Di sebuah ruangan serba putih khas rumah sakit, aroma samar obat-obatan tercium dengan mudah di udara. Selain suara mesin-mesin medis yang secara teratur dan menambah suasana suram terdengar, tidak ada lagi suara lain yang mencemari udara. Di atas brangkar yang kokoh, seorang wanita paruh baya menutup matanya yang lemah. Di lengan kirinya terpasang selang infus sementara sebuah masker oksigen menutupi hampir separuh wajah pucatnya. Wajahnya pucat seakan tidak ada darah di dalam lapisan kulitnya. Jika dadanya tidak naik turun dengan lembut saat ia bernapas lemah, seseorang mungkin akan mengira jika dia telah meninggal.
Selain pasien di atas brangkar, seorang wanita muda duduk diam di samping. Menggenggam salah satu tangan yang bebas wanita paruh baya itu. Matanya sembab dan terlihat bengkak karena dia telah menangis semalaman tadi malam. Dia adalah Sassy Nindya Ayushita yang lebih sering dipanggil Sassy.
Semalam adalah kedua kalinya mamanya harus dilarikan ke rumah sakit akibat penyakit jantung yang dideritanya. Namun kali ini, penyakit sang mama jelas lebih parah dari yang pertama...
Tuti, mama Sassy telah ditinggal mati suaminya sejak Sassy berusia delapan tahun. Dan tidak pernah menikah lagi sejak papa Sassy meninggal karena sebuah kecelakaan. Karena itulah sejak kematian satu-satunya laki-laki di keluarga mereka, anak dan ibu itu selalu saling bergantung bersama. Jadi saat Tuti pingsan tadi malam, Sassy sangat takut.
Pintu perlahan terbuka dan seorang wanita masuk dengan hati-hati khawatir mengganggu pasien di dalam ruangan.
Sassy menoleh dan melihat wanita paruh baya yang sudah dikenalnya.
"Sassy, bagaimana keadaan Tuti?" Luna memegang tangan Sassy dengan khawatir.
"Dokter bilang mama harus segera melakukan operasi pemasangan ring, Tante." Jawab Sassy dengan nada rendah. Dua bulan yang lalu dokter telah menyarankan untuk pemasangan ring di jantung Tuti, namun Tuti menolaknya dengan tegas karena ia tahu jika anaknya tidak memiliki uang sebanyak itu. Dia tidak ingin membebani putri semata wayangnya. Jadi dia memaksa untuk pulang setelah kondisinya hanya sedikit lebih baik. Namun saat ini kondisinya drop dan lebih parah dari sebelumnya.
"Aish... Mamamu ini memang keras kepala." Luna mengeluh. Ia menghela nafas kasar.
"Kenapa kalian ribut sekali?" Suara Tuti yang serak dan lemas seketika membuat kedua orang di sampingnya menoleh.
"Mama sudah sadar?" Sassy segera bangkit dari duduknya. Menggenggam erat tangan mamanya dan bertanya dengan cemas.
Tuti tidak menjawab. Dia hanya menganggukkan kepalanya pelan saat ia tersenyum.
"Sassy panggil dokter dulu ma." Sassy segera menekan tombol di atas brangkar dan tak menunggu waktu lama dokter pun datang. Sassy mengikuti Luna keluar ruangan untuk dan membiarkan dokter memeriksa kondisi Tuti dengan tenang.
Sassy terkejut saat melihat seorang pria tampan yang duduk di kursi tunggu di depan ruangan. Pria ini hanya duduk dengan santai sambil memainkan ponselnya namun begitu menarik hingga menjadi pusat perhatian dimanapun. Dan Sassy sudah terbiasa dengan pemandangan itu.
Sassy akan menyapa pria itu namun tangannya sudah ditarik oleh Luna ke arahnya.
"Sassy, kenalkan ini putra Tante, Dewa." Mendengar suara mamanya, Dewa yang sejak tadi menundukkan kepalanya mendongak dan bertemu dengan mata Sassy yang tampak terkejut.
"Kamu!" Dewa juga terkejut melihat Sassy.
"Loh kalian sudah saling kenal?" Luna yang berdiri di antara keduanya menatap keduanya bergantian dengan mata penasaran.
"Sudah Tante. Tuan Dewa adalah atasan Sassy di kantor." Jawab Sassy.
"Oh! Aku tidak menyangka dunia ini sangat sempit." Luna sangat senang. "Jika aku tahu kamu bekerja di kantor Dewa, aku akan meminta Dewa untuk memperlakukanmu dengan baik." Lanjut Luna semangat.
"Tuan Dewa memperlakukan semua karyawannya dengan sangat baik Tante." Jawab Sassy tidak nyaman.
