikan kemeja dan kemeja itu sudah di robek oleh para pria bajingan itu dan mengingat itu seketika Nada malu. Pasti pria itu melihat tubuhnya yang luar biasa mempesonanya.
"Apa gue sempet di apa-apain ya sama mereka?" gumamnya.
Nada menggelengkan kepalanya. "Gak deng, gue masih ingat bener sampe di situ. Cowok itu tiba-tiba nongol aja kayak jelangkung dan langsung gebukin 2 cowok bajingan itu" gumamnya lagi yakin dengan apa yang ada di pikirannya.
"Tapi ini Hoodie punya siapa ya?" Nada mengendus endus Hoodie yang kini ada di tangannya. Aroma maskulin dari Hoodie itu masuk dengan lembut ke indra penciuman Nada. Dan Nada suka parfum dari Hoodie tersebut. "Pasti dari cowok itu kan cuma tu cowok yang pakai baju item malam itu" ucap Nada yakin mengingat malam itu.
Nada tiba-tiba langsung duduk dari rebahannya. "Dia gak apa-apain gue kan? Gue masih perawan kan?" Nada menutup tubuhnya dengan menyilangkan kedua tangannya. "Gak, gak, dia keliatan banget cowok alimnya gak mungkin apa-apain gue" sangkalnya pada pikirannya yang sudah negatif duluan.
Tapi sungguh pikirannya membuatnya resah. "Ah, bisa gila gue kalau terus mikirin dia. Malah ganteng banget lagi mukanya buat gue susah lupa" Nada mengusap wajahnya dengan kasar.
Ting!
Notifikasi pesan WhatsApp di ponselnya membuat akal sehatnya kembali.
Papa
Nada membuka pesan WhatsApp dari Lingga.
Nanti malam ada acara di restoran favorit kita. Papa mau kenalin kamu sama calon suamimu.
Nada berdecak kesal melihat isi pesan yang di kirim oleh Lingga, Lingga benar-benar seenaknya sendiri. Nada kira perjodohan itu sudah dibatalkan akibat Nada ngambek dan terjadi kecelakaan pada Nada malam itu tapi ternyata masih berlanjut.
"Gimana caranya biar perjodohan ini batal?" gumamnya sembari memutar otak.
Merasa frustasi Nada pun segera keluar dari dalam rumahnya. Ia melihat Bu Kirana tetangganya sedang bermain dengan Samuel—anaknya yang masih berusia 4 tahun.
"Hai El?" sapa Nada pada bocah itu.
Samuel yang memang sangat akrab dan hapal dengan wajah Nada pun melambaikan tangannya sembari tersenyum manis. "Ai mbak nata" balas Samuel dengan suara yang belum fasih.
"Numben baru buka pintu Nad?" ucap Kirana ia sangat hafal dengan nada yang biasanya sudah keluar rumah sejak pukul 7 pagi entah itu ikut bi Ina—ARTnya belanja di tukang sayur yang lewat atau menyapu halaman depan rumahnya.
Nada malah tertawa garing "kesiangan buk" seraya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Iih, anak gadis apa si Nada hari gini baru bangun tidur, jangan bangun siang-siang entar jodohnya Om-Om baru tau rasa" Nada tidak menanggapi ucapan buk Kirana "o yah, bilang bapak kamu sakit. Udah baikan kamu?" lanjut Kirana.
"Alhamdulillah buk udah."
"Syukurlah Nad kalau gitu."
Nada menganggukkan kepalanya. Sejenak ia melirik Kirana seklias "buk Kirana tau gak ya tentang anggota papa yang berpangkat letnan satu dan mau di jodohin sama gue. Secarakan lakinyakan anggota papa juga dan dia pasti sering kumpul sama ibu-ibu Persit di kesatuan. Pasti dia kenal juga kan sama tu cowok" batin Nada sembari menatap Kirana.
"Kenapa kamu natap ibuk sebegitunya?" tanya Kirana yang menyadari Nada sedari tadi menatapnya dengan wajah penuh tanya.
Nada terkekeh. Ia harus coba bertanya siapa tau Kirana mengenalnya. " Nada boleh nanya buk?"
Kirana menghentikan aktivitas menyuapi Samuel dan menatap Nada "nanya apa?"
