" Tolong..."
" Tolong.."
Teriakan minta tolong itu terdengar keras di telinga Arsyila yang tengah berjalan santai di jembatan yang berada pinggir danau ia berada.
Arsyila melirik ke kiri dan kanan nya, saat itu cuaca masih sangat pagi, tak banyak orang yang mengunjungi danau , hanya Arsyila yang terlihat datang di danau itu.
" Tolong..."
" Tolong.."
Suara teriakan itu kembali terdengar, kali ini tidak sekeras teriakan awal yang Arsyila dengar, Arsyila pun bergegas berlari dan mencari sumber suara.
Dari kejauhan, Arsyila melihat seorang anak kecil melambaikan tangannya , dengan sesekali menyumbulkan kepalanya kemudian kembali tenggelam ke dalam air , Arsyila sudah bisa menebak bahwa anak itu tidak bisa berenang dan dia lah yang berteriak minta tolong.
Tanpa berpikir panjang, Arsyila segera berlari menuju anak kecil itu , Arsyila melepas sepatu nya kemudian terjun ke air dan berusaha menyelamatkan nya.
" Apa yang wanita itu lakukan ? "
Di saat bersamaan , Rasya juga berada di danau dan melihat Arsyila terjun ke dalam air. Awalnya Rasya merasa sedikit aneh melihat seorang wanita di pagi hari dengan udara yang sangat dingin ini terjun ke danau. Terlebih tidak ada orang lagi di sana selain mereka.
Rasya masih bersikap santai, namun lama kelamaan Rasya merasa sedikit khawatir karena wanita yang ia lihat terjun ke danau tak muncul di permukaan.
Raut wajah Rasya pun berubah panik, Rasya melepas sepatu dan Hoodie yang ia pakai kemudian tanpa aba-aba langsung terjun ke air untuk mencari Arsyila.
Air danau terasa sangat dingin saat menyentuh tubuh Rasya, namun hal itu tak Rasya hiraukan karena Rasya khawatir akan wanita yang ia kira ingin melakukan aksi bunuh diri itu.
Rasya mencoba berenang sedikit dalam dan akhirnya melihat Arsyila. Rasya mempercepat langkahnya berenang dan berhasil menarik kaki Arsyila.
Merasa kaki nya di sentuh, Arsyila sontak kaget dan melihat ke arah Rasya. Rasya memegangi tangan Arsyila dan memberi isyarat kepada Arsyila untuk naik dan ia ingin membawa Arsyila kembali ke daratan.
Arsyila merasa kesal dengan apa yang Rasya lakukan, Arsyila menarik kembali tangan Rasya dan memberi isyarat bahwa tidak hanya mereka berdua di sana.
Arsyila menunjukkan tangannya ke dasar danau, Rasya akhirnya mengerti dan meminta Arsyila untuk naik dan kembali ke daratan.
Arsyila merasa nafasnya juga sudah tak kuat dan akhirnya mengikuti perintah Rasya.
Arsyila akhirnya naik ke daratan dan menunggu Rasya bersama anak kecil itu di tepi danau.
" Semoga aja mereka berdua selamat "
Arsyila memanjatkan doa di dalam hatinya.
Tak berselang lama, Rasya menampakkan dirinya di atas air, Arsyila tersenyum melihat Rasya yang berhasil membawa anak kecil itu bersamanya.
Sampai di tepi danau, Rasya membaringkan bocah lelaki yang berumur berkisar tujuh tahun itu di atas tanah yang berumput.
" Dia masih hidup "
Rasya memeriksa denyut nadi bocah lelaki itu dan masih bisa merasakan nya. Rasya langsung memberikan nafas buatan kepada bocah lelaki itu.
Arsyila hanya terdiam dan takjub dengan gerakan cepat dan sigap yang di lakukan oleh Rasya, Rasya sudah terlihat sangat ahli dan mahir dalam memberi bantuan hidup sementara kepada bocah lelaki itu.
" Uhuk...uhuk...uhuk... "
Suara batuk terdengar dari bocah lelaki tadi dengan di iringi keluarnya air dari dalam mulutnya.
Rasya terdengar menghela nafas panjang, Rasya bersyukur akhirnya bocah lelaki di depannya selamat. Dan Arsyila merasakan hal yang sama.