Dewa hanya diam sejak awal. Namun matanya tidak lepas dari wajah Sassy yang terlihat tidak bercahaya yang sangat jauh berbeda dari hari biasanya. Hari ini ia menerima laporan jika Sassy mengambil cuti beberapa hari karena ibunya masuk rumah sakit. Ia tidak menyangka jika ternyata mama Sassy adalah teman mamanya.
Ketiganya menoleh setelah mendengar pintu terbuka dan dokter berjalan keluar bersama dengan seorang perawat.
"Dokter bagaimana kondisi mama saya?" Sassy segera berlari dan bertanya pada dokter dengan cemas.
"Setelah kami melakukan pemeriksaan secara keseluruhan, kondisi pasien ternyata lebih serius dari yang kami perkirakan." Dokter berkata dengan berat hati. Namun ia masih harus memberitahukan kondisi pasien pada keluarganya apapun yang terjadi.
"Mama...." Sassy tidak dapat melanjutkan ucapannya. Ia menutupi mulutnya saat ia tidak dapat menahan tangisnya. Air mata yang baru saja berhenti kembali mengalir di kedua pipinya.
"Dokter, apa masih ada cara untuk bisa menyelamatkan sahabat saya? Dokter tenang saja. Untuk masalah biaya biar saya yang menanggungnya." Luna mengelus pundak Sassy untuk menenangkan putri sahabatnya itu.
"Kami mohon maaf. Meskipun kami melakukan operasi pada pasien saat ini, dengan kondisi pasien saat ini kami khawatir jika kesempatan berhasilnya sangat kecil. Untuk saat ini hanya keajaiban yang dapat menyelamatkan pasien."
"Terima kasih dokter." Ucap Luna lirih.
Dokter mengangguk dan pergi.
"Sassy, kamu tidak boleh seperti ini. Tante yakin masih ada cara." Luna memeluk Sassy yang semakin terisak.
"Aku akan memanggil Rio ke sini." Dewa yang sejak tadi hanya diam memperhatikan berkata sebelum memanggil seseorang dengan ponselnya.
"Nah. Mamamu akan baik-baik saja sekarang. Rio adalah dokter yang hebat. Kamu harus tenang. Jangan biarkan mamamu melihatmu seperti ini ya." Luna menghapus air mata Sassy dengan kedua ibu jarinya. Sassy mencoba menghentikan tangisnya dan mengangguk pelan.
Hanya ketika keduanya sudah tenang mereka masuk ke dalam ruangan. Tuti masih terjaga dan menoleh saat melihat Sassy dan Luna masuk. Ia tersenyum dengan lemah.
"Ma, bagaimana perasaan mama?" Sassy dengan hati-hati duduk di samping Tuti. Menatap mamanya dengan sedih.
"Mama merasa jauh lebih baik sekarang." Jawab Tuti lemah. Sassy tidak dapat berkata apa-apa. Ia takut jika ia tidak dapat menahan air matanya jatuh kembali.
"Tuti, putraku sudah memanggil dokter hebat kemari. Aku yakin kamu akan baik-baik saja." Luna berdiri di samping Sassy dan menatap Tuti sendu.
"Aku tidak khawatir tentang kondisiku. Yang aku khawatirkan hanyalah Sassy. Jika aku tidak ada, siapa yang akan menjaga Sassy nanti?"
"Mama tidak boleh bicara seperti itu. Bukannya mama sudah berjanji akan menemani Sassy menikah dan membantu Sassy merawat anak-anak Sassy nanti?" Sassy dengan panik menatap mamanya yang tampak sangat pucat.
"Maafkan mama sayang. Mama mungkin tidak dapat melihat kamu menikah sebelum mama pergi." Suara Tuti semakin lama semakin lemah.
"Maa... Jangan bicara seperti itu." Sassy berdiri. Memeluk tubuh Tuti yang terbaring dengan isak tangis yang tidak dapat ia bendung lagi.
"Kamu bisa." Ucap Luna dengan tegas. Tuti menatap Luna terkejut. Sassy yang memeluk Tuti juga menoleh.
"Aku membawa putraku kemari. Putraku adalah pria yang baik. Aku yakin dia adalah pasangan yang cocok untuk putrimu." Ucap Luna yang membuat Sassy semakin terkejut. Dewa yang baru saja membuka pintu juga berhenti dan berdiri di ambang pintu mendengar apa yang dikatakan mamanya.
"Nah kamu lihat. Ini adalah putraku. Apakah kamu juga berpikiran yang sama denganku?" Luna melihat Dewa berdiri di pintu dan menariknya masuk.
"Ya. Dia memang baik. Tapi..."