"Ibu kenal sama anggota papa yang namanya Saga? Kalau gak salah pangkat dia letnan satu."
Kirana kaget, ia menatap intens Nada dan tiba-tiba tersenyum jahil.
"Ciee... Kamu naksir sama Lettu Saga ya? Gak heran sih, wong orangnya genteng banget, siapapun yang liat dia pasti langsung naksir."
"Diih, Nada gak naksir tuh buk, Nada juga gak tau mukanya gimana. Nada cuma mau tau aja, ibu kenal gak? Tapi kayaknya ibu kenal sih sama tu cowok."
Kirana mengangguk "siapa sih yang gak kenal dia, hampir semua ibu Persit kenal dia. Kamu aja yang ketinggalan Nada. Kalau kamu kenal dia kamu tu cewek yang ke 100 atau yang ke 1000 yang naksir sama dia" ucap Kirana seolah melebih-lebihkan.
"Buset, emang seganteng apa sih buk tu letnan sampe ibu segitunya."
"Ganteng banget Nada. Nih ya dia tu juga bukan cuma ganteng, tapi Soleh lagi. Siapapun yang jadi istrinya nanti pasti beruntung dapat imam yang baik seperti lettu Saga."
"Sebegitu bagusnyakah tu cowok sampe buk Kirana memujinya dengan berlebihan kayak begini" batin Nada.
"Kamu tau gak Nad, Lettu Saga tu gak pernah kemana-mana, gak pernah neko-neko atau keluar malam mingguan. Taunya tugas, dinas, asrama dan mesjid" tambah Kirana.
Nada mengerutkan keningnya heran, bukan heran dengan Saga tapi heran dengan tetangganya satu ini, sebegitu pahamnya dia akan letnan satu itu. "Iih ibuk kayaknya paham bener tentang letnan satu itu. Jangan-jangan ibu juga naksir ya sama dia? Awas loh Nada laporin Om Anjas loh" ledek Nada "ya El nanti aduin sama papa ya kalau mama kamu genit" tambah Nada mengkompori Samuel yang belum mengerti.
"Sip mbak" walaupun belum paham, Samuel tetap mengacungkan jempolnya pada Nada seakan akan menuruti perkataan Nada.
Kirana mendengus "Halah, soal lettu Saga itu bukan hal yang lumrah Nada. Semua ibu persit juga gosipin dia dan berandai-andai kalau Lettu Saga di jadiiin mantu mereka. Kamu aja yang ketinggalan. Makannya sekali kali main ke kesatuan."
"Sampe ada yang bilang kalau Lettu Saga itu sukanya sama cowok. Karena di lihat dari sisi manapun dia gak pernah deket dan tertarik sama cewek gitu. Dan kadang ibu-ibu Persit blak-blakan minta dia jadi mantu mereka, tapi Lettu Saga selalu menolak" lanjutnya lagi.
Nada langsung terkejut dengan ucapan Kirana. Tunggu, tunggu tadi katanya Lettu Saga selalu nolak jadi menantu ibu-ibu Persit di kesatuan, tapi kenapa sekarang kayaknya dia nerima jadi mantu papanya?
Apakah ini keberuntungan untuk Nada?
Walaupun Kirana mengatakan Lettu itu gantengnya luar biasa dan jadi pujaan ibu-ibu Persit. Nada tetap pada pendiriannya, dia akan membatalkan perjodohan ini bagaimanapun caranya. Dan lagi Nada sekarang punya alasan untuk tidak menerima perjodohan itu. Selain karena dia sudah menemukan tambatan hati yang saat ini entah di mana rimbanya, Nada juga merasa geli akibat Kirana yang mengatakan Kalau Saga itu belok. Enggak-enggak ya kali Nada mau nikah sama cowok belok.
Dan 1 lagi, Nada hanya akan menikah dengan pria yang menolongnya itu bagaimana pun ceritanya dia harus menemukan pria itu. Nada benar-benar sudah jatuh dalam pesona pria yang menolongnya itu, hanya pria itu yang mampu membuat jantungnya berdebar tidak karuan.
Bagaimanapun ceritanya Nada harus mencari pria itu sampai ke ujung dunia sekalipun akan Nada cari.
Cewek sableng!
Nada masuk kembali ke dalam rumah dan menghubungi Sahabatnya, Tasya.
"Halo, ada apa?" suara Tasya di seberang sana.