Setelah bocah lelaki itu sadar, Rasya dan Arsyila menghubungi ambulance dan ikut bersama membawa bocah lelaki itu ke rumah sakit.
" Pakai ini "
Rasya memberikan hoodie miliknya yang ia bawa dan tidak basah karena sebelum terjun ke air, Rasya sudah melepasnya terlebih dahulu.
" Gak usah gak apa kok , baju aku udah kering juga "
Pakaian Rasya dan Arsyila sudah basah sejak di danau, dan mereka belum berganti pakaian sama sekali hingga sampai di rumah sakit. Arsyila mengelak karena merasa tidak nyaman jika harus menerima Hoodie itu sedangkan Rasya juga membutuhkannya, karena pakaian mereka sama-sama basah.
Rasya berjalan mendekat ke arah Arsyila, tentu membuat Arsyila terkejut karena jarak mereka sangat dekat.
Arsyila merasakan detak jantungnya berdetak kencang saat kedua mata mereka saling bertemu.
" Pakailah "
Rasya lalu melemparkan Hoodie nya kepada Arsyila sehingga menutupi tubuh bagian depan Arsyila, sekaligus membangunkan Arsyila dari lamunannya.
" A..a..aku.."
Arsyila terdengar berbicara gugup, tentu saja gugup karena di tatap dengan sangat dekat oleh Rasya.
" Pakai aja, gak usah ngelak. Kamu gak sadar kalau dalaman kamu kelihatan karena baju kamu basah "
" Apa ?? "
Arsyila bergumam dalam hati, seketika kedua pipi Arsyila memerah karena ia juga baru menyadari jika dalaman nya terlihat sangat jelas sebab Arsyila hanya memakai baju kaos berwarna putih. Jika terkena air tentu sangat tampak terlihat , Arsyila juga tidak memakai baju lapisan lagi sebelumnya.
Arsyila pun bergegas memakai Hoodie yang Rasya berikan. Dengan sesekali menatap Rasya, wajah Rasya yang terlihat sangat dingin, sama halnya dengan dingin air danau yang Arsyila rasakan.
" Kamu pulang aja, biar aku yang nungguin anak ini sampai orangtua nya datang "
Arsyila membuka suara nya terlebih dahulu sembari melihat Rasya, Rasya hanya diam saja sembari menatap bocah lelaki di depannya, Rasya tidak menjawab ucapan Arsyila.
" Kok diam aja sih, udah deh kalau gitu aku gak mau ajak dia ngomong lagi, sikap dinginnya melebihi dinginnya air di danau tadi "
Arsyila kembali bergumam di dalam hatinya.
" Nah kan malah pergi "
Rasya tiba-tiba pergi tanpa mengatakan apapun kepada Arsyila.
" Dasar lelaki aneh, lagi kebelet mungkin ya, makanya pergi gitu aja "
Arsyila hanya bisa berbicara sendiri, kemudian Arsyila kembali menatap bocah lelaki di depannya.
" Devan...anakkuu...!!! "
Suara seorang wanita mengejutkan Arsyila. Arsyila lantas berdiri ketika wanita itu datang, Arsyila tentu bisa menebak kalau wanita itu adalah ibu dari anak itu.
" Devan...ya tuhan..maafkan ibu sayang..maafkan ibu.. "
wanita itu menangis sembari memeluk Devan, bocah lelaki itu bernama Devan.
" Tenang Bu , anak ibu baik-baik aja "
Awalnya wanita itu tidak menyadari adanya Arsyila, setelah Arsyila berbicara, barulah ia sadar dan melihat ke arah Arsyila.
" Kamu..kamu yang udah nyelamatkan anakku kan, terima kasih nak, terima kasih "
Wanita itu memeluk Arsyila dan kembali menangis.