"Kamu tidak perlu khawatir. Dewa pasti setuju. Ya kan sayang?" Luna berkata dan menatap Dewa yang berdiri di sampingnya. Sassy segera berdiri dengan tidak percaya. Dia hendak mengatakan sesuatu saat ia mendengar suara Dewa yang dalam.
"Saya bersedia."
Kata-kata Dewa masih menggema di kepala Sassy bahkan setelah ia resmi menjadi istri laki-laki itu. Setelah Dewa setuju untuk menikahi Sassy, Luna segera mengatur semuanya. Dan segera, kamar pasien yang sebelumnya sepi kini bertambah lagi tiga orang. Satu naib yang didatangkan langsung dari KUA selaku orang yang bertugas menikahkan dan mencatat pernikahan keduanya. Sedangkan dua lainnya merupakan dokter yang kali ini bertugas sebagai saksi.
Sassy nampak seperti tidak berada di sana dengan pikiran kosongnya. Dia seperti tidak berhubungan dengan pernikahan dadakan itu meskipun sebenarnya pengantin wanitanya adalah dirinya sendiri. Sassy tidak tahu harus berkata apa maupun menanggapinya dengan cara bagaimana. Dia mengakui jika dia memang telah mencintai Dewa sejak lama. Sejak laki-laki itu menjadi kakak kelasnya di kampus. Tapi menjadi istrinya.... Dia bahkan tidak pernah bermimpi untuk posisi itu! Dewa dan dirinya bagaikan langit dan bumi. Yang tidak meskipun terlihat bersatu, namun akan selalu jarak di antara mereka.
Memikirkan perbedaan status mereka yang sangat jauh. Sassy tanpa sadar menatap Dewa yang duduk di sampingnya yang tampak datar. Setelah ijab Qabul, kondisi Tuti kembali menurun dan harus mendapatkan perawatan intensif. Jadi semua orang menunggu di luar.
"Kenapa? Apa kamu terpesona pada ketampanan suamimu hah?" Dewa yang merasa ditatap sedemikian rupa menoleh dan menatap Sassy.
"Tidak." Sassy menggeleng cepat. Ia ketahuan.
"Jadi menurutmu aku tidak tampan?" Dewa jelas tidak mau melepaskan Sassy. Dia menaikkan alisnya saat ia bertanya.
"Tidak. Bukan begitu. Tuan Dewa tentu saja tampan." Sassy melambaikan tangannya.
"Lalu?"
"Terima kasih. Terima kasih karena telah mengabulkan permintaan terakhir mama." Ucap Sassy tulus.
"Tidak masalah. Aku melakukannya dengan senang hati." Tidak ada yang tahu jika sebenarnya orang yang paling bahagia dengan pernikahan ini adalah dirinya.
Sassy tentu saja tidak mengerti dengan apa yang dikatakan Dewa. Namun saat ia hendak bertanya, pintu ruangan terbuka dan dokter keluar sambil menghela napas.
"Mohon maaf. Kami sudah berusaha yang terbaik. Namun Tuhan berkehendak lain."
*
*
🍀Bos, Sekretaris Anda Melanggar Aturan_1🍀
Sassy masih mengenakan pakaian serba putih yang menunjukkan bahwa dia sedang berduka. Karena Sassy telah menikah dengan Dewa, dia ikut pulang bersama dengan Luna dan Dewa setelah selesai pemakaman Tuti. Sejak masuk ke dalam mobil, tangan Sassy selalu digenggam oleh Luna untuk menghibur menantunya itu.
"Sayang, ini rumah mama. Dan sekarang juga rumah kamu. Mulai sekarang kamu akan tinggal di sini bersama kami ya." Ucap Luna hangat begitu mereka sampai di rumah.
"Iya ma. Terima kasih." Jawab Sassy pelan. Ia bersyukur mama mertuanya memperlakukannya dengan sangat baik.
Sassy mendongak untuk memperhatikan rumah besar di depannya. Rumah dengan gaya modern itu didominasi dengan cat berwarna putih. Membuat penampilan rumah itu tampak semakin megah dan agung.
Saat ketiga orang itu masuk, beberapa pelayan menyambut di sisi kiri dan kanan pintu. Mereka sudah diberitahu jika tuan muda mereka akan membawa pulang istrinya dan mereka harus menyambut nyonya mereka secara resmi.
"Selamat datang kembali tuan muda, nyonya, nyonya muda." Sapa semua pelayan dengan hormat.
"Hem. Ini adalah Sassy. Mulai hari ini dia adalah nyonya di rumah ini. Kalian harus memperlakukan nya dengan baik seperti kalian memperlakukan kami. Aku tidak akan menerima keluhan apapun mengenai kalian. Apa kalian paham?" Luna berkata dengan tegas dan berwibawa.