"Dimana?"
"Dirumah, kenapa?"
"Jemput gue di rumah sekarang, lo harus bantu gue."
"Bantu apa Maimunah?"
"Entar gue jelasin, buruan dah jemput!!"
"Kok lo yang nyetel bangsat!"
Nada langsung memutuskan sambungan tersebut membuat Tasya menjadi naik pitam. Tapi walaupun begitu ia tetap menjemput Nada ke rumahnya dengan mobil. Mereka pun pergi dari sana.
"Mau minta bantuin apa sih?" tanya Tasya yang memang sudah penasaran sejak Nada menghubunginya tadi.
"Lo punya koleksi baju seksi yang h*t kan sya?"
Tasya menganggukkan kepalanya.
"Gue pinjem satu aja buat gue pakai, boleh?"
Tasya langsung menginjak pedal remnya sangking kagetnya dengan pernyataan Nada barusan. "Wait, wait. Lo bilang apa barusan? Lo mau pakai baju seksi? Gue gak salah dengarkan?" bukan gimana ye, si Nada ini anak papih dan gak bakalan pernah pakai baju seksi seperti Tasya, pahanya keliatan sedikit aja bapaknya ngamuk kayak barongsai. Apa lagi sampe dia pakai baju seksi nan h*t seperti apa yang Nada katakan barusan bisa di gantung tu bocah di atas tiang bendera.
Nada mengangguk. Melihat Nada mengangguk Tasya semakin tidak habis pikir. "Iih gilak ni anak. Entar lo kena semprot sama bokap lo baru tau rasa."
"Bodo amatlah. Kalau gak kayak gitu entar perjodohan gue benar-benar terjadi sya. Gue gak mau!"
"Gue mohon sya ya, please..." Nada menunjukkan puppy eyesnya pada Tasya dan itu membuat Tasya luluh.
Mereka pun akhirnya sampai di rumah Tasya dan naik ke lantai 2 dimana letak kamar Tasya berada.
"Kalau soal baju seksi dan h*t, lo datang pada orang yang tepat" ucap Tasya jumawa. Ia membuka lemari yang isinya baju kurang bahan semua menurut Nada.
Mereka mencoba satu-persatu baju tersebut. Nada terkadang bergidik ngeri melihat baju kurang bahan milik Tasya yang memperlihatkan jelas belahan dadanya, lekuk tubuhnya serta paha putih mulusnya.
Bukan sok alim atau bagaimana. Nada ini memang bandel, nakal tapi untuk berpakaian seksi, Big no! Papanya pasti akan marah besar jika melihat Nada memakai pakaian yang menurutnya bisa membuat orang lain berdosa melihatnya. Tapi sekarang ia akan lakukan hanya demi perjodohan ini batal. Sekalipun Nada malu pada dirinya sendiri karena mengenakan pakaian seperti itu, ia tetap rela melakukannya demi perjodohan ini batal. Persetan dengan papanya yang akan marah, Nada benar-benar tidak perduli dengan itu sekarang.
"Wah itu kayaknya cocok Nad, menggoda iman banget" ucap Tasya setelah melihat dress dengan tali kecil dan memperlihatkan belahan dadanya dan paha mulus yang di kenakan Nada. "Entar tu cowok pasti langsung batalin perjodohan ini deh setelah ngeliat lo pakai baju kayak gitu. Secarakan lo bilang tu cowok Soleh banget."
Nada mengangguk "bokap gue bilang sih gitu."
Nada memoles wajahnya sendiri, karena Nada memang ahli dalam hal itu. Ia berniat membuat make up yang agak menor dan terlihat tua, agar pria itu makin risih dan membatalkan perjodohannya.
"Loh, kok malah tambah cantik sih Nada?" ucap Tasya setelah melihat make up yang di buat Nada bukannya menor yang di inginkan tapi malah sangat cantik membuat siapapun tambah terpesona melihatnya.
"Lah, iya ya? Gimana dong muka gue emang udah cantik dari sononya ya mau di jelekin juga tetep masih kelihatan cantik sya."
"Ye si anjir!" Umpat Tasya mendengar kenarsisan sahabatnya ini yang sayangnya memang benar.
Kira-kira kayak gini baju yang di pakai Nada.
...Jangan lupa like and comment👍...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!