" Bukan saya Bu, saya cuma bantu bawa anak ibu sampai ke rumah sakit, ada cowok yang udah nyelamatkan anak ibu, cuma orangnya lagi keluar "
" Tapi..ibu dengar dari polisi yang ada di depan, kamu juga ikut menyelam dan menyelamatkan anak saya "
" Iya Bu, tapi saya gak berhasil dan kembali ke tepi danau "
" Tidak apa nak, tetap saja kamu juga selamatkan anak saya. Terima kasih banyak nak, oh ya siapa nama laki-laki yang nyelamatkan anak saya , dimana dia ? "
" Namanya..aduh..aku gak tau namanya siapa ? "
Arsyila kembali bergumam dalam hati, karena ia benar-benar tidak tahu tentang Rasya.
Setelah cukup lama berbincang dengan ibu nya Devan, Arsyila akhirnya keluar dari ruangan rawat Devan dan berencana pulang. Hingga sampai saat itu , Rasya pun tak terlihat.
" Dimana cowok es itu ya ? Aneh banget kok gak balik-balik "
" Hacim..."
" Hacim.."
Arsyila mulai bersin-bersin, tentu gelaja flu sudah mulai menyerangnya karena kejadian penyelamatan Devan di danau.
" Permisi "
Seorang wanita cantik dengan pakaian rapi datang menghampiri Arsyila.
" Iya, ada apa mbak ? "
" Maaf mbak ini ada titipan , saya di minta untuk kasih ke mbak "
Wanita itu memberikan kantung plastik yang berisi minuman dan makanan untuk Arsyila.
" Untuk saya mbak ? dari siapa ? "
" Dari laki-laki yang tadi datang bersama mbak , kalau gitu saya permisi ya mbak "
Setelah memberikan nya kepada Arsyila, wanita itu pun pergi.
" oh ya mbak terima kasih "
Arsyila memperhatikan isi dari kantung plastik yang ia pegang. Arsyila lalu mencari kursi untuk duduk.
" laki-laki yang datang bareng aku ? Cowok es itu maksudnya ? "
Arsyila mengambil isi dari dalam kantung plastik itu. Di dalamnya terdapat botol minuman hangat dan juga sebuah kotak makan yang terbuat dari steorofoam.
" Eh ada tulisannya "
Secarik kertas menempel di atas kotak makan itu.
Nama ku Rasya
Arsyila tersenyum melihat tulisan yang ada di secarik kertas itu.
" Oh..jadi nama nya Rasya.."
Arsyila masih saja tersenyum, Arsyila membuka kotak makan itu dan ternyata berisi bubur ayam yang memang makanan favorit Arsyila.
" Ternyata..perhatian juga "
Arsyila kembali bergumam dalam hatinya , ia langsung melahap bubur ayam yang Rasya beri untuknya dengan senyum yang tak hilang dari wajah Arsyila.
To be continue
Sampai di sana, kedua orang tua bocah lelaki itu datang dan sangat-sangat berterima kasih kepada Rasya dan Arsyila karena sudah menyelamatkan anak mereka.
Bocah lelaki itu datang ke danau tanpa sepengetahuan kedua orangtuanya, bo
Setiap hari Arsyila selalu menyempatkan dirinya untuk pergi ke danau tempat dimana ia dan Rasya bertemu. Arsyila juga selalu membawa totebag yang berisi Hoodie milik Rasya.
Arsyila berharap bisa kembali bertemu dengan Rasya dan mengembalikan Hoodie milik Rasya, namun sudah beberapa bulan pertemuan nya itu , Arsyila tidak bertemu lagi dengan Rasya.
" Syila..kamu di panggil Bu Wuri , langsung ke kantor aja katanya "
" Emangnya ada apa Rin ? "
" Gak tau juga "
" Ya udah kalau gitu aku ke sana dulu, oh ya titip ini ya , jangan sampai hilang "
Arsyila menaruh totebag yang berisi Hoodie milik Rasya di atas meja Rina teman sekelasnya.
" Ya ampun Syila..taruh aja di bawah , ngapain taruh di atas meja aku "
" Biar kamu fokus ngejagain , ini punya orang loh Rin, ntar kalau hilang gimana ? "
" Kalau takut hilang kenapa gak di simpan di rumah aja sih, di bawa terus kemana-kemana , palingan juga yang punya ini sudah gak peduli lagi, Kalau aku jadi kamu udah ku jual ni Hoodie "
Arsyila menatap tajam Rina karena Rina kembali berbicara ingin menjual Hoodie milik Rasya.