"Kami mengerti nyonya."
"Bagus." Luna mengangguk puas. "Dewa, bawa istrimu beristirahat di kamar. Sassy pasti lelah saat ini. Biarkan dia istirahat dengan baik." Ucap Luna sambil menyerahkan tangan Sassy padanya.
"Tentu saja ma." Tanpa berbicara, Dewa menarik tangan Sassy dan membawanya naik ke lantai dua. Masuk ke dalam kamarnya.
Begitu kamar dibuka. Aroma khas parfum Gucci yang lembut segera menyambutnya. Aroma itu sama dengan parfum yang digunakan oleh Dewa selama ini. Sama seperti gaya di luar, konsep di dalam kamar Dewa juga bernuansa putih. Namun dibandingkan dengan di dalam rumah yang memiliki banyak hiasan mewah, kamar Dewa lebih sepi. Di dalam kamar yang luas itu hanya selain ranjang berukuran besar di tengah dengan dua nakas di sampingnya, hanya ada sofa dan meja di salah satu sisi. Juga sebuah rak buku besar yang ada di samping sofa. Selain itu, ruangan itu hanyalah ruangan yang kosong.
"Yah. Ini adalah kamarku. Kamar mandi ada di sana. Yang itu ruang ganti dan yang satunya lagi ruang kerjaku. Karena kita sudah menikah, ini adalah kamar kita." Ucap Dewa setelah mereka masuk ke dalam kamar. Menunjukkan tata letak ruangan itu pada Sassy.
"Tuan Dewa, ada sesuatu yang harus saya bicarakan dengan anda." Ucap Sassy formal.
"Ada masalah apa, bicarakan nanti saja. Sekarang kamu lebih baik istirahat. Aku masih ada sesuatu yang harus aku kerjakan." Dewa sedikit tidak sabar. Mendengar Sassy memanggilnya dengan formal membuatnya tidak bahagia. Melihat wajah suram Sassy sejak kemarin sudah membuatnya tertekan. Saat ini Sassy masih memasang wajah tertekan di depannya. Membuatnya sungguh frustasi!
"Baiklah kalau begitu." Sassy menundukkan kepalanya.
Dewa menatap Sassy yang menundukkan kepalanya tanpa daya sebelum ia pergi keluar kamar.
Setelah Dewa keluar dari kamar, Sassy menarik kopernya ke dalam ruang ganti dan terkejut melihat isinya.
Ruangan yang disebut ruang ganti ini sepertinya lebih mirip dengan toko pakaian. Puluhan jas digantung dengan rapi di dalam lemari kaca. Lengkap dengan puluhan sepatu yang semuanya berwarna hitam di dalam satu rak. Selain deretan jas, dua buah lemari besar berdiri megah di satu sisi. Dasi-dasi dengan berbagai macam corak dan warna juga tertata rapi di sebuah etalase. Lalu deretan jam tangan bermerek juga terlihat mewah di balik lemari kaca.
Namun yang membuat Sassy semakin kaget adalah bahwa di sisi yang lain adalah deretan gaun pesta yang indah, gaun malam, serta gaun rumahan yang juga tidak kalah indah. Selain itu masih ada pakaian formal yang tertata rapi memenuhi rak. Lalu tas dan sepatu mewah dengan berbagai macam warna dan model juga tertata dengan rapi di sebuah rak. Di samping rak tas, etalase kaca memperlihatkan puluhan aksesoris yang semuanya tampak indah dan menawan.
Melihat isi ruangan itu, ia melirik koper kecil miliknya. Ia tampak tertekan. Mereka memang berada di dua dunia yang berbeda.
Pada akhirnya, Sassy tidak mengeluarkan barangnya. Lagipula ia sudah memutuskan bahwa dia tidak akan tinggal lama di sana. Dia akan berbicara pada Dewa mengenai perceraian. Lagipula pernikahan ini tidak mungkin dapat berlangsung dengan baik. Sassy meletakkan kopernya di pojokan dan keluar ruangan.
Setelah keluar dari ruang ganti, Sassy sangat lelah. Kemarin adalah hari terlelah dalam hidupnya. Dia tidak sempat istirahat dengan baik setelah semua yang terjadi. Namun melihat ranjang besar yang tampak bersih itu, Sassy merasa tidak nyaman. Ranjang itu milik Dewa. Dan dia tidak pantas tidur di sana. Jadi Sassy memilih untuk tidur di sofa. Meringkuk di sofa panjang dengan menekuk kakinya. Karena lelah, meskipun posisinya sangat tidak nyaman, ia masih segera tidur beberapa menit setelah ia mencoba memejamkan matanya dan tidur lagi setelah makan malam di malam hari.