Arsyila tidak hanya membawa totebag yang berisi Hoodie itu saat ia pergi ke danau, namun Arsyila membawa nya kemana pun ia pergi.
Arsyila takut jika suatu saat ia bertemu dengan Rasya dan ia tidak bisa mengembalikan Hoodie itu karena tidak membawa nya.
" Awas ya kalau ngomong jual-jual terus, ini tuh punya orang Rina !! "
" Ya..ya.. sudah sana pergi,,ntar keburu masuk kelas, jangan lupa kalau balik bawain aku minuman dingin ya Syila , uang keamanan jagain ini barang kesayangan kamu "
Dengan wajah memelas sembari memeluk totebag itu, Rina meminta Arsyila membelikannya sesuatu. Arsyila pun tersenyum melihat wajah Rina yang terlihat sangat jelek.
" Iya..ya udah aku pergi dulu "
Arsyila mempercepat langkahnya dengan berlari kecil menuju ruang guru untuk menemui Bu Wuri.
" Bu Wuri "
" Oh iya Syila.. Masuk sini duduk "
Arsyila menarik kursi di depannya dan duduk tepat di depan Bu Wuri.
" Ada apa ibu panggil saya ? "
Bu Wuri tersenyum, senyum tipis yang nyaris tak pernah terlihat. Pasalnya Bu Wuri terkenal sebagai wali kelas mereka yang sangat kejam dan tak pernah tersenyum.
" Ibu cantik kalau senyum gitu Bu, apalagi senyumnya setiap hari "
Arsyila mencoba menggoda Bu Wuri, ya walaupun sebenarnya ucapannya memang benar adanya. Menurut Arsyila, wali kelas nya yang terkenal killer itu terlihat sangat cantik saat tersenyum.
" Jadi kamu mau nya ibu senyum terus setiap saat, bisa di anggap orang gila saya kalau senyum - senyum terus "
Arsyila melipat bibirnya, berusaha menahan tawa nya mendengar ucapan Bu Wuri.
" Gak usah di tahan - tahan, kalau mau ketawa, ya ketawa aja "
" Hehe...gak kok Bu , maksud Syila itu ibu harus sering-sering senyum , senyum itu kan ibadah Bu "
" Kamu nasehatin saya ? "
Bu Wuri menaikkan sedikit nada suaranya dengan menatap tajam Arsyila. Sosok killer nya kembali datang.
" Bukan Bu,, oh ya kenapa ibu panggil Arsyila ke sini ? "
Arsyila mencoba mengalihkan pembicaraan agar Bu Wuri tidak jadi marah kepadanya.
" Minggu depan sekolah kita kedatangan siswa dan siswi SMA Bunga Bangsa "
" Hah !! SMA yang terkenal itu bu ? mereka ngapain ke sekolah kita Bu ? "
" Hanya kunjungan saja, dan mereka berencana akan melakukan sparing dengan bermain basket melawan siswa - siswi di sekolah kita "
" Hanya kunjungan dan cuma main basket, gak ada manfaatnya Bu "
" Arsyila..tentu saja ada manfaatnya , mereka kan sekolah terkenal, setidaknya dengan kedatangan mereka ke sekolah kita, akan berdampak positif, sekolah kita juga akan ikut terkenal, orang-orang yang sebelumnya tidak tahu tentang sekolah kita akan tahu dan tentu mencari tahu tentang sekolah kita "
Arsyila saat ini duduk di bangku kelas 2 SMA yang bernama SMAN Bakti Jaya. Walaupun sekolah mereka tidak cukup terkenal, SMAN Bakti menampung cukup banyak murid karena tentu biaya sekolah yang murah yang menjadi sasaran bagi orang-orang yang berada di kalangan menengah dan bawah, tidak seperti SMAN Bunga Bangsa yang sangat terkenal dengan murid yang lumayan banyak pula, dengan bangunan sekolah dan infrastruktur sekolah yang memadai, tentu dengan biaya sekolah yang tak murah pula.
" Baiklah Bu..lalu apa hubungannya dengan Arsyila ? "
Bu Wuri kembali menatap Arsyila dengan tatapan tajam.