Karena kemarin dan hari ini Dewa mengambil cuti tiba-tiba, banyak pekerjaan yang memerlukan dirinya. Apalagi setelah ini dia akan mengajak Sassy untuk berbulan madu, jadi banyak hal yang perlu ia selesaikan. Dan saat Dewa masuk ke dalam kamarnya pada malam hari setelah ia pulang dari kantor, ia mendapati istri kecilnya meringkuk di atas sofa.
Melihat wajah damai Sassy, Dewa tidak ingin mengganggunya. Dan dia masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
Klek...
Mendengar pintu terbuka, Sassy yang tertidur terbangun dengan tiba-tiba dan menoleh ke arah kamar mandi. Seketika, mata mengantuknya menghilang setelah melihat pemandangan indah di depannya.
Dewa keluar dari kamar mandi dengan hanya menggunakan handuk putih yang melilit pinggangnya. Air masih menetes dari rambut hitamnya yang dipotong rapi. Lalu otot-otot di perut dan pinggang laki-laki itu terlihat seperti pahatan indah karya seni yang hanya bisa dia lihat dari jauh.
"Kenapa? Ingin menyentuh?" Dewa menaikkan alisnya percaya diri.
"Tidak. Maaf saya tidak sengaja." Sassy segera menutup wajahnya dengan tangan. Melihat tingkah Sassy, Dewa menarik sudut bibirnya. Melangkah mendekat dan berdiri tepat di depan Sassy.
"Sengaja juga tidak apa-apa. Bukankah kita adalah pasangan suami istri yang sah? Semua yang ada padaku adalah milikmu. Kamu bebas melihatnya. Mau menyentuhnya juga boleh." Ucap Dewa menggoda Sassy yang semakin merah. Dia sengaja menekan kata 'pasangan suami istri' saat ia berbicara. Kedua telinga gadis itu memerah dan bergerak-gerak dengan lucu.
"Tidak tuan. Saya tidak mau." Sassy menggeleng cepat.
"Kamu tidak mau?" Dewa mencondongkan tubuhnya. Berhenti tepat beberapa senti dari Sassy.
"Saya tahu tuan pasti menikah dengan saya karena mama saya. Saya tahu posisi saya. Saya memang tidak pantas menikah dengan anda. Jadi..." Sassy menggigit bibir bawahnya ragu hendak melanjutkan ucapannya tanpa membuka matanya.
"Jadi?" Dewa menaikkan alisnya.
"Jadi saya akan segera mengajukan cerai segera sehingga saya tidak akan menjadi beban." Sassy menundukkan kepalanya.
"Apa kamu tidak pernah mendengar jika saya paling menghargai hubungan?" Dewa mengangkat dagu Sassy dengan jarinya saat ia bertanya dengan tegas.
"Saya tahu tuan. Saya..." Sassy tidak berani menatap mata Dewa. Jadi dia masih menutup wajahnya dengan kedua tangannya.
"Jika kamu berbicara denganku, tatap mataku. Apa kamu kira aku berbicara pada dinding?!" Ucap Dewa dengan suara keras. Membuat Sassy takut dan membuka tangannya. Lalu saat matanya bertemu dengan mata tajam Dewa, tanpa sadar dia memalingkan wajahnya namun segera ditahan oleh Dewa.
"Tatap mataku saat kita bicara." Ucap Dewa tegas. Sassy mengangguk patuh.
"Sekarang dengarkan aku istriku, Sassy Nindya Ayushita. Karena aku sudah setuju menikah denganmu, Kamu adalah istriku mulai saat ini, selain kamu, aku tidak akan memiliki istri lainnya. Dan kamu dilarang untuk berpikir untuk bercerai dariku. Apa kamu paham?"
Sassy tidak percaya Dewa akan berkata demikian. Sebagai seorang gadis, mendengar orang yang dia cintai mengatakan bahwa hanya dia yang akan menjadi istrinya, tentu saja merasa sangat bahagia. Namun saat mengingat perbedaan besar mereka, Sassy kembali sadar.
"Saya paham tetapi tuan...hemp." bibir Sassy dibungkam dengan bibir dingin. Lalu sebelum ia sempat bereaksi, sebiah benda halus yang sedikit aneh terasa menerobos masuk ke dalam mulutnya. Matanya melotot tak percaya saat ia merasa seperti tersedot ke dalam lubang yang dalam.