" Kamu itu ketua OSIS di sekolah ini kan Arsyila, jadi kamu bertanggung jawab untuk membuat sambutan kedatangan mereka nanti nya "
" Sambutan ?? "
" Ya sambutan !! Ada beberapa hal juga yang harus di perhatikan dan disiapkan , nanti ibu akan kasih tahu kamu apa yang harus di lakukan, yang pasti siapkan saja dirimu dan juga anggota OSIS lainnya "
Arsyila menarik nafas panjang, tentu hal ini tidak akan mudah, dan Arsyila akan sibuk dalam beberapa Minggu ini hingga Minggu depan kedatangan mereka.
" Baiklah Bu, kalau begitu Arsyila permisi "
Bu Wuri hanya menganggukkan kepalanya dan kembali bekerja untuk membuat beberapa rangkuman pekerjaan dan persiapan yang harus Arsyila lakukan untuk penyambutan para siswa dan siswi SMAN Bunga Bangsa.
" Akhirnya datang juga, lama banget sih "
Rina memindahkan totebag yang ia jaga sejak tadi dan menaruhnya di atas meja Arsyila.
" Kita bakalan sibuk Minggu ini sampai Minggu depan Rin "
" Sibuk ? emangnya ada apa ? "
" Kita bakalan kedatangan tamu "
" Pantes aja di panggil sama Bu Wuri, asik dong Syila, berarti selama itu kita gak belajar "
Arsyila beranjak kemudian mencubit lengan Rina.
" Aduh..aduh..sakit Syila.. "
" Malah senang gak belajar, gimana mau pinter kalau kamu pikirannya gitu terus , rasain nih..enak kan..geli kan.. "
Kini Arsyila kembali menggelitik perut Rina , sehingga membuat Rina tertawa.
" Sudah ah Syila..oh ya kita kedatangan tamu dari mana ? "
" Mau tau aja, atau mau tau banget ? "
" Mau tau banget dong "
" Aku lupa beliin kamu minuman, bentar ya aku beliin dulu "
" Ihh Syila..jawab dulu tamu nya dari sekolah mana ? "
" SMAN BUNGA BANGSA........"
Arsyila keluar dari kelas mereka sembari berteriak kepada Rina.
" SMAN Bunga Bangsa ? Astaga...Arsyila..tunggu aku... !! "
Rina keluar dari kelas mengejar Arsyila, Rina mengejar Arsyila untuk kembali mewawancarai nya.
" Dimana Arsyila ?? "
Bu Wuri bersama kepala sekolah dan beberapa anggota OSIS lainnya tengah berkumpul menunggu kedatangan siswa siswi dari SMAN Bunga Bangsa.
" Belum datang Bu, mungkin sebentar lagi "
Rina menjawab pertanyaan Bu Wuri yang sudah tampak khawatir karena Arsyila belum menunjukkan batang hidungnya.
" Mereka sudah datang "
" Baiklah semua bersiap, Rina kamu gantikan Arsyila dulu, pegang bunga ini "
" Baik Bu "
Para siswa dan siswi SMAN Bunga Bangsa telah tiba, mereka datang dengan mengendarai bus sekolah yang tentu tidak tampak seperti bus sekolah pada umumnya, bus itu terlihat sangat bagus dan modern.
Satu persatu siswa dan siswa dari SMAN Bunga Bangsa turun dari bus mereka.
Keriuhan terjadi saat mereka turun dari mobil sampai mereka tiba di dalam sekolah , tentu saja kebanyakan yang membuat keriuhan adalah para siswi - siswi yang terpesona melihat para siswa SMAN Bunga Bangsa yang begitu tampan.
Sebelum mereka memulai aksi mereka untuk bermain basket dan melawan siswa SMAN Bakti Jaya, mereka terlebih dahulu berkumpul di sebuah aula sederhana untuk mendengarkan beberapa ucapan sambutan.
" Arsyila belum datang ? "
Bu Wuri kembali bertanya kepada Rina dan Rina menjawab dengan menganggukkan kepalanya.
" Arsyila mungkin aja sengaja gak sekolah Bu, mungkin malu pidato di depan banyak orang, dan alhasil bikin sekolah kita malu "
" Kamu bisa diam gak Dit "
Rina tak hanya diam mendengar Dita yang mulai bertingkah , Dita teman sekelas mereka yang juga salah satu anggota OSIS, namun sangat tidak menyukai Arsyila.
" Sudah..sudah..cepat hubungi Arsyila, sebentar lagi dia harus pidato untuk mewakili para siswa dan siswi "
Rina pun segera keluar untuk menunggu Arsyila di depan pintu gerbang.
" Rina......!! "
Dari kejauhan Arsyila berlari menuju ke arah Rina sembari memanggilnya.
" Ya ampun Arsyila, kamu dari mana aja "
Arsyila mencoba mengatur nafasnya, ia begitu lelah karena harus berlari agar cepat sampai ke sekolah mereka.
" Nanti aku jelasin, oh ya mereka sudah datang kan , aku harus cepat masuk kedalam "
" Iya Syila "
Arsyila dan Rina masuk ke dalam sekolah, Dita yang melihat kedatangan Arsyila terlihat sangat kesal.
" Arsyila..syukurlah kamu datang, ayo cepat ke depan, dari tadi kamu sudah di tunggu "
" Baik Bu "
Arsyila pun berjalan ke depan , para siswa SMAN Bunga Bangsa saling berbisik saat melihat Arsyila, mereka saling memuji Arsyila yang memilki wajah cantik.
Sebelum memulai pidatonya, Arsyila menarik nafas panjang terlebih dahulu, tentu saja karena Arsyila merasa sedikit gugup, walaupun sudah terbiasa berpidato di depan banyak orang, rasa gugup itu selalu hadir dalam diri Arsyila.
Saat membaca pidatonya di depan para guru dan siswa siswi SMAN Bunga Bangsa, Arsyila tidak menyadari bahwa ada salah satu orang siswa yang berdiri dari balik pintu yang sedang memperhatikan nya. Bahkan melihat Arsyila tanpa berkedip sedikitpun.
To Be Continue
Keriuhan terdengar saat permainan basket antara SMAN Bunga Bangsa dan SMAN Bakti Jaya di mulai. Para siswa dan siswi bersorak saat salah satu dari perwakilan sekolah itu mencetak angka.
Tentu saja yang lebih heboh adalah para siswi-siswi dimana mereka juga masing-masing mencari perhatian para siswa SMAN Bunga Bangsa.
" Dit..kamu liat deh cowok itu, ganteng banget Dit. Pesona nya beda dari yang lain, kok dia gak ada ya pas penyambutan kita tadi ? "
Dita dan para gengnya tentu mendapat barisan paling depan dan paling dekat dengan para pemain basket dari SMAN Bunga Bangsa.
" Iya..kayaknya dia baru datang "
Dita tersenyum melihat laki-laki itu yang merupakan siswa dari SMAN Bunga Bangsa, yang memilki paras tampan dan juga menjadi pusat perhatian para siswi di sana semenjak kedatangannya.
" Dit..kita harus kenalan sama dia tuh, harus bisa gimana pun caranya "
" Tenang aja..serahkan sama Dita !! "
Dita tersenyum sembari memandang laki-laki itu, dengan percaya diri ia yakin bisa berkenalan dengan laki-laki itu dengan mudah , seperti kebanyakan laki-laki tampan yang ia sukai, dimana mereka tentu tidak akan menolak pesona dari seorang Dita.
" Syila..kamu cari apa ? Ayo kita liat anak-anak main basket, mereka udah mulai dari tadi "
Rina menghampiri Arsyila di dalam kelas , Arsyila tampak sibuk memeriksa satu persatu meja teman sekelasnya dan membuka laci nya untuk mencari Hoodie milik Rasya yang hilang.
Arsyila tak menghiraukan Rina, ia masih sibuk mencari Hoodie itu.
" Syila..kamu cari apa sih ? "
" Hoodie aku Rin, Hoodie aku gak ada "
" Hoodie nya hilang ? Bukannya tadi di sini aja , tas nya ada "
" Iya ada, tapi isinya gak ada Rin "
Arsyila langsung duduk setelah memeriksa meja terakhir.
" Aku harus cari dimana lagi Rin ? Kayaknya ada yang nyuri deh, gimana dong Rin ? Kalau hilang gimana ? "
Arsyila tampak frustasi saat kehilangan hoodie milik Rasya, seperti kehilangan barang yang sangat berharga.