"Aku suamimu, jadi jangan panggil aku tuan mulai sekarang. Panggil aku mas." Ucap Dewa sambil mengusap bibir Sassy yang berair dengan ibu jarinya. Ia menatap gadis yang hampir kehabisan napasnya dengan bangga.
"Saya mengerti, mas."
"Bagus. Sekarang bangun dan tidur di ranjang." Ucap Dewa sambil menarik kembali tubuhnya. Ia tersenyum puas.
"Saya tidur di..."
"Berjalan sendiri atau perlu aku seret?" Dewa dengan cepat memotong ucapan Sassy dengan tegas.
"Saya bisa sendiri." Jawab Sassy dengan cepat.
"Tunggu apa lagi? Cepat naik!" Perintah Dewa. Lalu Sassy dengan cepat melompat dari sofa dan berlari naik ke atas ranjang yang besar. Ranjang itu sangat besar, dan Sassy berbaring di pinggir.
Dewa melihatnya tanpa daya sebelum ia masuk ke dalam ruang ganti untuk mengganti pakaiannya. Yah.... Sepertinya perjalanan mengejar istrinya memerlukan usaha yang keras.
Sassy semakin mengerutkan dirinya saat Dewa naik ke atas ranjang setelah berganti dengan baju tidur hitam.
"Apa kamu tidak takut jatuh?" Tanya Dewa dengan sabar.
"Tidak mas. Ini masih luas." Jawab Sassy.
"Terserah kamu." Dewa melirik sebentar sebelum membaringkan tubuhnya dan menutup mata dengan santai.
Sassy tidak pernah tidur dengan orang lain selain ibunya selama ini dan merasa tidak nyaman. Apalagi tidur dengan seorang laki-laki yang menjadi suaminya. Tiba-tiba dia merasa deg-degan dan tidak bisa tidur. Dia bergerak-gerak dengan gelisah.
"Datang kemari!" Perintah Dewa tegas setelah ia membuka mata menyadari jika Sassy tidak kunjung tidur.
Mendengar ancaman Dewa, Sassy dengan ragu mendekat. Sassy berhenti dan menjaga jarak dari Dewa. Melihat ini Dewa tidak senang dan menarik Sassy ke arahnya. Memeluk gadis itu di pelukannya.
"Sekarang tidur."
Sassy yang didekap dengan hangat hemoir kosong kehilangan dirinya. Kepalanya tepat berada di dada Dewa. Dia mendengar dengan jelas degupan jantung pria itu yang terdengar kuat yang entah kenapa begitu menenangkan. Beberapa saat kemudian, suara napas pelan dan teratur terdengar. Dewa menunduk dan melihat jika gadis di pelukannya sudah tertidur. Kemudian mencium keningnya dengan hati-hati.
"Apa yang harus aku lakukan padamu? Aku sudah berhasil menjadikanmu istriku, tapi aku masih tidak bisa menyentuhmu. Apa aku harus menahannya sepanjang malam?" Gumam Dewa tanpa daya saat menyadari jika juniornya saat ini tengah siap beraksi di bawah sana namun dirinya juga tidak berdaya. Jika dia memaksakan keinginannya pada Sassy malam ini, ia khawatir gadis ini akan membencinya....
*
*
🍀Bos, Sekretaris Anda Melanggar Aturan_2🍀
...Terima kasih sudah mampir 😘...
...Jangan lupa Like, vote dan komen ya...👍...
...Follow juga akun Author nya....
...☘️Queen_OK☘️...
Saat Sassy bangun keesokan harinya, ruang di sampingnya sudah kosong. Mengingat tidurnya semalam, ia meras jika tidurnya malam tadi adalah tidur paling nyenyak yang pernah ia alami selama ini. Apa mungkin karena dia tidur dalam pelukan Dewa tadi malam? Memikirkan wajah tampan yang memeluknya semalam, wajah Sassy langsung memerah. Ia sama sekali tidak menyangka bisa sedekat itu dengan Dewa.
Setelah mandi dan mengganti bajunya, Sassy tidak langsung keluar dari kamar. Bukannya ia tidak rajin. Biasanya dia melakukan pekerjaan rumah sendirian karena kondisi Tuti yang sakit-sakitan. Tetapi di rumah besar dengan banyak pelayan ini, ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan.
Pintu tiba-tiba terbuka dan mengejutkan Sassy yang berdiri di depan jendela kaca. Ia menoleh dan melihat Dewa masuk. Dewa baru saja selesai melakukan aktivitas lari paginya. Kaos yang dikenakannya penuh dengan keringat dan saat ini menempel di kulitnya dengan ketat. Memperlihatkan otot-otot kuat yang menonjol di dada sampai perutnya. Tanpa sadar Sassy menelan ludahnya kasar dan segera memalingkan wajahnya yang memerah. Melihat reaksinya, Dewa menyunggingkan senyumnya. Dia ingin menggoda istri kecilnya itu. Namun saat ia ingat pesan mamanya di bawah tadi, dia segera masuk ke dalam kamar mandi dan membersihkan dirinya.