Rina menghampiri Arsyila dan mengelus lembut pundak Arsyila. Walaupun Rina tampak tak peduli dengan Hoodie itu dan sering menggoda Arsyila untuk membuang atau menjualnya, melihat sahabatnya bersedih tentu membuat Rina juga ikut bersedih.
" Aku bantu kamu cari ya, coba kita cari di depan, kalau perlu seluruh kelas di sekolah ini kita periksa "
Rina mencoba menenangkan Arsyila, dan mereka berdua keluar dari ruangan kelas untuk mencari Hoodie itu.
Arsyila dan Rina saling berpencar untuk mencari Hoodie itu. Mereka berdua tak lagi peduli dengan keriuhan yang terjadi di lapangan basket.
" Oh ya Dit, aku gak liat Arsyila sama si Rina "
Dita tersenyum tipis mendengar ucapan salah satu temannya, Dita seolah tahu bahwa Arsyila tidak baik-baik saja saat ini.
" Gimana Syila ? Udah ketemu belum ? "
" Belum Rin "
" Tinggal toilet yang belum kita periksa, kamu ke toilet cewek-cewek, biar aku ke bagian yang cowok "
" emang gak apa Rin meriksa toilet cowok ? "
" Gak apa Syila, tenang , serahin aja sama aku "
" Baik Rin "
Mereka berdua kembali berpencar, karena jarak toilet wanita tidak terlalu jauh dari tempat Arsyila berada, Arsyila sudah sampai di depan pintu toilet dan langsung masuk ke dalam.
Di dalam terdapat beberapa kamar kecil , dan Arsyila membuka pintu nya satu persatu, Arsyila tidak menemukan apapun setelah memeriksa nya.
Arsyila pun berbalik badan menghadapi cermin besar yang ada di sana. Arsyila mengambil air di keran dan membasuh wajahnya , Arsyila sempat beberapa kali meneteskan air mata karena belum menemukan hoodie itu.
" Apa itu ? "
Saat mengambil secarik tisu, Arsyila melihat seuntai kain yang menyumbul keluar dalam bak sampah yang terdapat di sana.
Arsyila lalu membuka tutup bak sampah itu, Arsyila mengambilnya dan ternyata Hoodie Rasya lah yang ada di tempat bak sampah.
" Hoodie nya..kenapa jad begini ? "
Arsyila membentangkan Hoodie itu di depannya.
" Ini memang milik Rasya..tapi..hiks..hiks..hiks.."
Arsyila menangis , tentu Hoodie itu sudah tak utuh lagi, Hoodie milik Rasya sudah tak terlihat baik karena begitu banyak robekan di bagian sisinya, terlihat sekali bahwa hoodie itu dengan sengaja di gunting dan di robek, kemudian di buang.
" Maafin aku Rasya "
Arsyila sangat merasa sedih, entah mengapa walaupun ia tak mengenal Rasya, tapi hoodie itu seperti suatu hal yang sangat berharga bagi Arsyila.
Setelah cukup lama menangis, dengan berjalan lunglai, Arsyila keluar dari toilet sembari membawa hoodie Rasya yang sudah rusak dan robek itu.
Sesekali Arsyila menyeka air matanya, Arsyila merasa sangat sedih, Arsyila berjalan sembari memperhatikan hoodie Rasya yang sudah rusak. Arsyila tidak lagi menghiraukan sekelilingnya.
" ARSYILA....AWAS....!! "
Rina berteriak dengan keras saat sebuah bola basket melayang mengarah pada Arsyila.
Arsyila lantas mendongakkan kepalanya melihat Rina. Namun seketika Arsyila merasakan sakit yang luar biasa di kepalanya saat bola basket itu dengan kerasnya mengenai kepalanya.
BRUKK....
Arsyila tiba-tiba pingsan karena benturan di kepalanya.
" ARSYILA....!! "
" ARSYILA..!! "
Semua orang berteriak , termasuk Rina yang langsung berlari ke arah Arsyila. Para guru dan teman-teman sekelas Arsyila juga berlarian untuk menghampiri Arsyila.