Dewa dan Sassy keluar kamar bersama. Keduanya turun dari tangga dengan Sassy menggamit lengan Dewa setelah dipaksa oleh laki-laki itu. Luna yang melihat hubungan kedua anak itu yang sepertinya sangat baik merasa bahagia. Sepertinya keputusannya untuk menikahkan Dewa dengan Sassy adalah keputusan yang sangat tepat.
"Ayo ayo duduk dan makan." Luna berdiri dan menyambut keduanya di meja makan. Dewa duduk di kursi utama tempat kepala keluarga. Luna duduk di diri kirinya dan Sassy duduk di sisi kanan. Seperti posisi saat mereka makan malam semalam.
"Mama punya hadiah pernikahan untuk kalian di sini." Setelah mereka selesai makan, Luna mengeluarkan amplop yang dia simpan sebelumnya. Ia memberikannya pada Sassy dengan senyum bahagia di bibirnya.
Sassy menoleh pada Dewa dan setelah menerima isyarat dari Dewa untuk membukanya, Sassy membuka amplop besar itu.
"Ini...." Sassy terkejut melihat isi amplop besar itu. Dua buah tiket honeymoon ke beberapa negara di Eropa. Dewa juga sedikit terkejut. Ia memang berencana untuk mengajak Sassy untuk berbulan madu. Namun ia masih belum menentukan dimana dan bagaimana mereka akan menghabiskan waktu yang manis itu. Sekarang sepertinya mamanya jauh lebih efisien. Sebenarnya mamanya sudah menyiapkan rencana honeymoon yang sesuai dengan keinginannya.
"Yah. Itu tiket untuk honeymoon. Kalian menikah dengan terburu-buru kemarin. Jadi mama tidak sempat menyiapkan hadiah yang bagus. Mama hanya bisa mempersiapkan ini sebagai hadiah kecil. Untuk jadwalnya bisa kalian atur nanti." Saat mengatakannya, Luna seperti sangat menyesal karenanya.
"Terima kasih ma." Karena jadwal keberangkatan bisa disesuaikan, itu masih lebih baik. Namun saat kata-kata Luna selanjutnya terdengar, Sassy tidak bisa tidak terkejut dan panik.
"Ya sayang. Jadi bagaimana jika kalian pergi besok saja? Lebih cepat lebih baikm jika kalian menunda lagi entah kapan lagi kalian akan memikirkannya?" Ucap Luna dengan semangat.
"Tapi ma, aku harus kembali bekerja besok. Jika tidak aku akan kehilangan pekerjaan." Ucap Sassy untuk menolak hadiah Luna.
"Ha ha ha ha... Apakah kamu lupa dimana kamu bekerja? Suamimu adalah bos di sana. Jadi apa yang kamu takutkan? Benar kan Nak?" Luna menole pada Dewa pada akhir kalimatnya.
"Tentu saja."
"Tapi... Tapi..." Sassy tidak menemukan alasan lainnya untuk menolak. Rencana honeymoon ini memang benar-benar sangat menggoda. Menghabiskan waktu bersama dengan Dewa hanya berdua saja pasti sangat menyenangkan. Apalagi destinasi yang dipilih oleh Luna semuanya adalah tempat honeymoon yang paling direkomendasikan di luar negeri.
Tetapi jika dia harus menghabiskan waktu bersama dengan Dewa bukankah dia akan dengan mudah semakin larut dalam mencintai Dewa?
Tidak! Dia tidak boleh membiarkan cinta itu terus tumbuh. Jika tidak, jik suatu hari nanti saat dia sudah sangat mencintai Dewa dan pad akhirnya laki-laki itu meninggalkannya dengan berbagai alasan, dia akan hancur!
"Sayang jangan ditolak ya? Mama tahu kamu pasti tidak nyaman untuk pergi berlibur setelah kematian mamamu, tapi kamu juga tidak boleh terlalu larut dalam kesedihan." Luna yang memerhatikan wajah aneh Sassy segera membujuk. Ia berpikir jika menantunya itu pasti merasa tidak nyaman untuk berlibur setelah kematian mamanya.
Melihat harapan di mata Luna, Sassy tidak tega untuk menolak secara langsung. Tapi dia benar-benar tidak bisa pergi honeymoon bersama dengan Dewa atau dia mungkin tidak akan dapat menahan diri di sana nanti. Jadi dia melirik Dewa dan menunggu tanggapan Dewa. Ia yakin pria itu pasti juga tidak akan setuju. Sama dengannya. Tapi jawaban Dewa ternyata membuatnya tidak tahu harus berkata apa.
"Karena mama bilang seperti itu. Kenapa kita tidak pergi saja. Lagipula pekerjaan di kantor juga sangat banyak akhir-akhir ini dan sangat melelahkan. Jadi bisa berlibur sebentar juga tidak buruk." Mata membelalak Sassy menatap Dewa dengan tidak percaya. Bukankah bosnya ini adalah tipe orang yang gila kerja? Dia bahkan tidak pernah mengambil cuti bahkan hanya untuk sehari pun. Bukankah kemarin juga dia masih bekerja meskipun banyak hal telah terjadi? Dan dia yakin bahwa selama ini pada saat para karyawan sudah pulang untuk beristirahat dengan baik, Dewa membawa pulang pekerjaannya? Lalu ada apa kali ini? Dia menyetujui honeymoon satu Minggu penuh dengan santai!
"Tapi tuan...mas...." Sassy cepat mengganti panggilannya saat melihat tatapan mengancam Dewa. "Saya sudah memgbio cuti sebelumnya. Jika saya tidak masuk lagi satu Minggu penuh, bukankah ini tidak baik?" Lanjut Sassy dengan gugup. Dia tidak bisa pergi. Setidaknya tidak sekarang. Dia masih belum menyiapkan mentalnya.
"Kamu tenang saja. Aku akan mengatur semuanya." Melihat wajah panik Sassy, Dewa sangat terhibur. Wajah panik Sassy terlihat sangat imut. Seperti seekor kucing yang takut diabaikan. Jadi dia tanpa sengaja mengulurkan tangannya dan menepuk pucuk kepala Sassy dengan lembut. Membuat gadis itu langsung berhenti mengacau dengan patuh.
***
Keesokan harinya, Luna mengantar keberangkatan Dewa dan Sassy dengan bahagia di depan rumah mereka. Dia sebenarnya ingin mengantar pasangan baru itu sampai ke bandara, tetapi pagi ini dia harus menghadiri acara sosial yang diadakan oleh komunitasnya. Luna adalah ketua dari kelompok sosial untuk menggalang dana bagi kemanusiaan. Jadi dia harus hadir saat ada acara. Tapi meskipun ia tidak bisa mengantar keduanya hingga ke bandara, ia tidak mengurangi antusiasnya sama sekali. Sama saja dengan dirinya mengantar secara pribadi atau tidak, yang paling penting adalah keduanya sudah bersedia berangkat. Masalah selanjutnya, itu sudah diatur dengan sangat baik olehnya. Melihat mobil yang perlahan menghilang, Luna menepuk pundaknya dengan bangga. Dia memang ahli dalam hal ini!
Di dalam mobil, Sassy duduk dengan menjaga jarak dari Dewa. Yang membuat Dewa tidak senang. Apakah istri kecilnya ini sungguh tidak menyukainya? Memikirkan hal ini tiba-tiba Dewa merasa jika dia harus bekerja keras untuk mendapatkan hati Sassy cepat atau lambat.
Sementara satu karyawan dan bos mereka yang sedang pergi honeymoon ke luar negeri, karyawan lain sibuk berdiskusi. Pagi ini kabar jika Sassy akan menemani Dewa untuk pergi dinas ke luar negeri tersebar dari bagian staf sekretaris. Berita itu datang dari Tuan yang merupakan Sekretaris utama Dewa. Dikatakan jika rencana dinas ke luar negeri sangat mendadak dan masih banyak yang harus dikerjakan di perusahaan. Jadi Tian harus tinggal untuk mengurus sisanya dan tidak bisa pergi menemani sang bos seperti biasanya. Jadi Sassy dipilih untuk menggantikan tugasnya.
Tapi kenapa harus Sassy?
Pertanyaan inilah yang terus dibahas di seluruh sudut kantor. Karena Sassy bukanlah satu-satunya sekretaris Dewa dan selain Sassy masih ada yang lebih senior. Apalagi Sassy masih baru dipromosikan dua bulan yang lalu. Namun semakin mereka berdiskusi, mereka semakin tidak tahu jawabannya dan akhirnya diam dari waktu ke waktu. Pekerjaan mereka jauh lebih penting dikerjakan daripada terus mengobrol.
*
*
🍀Bos, Sekretaris Anda Melanggar Aturan_3🍀
...Terima kasih sudah mampir 😘...
...Jangan lupa Like, vote dan komen ya...👍...
...Follow juga akun Author nya....
...☘️Queen_OK☘️...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!