" Ya ampun Arsyila, Arsyila kamu gak apa kan ? "
Rina mencoba membangunkan Arsyila dengan menepuk-nepuk pelan pipi Arsyila.
" Rasya..kamu mau kemana ? "
Melihat Arsyila jatuh pingsan, tentu membuat Rasya tak tinggal diam. Rasya langsung berlari menghampiri Arsyila tanpa peduli dengan panggilan dari salah satu temannya.
" Eh Dit..kamu dengar gak namanya Rasya, dia mau kemana tuh ? Mau datangin Arsyila ? "
Dita tampak kesal melihat Rasya menghampiri kerumunan siswa siswi yang ingin melihat keadaan Arsyila.
Siswa tampan dari SMAN Bunga Bangsa itu ialah Rasya, yang menjadi pusat perhatian para siswi di sana termasuk Dita dan teman-temannya.
" Segera bawa dia ke UKS "
Suara lantang itu terdengar, wajah Rasya terlihat datar, namun sebenarnya Rasya sangat khawatir melihat keadaan Arsyila yang tak sadarkan diri.
Rasya mengambil alih Arsyila dari pangkuan Rina, sejenak semua orang di sana terdiam dan terpaku dengan apa yang di lakukan oleh Rasya.
Rasya langsung menggendong Arsyila ala bride style.
" Dimana UKS nya ? "
Rasya meninggikan sedikit suaranya, karena orang-orang di sekeliling nya tak menjawab pertanyaan nya.
" Di sebelah sana, ayo segera bawa ke UKS "
Salah seorang guru yang ada di sana menjawab pertanyaan Rasya, Rasya pun dengan segera membawa Arsyila ke UKS dengan di tuntun oleh salah seorang guru. Sedangkan siswa dan siswi yang lain yang ada di sana sudah mulai bubar, hanya Rasya, Rina dan juga beberapa guru yang membawa Arsyila ke UKS.
Rasya merebahkan Arsyila di atas tempat tidur kecil yang ada di dalam UKS, Rina memperhatikan apa yang di lakukan oleh Rasya, Rasya memperlakukan Arsyila dengan sangat lembut.
" Aku perlu minyak angin atau sejenisnya "
Pinta Rasya dan salah seorang guru yang bernama Bu Mirna, ada di sana memberikan botol kecil minyak angin kepada Rasya.
" Minta tolong Bu, oleskan ini di punggungnya "
" Baik nak "
Rasya berbalik badan saat Bu Mirna menyingkap sedikit pakaian sekolah Arsyila dan mulai menggosokkan minyak angin itu di punggung Arsyila.
" Ini cowok keren banget "
Rina bergumam dalam hatinya, mengagumi sosok Rasya karena tidak mengambil kesempatan dalam kesempitan dalam kejadian ini.
" Terima kasih nak sudah membantu membawa Arsyila ke sini "
" Sama-sama Bu "
" Maaf boleh tau siapa nama kamu nak ? "
" Nama saya Rasya, Bu "
" Nama aku Rina, kenalin , aku sahabat nya Arsyila "
Tanpa di minta, Rina mengambil kesempatan untuk berkenalan dengan Rasya. Rasya hanya tersenyum tipis melihat Rina.
" Rasya, baiklah terima kasih, kalau kamu ingin pergi, silahkan saja nak, teman-teman kamu pasti menunggu di luar , biar kami yang mengurus Arsyila di sini "
" Ya pergi saja Kak, Arsyila mungkin sebentar lagi sadar "
Rasya terdiam, ia memandang Bu Mirna dan Rina bergantian, Rasya bisa melihat Rina yang sedang memegang Hoodie miliknya, Rasya kemudian beralih memandang Arsyila yang terlihat pucat dan masih tak sadarkan diri.
" Rasya "
" Rasya "
Beberapa teman Rasya datang dan memanggilnya.
" Kita harus melanjutkan permainan, kami butuh kamu Sya "
" Hmm...baiklah, kalau begitu saya ijin pergi Bu "
" Baiklah nak "
" Makasih Rasya "
Rina tersenyum kepada Rasya dan mengucapkan terima kasih. Seperti biasa, Rasya hanya membalas ucapan terima kasih Rina dengan senyuman tipisnya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!